Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tunas ini menembus jaringan metanefros, dan selanjutnya tunas ini melebar membentuk piala
ginjal (pelvis renalis) primitive, dan terbagi menjadi bagian cranial dan kaudal, yang
nantinya akan menjadi kaliks mayors.
Sambil menembus lebih jauh ke dalam jaringan metanefros, tiap-tiap kaliks
membentuk dua tunas baru, yang kemudian terus membelah lagi hingga terbentuk 12 saluran
atau lebih, dan terbentuklah kaliks minor. Selanjutnya, saluran pengumpul terus memanjang
dan menyebar dari kaliks minor, membentuk piramida ginjal (gambar 15.5). Dengan
demikian, tunas ureter membentuk piala ginjal, kaliks mayor dan minor, dan kurang lebih 13juta saluran pengumpul.
Perkembangan Sistem Ekskresi2
Di bagian ujung dari tiap-tiap saluran yang baru terbentuk, ditutupi oleh topi
metanefrik (gambar 15.6). Pengaruh induksi dari tubulus menyebabkan topi jaringan
metanefrik membentuk gelembung-gelembung kecil (vesikel renalis) yang selanjutnya akan
membentuk saluran-saluran kecil. Saluran ini, bersama dengan berkas-berkas kapiler
(glomeruli) membentuk nefron atau satuan ekskresi. Ujung proksimal masing-masing
nefron membentuk simpai Bowman yang di dalamnya berisi glomerulus. Ujung distalnya
membentuk hubungan terbuka dengan salah satu saluran pengumpul. Pemanjangan saluran
ekskresi yang berlangsung terus mengakibatkan pembentukan tubulus kontortus proksimal,
ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Maka, ginjal berkembang dari dua sumber, yaitu
mesoderm metanefros yang membentuk satuan ekskresi dan tunas ureter yang membentuk
sistem pengumpul.
Perkembangan Kandung Kemih dan Uretra
Selama perkembangan minggu ke 4 hingga 7, septum urorektal membagi kloaka
menjadi saluran anorektal dan sinus urogenitalis. Selaput kloaka sendiri kemudian terbagi
menjadi membran urogenitalis di anterior dan membran analis di posterior. Tiga bagian sinus
urogenitalis primitive ini dapat dibedakan:
1. Bagian atas yang paling besar adalah kandung kemih (vesika urinaria). Mula-mula,
kandung kemih berhubungan langsung dengan allantois, namun setelah rongga
allantois menutup, akan tersisa suatu korda fibrosa yang tebal, yaitu urakus, dan
korda fibrosa ini menghubungkan puncak kandung kemih dengan umbilicus. Pada
orang dewasa, ligamentum ini disebut ligamentum umbilikalis medial.
2. Bagian selanjutnya berupa saluran yang agak sempit, yaitu sinus urogenitalis bagian
panggul, yang pada pria membentuk uretra pars prostatika dan pars membranosa.
3. Bagian terakhir adalah sinus urogenitalis tetap, yang juga dikenal sebagai sinus
urogenitalis bagian penis. Bagian ini sangat memipih ke samping dan terpisah dari
dunia luar oleh membran urogenitalis.
Selama pembagian kloaka, bagian kaudal duktus mesonefros berangsur-angsur
diserap ke dalam dinding kandung kemih. Akibatnya, ureter yang tadinya merupakan tonjolan
keluar dari sakuran mesonefros masuk ke kandung kemih secara tersendiri. Karena naiknya
ginjal, muara ureter bergerak lebih ke cranial lagi, duktus mesonefros bergerak saling
mendekati untuk masuk ke uretra pars prostatika dan pada pria menjadi duktus
ejakulotarius (gambar 15.13). Karena duktus mesonefros dan ureter berasal dari mesoderm,
selaput lender kandung kemih yang dibentuk oleh gabungan kedua saluran ini (trigonum
kandung kemih) berasal dari mesoderm. Dalam perkembangan selanjutnya lapisan mesoderm
pada segitiga tadi diganti oleh epitel endoderm, sehingga akhirnya seluruh permukaan dalam
kandung kemih dilapisi oleh epitel yang berasal dari endoderm.
