Вы находитесь на странице: 1из 34

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian

2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004),
drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan
air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan
pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu
unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka
menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase
disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air
permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu
juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan
untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir (Suripin, 2004).
2.2. Kegunaan Drainase
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :

Mengeringkan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.


Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem

drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut
definisi drainase perkotaan (Hasmar, 2002) :

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian


pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
sosial-budaya yang ada di kawasan kota.
2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi :
a) Permukiman
b) Kawasan industri dan perdagangan
c) Kampus dan sekolah
d) Rumah sakit dan fasilitas umum
e) Lapangan olahraga
f) Lapangan parkir
g) Instalasi militer, listrik, telekomunikasi
h) Pelabuhan udara.
Standar dan sistem penyediaan drainase kota sistem penyediaan jaringan
drainase terdiri dari empat macam, yaitu (Hasmar, 2002) :
1. Sistem drainase utama merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota.
2. Sistem drainase lokal merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
3. Sistem drainase terpisah merupakan sistem drainase yang mempunyai
jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem gabungan merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan
saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan
yang telah diolah.
Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah
(Hasmar, 2002) :
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder dan tersier melalui
normalisasi maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang
aman dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun
hujan lokal. Dari masing-masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Jaringan primer merupakan saluran yang memanfaatkan sungai dan anak
sungai.
b. Jaringan sekunder merupakan saluran yang menghubungkan saluran
tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).
c. Jaringan tersier merupakan saluran untuk mengalirkan limbah rumah
tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.
2. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan
kota.
Drainase dan Penyaluran Air Limbah

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang


terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan
menunjang sektor unggulan yang berpedoman pada Rencana Umum Tata
Ruang Kota. Sedangkan arahan dalam pelaksanaannya adalah :
Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.
Standardisasi sistem penyediaan drainase untuk penempatan perumahan di
pinggiran saluran primer atau sungai yang mengacu pada Provincial Water
Reclement (PWR) Bab II pasal 2 tentang Pemakaian Bebas dari Perairan Umum
(Waterrocilijn) yang berbunyi Dilarang menempatkan sebuah bangunan apapun,
atau memperbaharui seluruhnya atau sebagian dalam jarak diukur dari kaki
tangkis sepanjang perairan umum atau bilamana tidak ada tangkis, dari pinggir
atas dari tamping (talud) perairan umum kurang dari :
a. 20 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 1 dari verordening ini.
b. 5 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 2 dari verordening ini,
demikian juga untuk saluran pengaliran dan pembuangan dengan
kemampuan (kapasistet) 4 m3/detik atau lebih.
c. 3 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan
kemampuan normal 1 s/d 4 m3/detik.
d. 2 meter untuk saluran-saluran pengairan pengambilan dan pembuangan
kemampuan normal kurang dari 1 m3/detik.
Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu
(Hasmar, 2002) :
1. Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran atau badan air yang
menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan
(Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga
sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase
primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas
seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan
drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam


perencanaan sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan.
Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah
saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan,
gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air
yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro
ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun
tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan
permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

2.3. Jenis-jenis Drainase


Jenis jenis drainase dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,
yaitu (Hasmar, 2002) :
1. Menurut Sejarah Terbentuknya
a) Drainase Alamiah (Natural Drainage), yaitu sistem drainase yang
terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.
b) Drainase Buatan, yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan
analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi
saluran.
2. Menurut Letak Saluran
a) Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage), yaitu saluran drainase
yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open channel
flow.
b) Drainase Bawah Tanah (Sub Surface Drainage), yaitu saluran drainase
yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di
bawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.
Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah


seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.
3. Menurut Konstruksi
a) Saluran Terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya
untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun
kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada
pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan
pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining
dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata.
b) Saluran Tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu
kesehatan lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah
perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
seperti kota metropolitan dan kota-kota besar lainnya.
4. Menurut Fungsi
a) Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.
b) Multy Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.
2.4. Arahan Dalam Pelaksanaan Penyediaan Sistem Drainase
Arahan dalam pelaksanaan penyediaan sistem drainase adalah (Hasmar,
2002) :
1. Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
2. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
3. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
4. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
5. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharannya.
6. Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.
2.5. Pengklasifikasian Saluran Drainase
Macam saluran untuk pembuangan air, menurut De Chaira dan Koppelmen
(1994) dapat dibedakan menjadi :
1. Saluran Air Tertutup
a) Drainase bawah tanah tertutup, yaitu saluran yang menerima air
limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras
dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran
permukaan atau sungai) ke sistem drainase kota.
b) Drainase bawah tanah tertutup dengan tempat penampungan pada
tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

