Вы находитесь на странице: 1из 37

LP

Contoh Laporan Pelaksanaan Perawat Assosiate


A.

Latar Belakang
Praktek klinik manajemen keperawatan merupakan penerapan konsep-konsep manajemen

keperawatan yang berhubungan dengan pengelolaan efektif manajemen operasional dan asuhan
keperawatan di ruang keperawatan. Perubahan yang terjadi terus menerus dalam sistem
pelayanan kesehatan, menuntut adanya pembaharuan dalam keperawatan terutama dalam
pengelolaan asuhan keperawatan. Pengelolaan asuhan keperawatan yang terfragmentasi
menyebabkan kurang adanya tanggung jawab perawat yang menyeluruh terhadap asuhan klien.
Hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai profesional dalam praktek keperawatan
profesional. Pengelolaan asuhan keperawatan merupakan inti dari praktek keperawatan
profesional.

Praktek keperawatan profesional dilakukan bila perawat menerima tanggung jawab untuk
mengelola asuhan keperawatan sejumlah klien dalam periode waktu tertentu. Esensi asuhan
keperawatan profesional adalah sejauh mana dikembangkan hubungan yang bertanggung jawab
antara anggota masyarakat (Klien) dengan seseorang yang diberi lisensi oleh masyarakat untuk
memberikan asuhan keperawatan yang profesional (Nurse).
Sebagai realisasi dari upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka dilakukan uji
coba penerapan manajemen praktek keperawatan profesional oleh mahasiswa program profesi
ners STIKES Muhammadiyah Gombong di ruang perawatan Cempaka RSUD Kabupaten
Kebumen Pelaksanan tanggung jawab ini dapat dilakukan melalui metode manajemen praktek
keperawatan profesional dimana seseorang perawat primer akan bertanggung jawab terhadap
asuhan klien bersama perawat asosiate dari mulai datang sampai pulang/pindah dari suatu
ruangan.

B.

Tujuan

1.

Tujuan umum
Setelah mengikuti praktek klinik manajemen keperawatan profesional, sebagai perawat asosiate,
mahasiswa di harapkan mampu menerapkan pengelolaan dalam pemberian asuhan keperawatan
dewasa di ruang rawat inap Cempaka

2.

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktek klinik manajemen keperawatan profesional, sebagai perawat asosiate,
mahasiswa diharapkan mampu menerapkan sesuai dengan uraian tugas sebagai perawat asosiate
yang meliputi :

C.

Pelaksanaan Kegiatan PA

1.

Melaksanakan rencana keperawatan yang sudah dibuat oleh penanggung jawab / Ka Tim

2.

Dalam keadaan insidentil membuat pengkajian, diagnose dan perencanaan keperawatan yang
kemudian disyahkan oleh penanggung jawab / Ka Tim

3.

Memberikan perawatan paripurna pada sejumlah pasien yang sudah didelegasikan oleh
penanggung jawab / Ka Tim

4.

Melakukan kerjasama dan berkonsultasi kepada penanggung jawab / Ka Tim bila terjadi
masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan.

5.

Mengambil keputusan bila terjadi masalah-masalah yang berhubungan dalam pelaksanaan


asuhan keperawatan pada waktu dinas sore, malam dan hari libur dan melapor pada Kepala
Ruang / Ka Tim.

6.

Menata ruangan perawatan dengan mengawasi kebersihan, kelengkapan peralatan dan


mebelair untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan pasien.

7.

Memberikan bimbingan kepada pasien atau keluarga tentang penggunaan obat, kebersihan
perorangan, makanan dan cara hidup sehat serta memberi motivasi dalam rangka memberikan
pelayanan pada pasien.

8.

Menghadiri konferensi keperawatan, tim kesehatan lain untuk membicarakan dan membahas
kasus-kasus untuk mendapatkan cara pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan pada pasien.

9.

Mengikuti serah terima tugas yang dipimpin oleh penanggung jawab / Ka Tim.

10.

Melaksanakan tugas sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai dengan jadwal yang
dibuat oleh Kepala Ruang / Ka Tim.

11.

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan dengan mengikuti


pertemuan ilmiah atau rapat-rapat khusus.

12.
13.

Melakukan kegiatan penunjang sesuai dengan juknis jabatan fungsional keperawatan.


Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di ruang
keperawatan.
hal-hal yang berhubungan dengan yankep diruangan Melakukan pelaporan dan pendokumentasian4. Evaluas

Jadwal Kegiatan
Tanggal
Waktu
Rabu,
12 07.00-07.15 WIB

Kegiatan
Membaca laporan dari perawat asosiate yang

September

tugas malam

2012

07.15-07.30WIB

Mengikuti meeting morning yang dipimpin


oleh kepala ruang

07.30-08.00 WIB

Menerima timbang terima dari perawat


asosiate yang tugas malam

08.00-08.30 WIB

Melakukan pre conference dengan perawat


asosiate yang tugas jaga pagi

08.30-11.00 WIB

Membantu tugas perawat asosiate untuk


kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan
pasien

11.00-11.30 WIB

Melengkapi catatan asuhan keperawatan di


status pasien

11.30-11.45 WIB

Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada


buku laporan Ners

11.45-12.15 WIB

Post conference dilanjutkan dengan timbang


terima dari perawat asosiate yang tugas pagi
ke sore dipimpin oleh kepala ruang, serta
mengenalkan perawat asosiate yang tugas

sore kepada keluarga dan pasien.


