Вы находитесь на странице: 1из 11

Kerajaan Islam di Sumatera

Nama Kelompok :
1. Fauzan Deni
/X-Mia 1/17
2. Putri Nadila Amalia /X-Mia 1/31
3. Vinda Febrianti
/X-Mia 1/34

Jl. Margasatwa Raya No. I Pondok Labu, Cilandak,Jakarta Selatan, DKI Jakarta

Telp/Faks: (021) 7690064. Situs web: www.sman34jkt.org. email: sman34jkt11@gmail.com

Proses masuk dan berkembangnya


pengaruh islam di Indonesia
Proses masuknya agama islam ke Indonesia masih diperdebatkan waktu
kepastiannya. Beberapa sejarawan menyebut abad ke-7 sebagai awal masuknya agama
islam ke Indonesia. Sebagian lainnya menyebut abad ke-13. Sumber sejarah yang
menginformasikan islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 berasal dari berita cina zaman
dinasti tang. Catatan ini menerangkan bahwa pada tahun 674 M, di pantai barat sumatera
telah terdapat perkampungan orang-orang arab yang beragama islam. Perkampungan
tersebut dinamakan barus atau fansur. Sumber sejarah yang menyatakan islam mulai masuk
ke Indonesia pada abad ke-13, yaitu sebagai berikut
Catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah
di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah
menganut agama islam
o Ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh, yang
berangka tahun 1297 M.
Para sejarawan memang berbeda pendapat tentang waktu masuknya islam ke
Indonesia. Namun, lebih banyak ahli sejarah yang cenderung percaya bahwa masuknya
islam ke Indonesia pada abad ke-7. Abad ke-13 menunjuk pada perkembangan islam hingga
tumbuhnya kerajaan-kerajaan islam di Indonesia.
Proses masuknya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai dan dilakukan dengan
cara- cara sebagai berikut.
Melalui Cara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara
China dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia yang sangat strategis ini
membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat karena dilalui oleh
para pedagang dari seluruh dunia termasuk para pedagang muslim. Pada
perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini banyak yang tinggal dan
mendirikan perkampungan islam di Nusantara
Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan
yang terpandang. Hal ini menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk
menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah,
sang gadis akan menjadi muslim terlebih dahulu. Pernikahan secara muslim
antara para saudagar muslim dengan penguasa lokal ini semakin memperlancar
penyebaran Islam di Nusantara.
Melalui Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam
terbentuk. Pendidikan dilakukan di pesantren ataupun di pondok yang dibimbing
oleh guru agama, ulama, ataupun kyai. Para santri yang telah lulus akan pulang
ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan Islam di kampung masingmasing.
Melalui Kesenian
Wayang adalah salah satu sarana kesenian untuk menyebarkan islam kepada
penduduk lokal. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh terpandang yang
mementaskan wayang untuk mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yang
dipentaskan biasanya dipetik dari kisah Mahabrata atau Ramayana yang
kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.

Teori-Teori Mengenai Proses


Masuknya Islam ke Nusantara
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori
Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban
tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku
penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:

Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran


Islam di Indonesia.
Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia
Cambay Timur Tengah Eropa.
Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M.
Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat
timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga
bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak
(Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang
memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama
yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke
7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).Dasar teori ini adalah:

Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.

Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh


mazhab Syafii terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.

Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut


berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang
mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam .
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanyaberasal dari Persia (Iran). Dasar Teori ini:
Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al Hallaj.

Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tandatanda bunyi Harakat.

Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama


salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.

Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan


kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam
masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke 7 dan mengalami
perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam
adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).

Kerajaan Islam di Nusantara


Kerajaan Islam di Nusantara antara lain :
Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Aceh Darussalam (1514-1528)
Kesultanan Banten (1526-1682)
Kesultanan Demak (1500-1568)
Kesultanan Pajang (1568-1586)
Kesultanan Mataram (1586-1645)
Kesultanan Cirebon (Abad 15 M- 16 M)
Kesultanan Banten (1525-1579)
Kesultanan Gowa-Tallo ( Makassar) (abad 15 M-1669)
Kesultanan Pontianak (1720-1828)
Kesultanan Ternate (abad 14 M-17 M)

Kerajaan Islam di Sumatera


Berdasarkan catatan Tom Pires dalam Suma Oriental (1512-15150 dikatakan bahwa
di Sumatera terdapat banyak kerajaan islam, baik yang besar maupun kecil. Diantara
kerajaan tersebut antara lain Aceh, Biar dan Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat,
Siak, Kampar, Tongkal, Indragiri,
Jambi,Palembang,Andalas,Pariaman,Minagkabau,Tiku,Panchur,dan Barus. Menurut Tome
Pires, Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang sedang mengalami pertumbuhan,ada pula yang
sedang mengalami perkembangan dan ada pula yang sedang mengalami keruntuhannya.

Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan Samudra Pasai didirikan pada abad ke - 11 M oleh Meurah Khair . Kerajaan ini
terletak dipesisir timur laut Aceh. Dalam catatan sejarah, kerajaan ini merupakan kerajaan
Islam pertama di Indonesia. Penguasa kerajaan Samudra Pasai terdiri atas dua dinasti.
1. Dinasti Meurah Khair .Pendiri dua kerajaan Samudra Pasai adalah Meurah Khair.
Ia bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042-1078). Pengganti Meurah Khair
adalah Maharaja Mansyur Syah yang berkuasa dari tahun 1078-1133 M. Pengganti
Maharaja Mansyur Syah yang berkuasa adalah Maharaja Giyasuddin Syah. ia
berkuasa dari tahun 1133-1155 M. Raja kerajaan Samudra Pasai berikutnya
adalah Meurah Noe yang bergelar Maharaja Nuruddin. Ia berkuasa dari tahun 11551210. Raja ni dikenal juga dengan sebutan tengku Samudra atau Sultan Nazimuddin
al Kamil . Sultan ini sebenarnya berasal dari Mesir yang ditugaskan sebagai
laksamana untuk merebut pelabuhan di Gujarat. Raja ini tidak memiliki keturunan
sehingga pada saat ini wafat. kerajaan Samudra Pasai di landa kekacauan karena
perebutan kekuasaan.
2. Dinasti Meurah Silu .Meurah Silu bergelar Sultan Malik as Sahaleh
( 1285-1297
M ) . Meurah Silu adalah keturunan Raja Perlak ( sekarang Malaysia ) yang
mendirikan dinasti kedua di kerajaan Samudra Pasai. Sistim pemerintahan kerajaan
dan angkatan perang laut serta sudah terstruktur rapi. Kerajaan mengalami
kemakmuran terutama setelah pelabuhan Pasai dibuka.
Raja-raja yang memerintah Kerajaan Samudra Pasai :
1. Sultan Malik as - Saleh
1285-1297 M
2. Sultan Muhammad Malik Zahir
1297-1326 M
3. Sultan Mahmud Malik Zahir

1326-1345 M

4. Sultan Mansur Malik Zahir

1345-1346 M

5. Sultan Ahmad Malik Zahir

1346-1383 M

6. Sultan Zainal Abidin

1383-1403 M

Pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin ( 1383 - 1405 M ) kekuasaan kerajaan
meliputi daerah :
Kedah di Semenanjung
Malaya. ( buktinya
terdapat pada sebuah
batu
nisan
di
Menyetuju
pasai.
kedah ).

Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam ke Pulau Jawa dan Sulawesi
dengan mengirim ahli-ahli dakwah seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak.
Kehidupan perekonomian Samudra Pasai didasarkan pada perdagangan nasional dan
internasional. Letak kerajaan yang sangat strategis di Selat Malaka menyebabkan pelabuhan
Samudra Pasai ramai dikunjungi pedagang. Pada perkembangannya . Kerajaan Samudra
Pasai bahkan menyaingi kebesaran Kerajaan Sriwijaya yang saat ini mengalami
kemunduran.
Bukti kemakmuran Kerajaan Samudra Pasai adalah adanya cerita dari Tome Pires,
seorang

Pelancong Port
ugis. Pires
menyatakan
bahwa
pada saat itu
di Samudra
Pasai.terdapat
mata
uang Drama
( dirham ) yan
g
bentuknya
kecil.
ia
juga
menyatakan
bahwa
setiap kapal yang membawa barang dari barat dikenai pajak 6 %.
Perkembangan kerajaan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam yang besar ditunjang
dengan diberlakukannnya hukum atau Syari;ah islam dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. kehidupan masyarakat selain bernapaskan Islam juga memperlihatkan kemiripan
dengan perkembangan masyarakat Timur Tengah yang berdagang di samudra Pasai
menularkan cara hidup khas Timur Tengah.
walupun kehidupan sosial masyarakat Samudra Pasai diwarnai oleh ajaran Islam , tetapi
tidak banyak ditemukan peninggalan budaya Islam. kalaupun ada peninggalan tersebut
bukan berasal dari Kerajaan samudra pasai sendiri. Silsilah raja-raja Pasai misalnya,
ditemukan pada Silsilah Tawarikh raja Aceh atau batu nisan Ratu Pasai dari Gujarat.

