Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I
KONTRAK KONSTRUKSI
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Mahasiswa dapat:
1. Menyebutkan bentuk bentuk kontrak
2. Memahami hukum yang berlaku jika terjadi pelanggaran kontrak
3. Memahami mengapa sampai terjadi pemutusam kontrak
4. Menyebutkan kerugian yang terjadi akibat pelanggaran kontrak
5. Memahami hubungan kontrak terhadap pihak terkait
6. Menyebutkan jenis-jenis kontrak
7. Memahami metode kontak pada poyek konstruksi
8. Memahami akan terjadinya perselisihan dan klaim serta penyelesaiannya
I.1 PENGERTIAN
Kontrak konstruksi adalah perjanjian tertulis yang mengacu pada ketentuan
hukum yang berlaku antara pengguna jasa/pemberi pekerjaan dan penyedia jasa
konstruksi/kontraktor serta berisi segala aspek tentang pelaksanaan pekerjaan.
Ikatan antara pengguna jasa/pemberi pekerjaan dan penyedia jasa konstruksi/kontraktor
ini dijelaskan dalam pasal pasal serta ayat ayat kontrak tentang hak dan kewjiban
masing masing pihak/para pihak yang menandatangani kontrak tersebut, yang
didasarkan pada penawaran dan kesepakatan bersama. Dimasa masa yang akan
datang, kontrak ini akan dikenal / disebut dengan nama Ikatan Kontrak Konstruksi
(IKK).
Sebelum suatu kontrak ditandatangani biasanya terdapat suatu proses yang mendahului
dan proses ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari administrasi kontrak.
Proses tersebut dapat melalui pengadaan barang jasa/ tender/ pelelangan atau pemilihan
/ pengadaan langsung kepada penyedia jasa konstruksi/kontraktor.
Hukum dalam kontrak ini adalah sejumlah aturan aturan sebagai acuan perilaku
manusia yang ditegaskan oleh institusi, oleh sebab itu tahap awal yang harus dipahami
adalah dasar-dasar pengertian kontrak serta konsep kontrak konstruksi.
Dasar dasar pengertian kontrak dalam konteks kontrak adalah mencakup hal hal
yang berkaitan dengan :
Proses pembentukan kontrak
Proses dan prosedur pelaksanaan kontrak
Pelanggaran kontrak
Perhitungan kerugian akibat pelanggaran kontrak
Hubungan kontrak terhadap para pihak
Dalam hal ini perlu dicermati isi yang ada didalam kontrak, karena pihak yang membuat
kontrak dengan berbagai pertimbangan akan mempunyai kecenderungan yang mungkin
akan merugikan salah satu pihak.
a.
KESEPAKATAN
Apabila ke dua belah pihak melakukan suatu transaksi terhadap obyek tertentu
dan transaksi tersebut disepakati bersama yang sifatnya mengikat serta berlaku terhadap
semua aspek prinsip yang menyangkut persetujuan, maka hal tersebut dikatakan bahwa
kedua belah pihak telah saling menyetujui.
Aspek-aspek prinsip yang sangat diperlukan dalam suatu kesepakatan/persetujuan
adalah menyangkut kelengkapan aspek-aspek subyektif dan obyektif persetujuan.
Sebagai contoh suatu kasus sebagai berikut;
Jika ada seorang investor akan membuat suatu kesepakatan dengan
perusahaan (dalam hal ini: kontraktor atau konsultan), untuk membuat
rancangan/membangun sejumlah bangunan beserta kelengkapannya, namun
para pihak ini belum menyebutkan jumlah biaya maupun harga yang
disepakati, maka pada tahap ini belum dapat dikatakan bahwa kontrak
terbentuk, Jika dikemudian hari telah terjadi kesepakatan harga, waktu
pelaksanaan dan tata cara pembayarannya, maka kesepakatan tersebut harus
dituangkan dalam dokumen yang tertulis dan mengikat (kontrak). Hal yang
sama juga dapat berlaku pada suatu persetujuan yang tidak dapat secara tegas
menetapkan waktu penyelesaian pekerjaan,
Namun secara umum suatu kesepakatan yang disetujui bersama harus bebas dari semua
terminologi yang dapat mempunyai arti samar-samar/ganda. Terminologi atau kata-kata
yang bermakna ganda dapat menimbulkan keragu-raguan dalam pengertian dan
penafsirannya. Akibatnya, masing-masing pihak akan berusaha memberikan penafsiran
sendiri-sendiri yang tentunya dengan maksud untuk tidak merugikan diri sendiri
sehingga muncullah bibit perselisihan (dispute). Oleh karena itu, sangat penting bagi
semua pihak yang terkait ataupun terlibat dalam kontrak untuk mengerti dan memahami
apa yang diharapkan dan apa yang akan diberikan oleh masing-masing pihak.
