Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
dalam
melakukan
mandibular
blok
anastesi
sehingga
dapat
BAB II
A.
dari
nervus
mandibularis
yang
menginervasi
gigi-geligi
dan
jaringan
ramus
mandibula
dan
muskulus
pterigoideus
internus,
sedikit
2.
Rami dentalis inferior dan rami gingivalis inferior, yang berjalan di dalam
kanalis mandibula yang menginervasi gigi molar, premolar, prosesus
alveolaris dan periosteum dan masuk ke tiap-tiap akar gigi yang akhirnya
membentuk pleksus dentalis inferior di atas nervus mandibularis.
3.
Gambar 1
Nervus alveolaris inferior1
B.
Pengertian parestesi
Parestesi didefinisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa
terbakar dari kulit tanpa adanya stimulus yang jelas dan salah satu manisfestasi
klinis adanya sensasi yang tidak normal, hal ini terjadi akibat adanya perubahan
sensasi pada sistem saraf perifer, dapat bersifat sementara atau menetap. Parestesi
disebabkan oleh cedera saraf yang dapat mengenai n alveolaris inferior, n
lingualis, n bukalis, n milohioideusdan n mentalis. Cabang-cabang saraf tersebut
mempunyai fungsi sensoris.2 Cedera yang mengenai syaraf-syaraf ini biasanya
3
biasanya tidak sama dalam hal bentuk dan ukuran semula sehingga sifat dan
kemampuan jaringan syaraf yang baru dalam penghantaran impuls jadi berubah.
Disamping itu daya regenerasi dari pembuluh syaraf tergantung atas sifat gen dan
umur individu. Pada individu yang sudah tua respon badan sel biasanya lebih
lambat dari yang lebih muda.3
Menurut seddon (1943), kerusakan saraf secara umum dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar, yaitu:4
1.
Neurapraxia
Neurapraxia adalah kerusakan saraf tanpa kehilangan kontinuitas akson,
tanpa demieliniasi atau tanpa terbentuknya neuroma. Dalam hal ini terdapat
gangguan penghantaran impuls yang bersifat sementara. Neurapraxia disebabkan
karena tekanan ringan pada saraf, pengaruhtermal, dan infeksi akut. Biasanya
dapat sembuh secara spontan kurang dari 2 bulan.
2.
Axonotmesis
Axonotmesis adalah kerusakan saraf yang cukup berat, dimana terjadi
Neurotmesis
Neurotmesis adalah kerusakan saraf yang parah, dimana semua susunan
dan struktur saraf terputus dan terbentuk neuroma. Neurotmesis terjadi karena
luka robek, laserasi dan avulse batang saraf. Penyembuhan dapat berlangsung
lama hingga 2 tahun, bahkan kehilangan sensasi biasanya menetap.
C.
(2007),
melaporkan
angka
terjadiya
presistensi
setelah
pencabutan molar tiga rahang bawah impaksi berkisar 0,4% sampai 8,4% dari 550
5
molar tiga rahang bawah. Haug (2005), melakukan sebuah penelitian terhadap
8.000 kasus pencabutan molar tiga rahang bawah impaksi, dimana hasil penelitian
memperlihatkan bahwa insidensi parastesi kurang dari 2 % pada pasien berumur
25 tahun keatas. Insidensi parastesi meningkat seiring pertambahan usia.4
Schultze-mosgau dan reich (1993), melaporkan angka terjadinya parastesi
pasca pencabutan molar tiga rahang bawah impaksi, dari 791 pasien yang
dilakukan tindakan pencabutan molar tiga rahang bawah dilaporkan 1,3%
mengalami cedera pada alveolaris inferior dan 1,9% mengalami cedera pada
nervus lingualis, sedangkan cedera pada nervus bukalis sangat jarang. Fielding
dkk (1997), juga melaporkan bahwa pada pasca pencabutan molar tiga rahang
bawah impaksi terjadi lingual parastesi unilateral sebanyak 92,7%, sedangkan
lingual parastesi bilateral sebanyak 7,3%.4
Menurut peterson (1993), impaksi mesio angular memiliki insidensi
terjadinya parastesi lingual yang paling tinggi (30,6%), kemudian diikuti oleh
impaksi disto angular (19,6%). Hal ini disebabkan karena pencabutan impaksi