Kesultanan Aceh Darussalam


Awal Berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam
Merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, Indonesia.
Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Bandar Aceh
Darussalam.
Kesultanan Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun
1496.

Wilayah Kekuasaan Kesultanan Aceh darussalam


Daerah-daerah yang menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh
Darussalam, dari masa awalnya hingga terutama berkat andil Sultan Iskandar Muda,
mencakup antara lain hampir seluruh wilayah Aceh, termasuk Tamiang, Pedir, Meureudu,
Samalanga, Peusangan, Lhokseumawe, Kuala Pase, serta Jambu Aye. Selain itu, Kesultanan
Aceh Darussalam juga berhasil menaklukkan seluruh negeri di sekitar Selat Malaka termasuk
Johor dan Malaka, kendati kemudian kejayaan pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam di
bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda mulai mengalami kemunduran pasca
penyerangan ke Malaka pada 1629.

Wilayah Kesultanan Aceh Darussalam sekitar Abad ke-14 dan 15


Masehi
Selain itu, negeri-negeri yang berada di sebelah timur Malaya, seperti Haru (Deli),
Batu Bara, Natal, Paseman, Asahan, Tiku, Pariaman, Salida, Indrapura, Siak, Indragiri, Riau,
Lingga, hingga Palembang dan Jambi. Wilayah Kesultanan Aceh Darussalam masih meluas
dan menguasai seluruh Pantai Barat Sumatra hingga Bengkulen (Bengkulu). Tidak hanya itu,
Kesultanan Aceh Darussalam bahkan mampu menaklukkan Pahang, Kedah, serta Patani.
Pembagian wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam pada masa Sultan Iskandar
Muda diuraikan sebagai berikut:

1. Wilayah Aceh Raja


Dibagi dalam tiga Sagoi (ukuran wilayah administratif yang kira-kira setara dengan
kecamatan) yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala dengan gelar Panglima
Sagoe, yaitu:
Sagoe XXII Mukim,
Sagoe XXV Mukim
Sagoe XXVI Mukim.
Di bawah tiap-tiap Panglima Sagoe terdapat beberapa Uleebalang dengan daerahnya yang
terdiri dari beberapa Mukim (ukuran wilayah administratif yang kira-kira setara dengan
kelurahan/desa). Di bawah Uleebalang terdapat beberapa Mukim yang dipimpin oleh
seorang kepala yang bergelar Imeum. Mukim terdiri dari beberapa kampung yang masingmasing dipimpin oleh seorang kepala dengan gelar Keutjhi.

2. Daerah Luar Aceh Raja


Daerah ini terbagi dalam daerah-daerah Uleebalang yang dipimpin oleh seorang
kepala yang bergelar Uleebalang Keutjhi. Wilayah-wilayah di bawahnya diatur sama dengan
aturan wilayah yang berlaku di Daerah Aceh Raja.

3. Daerah yang Berdiri Sendiri


Di dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam terdapat juga daerah-daerah
yang tidak termasuk ke dalam lingkup Daerah Aceh Raja ataupun Daerah Luar Aceh Raja.

Daerah-daerah yang berdiri di perintahkan oleh uleebalang untuk tunduk kepada Sultan
Aceh Darussalam

Runtuhnya Kesultanan Aceh Darussalam


o Memasuki abad ke-20, menyusup seorang pakar budaya dan tokoh pendidikan
Belanda, Dr. Snouck Hugronje, ke dalam masyarakat adat Aceh.
o Snouck Hugronje menyarankan kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda agar
mengubah fokus serangan yang selama ini selalu berkonsentrasi ke Sultan dan kaum
bangsawan, beralih kepada kaum ulama.
o Belanda akhirnya sukses menaklukkan Aceh. Pada 1903, kekuatan Kesultanan Aceh
Darussalam semakin melemah seiring dengan menyerahnya Sultan M. Dawud
kepada Belanda.
o Tahun 1904, hampir seluruh wilayah Aceh berhasil dikuasai Belanda.