Sebuah contoh ketidak-jelasan dalam isi kontrak dapat terjadi pada kesepakatan waktu
penyelesaian suatu proyek. Suatu kontrak harus secara tegas menyebutkan waktu
penyelesaian pekerjaan dalam suatu waktu yang terdefisinikan secara lengkap dan jelas.
Jika disebutkan bahwa waktu penyelesaian sebuah proyek adalah 100 hari maka harus
dijelaskan apa yang dimaksud dengan 100 hari, apakah seratus hari kalender ataukah
3
hari kerja?. Hal ini secara langsung berkaitan dengan perencanaan pelaksanaan
pekerjaan dan pada akhirnya berakibat pada biaya proyek.
Satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam
upaya
memahami dan
PIHAK II
Penawaran
Tanggapan,penerimaan,
penolakan, penerimaan dg syarat
PIHAK I
Gambar 1.1 Proses Penawaran dan Penerimaan Dalam Kontrak
Hal penting lainnya yang berkaitan dengan aspek penawaran adalah adanya waktu
berlakunya penawaran. Untuk kontrak-kontrak yang ditenderkan, dalam setiap
penawaran umumnya dicantumkan waktu berlakunya harga penawaran, biasanya
mencapai 60 s/d 90 hari setelah saat pemasukan penawaran. Selama periode tersebut,
penawar (calon kontraktor) tidak diperbolehkan menarik atau mengubah harga
penawarannya. Sebaliknya, setelah periode tersebut pengguna jasa/pemilik tidak dapat
lagi memaksa penawar untuk tetap mempertahankan dan menggunakan harga
penawaran yang lama.
Penetapan masa berlakunya penawaran dimaksudkan untuk melindungi pihak yang
melakukan penawaran dan atau pihak yang akan menerima penawaran dari resiko
kerugian yang dapat timbul akibat perubahan sistem sosial, politik dan moneter yang
terjadi selama transaksi tawar-menawar belum disepakati.
kontrak pekerjaan,
surat penawaran,
spesifikasi,
6
gambar rencana,
pengguna
jasa/pemberi
tugas
maupun
penyedia
jasa
konstruksi/kontraktor.
Bagi pengguna jasa/pemberi pekerjaan atau pemilik pekerjaan, sangat penting
untuk memperkirakan saat serah terima pekerjaan yang berkaitan dengan
program pemanfaatannya.
Bagi penyedia jasa konstruksi/ kontraktor, yang penting adalah menentukan
penyediaan sumber daya, untuk menyelesaikan pekerjaan.
meneliti
kembali
dokumen-dokumen
seperti
penyerahan
d. KONTRAK PEKERJAAN
Kontrak pekerjaan merupakan salah satu dokumen kontrak yang biasanya terdiri
dari beberapa pasal dan di jelaskan didalam ayat demi ayat.
Isi dari dokumen kontrak perlu menyebutkan antara lain :
Hari, tanggal dan bulan ditandatangani kontrak pekerjaan tersebut
Para pihak/Pihak pihak yang terkait dalam kontrak pekerjaan
Pihak pertama biasanya adalah pengguna jasa/pihak yang mempunyai
pekerjaan atau biasa disebut pemilik pekerjaan / pemberi pekerjaan,
sedangkan pihak kedua adalah penyedia jasa konstruksi/pihak yang
menjalankan / melaksanakan pekerjaan atau Kontrakror.