disto angular mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi karena dalam
pencabutannya melibatkan ramus mandibula dan membutuhkan intervensi bedah
yang besar seperti pembuangan tulang yang banyak.4
Selain itu, posisi impaksi mesio angular sangat dekat dengan kanalis
mandibularis sehingga paska pencabutan molar 3 rahang bawah sering
menimbulkan parestesi nervus alveolaris inferior
BAB III
Gambar 2
Hubungan antara kanalis mandibularis dengan akar molar tiga rahang bawah menurut
Rood dan Shehab.6
Gambar 3
Gambaran radiografis hubungan akar molar tiga rahang bawah dengan kanalis
mandibularis.7
Nervus lingualis biasanya terletak pada aspek lingual dari mandibula pada
region retromolarpad, tetapi kadang-kadang jalan nervus lingualis berada
di area retromolarpad sehingga insisi mukosa pada daerah ini dapat
menyebabkan cedera nervus lingualis.8
2. Trauma
Retraksi flap yang berlebihan, tekanan retractor selama retraksi di bagian
lingual gigi molar tiga, dan retraksi lidah yang berlebihan dengan retractor
dapat menekan nervus lingualis, sehingga menyebabkan cedera nervus
lingualis.9 Selain itu, Booth (2007) berpendapat bahwa penggunaan
periosteal elevator Howarth tradisional dapat meningkatkan frekuensi
trauma nervus lingualis.10
Pogrel (1995), melakukan sebuah penelitian pada cadaver dan radiografis,
dimana hasilnya menunjukkan bahwa terdapat variasi letak nervus
lingualis, yaitu kurang lebih 20% letak nervus lingualis berada di atas
lingual crest atau berkontak langsung dengan lingual plate. Oleh karena
8
itu, pada saat memotong mahkota gigi molar tiga rahang bawah impaksi
mungkin saja terjadi perforasi lingual cortical plate yang merupakan
tempat tulang untuk melindungi nervus, sehingga menyebabkan cedera
nervus lingualis.11 Fraktur lingual cortical plate juga dapat menyebabkan
cedera nervus lingualis.9
Pada pemakaian bur yang tidak hati-hati, seperti bur masuk ke dalam
kanalis mandibularis saat melakukan pemotongan gigi dapat menyebabkan
parestesia. Selain itu, pemakaian bur handpiece yang tidak disertai irigasi
dengan aliran larutan saline yang stabil akan mengakibatkan tulang yang
berada di sekitar saraf memanas, sehingga dapat menyebabkan cedera
saraf.9
Gambar 4
Ilustrasi menunjukkan cedera Nervus Alveolaris Inferior yang berada dekat dengan gigi
molar tiga rahang bawah disebabkan karena bur yang mengenai kanalis mandibularis.9
Pemakaian instrument yang tidak hati-hati pada saat pencabutan molar tiga
rahang bawah dapat mendorong sisa akar ke dalam kanalis mandibularis,
sehingga menyebabkan trauma pada nervus alveolaris inferior.9
9
Gambar 5
Sisa akar terdorong ke dalam kanalis mandibularis saat melakukan tindakan pencabutan
gigi molar tiga rahang bawah.9
Selain itu, trauma yang disebabkan karena jarum suntik yang mengenai
jaringan
saraf
akan
menyebabkan
parestesia.
Beberapa
pasien
inferior
sehingga
menyebabkan
sensasi
yang
tidak
anestesi
blok
mandibular
dapat
parestesia.14
4. Dampak penggunaan larutan anestesi lokal
10
menyebabkan
terjadinya
11
Penjahitan dilakukan mulai dari ujung flap dibagian distal molar kedua
dan dilanjutkan ke arah anterior kemudian ke arah posterior.
gigi molar kedua dan akar giginya dapat terletak jauh atau dekat dengan kanalis
mandibula. Faktor lain adalah mahkota bagian distal tertutup oleh tulang
mandibula yang tebal. Pada keadaan mahkota gigi terletak dibawah servikal
mahkota molar kedua dan akar gigi terletak dekat dengan kanalis mandibula, split
technique sangat dianjurkan karena dapat mencegah terjadinya trauma pada gigi
molar kedua dan kanalis mandibula.