You might also like:
PERAN DAN FUNGSI KEPALA RUANG DALAM MPKP
A. PendahuluanKeperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan profesional yang dilakukan oleh
seorangperawat untuk menyelesaikan masalah kesehatan klien dengan melaksanakan asuhankeperawatan.
Menurut University of South Alabama Medical Center dalam Swansburg andSwansburg (1999),
menyebutkan bahwa asuhan keperawatan adalah tindakan yang diterimaoleh klien yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien/keluarga untuk meningkatkanderajat kesehatannya. Asuhan keperawatan
yang professional haruslah diorganisir dengan pendekatan professionalpula. Pengelolaan asuhan keperawatan
yang selanjutnya disebut sebagai metode penugasanmengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Metode
penugasan yang memungkikandilaksanakan asuhan keperawatan secara professional adalah:
Metode tim dan metode primary nurse seperti yang dilkaksanakan pada MPKP (model praktek
keperawatan professional) diruang rawat RSCM.Pada makalah ini akan dibahas pelaksanaan 2 metode

penugasan tersebut berdasarkan perandari masing-masing komponen dalam organisasi tersebut.B.


PembahasanMetode TimPeran Kepakla Ruang dalam tahap:1. Pengkajian : Mengidentifikasi masalah
terkait fungsi manajamen2. Perencanaan :Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan Menunjuk ka Tim
Mengikuti serah terima klien Mengidentifikasi tingkat ketergantungan Mengidentifikasi jumlah perawat
yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien Merencanakan strategi pelaksanaan
keeperawatan Merencanakan lgistik ruangan/failitas ruangan Melakukan pendokumentasian3.
Implementasi :Fungsi pengorganisasian Merumuskan system penugasan Menjelaskan rincian tugas
ketua Tim Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat Mengatur dan mengendalikan tenaga
keperawatan diruang rawat Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fsilitas ruangan Mengatur
dan mengendalikan situasi lahan praktik Mendelegasikan tugas kepada ketua TimFungsi pengarahan:
Mmebrikan pengarahan kepada ketua Tim Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap anggota Tim Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas
dengan baik Membimbing bawahan Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim Melakukan
supervisi Memberikan informasi tentang
B. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selasa, 13 Juli 2010


TUGAS KEPALA RUANG, PERAWAT PRIMER, PERAWAT ASOSIAET
URAIAN TUGAS KEPALA RUANG, PERAWAT PRIMER, PERAWAT ASOSIAET

I. KEPALA RUANGAN
Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan
mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai
kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a.. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai
kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau tenaga lain
yang akan bekerja diruang rawat.

d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk


melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan
berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat.
f. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain
yang berada diwilayah tanggug jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan antara lain
melalui pertemuan ilmiah.
h. Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebuthan pasien agar tercapai pelayanan yang optimal.
i. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang
diperlukan diruang rawat.
j. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
k. Mempertangungjawabkan pelaksanan inventarisasi peralatan.
l. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya, meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada
cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan.
m. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk
pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta menyampikan
kepada staf untuk melaksanakannya.
n. Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut
tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan pemberian
asuhan keperawatan.
o. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui
keadaanya dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah yang
dihadapinya.
p. Mejaga perasan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan
pelayanan perawatan berlangsung.
q. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas
kewenangan.
r. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
s. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar. Untuk
tindakan perawatan selanjutnya.
t. Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain, seluruh kepala
bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit di RS.
u. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien
dan keluarganya, sehingga memberikan ketenangan.
v. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
w. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti ulang saat
penyajian sesuai dengan diitnya.

x. Memelihara buku register dan berkas catatan medik.


y. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :
a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan di bidang perawatan.
c. Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan serta
obat-obatan secara efektif dan efisien,
d. Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
II. PERAWAT PRIMER
1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek bila diperlukan.
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
6. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat
7. Membuat jadwal perjanjian klinik.
8. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
9. Bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
10. Mengikuti timbang terima
11. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
12. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
13. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
14. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat blain.
15. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
16. Menerima dan menyesuaikan rencana.
17. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
18. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat.
19. Membuat jadual perjanjian klinik.
20. Mengadakan kunjungan rumah.
21. Melaksanakan sentralisasi obat.
22. Mendampingi visite.
23. Melaksanakan ronde keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan
perawat associate.
24. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.