Tujuan Kontrak
Menjelaskan tentang nama pekerjaan yang harus dikerjakan oleh pihak
kedua/penyedia jasa konstruksi serta tempat/lokasi dari pekerjaan, dan diatur
lebih lanjut dalam dokumen kontrak
Lingkup Pekerjaan
Menjelaskan mengenai scope/lingkup pekerjaan yang disebutkan dalam nama
pekerjaan dan meliputi jenis jenis kegiatan yang harus dikerjakan;
Hak dan Kewajiban
Memuat uraian hak pengguna jasa/Pemberi Tugas untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak Penyedia jasa konstruksi untuk memperoleh informasi
dan imbalan jasa serta kewajibannya dalam mewujudkan pekerjaan
konstruksi;
Nilai Kontrak
Besarnya nilai kontrak harus jelas dan dicantumkan, baik dalam angka
maupun dalam huruf, angsuran pembayaran, serta jangka waktu pelaksanaan
dan masa pemeliharaan.
Jangka Waktu
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan harus dicantumkan, diisi dengan
huruf hari kalender dan dihitung sejak ditertibkannya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) serta harus disebutkan dengan jelas kapan
pekerjaan tersebut harus diserahkan pertama kali dengan baik oleh
penyedia jasa konstruksi/kontraktor kepada pengguna jasa/pemberi
pekerjaan.
Jangka waktu pemeliharaan
Jangka waktu pemeliharaan harus dicantumkan / ditetapkan di dalam
kontrak pekerjaan ini dan dihitung sejak tanggal seperti ditetapkan dalam
berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan. Apa yang timbul akibat
kerusakan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya pihak penyedia jasa
konstruksi/kontraktor.
Cara Pembayaran
Macam/cara pembayaran harus dicantumkan / ditetapkan didalam kontrak
pekerjaan ini.
Jenis atau macam/ cara pembayaran ini ada beberapa yaitu :
Sistem termijn.
10
Pengendalian Tugas
Berisi bahwa penyedia jasa/ Kontraktor tidak boleh mengalihkan seluruh atau
sebagian kontrak pekerjaannya kepada Pihak Ketiga tanpa persetujuan tertulis
dari pihak pengguna jasa/pemberi tugas.
Pekerjaan yang disubkontrakkan nilainya tidak boleh lebih dari angka tertentu
dari nilai kontrak pekerjaan.
Pemberi Tugas
Tugas dan wewenang pemberi tugas merupakan/sebagai wakil dari pemilik
pekerjaan.
Kewajiban kewjiban penyedia jasa konstruksi/kontraktor
Kewajiban-kewajiban ini berisikan tugas tugas dari penyedia jasa
konstruksi/kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaannya dan harus sesuai
dengan dokumen kontrak.
Perjanjian ikatan kontrak, kewajibannya untuk segera setelah 15 hari
diterimanya Surat Penunjukkan Pemenang menyerahkan jaminan pelaksanaan
yang besarnya ditentukan sebelumnya dan segera mengadakan ikatan
kontrak.
Waktu dimulainya pekerjaan dan keterlambatan.
Pemimpin Proyek, paling lambat 15 hari mengeluarkan Surat Penyerahan
Lapangan (SPL) bersamaan dengan dikeluarkannya Surat Penyerahan
Lapangan maka dikeluarkan juga surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Tanggal dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja dianggap sebagai tanggal
dimulainya pekerjaanya.
Namun demikian ada kalanya pengguna jasa/pemberi tugas menyerahkan
Surat Perintah Mulai Kerja 7 hari setelah menerima surat perintah kerja
penyedia jasa konstruksi/Kontraktor memulai pekerjaanya.
Dicantumkan juga denda akibat keterlambatan, yang biasanya berkisar 1
(satu permil) untuk keterlambatan perharinya dengan maksimal 5% dari nilai
kontrak pekerjaan.
12
f. SPESIFIKASI
Spesifikasi adalah dokumen kontrak yang berisikan persyaratan persyaratan
teknis, sedang susunan dan isinya tergantung dari macam dan jenis pekerjaan yang
ditenderkan/dilelangkan.