Gambar 6
Gambaran ilustrasi pencabutan gigi molar tiga rahang bawah:
(A) gigi molar tiga rahang bawah impaksi mesioangluar, (B) garis insisi, (C) pembukaan
flap mukoperiosteal, (D) menentukan jumlah tulang yang akan dibuang, (E)
pembuangan tulang menggunakan bur dan hand piece, (F) pemisahan gigi, (G)
pengangkatan gigi sebelah distal, (H) pengangkatan gigi sebelah mesial dan (I)
penjahitan
13
BAB IV
PELAKSANAAN PARASTESI PADA NERVUS ALVEOLARIS
INFERIOR PASCA PENCABUTAN GIGI MOLAR TIGA RAHANG
BAWAH
Cedera pada nervus alveolaris inferior akibat tindakan odontektomi
akan mengalami penyembuhan secara spontan, namun direkomendasikan
juga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses
regenerasi syaraf. Penyembuhan secara spontan dapat terjadi beberapa
minggu sampai bulan hingga 1 tahun. Apabila setelah 1 tahun tidak hilang
maka kelainan sensasi tersebut kemungkinan bersifat menetap.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mempercepat
proses penyembuhan cedera syaraf yaitu:
1. Pemijatan
Pemijatan dilakukan dengan jari
mengurangi cairan
tangan
yang
bertujuan
fibrinogen.
Terlalu
antibiotik
dan
non-bedah
maka
direkomendasikan
untuk
melakukan
pemeriksaan-pemeriksaan
tersebut
ditegakkan
Daftar Pustaka
1.
implan dental. Fakultas kedokteran gigi sumatera utara. Medan. Hal 13 dan 15.
2.
Handoyo benny, 2009. Parestesi sebagai salah satu komplikasi darianastesi
blok pada mandibula. Fakultas kedokteran gigi sumatera utara. Medan. Hal 17.
3.
Hendaya hedis, kasim alwin. Parestesi sebagai komplikasi pasca bedah
molar tiga bawah impaksi. Fakultas kedokteran gigi unpad. Bandung.
4.
Damayantianisa, 2012. penatalaksanaan parastesi pasca pencabutan molar
tiga rahang bawah impaksi. Fakultas kedokteran gigi updm(b). Jakarta.
5.
Moore UJ, 2001. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. Edisi ke-5.
Great Britain: Blackwell Science, 113.
6.
Loescher AR, Smith KG, Robinson PP, 2003. Nerve Damage and Third
Molar Removal. Dental Update, 376, 379-380.
7.
Caissie R, Goulet J, Fortin M, Morielli D, 2005. Iatrogenic Paresthesia in
The Third Division of The Trigeminal Nerve. J. Can Dent Assoc 71(3): 188-189.
8.
Hupp, JR, 2008. Contempory Oral and Maxillofacial Surgery. Edisi ke-5.
Vol. 1, China: Mosby, 153-157, 160, 173, 175, 193.
18
9.
Fragiskos DF, 2007. Oral Surgery. New York: Springer Berlin Heidelberg,
191-194.
10.
Booth PW, Schendel SA, Hausamen JA, 2007. Maxillofacial Surgery. Vol.
2. Edisi ke-2. Missouri: Churchill Livingstone, 1615.
11.
Foncesca RJ, 2009. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol. 1, Edisi ke-2,
Missouri: Saunders, 45, 260, 265-268, 276-277.
12.
Malamed, Stanley F, 2004. Handbook of Local Anesthesia. Edisi ke-5,
Missouri: Mosby, 181-184.
13.
Tolstunov L, Pogrel MA, 2009. Delayed Paresthesia of Inferior Alveolar
Nerve After Extraction of Mandibular Third Molar: Case Report and Possible
Etiology. J. Oral Maxillofacial Surgery 67(8):1765.
14.
Fielding AF, Rachiele DP, Frazier G, 1997. Lingual Nerve Paresthesia
Following Third Molar Surgery. J. Oral Surg. Oral Med. Oral Pathol. Oral
Radiol. Endod. 84(4): 345, 347
15.
http://christ-drg.blogspot.com/2011/11/odontektomi-m3-rahangbawah.html
16.
Balaji SM, 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi:
Elsevier, 244.
17.
Damayanti, Anisa. Penatalaksanaan Parestesi Pasca Pencabutan Molar
Tiga Rahang Bawah Impaksi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Prof. Dr.
Moestopo, 2012.
19
Parestesia
(perasaan
sakit
yang
abnormal).
berangsur-angsur
reda
dan
penyembuhannya
biasanya sempurna.
Salah satu perawatan dalam bidang kedokteran gigi anak adalah prosedur
pencabutan gigi sulung. Pencabutan gigi sulung pada dasarnya memiliki prosedur
yang tidak berbeda dengan pencabutan gigi tetap pada orang dewasa. Dengan
memperhatikan beberapa aspek, maka prosedur ini bisa dilakukan dengan mudah.