10

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan


kerusakan pada tapak.
2. Saluran Air Terbuka
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas.
Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan
mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi
kenyamanan. Menurut asalnya, saluran dibedakan menjadi :
a) Saluran Alam (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai kecil dan
sungai besar sampai saluran terbuka alamiah.
b) Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi, parit
pembuangan, dan lain-lain. Saluran terbuka buatan mempunyai istilah
yang berbeda-beda antara lain :
Saluran (canal)
Biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang dibuat
di tanah, dapat dilapisi pasangan batu atau beton, semen, kayu

maupun aspal.
Talang (flume)
Merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu,
biasanya disangga atau terletak di atas permukaan tanah, untuk

mengalirkan air berdasarkan perbedaan tinggi tekan.


Got miring (chute)
Selokan yang curam.
Terjunan (drop)
Seperti got miring dimana perubahan tinggi air terjadi dalam

jangka pendek.
Gorong-gorong (culvert)
Saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati

jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.


Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel)
Selokan tertutup yang cukup panjang, dipakai untuk

mengalirkan air menembus bukit atau gundukan tanah.


3. Saluran Air Kombinasi, dimana limpasan air terbuka dikumpulkan pada
saluran drainase permukaan, sementara limpasan dari daerah yang diperkeras
dikumpulkan pada saluran drainase tertutup.

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

11

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

2.6. Pola Jaringan Drainase


Pola jaringan drainase menurut Sidharta Karmawan (1997) terdiri dari enam
macam, antara lain:
1. Siku
Digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi
daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah
kota.
2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid Iron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota,
sehingga

saluran-saluran

cabang

dikumpulkan

dahulu

pada

saluran

pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar.
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke
segala arah.
6. Jaring-Jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya
dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis (Modul Perkuliahan Drainase
Perkotaan, 2004) :
1. Pola Perpendicular
Pola perpendicular adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang
dapat digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak
diperlukan banyak bangunan pengolahan.
2. Pola Interceptor Dan Pola Zone
Pola interceptor dan pola zone adalah pola jaringan yang digunakan
untuk sistem tercampur.
3. Pola Fan
Pola fan adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran atau cabang
yang dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan
pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
Drainase dan Penyaluran Air Limbah

12

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

4. Pola Radial
Pola radial adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala
arah dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak
bangunan pengolahan.
2.7. Bangunan-Bangunan Sistem Drainase Dan Pelengkapnya
Dalam pembuatan sistem drainase diperlukan beberapa bangunan sistem
drainase dan bangunan pelengkap, yaitu (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan,
2004) :
1. Bangunan-Bangunan Sistem Saluran Drainase
Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan
struktur dan bangunan-bangunan non struktur.
a. Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan
perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur
adalah :
- bangunan rumah pompa
- bangunan tembok penahan tanah
- bangunan terjunan yang cukup tinggi
- jembatan
b. Bangunan Non Struktur
Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa
pasangan, tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu
yang biasanya berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non struktur
adalah :
- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak
kontrol ususran Cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan yaitu saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
2. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu
sisem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan
pelengkap sistem drainase antara lain :
a. Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air
mengalir bebas di atas permukaan tanah menuju catch basin. Catch basin
dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah,
tempat parkir.
b. Inlet

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

13

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan


dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu
konstruksi khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak
masuk ke dalam saluran tertutup.
c. Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan
ujung gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor
dan erosi.
d. Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai. Shipon
dibangun bawah dari penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah
maka pada waktu pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak
terjadi keretakan ataupun kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam
merencanakan drainase dihindarkan perencanaan dengan menggunakan
shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih tinggi tetap untuk
dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat saluran terbuka atau
gorong-gorong.
e. Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di
setiap saluran diberi manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan
bentuk selokan pada setiap jarak 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil
mungkin supaya ekonomis, cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa.
Biasanya lubang manhole berdiameter 60 cm dengan tutup dari besi
tulang.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya genangan air di suatu lokasi antara
lain (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004) :
Dimensi saluran yang tidak sesuai.
Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan debit

banjir di suatu daerah aliran sistem drainase.


Elevasi saluran tidak memadai.
Lokasi merupakan daerah cekungan.
Lokasi merupakan tempat retensi air yang diubah fungsinya misalnya menjadi
permukiman. Ketika berfungsi sebagai tempat retensi (parkir alir) dan belum

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

14

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

dihuni adanya genangan tidak menjadi masalah. Masalah

timbul ketika

daerah tersebut dihuni.