Secara garis besar spesifikasi berisi tentang:
Uraian dari jenis pekerjaan yang akan dikerjakan;
Material yang akan dipakai meliputi persyaratan, metode pengetesannya dan
pengujiannya;
Metode pelaksanaan dari pekerjaan;
Dasar pembiayaan.
13
sebagai
pelanggaran
yang
material.
Pada
umumnya,
setelah
PENILAIAN PELANGGARAN
PELANGGARAN MATERIAL
yang dilanggar aspek penting
PELANGGARAN MATERIAL
yang dilanggar bukan aspek penting
PEMUTUSAN KONTRAK
15
tidak
memenuhi
spesifikasi
teknis
yang
telah
memberitahukan
lebih
dahulu
kepada
penyedia
jasa
16
a. BIAYA PENYELESAIAN
Jika penyedia jasa konstruksi/kontraktor diberhentikan karena dinyatakan tidak
berhasil dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka pengguna jasa/pemilik
dapat memilih penyedia jasa konstruksi/kontraktor lain intuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Sistem pendanaannya, yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian
pekerjaan tersebut, diambil dari sisa pembayaran yang seharusnya dibayarkan terhadap
penyedia jasa konstruksi/kontrtaktor pertama. Jika biaya yang dikeluarkan lebih besar
dari kontrak yang sudah disepakati, maka penyedia jasa konstruksi/kontraktor yang
melanggar kontrak berkewajiban membayar perbedaannya. Misalnya, dengan nilai
kontrak total sebesar Rp. 500 juta,- saat ini prestasi yang telah diselesaikan 50%, pada
saat yang sama, penyedia jasa konstruksi/kontraktor diberhentikan dan ditunjuk
penyedia jasa konstruksi/kontraktor lain untuk menyelesaikan
b. SELISIH NILAI
Untuk beberapa keadaan perlindungan dengan metode biaya penggantian tidak
dapat dilakukan. Misalnya, pelanggaran kontrak yang disebabkan oleh pekerjaan
yang tidak sesuai dengan gambar rencana/gagal (defective work) dan bukan
karena pekerjaan tersebut tidak selesai. Sebagai contoh adalah perbaikan
pekerjaan pembetonan balok dan plat lantai yang tidak mencapai kekuaan K.225
17
seperti yang disyaratkan. Misalnya nilai balok dan plat adalah Rp. 200 juta,- +
biaya pembongkaran + biaya penyetelan kembali. Lihat ilustrasi berikut:
Seorang penyedia jasa konstruksi/kontarktor menuntut pengguna jasa/pemilik
yang menolak pekerjaan yang telah sebagian diselesaikannya. Atas penolakan
pembayaran tersebut, penyedia jasa konstruksi/kontraktor dapat menuntut
pengguna/pemilik untuk memberikan biaya penggantian (compensatory
damages), yang dapat dihitung berdasarkan:
1. nilai kontrak dikurangi biaya yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
2. Nilai pasar yang berlaku untuk pekerjaan yang telah dilakukan, tetapi
tidak melewati nilai kontrak yang telah disepakati.
Masalah yang paling sulit dalam hal ini adalah menentukan nilai sebenarnya dari suatu
pekerjaan yang telah dikerjakan, tetapi belum selesai sepenuhnya. Metode pengukuran
untuk pekerjaan demikian biasanya dilakukan dengan penilaian ahli dan kelemahannya
adalah sifat subyektifitas yang tinggi.
Pengguna jasa
Perencana
Insitusi Asuransi
Sub-Kontraktor A
Bank
Institusi Penjamin
Kontraktor utama
Sub-Kontraktor B
Suplier A
SuplierB
Seperti terlihat pada gambar di atas mengenai struktur hubungan kontrak tradisional
berikut ini, garis tegas menunjukan hubungan yang terjadi dengan adanya suatu kontrak,
sementara garis putus-putus menunjukan hubungan yang terjadi akibat kontrak-kontrak
19
tersebut. Pada struktur hubungan kontrak tersebut, meskipun institusi penjamin hanya
terikat kontrak dengan penyedia jasa konstruksi/kontraktor, tetapi implikasinya terhadap
proyek melibatkan banyak pihak lain. Penjamin memberikan jaminan atas penyedia jasa
konstruksi/ kontraktor pada pengguna jasa/pemilik dengan memberikan jaminan
pelaksanaan (performance bond), jaminan pembayaran (payment bond) , jaminan
pemeliharaan (maintenance bond), dan bentuk-bentuk jaminan lain.