III. PERAWAT ASOSIATE


Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan
pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
Tugas Pokok
A. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang.
1. Melaksanakan tindakan perawtan yang telah disususun.
2. Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3. Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons klien pada
catatan perawatan.
B. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
1. Pemberian obat.
2. Pemeriksaan laboratorium.
3. Persiapan klien yang akan dioperasi.
C. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik , mental, dan spiritual dari klien, :
1. Memelihaara kebersihan klien dan lingkungan.
2. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan
ketenangan.
3. Pendekatan dengan komunkasi terapiutik.
D. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan serta diagnostik..
E. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya.
F. Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau sakaratul maut.
G. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara administratif.
1. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
2. Sensus harian dan formulir.
3. Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
H. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
I. Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan
ruangan.
J. Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
K. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan penyakitnya.
L. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun tertulis.
M. Membuat laporan harian.
N. Mengikuti timbang terima.
O. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
P. Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
Q. Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer.
R. Melakukan evaluasi formatif.
S. Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
T. Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat primer.

Selasa, 13 Juli 2010


LAPORAN PENDAHULUAN "PERAWAT PRIMER"

LAPORAN PENDAHULUAN
PERAN SEBAGAI PRIMARY NURSE (PN) 1 KAMAR 4 RUANG LAVENDER
TANGGAL 19 FEBRUARI 2010
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURBALINGGA

A. Pendahuluan
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen keperawatan mempunyai
lingkup manajemen operasional untuk merencanakan, mengatur dan
menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan.
Metode TIM mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan
kemampuan anggota kelompok. Metode penugasan primer merupakan model
praktek keperawatan professional dimana perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap ashuan keperawatan klien dimulai klien masuk sampai
keluar RS. Metode ini mendorong praktek kemandirian perawat karena terdapat
kejelasan antara pembuat rencana asuhan perawatan dan pelaksana asuhan
keperawatan.
Primary Nurse (PN) bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan
keperawatan untuk semua pasien yang ada di bawah tanggung jawab timnya.
Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan
yang telah dibuat oleh PN. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia
seperti PA. Secara rinci, tugas dari PN adalah sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi dengan disiplin lain
b. Menerima dan melakukan operan tugas
c. Membagi tugas kepada anggota sesuai kemampuan dan beban kerja
d. Menyusun rencana keperawtan
e. Memberikan asuhan keperawatan
f. Secara periodik memonitor dan mengevaluasi asuhan yang diberikan baik oleh
perawat maupunn tim kesehatan lain
g. Memodifikasi rencana asuhan sesuai dengan kondisi pelayanan
h. Melakukan delegasi tugas
i. Memberikan reward pada anggota
j. Memonitor dan mengevaluasi kinerja anggota.
Sedangkan tugas PA adalah sebagai berikut :
a. Bekerja sama dengan perawat pelaksana lain
b. Mengikuti dan melaksanakan operan tugas
c. Menerapkan komunikasi terapeutik dalam setiap tindakan
d. Memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana keperawatan
e. Mengevaluasi setiap tindakan yang dilakukan
f. Melakukan pendokumentasian sesuai dengan format yang tersedia

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek klinik model MPM sebagai PN diharapkan mahasiswa
mampu mengaplikasikan pengelolaan asuhan keperawatan pada klien secara
profesional dan komprehensif.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu mengaplikasikan fungsi Primary Nurse yaitu:
a. Menerima dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama peraktek
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disipin ilmu lain (kolaborasi).
e. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
C. Pengorganisasian
Kepala Ruang : Made Suandika, S.Kep
Primary Nurse (PN) 1 : Wening Marsudi Astuti, S.Kep
Primary Nurse (PN) 2 : Ucip Sucipto, S.Kep
Perawat pelaksana (PA) 1 : Ryan Hara Permana, S.Kep & Eris Rismayanto, S.Kep
Perawat pelaksana (PA) 2 : Rini Astuti, S.Kep

RENCANA KEGIATAN KEPALA RUANG


RENCANA KEGIATAN
KEPALA RUANG LAVENDER
RSUD PURBALINGGA
18 FEBRUARI 2010
A. Visi dan Misi
Visi :
Menjadikan Ruang Lavender sebagai ruang rawat yang aman dan nyaman berlandaskan pada
pemberian asuhan keperawatan yang holistik.
Misi :
- Meningkatkan kebersihan dan kerapihan ruangan
- Melindungi klien, pengunjung dan tenaga medis dari resiko infeksi nosokomial (INOS)
- Meningkatkan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
- Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap preinteraksi, interaksi, terminasi dan
dokumentasi
- Mengutamakan kepentingan pasien
B. Pendahuluan
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dengan pengelolaan
sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi manajemen sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan secara optimal kepada klien, untuk itu manajemen keperawatan pelu

mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan.


Asuhan keperawatan profesional adalah asuhan keperawatan yang diberikan secara
komprehensif kepada klien yang nantinya akan mencerminkan mutu dan kualitas dari perawat.
Salah satu asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien adalah menciptakan
lingkungan pasien bersih dan rapi, sehingga pasien akan merasa nyaman dan dapat mempercepat
proses kesembuhan.