Beberapa Raja-raja Yang Pernah memerintah


Sultan Ali Mughayat Syah
Beliau merupakan pendiri kesultanan Aceh Darussalam.
Sultan Ali Mughayat Syah dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 Hijriah atau
tanggal 8 September 1507 Masehi.
Memerintah tahun 1507 1530 M.
Di bawah kekuasaannya, Kerjaan Aceh melakukn perluasan ke beberapa daerah yang
berada di daerah Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan
bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.
Beliau Wafat pada tanggal 12 Dzulhijah tahun 936 Hijriah atau pada 7 Agustus 1530.
Dan kemudian pemeintahan beralih kepada putranya yang bergelar Sultan
Salahuddin.
Sultan Salahddin
Beliau adalah putra dari Sultan Ali Mughayat Syah.
Sultan Salahuddin memerintah sepeninggal ayahnya yakni tahun 1530 M kurang
lebih 1537 M.
Berbeda dengan ayahnya, Sultan Salahuddin adalah penguasa yang lemah. Ia tidak
memperdulikan pemerintahaan
kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosostan yg tajam. Oleh
karena itu, Sultan Salahuddin digantiakan saudaranya yang bernama Alauddin Riayat Syah
al-Kahar.
Ri'ayat Syah al Qahar ( 1537-1568 )
o Sultan Alauddin al-Qahhar bergelar resmi `Ala ad-Din Ri`ayat Syah al-Kahhar.
o Memerintah sejak tahun 1537 atau 1539 1568.
o Dikenang sebagai penguasa yang memisahkan masyarakat Aceh ke grup administratif
(kaum atau suke).
o Beliau menjalin hubungan militer ke negara-negara timur seperti Turki, Abbesinia
(Ethiopia), dan Mesir.
o Beliau pun berhasil menaklukan beberapa kerajaan seperti Batak, Aru, dan Barus.
Sultan Iskandar Muda
1. Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 1636 M.

2. Pada masa pemerintahannya Kesultanan Aceh Darussalam mencapai masa


kejayaannya. Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas
perdagangan, bahakan menjadi bandar transit yang menghubungkan pedagangpedagang dari penjuru dunia.
3. Dalam hal penyebarluasan kekuasaan, Sultan Iskandar Muda meneruskan perjuangan
Aceh dengan menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya.
Tujuannya adalah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai
daerah daerah penghasil lada.
4. Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan bijaksana.
5. Setelah beliau wafat, beliau digantikan oleh menantunya, yakni Sultan Iskandar Thani.
Sultan Iskandar Thani ( Iskandar Tsani)
Beliau adalah Sultan Aceh ketiga belas, menggantikan Sultan Iskandar Muda.
Memerintah Aceh tahun 1636 1641 M.
Beliau adalah menantu dari Sultan Iskandar Muda dan suami dari Puteri Sri Alam.
Ia merupakan penguasa yang kuat, sanggup menekan bangsawan Aceh dan berusaha
untuk mensentralisasikan kekuasaan seperti yang dilakukan oleh Iskandar Muda.
Istana Iskandar Tsani dikenal sebagai pusat dari pendidikan Islam.
Pada masa pemerintahannya, muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin arRaniri yang berasal dari Gujarat. Ia menulis buku sejarah Aceh berjudul
Bustanussalatin.
Beliau wafat tahun 1641 dan digantikan oleh Istrinya Putri Sri Alam.

Perekonomian
v Kegiatan perekonomian pada masa kesultanan Aceh Darussalam adalah perdagangan
dan pertukangan.
komoditas yang diperdagangkan diantaranya :
1. Minyak tanah dari Deli.
2. Belerang dari Pulau Weh dan Gunung Seulawah.
3. Kapur dari Singkil.
4. Kapur Barus dan menyan dari Barus.
5. Emas di pantai barat.
6. Sutera di Banda Aceh.
7. Lada dari pantai Barat yaitu Rigas, Teunom dan Meulaboh.
8. Pandai emas, tembaga, dan suasa.
9. Lumbung Beras di Pidie.
v Sudah mengenal uang yang terbuat dari emas, kupang, pardu, dan tahil.

Вам также может понравиться