I.8 JENIS
KONTRAK
BERDASARKAN
PENGGANTIAN BIAYA
Identifikasi
pihak
yang
terlibat
dalam
kontrak
PENGATURAN
yaitu
penyedia
jasa
20
harga
satuan
setiap
jenis/item
pekerjaan
sehingga
penyedia
jasa
konstruksi/kontraktor hanya perlu menentukan harga satuan yang akan ditawar untuk
setiap item dalam kontrak. Penentuan besarnya harga satuan ini harus mengakomodasi
semua biaya yang mungkin terjadi seperti biaya overhead, keuntungan, biaya-biaya tak
terduga dan biaya untuk mengantisipasi resiko.
Penggunaan jenis kontrak ini menjadi tepat apabila proyek mempunyai karakteristik
sebagai berikut: proyek dapat didefinisikan secara jelas, kuantitas aktual masingmasinag pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek dimulai. Metoda
tidak
seimbang
(unbalanced)
adalah
metoda
yg
digunakan
penyedia
jasa
metoda
ini
adalah
kesalahan
pengguna
jasa/pemilik
dalam
Dalam kontrak jenis ini, pembayaran akan dilakukan kepada penyedia jasa
konstruksi/kontraktor yang besarnya sesuai dengan kuantitas terpasang menurut hasil
pengukurannya. Oleh sebab itu, pengguna jasa/pemilik perlu meyakinkan hasil
pengukuran penyedia jasa konstruksi/kontarktor dengan melakukan pengukuran sendiri.
Kelemahan dari penggunaan kontrak jenis ini adalah pengguna jasa/pemilik tidak dapat
mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek selesai. Untuk mencegah
ketidak-pastian ini, perhitungan kuantitas tiap unit perlu dilakukan secara akurat.
Melihat karakteristik kontrak harga satuan ini maka jenis-jenis proyek yang kiranya
sesuai untuk kontrak jenis ini adalah proyek dengan estimasi kuantitas yang tidak dapat
dilakukan dengan akurat, seperti pekerjaan tanah, jalan raya, pemasangan pipa dan
sebagainya. Pada proyek-proyek seperti ini, sangat penting bagi penyedia jasa
konstruksi/kontraktor untuk mengetahui dan memahami batas-batas pay item dan pay
line yang ada dalam kontrak.
Kontrak jenis ini sangat memungkinkan terjadinya praktek unbalanced bid. Metoda ini
digunakan oleh penyedia jasa konstruksi/kontraktor dimana harga satuan dari beberapa
item pekerjaan tidak mencerminkan harga yang sebenarnya. Metoda ini digunakan
untuk memperoleh keuntungan dalam proyek. Ilustrasi dari metoda ini akan dijelaskan
sebagai berikut:
Kegiatan
Unit
Kuantitas
M3
20.000
10.000
200.000.000
M3
10.000
15.000
150.000.000
M3
5.000
5.000
25.000.000
Total
Total (Rp)
375.000.000
22
Anggap saja item kegiatan tersebut di atas merupakan item yang akan dibayar dalam
sebuah kontrak. Di dalam penawaran,harga tersebut telah ditambahkan biaya-biaya
yang nantinya dibutuhkan dalam proyek (misalnya keuntungan kontraktor, biaya
overhead) dan terdistribusi ke dalam tiga item kegiatan tersebut. Ditegaskan pula bahwa
tidak ada pembayaran untuk kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan. Tentunya
penyedia jasa konstruksi/kontraktor berharap mendapatkan dana untuk kegiatan
mobilisasi peralatan yang dibutuhkan di awal kegiatan proyek sehingga akan diterapkan
praktik unbalanced bid, seperti dalam tabel tersebut:
Kegiatan
Unit
Kuantitas
20.000
11.500
230.000.000
10.000
12.500
125.000.000
5.000
4.000
20.000.000
Total
Total (Rp)
375.000.000
Terlihat diatas bahwa penerapan metoda unbalanced bid tidak mengubah besarnya
harga penawaran. Dalam ilustrasi ini, dianggap bahwa kegiatan A dilakukan lebih
dahulu baru kemudian dilanjutkan pekerjaan B. Dengan metoda ini maka penyedia jasa
konstruksi/kontraktor akan mendapatkan dana segar di awal proyek yang dapat
dimanfaatkan untuk membiayai proyek sehingga tidak terjadi cash flow yang negatif.