Tanggul kurang tinggi.
Kapasitas tampungan kurang besar.
Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga aliran balik.
Adanya penyempitan saluran.
Tersumbat saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah.
2.8.Perencanaan Sistem Drainase
2.8.1. Landasan Perencanaan
Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase
perkotaan sebagai parasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan
yang berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan
sumberdaya air, yang ada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya
banyak meresap dalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran, antara lain
membuat bangunan resapan buatan, kolam tandon, penataan landscape dan
sempadan.
2.8.2. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan drainase perkotaan meliputi :
a. Tahapan dilakukan melalui pembuatan rencana induk, studi kelayakan dan
perencanaan detail dengan penjelasan :
Studi kelayakan dapat dibuat sebagai kelanjutan dari pembuatan

rencana induk.
Perencanaan detail perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase

dilaksanakan.
b. Drainase perkotaan di kota raya dan kota besar perlu direncanakan secara
menyeluruh melalui tahapan rencana induk.
c. Drainase perkotaan di kota sedang dan kota kecil dapat direncanakan melalui
tahapan rencana kerangka sebagai pengganti rencana induk.
2.8.3. Data dan Persyaratan
Sistem drainase perkotaan data dan persyaratan untuk perencanaannya
sebagai berikut (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004) :
a. Data primer merupakan data dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan yang
diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup :
Data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi genangan atau
banjir yang meliputi luas, lama, kedalaman rata-rata dan frekuensi

genangan.
Data keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran
Drainase dan Penyaluran Air Limbah

15

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Data daerah pengaliran sungai atau saluran meliputi topografi, hidrologi,


morfologi sungai, sifat tanah, tata guna tanah dan sebagainya. Data

prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan.
b. Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan dalam perencanaan
drainase perkotaan yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer,
terdiri atas :
Rencana Pengembangan Kota
Geoteknik
Pembiayaan
Kependudukan
Institusi atau kelembagaan
Sosial ekonomi
Peran serta masyarakat
Keadaan kesehatan lingkungan permukiman
2.9. Masalah Dalam Sistem Drainase
Masalah dalam sistem drainase yang sering ditemui adalah sebagai berikut
(Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004) :
a. Terjadi endapan
b. Terdapat timbunan Sampah
c. Tumbuhnya tanaman liar
d. Penyumbatan, kerusakan, penyalah-gunaan saluran dan bangunan
e. Peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan
2.10. Analisa Hidrologi
Untuk menyelesaikan persoalan drainase sangat berhubungan dengan aspek
hidrologi khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang akan di alirkan pada
sistem drainase dan limpasan sebagai akibat tidak mampunyai sistem drainase
mengalirkan ke tempat pembuangan akhir. Desain hidrologi diperlukan untuk
mengetahui debit pengaliran (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004).
2.10.1 Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan
batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju
bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
Drainase dan Penyaluran Air Limbah

16

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004) :
Evaporasi / Transpirasi
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintikbintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan,

salju dan es.


Infiltrasi/ Perkolasi Ke Dalam Tanah
Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah
dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler
atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan

tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.


Air Permukaan
Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau, makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran
permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya
pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir
ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponenkomponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai
(DAS).

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

17

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi


2.10.2 Analisa Curah Hujan Rencana
Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi.
Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis,
dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama
satu hari. Dalam analisa digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang
dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung
intensitas hujan, kemudian intensitas ini digunakan untuk mengestimasi debit
rencana.
Untuk berbagai kepentingan perancangan drainase tertentu data hujan yang
diperlukan tidak hanya data hujan harian, tetapi juga distribusi jam jaman atau
menitan. Hal ini akan membawa konsekuen dalam pemilihan data, dan dianjurkan
untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat ukur otomatis.
Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang (return period) yang
dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkapan hujan yang
akan dikeringkan. Menurut pengalaman, penggunaan periode ulang untuk
-

perencanaan:
Saluran Kwarter : periode ulang 1 tahun
Saluran Tersier : periode ulang 2 tahun
Saluran Sekunder : periode ulang 5 tahun
Saluran Primer : periode ulang 10 tahun
Rekomendasi periode ulang untuk desain banjir dan genangan dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Rekomendasi Periode Ulang (Tahun) untuk Desain Banjir dan
Genangan
Sistem
Peyaluran

*Dasar Tipe Pekerjaan (untuk pengendalian


banjir di sungai)

Taha
p

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

Taha
p
18

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Sungai

*Dasar dari jumlah penduduk (untuk sistem


drainase)
- Rencana Bahaya
- Rencana Baru
- Rencana Terbaru/ Awal
* Untuk pedesaan atau perkotaan dengan
jumlah penduduk < 2.000.000
*Untuk perkotaan dengan jumlah penduduk >
2.000.000

Sistem
Drainase
Primer
(Catchment
Area > 500
Ha)