Uretra
Epitel uretra pada pria dan wanita berasal dari endoderm, sedangkan jaringan
penyambung dan jaringan otot polos di sekitarnya berasal dari mesoderm splangnik. Pada
akhir bulan ke 3, epitel uretra pars prostatika mulai berproliferasi dan membentuk sejumlah
tonolan keluar yang menembus mesenkim di sekitarnya. Pada pria, tunas-tunas ini
membentuk kelenjar prostat. Pada wanita, bagian cranial uretra membentuk kelenjar uretra
dan kelenjar parauretra. (gambar 15.12)
Daftar Pustaka
1. Moore KL, Persaud TVN. The developing human clinically oriented embryology. 5 th
ed. USA: W.B. Saunders Company; 1993. p. 265-77.
2. Sadler TW. Langmans medical embryology. 7th ed. Terj. Suyono J. Embriology
kedokteran langman. Jakarta: EGC; 1996. h. 272-85.
Posisi Ginjal
Ginjal awalnya terletak di daerah panggul kemudian akan bergeser ke kedudukan lebih
kranial di rongga perut. Naiknya ginjal disebabkan oleh kurangnya kelengkungan tubuh
maupun pertumbuhan tubuh di daerah lumbal dan sakral.
Fungsi Ginjal
Metanefros berfungsi apda akhir trimester pertama. Air kemih mengalir ke rongga amnion
kemudian ditelan oleh janin, masuk ke saluran cerna dan diserap ke aliran darah dan
melawati ginjal untuk diekskresi kembali ke cairan amnion.
Kandung Kemih dan Uretra
Selama minggu ke-4 hingga ke-7, septum urorektal membagi kloaka menjadi saluran
anorektal dan sinus urogenitalis. Selaput kloaka terbagi menjadi membran urogenitalis di
anterior dan membran analis di posterior.
Tiga bagian sinus urogenital primitif terdiri dari tiga bagian yaitu :
- Kandung kemih di bagian atas
- Sinus urogenitalis bagian panggul yang pada pria membentuk uretra pars prostatika dan
pars membranosa.
- Sinus urogenitalis tetap yang pada pria berlanjut pada bagian penis
Epitel uretra pria dan wanita berasal dari endoderm, sedangkan jaringan penyambung dan
otot polos di sekitarnya berasal dari mesoderm splanknik. Pada akhir bulan ketiga, uretra pars
prostatika mulai berproliferasi dan membentuk sejumlah tonjol keluar yang menembus
mesenkim di sekitarnya dan membentuk kelenjar prostat pada pria. Pada wanita bagian
kranial uretra membentuk kelenjar uretra dan parauretra.
Sistem Urinarius Pascalahir
Perkembangan sistem urinarius tidak hanya terjadi saat masih berada dalam kandungan.
Ketika sudah lahir pun, bayi masih mengalami perkembangan sistem urinarius. Setelah lahir,
aliran darah yang menuju ke ginjal semakin besar. Dengan mengalirnya darah dalam kapiler
glomerulus, plasma disaring melalui dinding kapiler glomerulus dan menghasilkan filtrat.
Filtrat tersebut dikumpulkan dalam simpai Bowman dan masuk ke tubulus yang kemudian
diolah sesuai kebutuhan tubuh dan di tahap akhir menghasilkan urin. Pada neonatus, jumlah
urin yang diproduksi adalah 1-2 ml/kg BB/jam.
Laju filtrasi glomerulus (LFG) atau glomerular filtration rate (GFR) merupakan penjumlahan
dari seluruh laju filtrasi nefron yang masih berfungsi. LFG pada neonatus sekitar 15-
20ml/menit/1,73m2 dan akan meningkat dua kali lipat pada umur seminggu. Perubahan pada
hari pertama dapat diterangkan dengan turunnya resistensi pembuluh darah yang
menyebabkan peningkatan aliran darah korteks serta peningkatan perfusi glomerulus.
Perubahan ini menghasilkan peningkatan luas permukaan filtrasi.
Peningkatan selanjutnya pada tahun pertama disebabkan karena pertumbuhan glomerulus
yang mempengaruhi peningkatan luas permukaan filtrasi diikuti peningkatan tekanan perfusi
yang berpengaruh pada tekanan hidrostatik glomerulus.
Ginjal memiliki suatu mekanisme untuk memekatkan urin dan bertujuan untuk mengeluarkan
zat sisa dengan sedikit air. Mekanisme ini dilakukan untuk mencegah pengeluaran air
berlebihan dari tubuh. Bayi baru lahir belum dapat sepenuhnya mengonsentrasikan atau
memekatkan urin terutama sampai 1 minggu setelah lahir. Pada umur 2 tahun pertama daya
konsentrasi maksimal meningkat seperti pada orang dewasa usia 14-18 tahun.