Alasan lain penerapan metoda unbalanced bid adalah untuk mendapatkan keuntungan
yang disebabkan oleh kesalahan pengguna jasa/owner sebagai akibat tidak cermatnya
dalam menghitung kuantitas dari item pekerjaan. Untuk penjelasan praktek ini,
digunakan ilustrasi diatas. Jika penyedia jasa konstruksi/kontraktor dalam melakukan
23
Unit
Kuantitas
20.000
7.500
150.000.000
10.000
20.000
200.000.000
5.000
5.000
25.000.000
Total
Total (Rp)
375.000.000
Dalam kasus ini, pengguna jasa/ pemilik tidak akan dirugikan jika perhitungan kuantitas
dilakukan secara benar. Namun demikian apabila kuantitas sesungguhnya berbeda
dengan estimasinya maka akan terjadi kerugian di pihak pengguna jasa/pemilik. Biaya
yang akan dikeluarkan oleh pemilik menjadi seperti tabel berikut:
Kegiatan
Unit
Kuantitas
15.000
7.500
112.500.000
15.000
20.000
300.000.000
5.000
5.000
25.000.000
Total
Total (Rp)
662.500.000
24
Kegiatan
Unit
Kuantitas
15.000
10.000
150.000.000
15.000
15.000
225.000.000
5.000
5.000
25.000.000
Total
Total (Rp)
390.000.000
Dengan gambaran contoh diatas, terlihat jelas bahwa ketidak-akuratan data akan
menjadi biaya bagi pengguna jasa.
25
Kontrak jenis ini pada umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek atau dari
bagian proyek sulit diestimasi secara akurat. Hal demikian dapat terjadi jika
perencanaan belum selesai, proyek tidak dapat digambarkan secara jelas, proyek harus
diselesaikan dalam waktu singkat sementara rencana dan spesifikasi tidak dapat
diselesaikan sebelum proses konstruksi dimulai.
Kekurangan pada jenis kontrak ini adalah pengguna jasa kurang dapat mengetahui biaya
aktual proyek yang akan terjadi. Penguna jasa harus mendapatkan staf untuk memonitor
kemajuan pekerjaan sehingga dapat diketahui apakah biaya-biaya yang ditagih benarbenar dikeluarkan.
Penentuan fee untuk penyedia jasa konstruksi dalam kontrak ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, baik itu merupakan jumlah yang tetap (cost plus fixed fee), dalam bentuk
persentase biaya (cost plus persentage) atau dengan memberikan jaminan biaya
maksimum (cost plus fee with maximum guaranteed price).
Cost plus fixed fee, jenis ini telah mempertiombangkan pembayaran kembali pada
penyedia jasa konstruksi berupa biaya nyata (actual cost) yang telah dikeluarkan oleh
penyedia jasa konstruksi ditambah biaya umum (overhead cost) dan sejumlah
keuntungan yang tetap (fixed fee). Yang dimaksud biaya nyata adalah semua biaya upah
tenaga kerja, bahan bangunan, biaya peralatan. Kontak semacam ini digunakan untuk
pekerjaan yang sangat mendesak, misalnya tidak memungkinkan untuk mempersiapkan
gambar rencana.
Cost plus persentage, penyedia jasa konstruksi akan menerima kembali atau
penggantian semua biaya nyata (actual cost) yang telah dikeluarkan dan akan menerima
kompensasi yang besarnya didasarkan pada persentase dari biaya nyata (actual cost)
sesuai dengan kesepakatan bersama dengan pengguna jasa. Kontrak semacam ini
digunakan untuk pekerjaan yang sangat mendesak, sebagai contoh suatu pekerjaan tidak
memungkinkan mempersiapkan gambar rencana. Pada kontrak jenis ini biasanya terjadi
kecenderungan kontraktor untuk memperlambat pekerjaannya dengan harapan
memperbesar biaya nyata sehingga kompensasi yang diterima menjadai lebih banyak.