- Pedesaan
- Perkotaan dengan jumlah penduduk <
500.000
- Perkotaan 500.000 < jumlah penduduk <
2.000.000
- Pedesaan dengan jumlah Penduduk >
2.000.000

Sistem
Drainase
Sekunder
Catchment
Area < 500
Ha)

- Pedesaan
- Perkotaan dengan jumlah penduduk <
500.000
- Perkotaan 500.000 < jumlah penduduk <
2.000.000
- Pedesaan dengan jumlah Penduduk >
2.000.000

Sistem
Drainase
Tersier
(Catchment
Area < 10
Ha)

Perkotaan dan Pedesaan

Awal

Akhir

5
10

10
25

25

50

25

100

2
5

5
10

15

10

25

1
2

2
5

10

Sumber : Flood Control Manual (1993)

Penentuan periode ulang juga didasarkan pada pertimbangan ekonomis.


Analisis frekuensi terhadap data hujan yang tersedia dapat dilakukan dengan
beberapa metode antara lain Disrtibusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi
Log Person III, Dan Distribusi Gumbel.
2.10.3 Analisa Frekuensi Curah Hujan

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

19

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran


curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi
frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi
ratarata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness (kecondongan
atau kemiringan).
Tabel 2.2 Parameter Statistik yang Penting
Parameter
Rata-rata

Simpangan baku
(standar deviasi)

Sampel
n
1
X = X i
n i=1

Populasi

=E ( X )= xf ( x ) dx

1
s=
( x x ) 2
n1 i=1 i
s
x

Koefisien
variasi

CV =

Koefisien
skewness

n ( x ix )3

G=

i=1

( n1 )(n2) s 3

={ E [ ( x)

CV =

]}

1
2

E
=

Sumber : Suripin (2004)

Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang


banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Berikut ini empat jenis distribusi
frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi:
-

Distribusi Normal
Distribusi Log Normal
Distribusi Log Person III
Distribusi Gumbel.
a. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai
persamaan sebagai berikut:

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

20

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

X T = X + K T S

(2.1)

di mana :

KT=

X T X
S

(2.2)

Di mana:
XT

= Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan,

= Nilai rata-rata hitung variat,

= Deviasi standar nilai variat,

KT

= Faktor frekuensi
Untuk mempermudah perhitungan, nilai faktor frekuensi (KT) umumya

sudah tersedia dalam tabel, disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss
(Variable reduced Gauss), seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.3 .

Tabel 2.3 Nilai Variabel Reduksi Gauss


No
.

Periode ulang

T
(tahun)

Peluang KT

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

21

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

1,001
1,005
1,010
1,050
1,110
1,250
1,330
1,430
1,670
2,000
2,500
3,330
4,000
5,000
10,000
20,000
50,000
100,000
200,000
500,000
1000,000

0,999
0,995
0,990
0,950
0,900
0,800
0,750
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,250
0,200
0,100
0,050
0,020
0,010
0,005
0,002
0,001

-3,05
-2,58
-2,33
-1,64
-1,28
-0,84
-0,67
-0,52
-0,25
0
0,25
0,52
0,67
0,84
1,28
1,64
2,05
2,33
2,58
2,88
3,09

Sumber : Suripin (2004)

b. Distribusi Log Normal


Dalam distribusi log normal data X diubah kedalam bentuk logaritmik Y =
log X. Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan
mengikuti Distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal perhitungan curah
hujan rencana menggunakan persamaan berikut ini :
Y T =Y + K T S

KT=

Y T Y
S

(2.3)

(2.4)

di mana:
YT
Y

= perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahun


= nilai rata-rata hitung variat
= deviasi standar nilai vatiat

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

22

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

KT

= faktor frekuensi

c. Distribusi Log Person III


Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Log Person III,
mempunyai langkah-langkah perumusan sebagai berikut:
- Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X
- Hitung harga rata-rata:
n

log X i

log X = i1
-

(2.5)

Hitung harga simpangan baku


2
log X ilog X

0,5

(2.6)

i1

s=

Hitung koefisien kemencengan


n

3
n ( log X ilog X )

G=

(2.7)

i1

( n1 ) ( n2 ) s

Hitung logritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus:
log X T =log X + K . s
(2.8)
dimana:
K = Variabel standar ( standardized variable) untuk X yang besarnya
tergantung koefisien kemiringan G (Tabel 2.4)

Tabel 2.4 Nilai K untuk Distribusi Log-Person III


Interval kejadian (Recurrence interval), tahun (periode ulang)
1,0101
Koef, G

1,2500

10

25

50

100

Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded)