C. Perencanaan dan Pengorganisasian


1. Struktur Organisasi
Kepala ruang : Wening Marsudi Astuti, S.Kep
Ketua Tim 1 : Ryan Hara Permana, S.Kep
Ketua Tim 2 : Made Suandika, S.Kep
PA 1 : Rini Astuti, S.Kep dan Eris Rismayanto, S.Kep
PA 2 : Ucip Sucipto, S.Kep
2. Jadwal Dinas
Dinas Pagi :
Wening Marsudi Astuti, S.Kep
Ryan Hara Permana, S.Kep
Made Suandika, S.Kep
Rini Astuti, S.Kep
Eris Rismayanto, S.Kep
Ucip Sucipto, S.Kep
Dinas Siang
Erna Tri Andini, S.Kep
Umy Kartika, S.Kep
Neti Yuniarti, S.Kep
Anisah Dwi Islaely, S.Kep
Siti Aspuah, S.Kep
3. Pasien
Jumlah pasien kamar 4 : 6 orang
Jumlah pasien kamar 5: 5 orang
Jumlah pasien sebanyak 11 orang, dengan kriteria :
a. Minimal care 2 orang
b. Partial care 6 orang
c. Total care 3 orang
Perhitungan kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan :
Pagi : minimal 2 x 0,17 = 0,34
partial 6 x 0,27 = 1.62
total 3 x 0,36 = 1,08
Jumlah = 3,04

Siang : minimal 2 x 0,14 = 0,28


partial 6 x 015 = 0,90
total 3 x 0,30 = 0,90
Jumlah = 2,08
Malam : minimal 2 x 0,10 = 0,20
partial 6 x 0,7 = 0,42
total 3 x 0,20 = 0,60
Jumlah = 1,22
Jadi kebutuhan perawat dalam 24 jam adalah 3,04 + 2,08+ 1,22= 6,24 atau 6 orang.
Kesimpulan kebutuhan jumlah tenaga perawat pagi 3,08 = 3 orang
siang 2,08= 2 orang
malam 1,22= 1 orang
BOR = 11/11 x 100% = 100%
4. Rencana Kegiatan
a. Pengontrolan kebersihan dan kerapihan ruang rawat inap
b. Meminimalisir resiko infeksi nosokomial, dengan memberlakukan aturan:
- Penggunaan alat perlindungan diri (APD) yang maksimal bagi tenaga medis
- Untuk klien dengan penyakit menular, pengukuran tekanan darah harus dilapisi plastik, dan alat
yang telah digunakan dicuci dengan alkohol 70%.
- Melarang anak-anak dibawah 10 tahun memasuki ruang rawat.
c. Peningkatan tingkat kenyamanan klien:
- Pengontrolan jumlah pengunjung, maksimal 2 orang
- Satu pasien satu orang penunggu
- Tidak memperkenankan pengunjung untuk tidur/duduk dilantai ruang rawat
- Pemasangan pengharum ruangan
d. Peningkatan komunikasi terapeutik:
- Perawat atau tenaga medis lain hendaknya selalu memperkenalkan diri kepada klien, terutama
klien baru.
- Memanggil klien dengan namanya.
e. Pemeriksaan vital sign dilakukan setiap saat minimal satu sift satu kali.
D. Tugas dan Tanggungjawab
1. Perencanaan
a. Menunjuk perawat primer dan perawat asosiet serta tugasnya masing-masing
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu perawat primer
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan tingkat
ketergantungan pasien dibantu oleh perawat primer
e. Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap klien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:

- Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan


- Membimbing penerapan proses keperawatan
- Menilai asuhan keperawatan
- Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
- Memberikan informasi kepada pasien/keluarga yang baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan Rumah Sakit
2. Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara jelas
d. Membuat rencana kendali, kepala ruangan membawahi 2 perawat primer dan perawat primer
membawahi 2 perawat asosiet
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas, mengatur tenaga
yang ada setiap hari.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
h. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada perawat primer
i. Mengembangkan kemampuan anggota
j. Menyelenggarakan konferensi
3. Pengarahan
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer
b. Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan baik
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan
keperawatan klien
e. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
f. Meningkatkan kolaborasi
4. Pengawasan
a. Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
b. Melalui supervisi:
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung
secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilakukan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perawat primer
c. Evaluasi
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah
disusun bersama
- Audit keperawatan

TIMBANG TERIMA (OPERAN)


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SISTEM TIMBANG TERIMA
A. Definisi
Timbang terima ( operan ) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan klien.
B. Tujuan
1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.
4. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
C. Manfaat
1. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh perawat pada shift
berikutnya.
2. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan keadaan klien
yang sebenarnya.
3. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang belum terungkap.
D. Metode Pelaporan
1. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung kepada perawat
penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan kesempatan diskusi yang maksimal untuk
kelanjutan dan kejelasan rencana keperawatan.
2. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat kemudian dilanjutkan
dengan berkeliling mengunjungi klien satu persatu.
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Kedua kelompok dinas sudah siap.
2. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah,
kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya
selama masa perawatan ( tanggung jawab )
3. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat khusus
untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
4. Hala-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah Keperawatan yang masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan ( secara umum )
d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan
laboratorium / pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak
rutin dijalankan.
f) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan

melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak terhadap
keterangan-keterangan yang kurang jelas.
6. Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
7. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit,kecuali dalam kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang rumit.
F. Hal-hal yang perlu Diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati.
2. Dipimpin oleh penanggung jawab klien / perawat primer.
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
4. adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan menggambarkan kondisi
klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.
6. Timbang terima harus berorientasi pada masalaha keperawatan yang ada pada kliwn, dengan
kata lain informasi yang diberikan berawal dari masalahnya terlebih dahulu ( setelah diketahui
melalui pengkajian ), baru kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum
dilakukan serta perkembangan setelah dilakukan tindakan.
7. Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan volume suara yang pelan dan tegas
( tidak berbisik ) agar klien disebelahnya tidak mendengarkan apa yang dibicarakan untuk
menjaga privacy klien, terutama mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat klien.
8. Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan dibicarakan
didekat klien tetapi diruang perawat.
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)
Pra Interaksi :
Mencari Informasi ttg nama,umur,alamat& riw.Medis
Mempelajari catatan status Kesehatan klien
Menjelaskan pd PA ttg klien baru yg akn mjd t.jawab tim
Menginformasikan Dr/Tim Kes lainnya yg bT.Jawab trhadap Kes Klien
Menyiapkan diri untuk interaksi
1. ORIENTASI PASIEN BARU :
Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dan klien / keluarga
dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan klien/keluarganya dalam
memberikan Asuhan keperawatan.Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling
percaya antara perawat dan klien / keluarga dapat terbina ( Trust )
Hal hal yang perlu diperhatikan :
a. Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang ( 24 jam pertama ) dan
kondisi klien sudah tenang.
b. Orientasi dilakukan oleh PP.Bila PP tidak ada PA dapat memberikan orientasi
untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP
sesegera mungkin.Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap
semua kontrak atau orientasi yang dilakukan
c. Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan

dikamar klien dengan menggunakan format orientasi.Selanjutnya klien


diinformasikan untuk membaca lebigh lengkap format orientasi yang ditempelkan
dikamar klien
d. Setelah orientasi , berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan keluarga
kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien
e. Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili,
terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan , sekaligus menginformasi
kan perkembangan kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasi kebutuhan
klien.
f. Pada saat penggantian dinas ( dikamar klien ),ingatkan klien nama perawat yang
bertugas saat itu,bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada daftar nama
tim.
2. OPERAN / TIMBANG TERIMA
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan kedaan klien, bertujuan :
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. PROSEDUR TIMBANG TERIMA
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
b. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
1) Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta halhal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medik
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervensi kolaborasi dan dependensi
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,

persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas. Penyampaan pada saat
timbang terima secara singkat dan jelas. Lama timbang terima untuk setiap klien
tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan
yang lengkap dan rinci. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung
pada buku laporan ruangan oleh perawat. Penyampaian operan di atas (point c)
harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru. Perawat penanggung jawab
dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan
kien.
4. KONFRENSI :
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.Konfrensi dilakukan
setelah melakukan operan dinas ,sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas
PP.Konfrensi sebaiknya dilakukan ditempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar, Konfrensi bertujuan untuk :
a. Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh PP
b. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing masing PA
c. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari
itu.Rencana tindakan didasarkan pada renpra yang ditetapkan oleh PP
d. Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya.
Kegiatan dalam Konfrensi :
a. Keadaan Umum Klien
b. Keluhan Utama
c. TTV dan Kesadaran
d. Hasil pemeriksaan Laboratorium/diagnostik terbaru
e. Masalah Keperawatan
f. Renpra hari ini
g. Perubahan terapi medis
h. Rencana Medis
PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang terkait dengan
keperawata lien meliputi :
a. Keluhanklienyangterkaitdengan elayanan,seperti:keterlambatan,kesalahan
pemberian makan,kebisingan pengunjung lain,ketidakhadiran dokter yang
dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infus
c. Ketepatan pemantauan asupan haluaran cairan (I/O )
d. Ketepatan pemberian oral atau injeksi
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
f. Ketepatan Dokumentasi.
5. RONDE KEPERAWATAN
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang

dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan


melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu harus
dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
Tujuan :
a. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
c. Meningkatkan vadilitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
Peran Perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
a. Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
d. Menjelaskan tindakan selanjtunya
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer lain dan atau konsuler
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta,tindakan
yang rasional,
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Pesiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
b. Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan 2).
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan
c. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan

ditetapkan
Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan
tindakan yang perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Nining, 2008, Sistematika Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP), http://nsnining.blogspot.com/2008/10/manajemen-keperawatan-model-praktek_6215.html
Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit
Panduan Implementasi,. EGC, Jakarta
Ratna Sitorus, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit,. EGC,
Jakarta
Diposkan oleh manajemen keperawatan di 19.53 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
RONDE KEPERAWATAN