Aspek-aspek yang menjadi perhatian dalam pencabutan (ekstraksi) gigi sulung:
Aspek Psikologis
Pasien anak jelas sangat berbeda dengan pasien dewasa. Dalam hal ini, dokter gigi
harus bisa mengetahui psikologis si anak saat pertama kali bertemu. Bagaimana
sikap anak untuk pertama kali bertemu dengan dokter gigi, berada didalam
ruangan, berinteraksi dengan bermacam benda dan alat didalam ruangan, penting
sekali dokter gigi untuk mengetahui hal ini.
Aspek Etiologis
Pencabutan gigi anak jelas harus memperhatikan penyebab utama kondisi gigi
anak tidak dapat dipertahankan (tidak dapat dirawat). Insidensi terbesar
pencabutan gigi anak jelas karena faktor karies gigi. Karies gigi pada anak,
merupakan kondisi patologis yang sering sekali tidak begitu diperhatikan oleh
orang tua anak pada umumnya.
Tidak hanya berdasarkan etiologi pencabutan karena karies gigi. Pencabutan gigi
anak juga bisa dilakukan bila didapatkan adanya keterlambatan dalam faktor
pertumbuhan gigi geligi anak.
Sebelum melakukan tindakan pencabutan, ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1)
Persiapan penderita
2)
Mempersiapkan alat dan obat anastesi serta alat tindakan pencabutan
gigi sulung yang telah di sterilkan
3)
Dalam pencabutan gigi sulung RA (gigi berakar satu dan dua) tang yang
digunakan adalah tang #150s, dimana tang ini merupakan tang serbaguna yang
dapat digunakan untuk sebagian besar pencabutan gigi atas. Desain tang untuk
maksila paruhnya cenderung lebih pararel terhadap pegangannya dan paruhnya
agak sempit.
Untuk gigi yang belum goyang atau masih tertanam di dalam tulang alveolaris
digunakan alat bantu yaitu bein atau elevator sebelum tindakan pencabutan
dengan tang. Elevator ini berfungsi sebagai pengungkit yang menghantarkan
gaya atau tekanan ke gigi yang akan di cabut. Selain itu, elevator peka terhadap
sentuhan.
MANIPULASI EKSTRAKSI
Melakukan pencabutan pada gigi sulung tidak berbeda dengan gigi permanen,
yang tidak memerlukan tenaga besar, maka bentuk tang ekstraksi lebih kecil
ukurannya. Perlu diingat bahwa gigi molar susu atas mempunyai akar yang
memancar , yang menyulitkan pencabutannya. Apabila permasalahannya tersebut
di tambah dengan adanya resorpsi, maka tekanan berlebihan harus dihindari.
Seperti pada pencabutan semua gigi atas, digunakan pinch grasp dan telapak
mrnghadap ke atas.
Tang #150s ini biasanya digunakan dari depan kanan dan kiri dengan cara pinch
grasp dan posisi telapak tangan yang menghadap ke atas, posisi telapak tangan ini
memungkinkan terjadinya posisi pergelangan lurus dan siku yang mendekati
badan. Teknik pinch grasp yang efektif juga tergantung pada retraksi pipi atau
bibir dan stabilitas prosesus alveolaris.
Pencabutan pada gigi yang sudah goyang (anestesi dengan Chlor Ethyl)
Letakkan ujung tang (beak/ paruh) pada bagian bukal dan lingual/ palatinal
gigi sampai cervical gigi/ bifurkasi gigi.
22
Pada gigi dengan akar tunggal (gigi anterior), gerakan pencabutan rotasi
(gigi diputar sesuai sumbu panjang gigi) dan ekstraksi (gigi digerakkan
kea rah pertumbuhan gigi).
Pada gigi dengan akar lebih dari satu, gerakan pencabutan luksasi (gigi
digerakkan ke bukal dan palatal/ lingual) dan ekstraksi.
o
Letakkan ujung tang (beak/ paruh) pada bagian bukal dan lingual/
palatinal gigi sampai cervical gigi/ bifurkasi gigi.
Pada gigi dengan akar lebih dari satu, gerakan pencabutan luksasi
(gigi digerakkan ke bukal dan palatal/ lingual) dan ekstraksi.
Posisi Operator
Penempatan kursi yang tinggi dan posisi berbaring diperlukan untuk pencabutan
gigi-gigi atas karena membantu visualisasi.
Posisi untuk kuadran kanan atas, posisi yang nyaman dan efisien untuk
operator adalah di depan pasien.
Posisi untuk gigi posterior kuadran kiri atas, operator berdiri disebelah
kanan dental chair dengan posisi kursi sedikit di tinggikan.
23