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

23

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

3,0
2,8
2,6
2,4
2,2
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
-0,2
-0,4
-0,6
-0,8
-1,0
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
-2,0

99
80
50
20
10
4
2
-0,667
-0,636
-0,396 0,420
1,180
2,278
3,152
-0,714
-0,666
-0,384 0,460
1,210
2,275
3,114
-0,769
-0,696
-0,368 0,499
1,238
2,267
3,071
-0,832
-0,725
-0,351 0,537
1,262
2,256
3,023
-0,905
-0,752
-0,330 0,574
1,284
2,240
2,970
-0,990
-0,777
-0,307 0,609
1,302
2,219
2,192
-1,087
-0,799
-0,282 0,643
1,318
2,193
2,848
-1,197
-0,817
-0,254 0,675
1,329
2,163
2,780
-1,318
-0,832
-0,225 0,705
1,337
2,128
2,706
-1,449
-0,844
-0,195 0,732
1,340
2,087
2,626
-1,588
-0,852
-0,164 0,758
1,340
2,043
2,542
-1,733
-0,856
-0,132 0,780
1,336
1,993
2,453
-1,880
-0,857
-0,099 0,800
1,328
1,939
2,359
-2,029
-0,855
0,066
0,816
1,317
1,880
2,261
-2,178
-0,850
-0,033 0,830
1,301
1,818
2,159
-2,326
-0,842
0,000
0,842
1,282
1,751
2,051
-2,472
-0,830
0,033
0,850
1,258
1,680
1,945
2,615
-0,816
0,066
0,855
1,231
1,606
1,834
-2,755
-0,800
0,099
0,857
1,200
1,528
1,720
-2,891
-0,780
0,132
0,856
1,166
1,448
1,606
-3,022
-0,758
0,164
0,852
1,128
1,366
1,492
-2,149
-0,732
0,195
0,844
1,086
1,282
1,379
-2,271
-0,705
0,225
0,832
1,041
1,198
1,270
-2,388
-0,675
0,254
0,817
0,994
1,116
1,166
-3,499
-0,643
0,282
0,799
0,945
1,035
1,069
-3,605
-0,609
0,307
0,777
0,895
0,959
0,980
Interval kejadian (Recurrence interval), tahun (periode ulang)
1,0101

Koef, G

-2,2
-2,4
-2,6
-2,8
-3,0

1,2500

10

25

50

1
4,051
3,973
2,889
3,800
3,705
3,605
3,499
3,388
3,271
3,149
3,022
2,891
2,755
2,615
2,472
2,326
2,178
2,029
1,880
1,733
1,588
1,449
1,318
1,197
1,087
0,990

100

Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded)


99
-3,705
-3,800
-3,889
-3,973
-7,051

80
-0,574
-0,537
-0,490
-0,469
-0,420

50
0,330
0,351
0,368
0,384
0,396

20
0,752
0,725
0,696
0,666
0,636

10
0,844
0,795
0,747
0,702
0,660

4
0,888
0,823
0,764
0,712
0,666

2
0,900
0,830
0,768
0,714
0,666

1
0,905
0,832
0,769
0,714
0,667

Sumber : Suripin (2004)

d. Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel, mempunyai
perumusan sebagai berikut:

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

24

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

X = X + SK

(2.9)

di mana:
X

= harga rata-rata sampel

S = standar deviasi sampel


Nilai K (faktor probabilitas) untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat
dinyatakan dalam persamaan:

K=

Y TrY n
Sn

(2.10)

di mana:
Yn

= reduced mean yang tergantung jumlah sampel atau data n (Tabel 2.5)

Sn

= reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel


atau data n (Tabel 2.6)

Ytr

= reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :

Y Tr=ln ln

T r1
Tr

(2.11)

Tabel 2.7 memperlihatkan hubungan antara reduced variate dengan periode


ulang.
Tabel 2.5 Reduced Mean, Yn
N

10

0,4952

0,4996

0,5035

0,5070

0,5100

0,5128

0,5157

0,5181

0,5202

0,5220

20

0,5236

0,5252

0,5268

0,5283

0,5296

0,5309

0,5320

0,5332

0,5343

0,5353

30

0,5362

0,5371

0,5380

0,5388

0,8396

0,5403

0,5410

0,5418

0,5424

0,5436

40

0,5436

0,5442

0,5448

0,5453

0,5458

0,5463

0,5468

0,5473

0,5477

0,5481

50

0,5485

0,5489

0,5493

0,5497

0,5501

0,5504

0,5508

0,5511

0,5515

0,5518

60

0,5521

0,5524

0,5527

0,5530

0,5533

0,5535

0,5538

0,5540

0,5543

0,5545

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

25

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

70

0,5548

0,5550

0,5552

0,5555

0,5557

0,5559

0,5561

0,5563

0,5565

0,5567

80

0,5569

0,5570

0,5572

0,5574

0,5576

0,5578

0,5580

0,5581

0,5583

0,5585

90

0,5586

0,5587

0,5589

0,5591

0,5592

0,5593

0,5595

0,5569

0,5598

0,5599

100

0,5600

0,5602

0,5603

0,5604

0,5606

0,5607

0,5608

0,5609

0,5610

0,5611

Sumber : Suripin (2004)

