Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Amputasi
Pembimbing :
Dr Rossich Attaqi, Sp.B
Disusun oleh :
Stefan Satria
406127133
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Amputasi
adalah
hilangnya
sebagian
alat
gerak
yang
menyebabkan
sedangkan dalam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan pancung.Amputasi
dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada
ekstremitas
sudah
tidak
mungkin
dapat
diperbaiki
dengan
merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti system integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau keluarga
berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
Gambar 1. Amputasi
2.2
2.4
Etiologi
f. Keganasan
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif
2.5
dan
perdarahan).
b. Limb saving ( memanfaatkan kembali fungsi ekstremitas secara maksimal ),
seperti pada kelainan congenital dan keganasan. Tujuan operasi amputasi
dibawah lutut adalah untuk menghasilkan alat gerak yang padat, berbentuk
silindris, bebas dari jaringan parut yang sensitif dengan tulang yang cukup
baik ditutupi oleh otot
sesuai dengan
panjangnya.
Sedangkan kontraindikasi amputasi adalah jika keadaan umum pasien yang jelek.
2.6
Metode Amputasi
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua
metode :
a. Metode terbuka (guillotine amputasi)
Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.
Bentuknya benar- benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan
luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi, dan dilakukan pada kondisi infeksi
yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
infeksi,
menjaga
kekuatan
otot/mencegah
kontraktur,
2.7
Jenis Amputasi
c. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada
traumadengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada
trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas. Jenis
amputasi yang dikenal adalah :
a. Amputasi terbuka
b. Amputasi tertutup
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan
pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam
kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka
yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan
tulang.Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan
luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).
2.8
Tingkatan Amputasi
Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat.
Pada tumor, ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko
kekambuhan lokal.
nekrosis
biasanya
dilakukan
dulu
terapi
2.9
Tempat terbaik untuk membagi femur adalah 8-10 cm ( selebar satu tangan).
Gunakan spidol kulit untuk merencanakan insisi, yang harus membuat flap
anterior maupun flap posterior memiliki panjang sama atau yang anterior sedikit
lebih panjang. Bagi kulit dan jaringan subkutan sepanjang garis yang
direncanakan. Hemostasis biasanya tidak sukar pada anggota gerak yang iskemik
namun bisa terjadi perdarahan hebat pada anggota gerak yang septik. Ikat semua
vena dengan menggunakan jarum serap 2/0. Perdalam insisi anterior sampai
tulang, sambil memotong tendon quadriceps femoris. Vasa femoralis bersamasama nervus poplitea media dan lateral dijumpai pada posisi posteromedial. Ikat
rangkap pembuluh darah dengan benang serap.
11
Sebelum memotong saraf, beri tegangan pada saraf sehingga saraf tertarik ke
dalam puntung pada amputasi. Jika amputasi dilakukan pada tingkat yang lebih
tinggi, nervus sciaticus bisa dijumpai. Nervus sciaticus diikuti oleh arteri yang
harus didiseksi secara terpisah dan diikat sebelum saraf dipotong. Setelah
memotong semua otot di sekeliling femur, ikat pembuluh yang tinggal dan hindari
pemakaian diatermi. Periksa titik amputasi yang tepat dari femur dan kerok
periosteum dari tulang di daerah ini. Otot-otot paha harus diretraksi ke arah
proksimal untuk memberikan cukup ruang dalam menggunakan gergaji. Ini bisa
dilakukan dengan bantuan beberapa pembalut abdomen atau retraktor khusus.
Setelah memotong femur dan melepas tungkai bawah, tempatkan handuk bersih
di bawah puntung dan istirahatkan puntung pada mangkok yang dibalik.
Gunakan kikir untuk menghaluskan pinggir femur, kemudian bawa otot-otot
depan dan belakang bersamaan menutup tulang dengan jahitan terputus benang
serap ukuran 1. Pasang suction drain Insisi kulit Titik pemotongan tulang di
bawah lapisan otot. Tempatkan jahitan lapis kedua yang lebih superfisial dalam
otot dan jaringan subkutan karena ini akan membantu mendekatkan flap kulit.
Jahit pinggir kulit dengan beberapa jahitan putus dengan benang non serap 2/0.
Hindari memetik pinggir kulit dengan forsep bergigi. Tutup puntung dengan kasa
dan kapas dan balut dengan crepe bandage.
2.10
Amputasi bawah lutut secara statistic merupakan jenis amputasi yang paling
sering dilakukan pada alat gerak bawah. Luka amputasi pada level ini akan
sembuh dengan baik pada sebagian besar pasien dengan iskemia yang
memerlukan ablasi alat gerak.
12
dikurangi dengan eksisi jaringan otot. Tempatkan benang serap di antara otot di
bagian posterior dan jaringan subkutan di anterior dan meninggalkan suction drain
di bawah otot. Satukan pinggir kulit dengan jahitan putus benang non-serap 2/0.
Pangkas sudut-sudut flap posterior jika perlu agar bentuknya rapi. Tutup puntung
dengan katun dan balut ketat dengan crepe bandage.
2.11
Penatalaksanaan Amputasi
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.
Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :
a. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar
operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi
atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan
jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung
stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah
oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri. Setelah pemasangan
rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7
10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 3 minggu, setelah
stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini
dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya
perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan
kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid
dressing dibuka pada hari ke 7 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila
ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi local atau sistemik.
b. Soft dressing
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang
rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus
diperhatikan penggunaan
elastik
verban
jangan
sampai
menyebabkan
14
2.12
ventilasi
dengan
perfusi
15
setempat,
jika
secara
mendadak
maka
akan
terjadi
peningkatan
metabolisme
tungkai
berkontraksi
tidak
adekuat,
v a s o d i l a t a s i l e b i h p a n j a n g d a r i p a d a vasokontriksi sehingga
darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang
bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup
untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun,
akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat
juga merasakan pingsan
e.
Sistem Muskuloskeletal
1) Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi
dan
gangguan
sistem
vaskuler
demikian
pula
dengan
pembuangan
16
sisa
metabolisme
kalsium.
Hal
ini
menurunkan
kontriksi
sehingga
reabsorbsi
cairan
g. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya
gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :
1) Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu
ginjal.
2) Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya
kuman dan dapat menyebabkan ISK.
h. Sistem integument
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan
bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah
dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis
17
dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk
meningkatkan suplai darah.
2.13
a.
Perawatan luka pada umumnya dan penggunaan balutan yang halus akan
mengontrol udem, mencegah trauma, menurunkan nyeri, dan membuat
mobilisasi lebih awal demikian juga rehabilitasinya
b.
BAB III
KESIMPULAN
Amputasi
adalah
hilangnya
sebagian
alat
gerak
yang
menyebabkan
18
DAFTAR PUSTAKA
19
(diakses
akhlisnurse.blogspot.com/2012_04_01_archive.html
november 2014)
20
(diakses
minggu,