RONDE KEPERAWATAN
1. Pengertian :
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk mermbahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus terntentu harus
dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2. Tujuan :
a. menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien

c. Meningkatkan vadilitas data klien


d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f. Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
3. Peran
a. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1). Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
4) Menjelaskan tindakan selanjtunya
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
b. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1). Memberikan justifikasi
2). Memberikan reinforcement
3). Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
4. Langkah-Langkah
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
a. Pesiapan
1). Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2). Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
b. Pelaksanaan Ronde
1). Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan
2). Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
3). Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan
4). Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan

ditetapkan
c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menerapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
Diposkan oleh manajemen keperawatan di 18.50 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


Untuk memastikan bahwa staf keperawatan melaksanakan tugasnya dengan baik,
manajer keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, mendesak
dan membujuk stafnya untuk melakukan apa yang seharusnya dikerjakan, tidak
bergantung kepada kapan meraka mau melakukannya tetapi pada kapan klien dan
rekan kerja memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka
tetapi pada apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan
keperawatan.

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan


bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk
menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan
melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif
dan efisien.

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian kepemimpinan sebagai
berikut:
1) Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa
yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman, dikutip dari
Gillies, 1996).
2) Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi
orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuannya (Sullivan dan Decleur, 1989).
3) Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi
anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan
(Baily, Lancoster dan Lancoster, 1989)
4) Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain
yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut
(Gillies, 1996).
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepemimpinan merupakan kemampuan mengarahkan, membimbing dan
mempengaruhi perilaku orang lain.
2. Kepemimpinan diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Kepemimpinan dapat berjalan bila ada perbedaan kekuasaan atau wewenang
antara pemimpin dan anggota organisasi yang dipimpinnya.

B. TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Bakat

Teori ini menyatakan bahwa seseorang dilahirkan dengan bakat pimpinan yang
tidak dapat dipelajari. Kemampuan seorang pemimpin ditentukan oleh bakat,
intelegensi, stabilitas emosi dan kebugaran fisik.
2. Teori Perilaku
Douglas Mc Gregor mengemukakan

bahwa para pimpinan organisasi

birokratis menganut asumsi tentang sifat alami manusia yang oleh Mc Gregor
disebut Teori X. Asumsi tersebut adalah:
1)

Rata-rata

individu

memiliki

ketidaksukaan

pada

pekerjaan

dan

akan

menghindarinya sewaktu ada kesempatan.


2) Rata-rata individu memilih diarahkan dengan harapan menghidari tanggung
jawab dan lebih tertarik kepada insentif materi daripada prestasi diri.
3) Karena manusia tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dikendalikan, diancam
dan dipaksa untuk mengerahkan usaha yang cukup untuk mencapai tujuan
organisai.
Mc Gregor mempertanyakan asumsi tersebut dengan mengajukan asumsi yang
berbeda (Teori Y) agar dapat mendorong pekerja untuk mengembangkan potensi
yang dimilikinya secara utuh. Asumsi teori Y adalah:
1) Pengeluaran usaha fisik dan mental dalam bekerja harus seimbang dengan
istirahat atau hiburan.
2) Manusia akan membiasakan kontrol diri dan mengarahkan diri untuk mencapai
tujuan-tujuan yang dipatuhinya secara pribadi.
3) Rata-rata individu belajar di bawah kondisi yang sesuai untuk mencari dan
menerima tanggung jawab.
4) Kapasitas untuk menerapkan imajinasi dan kreatifitas terhadap pemecahan
masalah-masalah organisasi secara lebih luas terbagi di antara para pekerja.

C. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus
dari suatu bentuk kepemimpinan (Follet, 1940; dikutip dari Gillies, 1996). Ada 4
(empat) gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis,
partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1996).
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis:
Gaya

kepemimpinan

otokratis

adalah

gaya

kepemimpinan

yang

menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan


sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi
bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis:
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang
menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota
organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan
kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi
mereka untuk mencapai tujuan bersama.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif:
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya
kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara mengajukan masalah dan
mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian mengundang kritikan, usul dan
saran

bawahan.

Dengan

mempertimbangkan

masukan

tersebut,

pimpinan

selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan


bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire:
Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya membiarkan
bawahan melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin
melepaskan tanggung jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau

koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan, melakukan dan menilai


pekerjaan yang menurut mereka tepat.
Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam
situasi tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainya (Tannenbaum dan Schmit,
1973; dikutif dari Gillies, 1996). Faktor yang menetukan efektifitas gaya
kepemimpinan secara situasional meliputi: kesulitan atau kompleksitas tugas yang
diberikan, waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas, ukuran unit organisasi,
pola komunikasi dalam organisasi, latar belakang pendidikan dan pengalaman
pegawai, kebutuhan pegawai dan kepribadian pemimpin (Gillies, 1996).