Tabel 2.6 Reduced Standad Deviation, Sn


N

10

0,9496

0,9676

0,9833

0,9971

1,0095

1,0206

1,0316

1,0411

1,0493

1,0565

20

1,0628

1,0696

1,0754

1,0811

1,0864

1,0915

1,0961

1,1004

1,1047

1,1080

30

1,1124

1,1159

1,1193

1,1226

1,1255

1,1285

1,1313

1,1339

1,1363

1,1388

40

1,1413

1,1436

1,1458

1,1480

1,1499

1,1519

1,1538

1,1557

1,1574

1,1590

50

1,1607

1,1623

1,1638

1,1658

1.1667

1,1681

1,1696

1,1708

1,1721

1,1734

60

1,1747

1,1759

1,1770

1,1782

1,1793

1,1803

1,1814

1,1824

1,1834

1,1844

70

1,1854

1,1863

1,1873

1,881

1,1890

1,1898

1,1906

1,1925

1,1923

1,1930

80

1,1938

1,1945

1,1953

1,1959

1,1967

1,1973

1,1980

1,1987

1,1994

1,2001

90

1,2007

1,2013

1,2020

1,2026

1,2032

1,2038

1,2044

1,2049

1,2055

1,2060

100

1,2065

1,2065

1,2073

1,2077

1,2081

1,2084

1,2087

1,2090

1,2093

1,2096

Sumber : Suripin (2004)

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

26

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Table 2.7 Reduced variate, YTr sebagai fungsi periode ulang


Periode ulang,

Reduced variate

Periode ulang,

Reduced variate

Tr (tahun)
2
5
10
20
25
50
75

YTr
0,3668
1,5004
2,2510
2,9709
3,1993
3,9028
4,3117

Tr (tahun)
100
200
250
500
1000
5000
10000

YTr
4,6012
5,2969
5,5206
6,2149
6,9087
8,5188
9,2121

Sumber : Suripin (2004)

2.10.4 Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya.
Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik
secara statistik maupun secara empiris. Biasanya intensitas hujan dihubungkan
dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan
jamjaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan alat pencatat hujan otomatis. Apabila data hujan jangka pendek
tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat
dihitung dengan rumus Mononobe.
I=

R 24 24
24 t

( )

2
3

(2.12)

di mana:
I

= Intensitas hujan (mm/jam)

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

27

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

= lamanya hujan (jam)

R24

= curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)(mm).

2.10.5 Debit Rencana


Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran
drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan dan
jalan raya, sebagai debit rencana debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun,
yang mempunyai makna kemugkinan banjir maksimum tersebut disamai atau
dilampaui 1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun atau 20 kali dalam 100
tahun. Penetapan debit banjir maksimum periode 5 tahun ini berdasarkan
pertimbangan:
a. Resiko akibat genangan yang ditimbulkan oleh hujan relatif kecil
dibandingkan dengan banjir yang ditimbulkan meluapnya sebuah sungai
b. Luas lahan diperkotaan relatif terbatas apabila ingin direncanakan saluran
yang melayani debit banjir maksimum periode ulang lebih besar dari 5 tahun.
c. Daerah perkotaan mengalami perubahan dalam periode tertentu sehingga
mengakibatkan perubahan pada saluran drainase.
Perencanaan debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan raya
dihadapi dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk
menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antara
air hujan dengan limpasannya (Metode Rasional). Untuk debit air limbah rumah
tangga diestimasikan 25 l/o/h. Adapun rumusan perhitungan debit rencana Metode
Rasional adalah sebagai berikut:
Q=0,278 . C . Cs . I . A

Q=

2 Tc
2Tc+ Td

(2.13)

(2.14)

di mana:
Q

= Debit rencana dengan periode ulang T tahun (m3/dtk)


Drainase dan Penyaluran Air Limbah

28

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

= Koefisien aliran permukaan

Cs

= Koefisien tampungan oleh cekungan terhadap debit rencana

= Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

= Luas daerah pengaliran (km2)

Tc

= Waktu konsentrasi (jam)

Td

= Waktu aliran air mengakir di dalam saluran dari hulu hingga ke


tempat pengukuran (jam)
Dalam perencanaan saluaran drainase dapat dipakai standar yang telah

ditetapkan, baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai,
tinggi jagaan, struktur saluran, dan lain-lain. Tabel 2.8 berikut menyajikan standar
desain saluran drainase berdasar Pedoman Drainase Perkotaan dan Standar
Desain Teknis.