Sistem Genitalia
Perkembangan sistem genitalia dimulai pada minggu ke-5, tetapi masih belum dapat
dibedakan. Perbedaan baru mulai tampak pada minggu ke-7. Genitalia eksterna mulai tampak
perbedaannya pada minggu ke-12. Perkembangan genitalia pia dipengaruhi oleh adanya TDF
(Testis Determining Factor) dan MIS (Mullerrian Inhibiting Substance). Jika tidak ada TDF
dan MIS, maka akan terbentuk genitalia perempuan.
Genitalia Interna
Sistem genitalia terdiri atas gonad primitif, duktus genitalis, dan genitalia eksterna. Ketiga
unsur ini melewati suatu tahap indiferen yang memungkinkan mereka berkembang ke arah
pria atau wanita. Proses perkembangan sistem genitalia dimulai dari perpindahan sel benih
primordial yang terletak di dekat alantois ke gonad primitif. Sebelum sel-sel tersebut datang,
sel epitel selom rigi kelamin berproliferasi dan membentuk korgda kelamin primitif. Karena
masih belum bisa dibedakan pria dan wanita, gonad ini disebut gonad indiferen.
Keberadaan kromosom Y adalah penentu jenis kelamin pada embrio. Apabila terdapat
kromosom Y, tentu saja, sel benih akan mengalami berkembang menjadi testis. Kromosom Y
menyebabkan terbentuknya korda medulla atau korda testis yang membentuk jala-jala halus
pada bagian hilus membentuk rete testis. Selanjutnya korda testis dipisahkan dari epitel
permukaan oleh tunika albuginea. Bila tidak ada kromosom Y, pembentukan ovarium
akan terangsang disertai dengan perkembangan korda korteks yang khas, hilangnya korda
medulla (testis), dan gagalnya tunika alibuginea untuk berkembang.
Duktus Genitalia
Pada mulanya, embrio pria dan wanita memiliki 2 pasang duktus genitalis yaitu duktus
mesonefros dan duktus paramesonefros. Pada pria, yang berkembang menajdi duktus
genitalia adalah duktus mesonefros yang dirangsang oleh testosteron menjadi vasdeferens dan
epididimis. Sedangkan duktus paramesonefros yang ada di sebelah lateralnya ditekan dengan
adanya MIS (Mulleri Inhibiting Substance).
Duktus genitalis pada wanita berkembang dari duktus paramesonefros. Duktus ini terbagi
menjadi 3 abgian yaitu bagian kranial vertikal, bagian horisontal yang menyilang duktus
mesonefros, dan bagian kaudal vertikal yang bersatu. Dengan turunnya ovariun, bagian
kranial vertikal dan bagian yang menyilang pada duktus paramesonefros berkembang
menjadi tuba uterina dan bagian kaudal yang bersatu membentuk korpus uteri dan serviks
uteri, dan bagian atas vagina.
Genitalia Eksterna
Seperti pada genitalia interna, genitalia eksterna pada mulanya melalui tahap indiferen. Pada
minggu ke-3, bagian kaudal masih terdapat membran kloakalis. Sel mesenkim bermigrasi ke
daerah ini untuk membentuk lipatan kloaka. Di bagian kranial, lipatan ini membentuk
tuberkulum genital. Setelah membran kloakalis terpisah menjadi membrana urogenitalis dan
membrana analis, lipatan kloaka terbagi menjadi lipatan uretra dan lipatan anus. Di kedua
sisi lipat uretra terdapat tonjol genitalia yang pada pria akan berkembang menjadi lipatan
skrotum dan pada wanita menjadi labium mayor.
- Pria : Perkembangan genitalia eksterna pria berada di abwah pengaruh hormon androgen
yang disekresi testis dan ditandai dengan memanjangnya tuberkulum genital yang menjadi
phallus (penis). Phallus menarik lipatan uretra ke depan dan membentuk sulkus uretra
yang tidak mencapai bagian distal (glans). Pada akhir bulan ke-3, kedua lipatan uretra
menutup dan membentuk uretra pars kavernosa. Di bagian ujung glans, terdapat sebuah
rongga yang disebut orifisium uretra eksternum. Tonjol kelamin atau tojol skrotum
bergerak ke arah kaudal dan kedua belahan skrotum dipisahkan oleh sekat skrotum.
- Wanita : Estrogen mempengaruhi perkembangan genitalia eksterna wanita. Tuberkulum
genitalia hanya sedikit memanjag dan membentuk klitoris. Lipatan uretra tidak menyatu
dan berkembang menjadi labia minor. Tonjol kelamin membesar dan membentuk labia
mayor.