D. PEMIMPIN YANG EFEKTIF


Tidak ada gaya atau karakteristik kepemimpinan yang dpat dikatakan efektif
tanpa mempetimbangkan situasi kultural, situasi kerja dan kebutuhan pekerja yang
terus-menerus berubah dari waktu ke waktu. Karakteristik kepemimpinan yang
efektif dikemukan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

1. Fiedler (1977), dikutif dari Gillies (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berjalan
efektif bila:
1) Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari satu
gaya ke gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi kerja.
2) Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal situasi
kerja dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota
kelompok kerja lainnya.
2. Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.
2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3) Mempunyai kempuan menjalin hubungan antar manusia.

4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk


mengenal orang lain dengan baik.
3. Swanburg (1990) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah
sebagai berikut:
1) Intelegensi (pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara)
2) Kepribadian (mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas pribadi
yang baik, keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada orang
lain)
3) Kemapuan (bekerjasama, hubungan antar manusia dan partisipasi sosial).

E. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN


Kepemimpinan dan kekuasaan adalah dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila
pada diri pemimpin terdapat kekuasaan karena jabatan yang diembannya dan
penerimaan atau pengakuan bawahan atas perannya sebagai pemimpin (Gillies,
1996). Kekuasaan seorang pemimpin dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reward power atau kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan
baik berupa insentif material, memenuhi permintaan rotasi tugas atau
kesempatan untuk mengikuti program pengembangan staf.
2. Coecieve power atau kekuasaan untuk menerapkan perintah atau hukuman
secara paksa kepada bawahan berupa penurunan atau penundaan kenaikan
pangkat, skorsing maupun pemecatan.
3. Referent power merupakan kemampuanan untuk menjadi panutan bawahan
sehingga

dapat

menimbulkan

kebanggaan

dan

upaya

bawahan

untuk

mengidentifikasikan diri sesuai dengan pemimpinnya.


4. Expert power merupakan kemampuan untuk meyakinkan, membimbing dan
mengarahkan bawahan berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin.
Ruang lingkup atau batasan kekuasaan yang secara tegas ditentukan dalam jabatan
tertentu dapat disebut wewenang.

F. PENERAPAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam
keperawatan meliputi:
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja.
--oo00oo-DAFTAR PUSTAKA
Gillies, DA. (1996), Manajemen Keperawatan, suatu Pendekatan Sistem; W.B.
Saunders Company, Philadephia.
Lancoster, J. dan Lancoster, W. (1982), Change Agent as Leaders in Nursing; CV.
Mosby Company, St. Louis.

Christina S.I. (1990), Pengantar Manajemen Keperawatan; Akper


Padjajaran Bandung (tidak dipublikasikan).
Prayitno, S. (1997), Dasar-dasar Administrasi
Masyarakat; Airlangga University Press, Surabaya.

Kesehatan

Diposkan oleh manajemen keperawatan di 18.40 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Posting Lama Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Pengikut
Arsip Blog

2010 (8)
o

Juli (8)

TUGAS KEPALA RUANG, PERAWAT PRIMER, PERAWAT ASOSIA...

LAPORAN PENDAHULUAN "PERAWAT PRIMER"

RENCANA KEGIATAN KEPALA RUANG

TIMBANG TERIMA (OPERAN)

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL

RONDE KEPERAWATAN

KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

KETENAGAAN KEPERAWATAN DALAM MPKP

Mengenai Saya
manajemen keperawatan
Lihat profil lengkapku

METODE TIM
Pengertian
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Tujuan Metode Tim, yaitu:
Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga
professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu
(Nursalam, 2002):
1) Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
2) Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
II. Tanggung Jawab
1. Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
b. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
2. Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan
kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.
3. Tanggung jawab kepala ruang:

dapat

menilai

tingkat

1) Perencanaan
a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim.
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/
penjadwalan.
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
2) Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2 3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua
tim.
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
j. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan
a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap.

d. Menginformasikan hal hal yang dianggap penting dan berhubungan


dengan asuhan keperawatan pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
a. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
b. Melalui supervisi:
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya
yang ada saat itu juga.
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
Audit keperawatan.

Download file di bawah ini untuk metode penugasan keperawatan lainnya


yang lebih lengkap :)

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)


MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)
A. PENGERTIAN
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan yang nyata
dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era globalisasi dan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik
keperawatan profesional (MPKP).
TUJUAN MODEL KEPERAWATAN
1.Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2.Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh
tim keperawata.

1.
2.
3.
4.
5.
B.

3.Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.


4.Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5.Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota
tim keperawatan.
Ada lima komponen MPKP :
Nilai professional
Pendekatan manajemen
Metode pemberian asuhan keperawatan
Hubungan professional
System penghargaan dan kompensasi
MACAM METODE PENUGASAN DALAM KEPERAWATAN
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode
pendekatan di bawah ini :

1. Metode fungsional.

Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas
menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga
ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan,
melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan
kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat
tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan
administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan,
membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala
ruangan.
Kerugian metode fungsional:
- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
- Sederhana
- Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.

Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu
tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk
ketrampilan tertentu.
Contoh metode fungsional
-Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan menerima
laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien

2. Metode penugasan pasien/metode kasus


Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh
satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua
laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh
kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di
ruang isolasi dan ICU.