Tabel 2.8 Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan


Perode ulang

Luas DAS (ha)

(tahun)
2
25
5 20
10 - 25

< 10
10 100
101 500
>500

Metode perhitungan debit banjir


Rasional
Rasional
Rasional
Hidrogaf satuan

Sumber : Suripin (2004)

2.10.6 Koefisien Pengaliran ( C )


Koefisien pengaliran (run-off coefficient) adalah perbandingan antara
jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah (surface
run-off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir (hujan total yang
terjadi). Besaran ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan
kondisi

tanah.

Pemilihan

koefisien

pengaliran

harus

memperhitungkan

kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan dikemudian hari. Koefisien

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

29

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

pengaliran mempunyai nilai antara, dan sebaiknya nilai pengaliran untuk analisis
dipergunakan nilai terbesar atau nilai maksimum.

Tabel 2.9 Koefisien Limpasan untuk Metode Rasional


Deskripsi lahan / karakter permukaan
Business
perkotaan
pinggiran
Perumahan
rumah tunggal
multiunit, terpisah
multiunit, tergabung
perkampungan
apartemen
Industri
ringan
berat
Perkerasan
aspal dan beton
batu bata, paving
Atap
Halaman, tanah berpasir

Koefisien limpasan, C
0,70 0,95
0,50 0,70
0,30
0,40
0,60
0,25
0,50

0,50
0,60
0,75
0,40
0,70

0,50 0,80
0,60 0,90
0,70 0,65
0,50 0,70
0,75 0,95

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

30

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

datar 2 %
rata-rata, 2- 7 %
curam, 7 %
Halaman, tanah berat
datar 2 %
rata-rata, 2- 7 %
curam, 7 %
Halaman kereta api
Taman tempat bermain
Taman, pekuburan
Hutan
datar, 0 5 %
bergelombang, 5 10 %
berbukit, 10 30 %

0,05 0,10
0,10 0,15
0,15 0,20
0,13
0,18
0,25
0,10
0,20
0,10

0,17
0,22
0,35
0,35
0,35
0,25

0,10 0,40
0,25 0,50
0,30 0,60

Sumber : Suripin (2004)

2.10.7 Waktu Konsentari ( Tc )


Menurut Wesli (2008) pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke
titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Pada prinsipnya waktu
konsentrasi dapat dibagi menjadi:
a.

Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas

permukaan tanah menuju saluran drainase


b. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.
Titik terjauh to menuju saluran darainase

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

31

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Titik terjauh to menuju saluran darainase


Gambar 2.2 Lintasan Aliran Waktu Inlet Time (to) dan Conduit Time (td)
Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor faktor berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.

Luas daerah pengaliran


Panjang saluran drainase
Kemiringan dasar saluran
Debit dan kecepatan aliran
Harga Tc ditentukan dengan menggunakan rumus seperti berikut ini:
Tc=+ Td

2
n
3,28 L
3
S

Td=

(2.15)
0,167

(2.16)

Ls
60V

(2.17)

di mana:
Tc = Waktu Konsentrasi (jam)
to = Inlet time ke saluran terdekat (menit)
td = Conduit time sampai ke tempat pengukuran (menit)
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan (m)
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/dtk)
2.11. Analisa Hidrolika

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

32

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa
alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun
tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran
tertutup (closed conduits), sedangkan yang terbuka bagian atasnya disebut saluran
terbuka (open channels). Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat
permukaan air yang bebas (free surface) di mana permukaan bebas ini
dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung, saluran terbuka umumnya
digunakan pada lahan yang masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan
kakinya relatif jarang, beban kiri dan kanan saluran relatif ringan.
Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup (pipa flow) seluruh pipa
diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang bebas, oleh karena itu
permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan udara luar, saluran
tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya terbatas (pasar,
pertokoan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relatif padat, lahan yang
dipakai untuk lapangan parkir.
Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasarnya
saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi:
a.

Saluran Prismatik (Prismatic Channel), yaitu saluran yang bentuk

b.

penampang melintang dan kemiringan dasarnya tetap.