Daftar Pustaka
Sadler, TW. Embriologi Kedokteran Langman edisi ke-7. Jakarta: EGC, 2000, hal 23100,233-310
Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1 ed. 15. Jakarta: EGC, 1999, hal 99100
Alatas, Husein, et al. Nefrologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000, hal. 11-23, 291-99
Walsh, Patrick C, et al. Campbells Urology-6th ed. Philadelphia: WB Saunders, 1992, p.
1344-46
GINJAL
GInjal terletak di belakang peritoneum pada setiap sisi dari kolumna vertebralis dan
dikelilingi oleh jaringan adiposa. Bagian superior berbatasan dengan vertebra Thorax-12 dan
bagian inferior dengan vertebra L-3. Panjang setiap ginjal 11 cm, lebar 6 cm, dan 3 cm pada
dimensi anteroposterior . Ginjal kiri bisa lebih panjang 1,5 cm dari sebelah kanan. Berat
rata-rata dari ginjal 150 g pada pria dan 135 g pada wanita. 1
Hubungan Ginjal dengan Organ Lainnya
Kutub superior pada kedua ginjal tebal dan berhubungan dengan glandula suprarenal. Kutub
inferior lebih tipis dan memanjang hingga ke Krista iliaca.1
Permukaan anterolateral ginjal kanan
Daerah kecil pada bagian kutub superior berbatasan dengan kelenjar suprarenal, tapi kelenjar
suprarenal bisa overlap dengan bagian atas kutub superior. Di bawahnya sekitar dari
permukaan anterior dengan lobus dekstra dari hepar. Pada daerah medial ginjal kanan
berhubungan
duodenum
pars
descendens.
Pada
bagian inferior dari
permukaan
anterior
berhubungan dengan flexura colic kanan di lateral dan dengan usus halus pada bagian medial.
1
Vena renalis berada pada sebelah anterior dari arteri renalis. Vena renalis bagian kiri lebih
panjang 3 kali lipat dari sebelah kanan. Vena gonadal kiri memasuki vena renalis pada
bagian bawah, dan vena suprarenal masuk dari bagian atas. Vena renalis kiri memasuki vena
cava inferior ke arah kanan atas.1
URETER
Ureter merupakan tabung muskular dengan panjang 25-30 cm, diameter sekitar 3 mm, dan
berdinding tebal. Setiap ureter merupakan kelanjutan dari pelvis renalis. Ureter melewati
psoas maor secara inferior dan medial. Ureter terletak retroperitoneal. Pada pria, ureter
berada di bawah vas deferens, lalu melewati bagian depan dan atas kutub atas dari vesikel
seminalis untuk kemudian menyilang di dinding vesica urinaria secara obliq sebelum
membuka pada sudut trigonal ipsilateral. Pada wanita ureter di sebelah dorsal ovarium, ke
ventral mencapai dasar lig. Latum, lalu disilang di sebelah superior, dari sisi lateral ke
medial, oleh A. uterina. Bagian terminalnya, berada di sebelah lateral cervix dan craniolateral fornix lateralis vaginae.1
Batas-batas ureter2:
Anterior ureter kanan: duodenum pars descendens, ileum terminale, a/v colica dextra,
a/v ileocolica, mesostenium
Dorsal ureter kanan: m. psoas; bifurcatio a. iliaca communis kanan
Anterior ureter kiri: colon sigmoideum; a/v colica sinistra, a/v. testicularis / ovarica.
Di panggul melintas di bawah lig. umbilicale laterale dan ductus deferen (pria); pada
wanita: sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina.
Perdarahan
Ureter disuplai oleh cabang dari arteri renalis, gonadal, iliaca communis, iliaca interna, dan
arteri uterine dan vesical,s erta arteri aorta abdominalis. Percabangan vena juga mengikuti
dari percabangan arteri ini.1
Persarafan Ginjal dan Ureter2
Simpatis (vasomotorik dan viseral aferen): segmen T12 L1 atau 2 lewat N.
