Вы находитесь на странице: 1из 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK S

DENGAN FEBRIS DEMAM DI POLI ANAK


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun Oleh
Bambang setyawan
1004005

YAYASAN KEPERAWATAN YOGYAKARTA


AKADEMI KEPERAWATAN YKY
YOGYAKARTA
2007
TINJAUAN KASUS

FEBRIS DEMAM
A. PENGERTIAN
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara
dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang
pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi
saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek
90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial.
B. ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab
demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan

penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain


secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang
pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu
badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat
penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara
intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang
medis lainnya.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih
dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan
seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
D. PENATALAKSANAAN THERAPEUTIK
1. Antipiretik
2. Anti biotik sesuai program
3. Hindari kompres alkohol atau es
E. PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul
demam, gejala lain yang menyertai demam (miasalnya: mual
muntah, nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll),
apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus
dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti: pemeriksaan
laboratotium, foto rontgent ataupun USG.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporsis.

G. PERNCANAAN
No. Diagnosa
Keperawata
n

Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Hypertensi
b/d proses
infeksi

Resiko injuri
b/d infeksi
mikroorganis
me

Setelah dilakukan tindakan 1.


Pantau
suhu
klien
keperawatan
selama.x
(derajat
dan
pola)
perhatikan
24
jam
menujukan
menggigil/diaforsis
temperatur dalan batas 2.
Pantau suhu lingkungan,
normal dengan kriteria:
batasi/tambahkan linen tempat tidur
- Bebas dari kedinginan
sesuai indikasi
- Suhu tubuh stabil 36-37 3.
Berikan kompres hangat
C
hindri penggunaan akohol
4.
Berikan miman sesuai
kebutuhan
5.
Kolaborasi
untuk
pemberian antipiretik
Setelah dilakukan tindakan 1.
Kaji
tanda-tanda
komplikasi
keperawatan selama ......
lanjut
24 jam anak bebas dari 2.
Kaji status kardiopulmonar
cidera dengan kriteria:
3.
Kolaborasi untuk pemantauan
menunjukan
laboratorium: monitor darah rutin
homeostatis
4.
Kolaborasi untuk pembereian
tidak
ada
antibiotik
perdarahan mukosa dan
bebas dari komplikasi lain

Resiko
kurang
volume
cairan b/d
intake yang
kurang dan
deperosis

Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
selama
.x
24
jam
volume
cairn
adekuat
dengan kriteria:
- tanda vital dalam batas
normal
- nadi perifer teraba kuat
- haluran urine adekuat
- tidak ada tanda-tanda
dehidrasi

Cemas
berhubungan
dengan
hipertermi,
efek proses
penyakit

Setelah dilakukan tindakan


perawatan selama 2 x 24
jam cemas hilang dengan
kriteria:
- klien
dapat
mengidentifikasi
hal-hal
yang dapat meningkatkan
dan menurunkan suhu
tubuh
- klien mau berpartisipasi
dalam
setiap
tidakan
yang dilakukan
- klien
mengungkapkan
penurunan cemas yang
berhubungan
dengan
hipertermi,
proses

1. Ukur/catat haluaran urine dan berat


jenis. Catat ketidak seimbangan
masukan dan haluran kumulatif
2. Pantau tekanan darah dan denyut
jantung ukur CVP
3. Palpasi denyut perifer
4. Kaji membran mukosa kering, tugor
kulit yang kurang baik dan rasa halus
5. Kolaborasi untuk pemberian cairan IV
sesuai indikasi
6. Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah
sel darah merah, BUN,cre, Elek,LED,
GDS
1. Kaji dan identifikasi serta luruskan
informasi
yang
dimiliki
klien
mengenai hipertermi
2. Berikan
informasi
yang
akurat
tentang penyebab hipertermi
3. Validasi perasaan klien dan yakinkan
klien bahwa kecemasam merupakan
respon yang normal
4. Diskusikan rencana tindakan yang
dilakukan
berhubungan
dengan
hipertermi dan keadaan penyakit

penyakit

Вам также может понравиться