Cost plus fee with maximum guaranteed price, penyedia jasa konstruksi akan menerima
kembali semua biaya yang telah dikeluarkan ditambah dengan kompensasi yang
26
perancangan akan berakibat fatal yang dapat menimbulkan biaya extra yang tidak
sedikit. Untuk itu, perlu ada pertimbangan yang matang sehingga tidak terjadi
pelaksanaan konstruksi yang terburu-buru dan dapat menyebabkan kesalahan dalam
peranvangan dan pembuatan spesifikasi.
pihak
yang akan meminta jasa konsultan untuk merancasng bangunan yang akan dibangun.
Hasil rancangan ini akan merupakan pegangan pelaksanaan bagi kontraktor sebagai
pelaksana proyek.
Hubungan kerja antara pengguna jasa, konsultan dan penyedia jasa konstruki ini perlu
diatur secara jelas. Penyedia jasa yang mengatur hubungan kerja antara pengguna jasa,
konsultan dan penyedia jasa konstruksi/kontraktor amat tergantung pada jenis dan
ukuran proyek yang akan dilaksanakan. Kntrak ini harus dimengerti dengan jelas
sehingga dapat diperoleh pelaksanaan proyek yang efektif. Terdapat 5 jenis kontrak
dalam industri konstruksi meskipun sebenarnya banyak terdapat modifikasi dari kelima
jenis kontrakk ini.
PENYEDIA JASA
KONSULTASI
PENGGUNA JASA
PENYEDIA JASA
KONSTRUKSI UTAMA
PEKERJA
SENDIRI
PEMASOK
PEMASOK
PEKERJA
Aturan kontrak pada proyek swasta biasanya lebih luwes dari pada yang diberlakukan
pada proyek-proyek pemerintah. Pengumuman lelang dapat saja dilakukan secara
tertutup.
adalah pengguna jasa/pemilik tidak perlu mengalokasikan biaya atau profit bagi
penyedia jasa konstruksi/kontraktor umum seperti pada metode kontrak umum sehingga
biaya proyek dapat ditekan.
PENYEDIA JASA
KONSULTASI
PENGGUNA JASA
PENYEDIA JASA
KONSTRUKSI A
PEKERJA
SENDIRI
PEMASOK
PEMASOK
PENYEDIA JASA
KONSTRUKSI B
PEMASOK
PEKERJA
SENDIRI
c. METODE SWAKELOLA
Pada metode swakelola (force account method), pengguna jasa/pemilik proyek
tidak melakukan kontrak bagi proyek yang akan dilaksanakan karena mendanai,
merancang, melaksanakan dan mengawasi proyeknya yang semuanya dilakukan sendiri.
Jelas bahwa ketiga pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi berada dalam satu pihak
sehingga pengguna jasa/pemilik proyek harus mempunyai kemampuan yang seharusnya
dimiliki oleh penyedia konsultasi (perencana, pengawas) dan
penyedi jasa
konstruksi/kontraktor.
Karena tidak terjadi kontrak maka pengguna jasa/pemilik tidak perlu menyediakan
biaya pelelangan sehingga waktu realisasi proyek dapat dipersempit. Hal ini dapat
terjadi karena waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pelelangan berkisar antara satu
sampai dua bulan. Keuntungan lainnya adalah dapat dilakukan penghematan dan
30
penghapusan biaya yang seharusnya dialokasikan untuk keuntungan dan overhead bagi
penyedia jasa konstruksi/kontraktor umum maupun sub-kontraktor.
Metode ini disarankan untuk kegiatan proyek yang dimiliki skala kecil dan tidak
memiliki tingkat komplektisitas tinggi, misal pekerjaan perbaikan/perawatan ringan,
pekerjaan pemeliharaan dan lain sebagainya.