Kekurangan metode kasus :


- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu
memberikan asuhan secara menyeluruh
- Membutuhkan banyak tenaga.
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana
terlewatkan.
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab klien
bertugas.

Kelebihan metode kasus:


- Kebutuhan pasien terpenuhi.
- Pasien merasa puas.
- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

3. Metode penugasan tim


Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin
kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan
kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
askep terhadap sekelompok pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
- Ketua tim
- Pelakaana perawatan
- Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan
menggunakan tenaga yang tersedia.

Kelebihan metode tim:


- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Pasien dilayani secara komfrehesif
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Tercipta kerja sama yang baik .
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.

Kekurangan metode tim:


-Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau trburu-buru
sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelanncaran tugas terhambat.
-Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung
kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.

4. Metode Perawatan Primer


Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep
selama pasien dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
- Menerima pasien
- Mengkaji kebutuhan
- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
- Mengkoordinasi pelayanan
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada perawat asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer:


- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasi langsung dengan Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.

- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat


- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

Kelemahan dari metode perawat primer:


- Perlu kualitas dan
- kuantitas tenaga perawat,
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5. Metode Modul (Distrik)


Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan primer. Metode
ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.
Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf
yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang sebelumnya.
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN
PROFESIONAL
Kelebihan model praktek keperawatan professional :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikankepuasan pada anggota tim
d. bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
e. ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
f. ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing
Kekurangan model praktek keperawatan professional :
a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu
dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
b. Akuntabilitas pada tim.Konsep
c. beban kerja tinggi
d. pendelegasian tugas terbatas
e. kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien tugas
D.
1.
2.
3.
4.

KARATERISTIK MPKP
Penetapan jumlah tenaga keperawatan
Penetapan jenis tenaga keperawatan
Penetapan standar rencana asuhan keperawatan
Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

E. LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI MPKP


Tahap persiapan :
1. Pembentukan team
Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua MPKP
2. Rancangan penilaian mutu

Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi kepuasan klien.
3. Presentasi MPKP
Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat presentasi.
4. Penetapan tempat implementasi
Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas tenaga perawat
apakah ada staf baru.
5. Identifikasi jumlah klien
Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)
6. Penetapan tenaga keperawatan
7. Penetapan jenis tenaga
a. kepala ruang rawat
b. clinical care manager
c. perawat primer
d. perawat asociate
8. Pengembangan standar asuhan keperawatan
Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya habis untuk
melakukan tindakan keperawatan
9. Penetapan format dokumentasi keperawatan
10. Identifikasi fasilitas
a. Badge atau kartu nama tim
b. Papan nama
c. Papan MPKP
Tahap pelaksanaan :
1. Pelatihan MPKP
2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra
5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien
6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA
8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan
1.
2.
3.
4.

Tahap evaluasi :
Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang
Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat
Penilaian rata-rata lama hari rawat

10 Oktober 2009
RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
Bagaikan seseorang yang sedang mendaki gunung, demikianlah Rumah Sakit Santa
Elisabeth dan Kongregasi FSE saat ini sedang berada dalam perjalanan. Cukup
panjang perjalanan yang telah dilalui, namun masih lebih panjang lagi perjalan yang
akan ditempuh. Setelah mendaki dan terus mendaki di tengah perjalanan Rumah
Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE ingin sejenak menoleh ke belakang untuk

melihat keberadaannya dan menatap ke depan yang penuh harapan selama 77


tahun dan 82 tahun. Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE telah
mengalami berbagai peristiwa : kesuksesan, kegagalan, dan jatuh-bangun silih
berganti. Pengalaman inilah yang menghantar Rumah Sakit Santa Elisabeth dan
Kongregasi FSE hingga menjadi seperti adanya sekarang. Dari semua pengalaman
di atas Rumah Sakit Santa Elisabeth dan Kongregasi FSE ingin menimba spirit untuk
melanjutkan pendakian hingga ke puncak dan ke puncak. Rumah Sakit Santa
Elisabeth yang mulai dibangun 11 Februari 1929 dan diresmikan 17 November
1930. Masyarakat umum, khususnya setiap orang yang pernah mendapat
pelayanan di Rumah Sakit Santa Elisabeth, merupakan saksi hidup perkembangan
rumah sakit yang berawal dari satu batu bata, hingga menjadi seperti keadaannya
yang sekarang. Patah tumbuh hilang berganti, para pendiri sudah tiada, para
pengelola silih berganti.

Dalam sejarahnya Rumah Sakit Santa Elisabeth tidak dapat dipisahkan dengan Kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), sebab Rumah Sakit Santa Elisabeth menemukan cikal
bakalnya dalam Kongregasi FSE. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan
satu sama lain. Oleh karena itu selain menggambarkan perjalanan Rumah Sakit Santa Elisabeth
selama 77 tahun berkarya di Medan, Web Site ini juga akan memaparkan perjalanan Kongregasi
FSE dan karya-karya kemanusiaannya sejak 82 tahun yang lalu hingga sekarang telah tersebar di
berbagai Persada Nusantara

Вам также может понравиться