Contoh : saluran drainase, saluran irigasi.
Saluran Non Prismatik (Non Prismatic Channel), yaitu saluran yang
bentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah-ubah.
Contoh : sungai.
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam (natural channel),

seperti sungai-sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai besar di


muara, dan saluran buatan (artificial channel), seperti saluran drainase tepi jalan,
saluran irigasi untuk mengairi persawahan, saluran pembuangan, saluran untuk
membawa air ke pembangkit listrik tenaga air, saluran untuk supply air minum,
dan saluran banjir. Saluran buatan dapat berbentuk segitiga, trapesium, segi
empat, bulat, setengah lingkaran, dan bentuk tersusun (Gambar 2.4).

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

33

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Gambar 2.3 Bentuk-Bentuk Profil Saluran


2.11.1 Bentuk Saluran yang Paling Ekonomis
a. Penampang Berbentuk Persegi yang Paling Ekonomis
Jika B adalah lebar dasar saluran dan h adalah kedalaman air (Gambar 2.5),
luas penampang basah, A, dan keliling basah, P, dapat dituliskan sebagai berikut:
A=B h

(2.18)

Gambar 2.4 Penampang Persegi Panjang


P=B+2. h

B=2 h

(2.19)

atau

h=

B
2

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

(2.20)

34

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Jari jari Hidraulik R :


R=

A
B.h
=
P B+ 2h

(2.21)

Bentuk penampang melintang persegi yang paling ekonomis adalah jika:


h=

B
2

atau

R=

h
2

b. Penampang Berbentuk Trapesium yang Paling Ekonomis


Saluran dengan penampang melintang bentuk trapesium dengan lebar dasar
B, kedalaman aliran h, dan kemiringan dinding 1: m (Gambar 2.6), luas
penampang melintang A dan keliling basah P, dapat dirumuskan sebagai berikut :
A= ( B+m h ) h

(2.22)

P=B+2 h m2 +1

(2.23)

B=P2h m2+ 1
Atau

(2.24)

2
B= h 3
3

(2.25)

A=h2 3

(2.26)

Gambar 2.5 Penampang Trapesium

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

35

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

Penampang trapesium yang paling efisien adalah jika: m = ( 1 /

3 ) atau

60o

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

36

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian

2013

Tabel 2.10 Unsur-Unsur Geometris Penampang Saluran


Penampang

37

Luas

Keliling basah

Jari jari

Lebar

Kedalaman

Faktor

(A)

(O)

hidraulik

puncak

hidrolis

penampang

(R)

(T)

(D)

(Z)

by
b+2 b

B.y1,5

b+2 zy

( b+ zy ) y
b+2 zy

b.y

b + 2y

( b+ z y ) y

b+2 y 1+ z

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

( b + zy ) y
b+2 y 1+ z 2

1,5

[ ( b + zy ) y ]
b +2 zy

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

2.11.2 Dimensi Saluran


Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh
saluran (Qs dalam m3/det) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang
diakibatkan oleh hujan rencana (QT dalam m 3/det). Kondisi demikian dapat
dirumuskan dengan persamaan berikut :
Qs QT

(2.27)

Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan
rumus seperti di bawah ini:
Qs = As.V

(2.28)

Di mana:
As

= luas penampang saluran (m2)

= Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)


Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Manning sebagai berikut:


2

1
V = . R3 . S 2
n

R=

(2.29)

As
P

(2.30)

Di mana:
V

= Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)

= Koefisien kekasaran Manning (Tabel 2.9)

= Jari-jari hidrolis (m)

= Kemiringan dasar saluran

As

= luas penampang saluran (m2)

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

38

Evaluasi Saluran Drainase Jalan Gaharu, Pasir Pangaraian


2013

= Keliling basah saluran (m)


Nilai koefisien kekasaran Manning (n), untuk gorong-gorong dan saluran

pasangan dapat dilihat pada Tabel 2.9.


Tabel 2.11 Koefisien Kekasaran Manning
Tipe Saluran
Baja
Baja permukaan gelombang
Semen
Beton
Pasangan batu
Kayu
Bata
Aspal

Koefisien Manning (N)


0,011 0,014
0,021 0,030
0,010 0,013
0,011 0,015
0,017 0,030
0,010 0,014
0,011 0,015
0,013

Sumber : Wesli (2008)

Nilai kemiringan dinding saluran diperoleh berdasarkan bahan saluran yang


digunakan. Nilai kemiringan dinding saluran dapat dilihat pada Tabel 2.10
Tabel 2.12 Nilai Kemiringan Dinding Saluran Sesuai Bahan
Bahan Saluran
Batuan / cadas
Tanah lumpur
Lempung keras / tanah
Tanah dengan pasangan batu
Lempung
Tanah berpasir lepas
Lumpur berpasir

Kemiringan dinding (m)


0
0,25
0,5 1
1
1,5
2
3

Sumber: ISBN: 979 8382 49 8

Drainase dan Penyaluran Air Limbah

39

Вам также может понравиться