splanchnicus imus dan N. splanchnicus lumbalis menuju plexus coeliacus dan
selanjutnya plexus renalis
Parasimpatis: N. Vagus
VESICA URINARIA
Vesica urinaria merupakan tempat penyimpanan. Bagian fundus berbentuk triangular dan
posteroinferior. Pada wanita, ini berhubungan dengan dinding vagina anterior sedangkan pada
pria berhubungan dengan
rectum walaupun dipisahkan
pada bagian atas oleh kantong
retrovesical dan pada bagian
bawah oleh vesikel seminalis
dan vas deferens pada setiap
sisi. Pada daerah triangular
anatara vasa deferentia, vesica
urinaria dan rectum dipisahkan
hanya oleh fascia retrovesical,
yang dikenal dengan fascua
Denonviller. Bagian leher dari
vesica urinaria merupakan
daerah paling bawah, berada
pada bagian belakang dari bagian bawah symphisis pubis. Bagian apex berada pada bagian
atas dari symphisis pubis. 1
Ligamen vesica urinaria
Pada pria dan wanita, terdapat ligament pubovesical yang mengikat jaringan fibromuskular
dari leher vesica urinaria ke bagian inferior dari tulang pubis. Ligamen ini membentuk
ligamen pubourethral dari wanita atau ligamen puboprostatic pada pria. Selain itu, ada
ligament yang menghubungkan apex dengan umbilicus yaitu ligament umbilical mediana. 1
Bagian-bagian vesica urinaria1
Mukosa vesical
Trigonum vesicae
Orificium ureterus
Orificium urethra internum
Perdarahan
Disuplai oleh arteri vesical superior dan inferior, yang diturnkan dari arteri iliaca communis.,
displementasi oleh arteri gluteal inferior dan obturator. Pada wanita terdapat cabang
tambahan dari arteri uterine dan vaginal. Vena yang mendarahi vesica urinaria membentuk
plexus yang kompleks pada permukaan inferolateral dan melalui ligament lateral dari vesica
dan berakhir pada vena iliaca interna.1
Persarafan2
Saraf parasimpatik mengatur otot dinding kandung kemih, urethra p. membranosa,
urethrae p. cavernosa dan rectum; relaksasi nadi pada jaringan erektil (ereksi)
disebut Nn. Erigentes. Juga sensorik rasa penuh
N. Hypogastricus (simpatis) kontraksi dan pengosongan epididymis, vas deferens,
gl. Vesiculosa & gl. Prostata; collum vesicae tertutup.
Simpatik dari plexus hypogastricus bersifat vasomotorik pembuluh darah vesica
urinaria + motorik otot trigonum vesicae & orificium urethrae internum menutup
aliran balik semen ke vesica urinaria
Parasimpatik N. splanchnicus pelvicus (S2-4) kontraksi M. detrusor air kemih
keluar
Rasa penuh (sensorik) dan motorik: lewat N. splanchnicus pelvicus
Secara sadar menahan refleks: N. pudendus S 2-4
URETHRA PRIA
Uretra pria mempunyai panjang sekitar 18-20 cm dari orificium urethra internal ke orificium
uretra eksternal pada penis. Uretra terbagi atas 2 bagian yaitu bagian anterior (16 cm) dan
bagian posterior (4 cm). Bagian anterior terbagi menjadi komponen proksimal, bulbar
urethra, yang dikellingi oleh bulbospongiosus, yang berlanjut pada penis. Bagian posterior
urethra terbagi menjadi segmen preprostatic, prostatic, dan membranosa.1
Perdarahan
Arteri urethra yang menyuplai urethra dan jaringan erektil di sekitarnya. Selain itu juga
urethra disuplai oleh arteri dorsalis penis melalui cabang circumflex pada setiap sisi. Vena
yang mendarahi bagian anterior urethra yaitu vena dorsalis penis dan vena pudenda interna,
yang berlanjut ke plexus prostatic. Bagian posterior urethra didarahi oleh plexus vena
prostatic dan vesical, yang berlanjut ke vena iliaca interna.1
URETHRA WANITA
Panjang urethra wanita sekitar 4 cm dan diameter 6 mm mulai dari orificium urethra internal,
berjalan pada anteroinferior dari belakang symphisis pubis, dan melekat pada dinding
vagiana bagian anterior.
Perdarahan
Suplai darah ke urethtra wanita berasal dari arteri vagina dan vesical. Plexus vena urethra
berlanjut ke plexus vena vesical sekitar leher vesica urinaria, lalu ke dalam vena pudenda
interna.
Daftar Pustaka
1. Standring S, et all (editor). Grays Anatomy, the anatomical basis of clinical practice.
39th edition. London: Elsevier; 2005.Hal. 1269-1299.
2. Gunardi, Santoso.Slide kuliah anatomi sistem perkemihan. Jakarta; 9 Juni 2008.