PEKERJA
PENGGUNA JASA
PENYEDIA JASA
KONSULTASI
PEKERJA
PEKERJA
31
Kelemahan pada metode ini adalah posisi pengguna jasa/pemilik proyek berada pada
kedudukan yang lemah, karena pihak perancang dan pelaksana berada dalam satu pihak,
sehingga kegiatan pengawasan tidak dapat dilakukan dengan cermat.
Pengguna
jasa/pemilik proyek
Penyedia jasa
(Konsultan/kontrak
tor )
PEKERJA
Pemasok
Sub-kontraktor
untuk pekerjaan tersebut, sementara kegiatan perancangan struktur lainnya masih dalam
tahap pengerjaan. Kemungkinan lain yang dapat dilakukan adalah setelah seluruh
kegiatan perencanaan dan perancangan selesai, perusahaan manajemen konstruksi
kemudian membagi-bagi pekerjaan tersebut menjadi beberapa paket pekerjaan dan
memilih masing-masing peneydia jasa konstruksi untuk melaksanakannya.
PEMILIK PROYEK
MANAJEMEN KONSTRUKSI
KONSULTAN PERANCANG
KONTRAKTOR UMUM
PEKERJA
PEKERJA
PEKERJA
SUB KONTRAKTOR
PEKERJA
PEKERJA
34
RANGKUMAN
1. Kontak konstruksi adalah perjanjian tertulis yang mengacu pada ketentuan
hukum yang berlaku antara pengguna jasa/pemberi pekerjaan dan penyedia jasa
konstruksi/kontraktor serta berisi segala aspek tentang pelaksanaan pekerjaan.
2. Unsur unsur yang terdapat dalam suatu persetujuan pembentukan kontrak
adalah :
a) persetujuan tidak berisi persyaratan persyaratan,
b) persetujuan harus disampaikan kepada penawar yang bersangkutan,
c) persetujuan dapat dicapai melalui negosiasi, dengan dasar penawaran
pekerjaan yang diajukan.
3. Suatu dokumen kontrak pekerjaan biasanya terdiri dari unsur unsur sebagai
berikut :
a) formulir kontrak (form of contract),
b) gambar gambar kontrak (contract of drawing),
c) daftar kuantitas dan harga (Bill of quantities),
d) spesifikasi.(specification)
4. Di dalam isi dokumen kontak pekerjaan minimal/ paling tidak harus mengandung
informasi informasi sebagai berikut :
a) Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan
b) Persyaratan mutu pekerjaan
c) Persyaratan persyaratan kontrak
d) Biaya pekerjaan
e) Rencana kerja
5. Isi dari dokumen kontrak perlu menyebutkan antara lain :
a) Hari, tanggal dan bulan ditandatangani kontrak pekerjaan tersebut
b) Para pihak/Pihak pihak yang terkait dalam kontrak pekerjaan
35
c) Tujuan Kontrak
d) Lingkup Pekerjaan
e) Hak dan Kewajiban
f) Nilai Kontrak
g) Jangka Waktu
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan
Jangka waktu pemeliharaan
h) Cara Pembayaran
i) Selain hal tersebut diatas didalam kontrak pekerjaan perlu ditetapkan secara
jelas mengenai :
Pengawasan Teknik
Domisilli dari Kantor Panitera Pengadilan Negeri:
Keselamatan Kerja;
Kewajiban dari kontraktor untuk meng-ansuransikan tenaga kerja yang
dipekerjakan diproyek tersebut;
Tanda tangan para pihak/kedua belah pihak diatas kertas materai;
Cacat pelaksanaan;
Penyelesaian perselisihan;
Keadaan memaksa;
Pemutusan hubungan.
37
10. Proyek-proyek swasta saat ini sering sekali timbul perselisihan dan ini terjadi
karena persiapan untuk merencanakan proyek sangat singkat sehingga dokumen
lelangnya seperti persyaratan administrasi, Persyaratan teknis serta gambargambar konstruksi secara detail kurang lengkap.
Dalam menghadapi hal tersebut, maka perlu diketahui pangkal permasalahan
yang sering terjadi dan juga bagaimana perlakuannya serta jenis klaim cocok
dipakai.
38
SOAL LATIHAN
39