Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004),
drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan
air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan
pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu
unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka
menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase
disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air
permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu
juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan
untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir (Suripin, 2004).
2.2. Kegunaan Drainase
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :
drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut
definisi drainase perkotaan (Hasmar, 2002) :
10
maupun aspal.
Talang (flume)
Merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu,
biasanya disangga atau terletak di atas permukaan tanah, untuk
jangka pendek.
Gorong-gorong (culvert)
Saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati
11
saluran-saluran
cabang
dikumpulkan
dahulu
pada
saluran
pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar.
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke
segala arah.
6. Jaring-Jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya
dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis (Modul Perkuliahan Drainase
Perkotaan, 2004) :
1. Pola Perpendicular
Pola perpendicular adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang
dapat digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak
diperlukan banyak bangunan pengolahan.
2. Pola Interceptor Dan Pola Zone
Pola interceptor dan pola zone adalah pola jaringan yang digunakan
untuk sistem tercampur.
3. Pola Fan
Pola fan adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran atau cabang
yang dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan
pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
Drainase dan Penyaluran Air Limbah
12
4. Pola Radial
Pola radial adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala
arah dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak
bangunan pengolahan.
2.7. Bangunan-Bangunan Sistem Drainase Dan Pelengkapnya
Dalam pembuatan sistem drainase diperlukan beberapa bangunan sistem
drainase dan bangunan pelengkap, yaitu (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan,
2004) :
1. Bangunan-Bangunan Sistem Saluran Drainase
Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan
struktur dan bangunan-bangunan non struktur.
a. Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan
perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur
adalah :
- bangunan rumah pompa
- bangunan tembok penahan tanah
- bangunan terjunan yang cukup tinggi
- jembatan
b. Bangunan Non Struktur
Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa
pasangan, tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu
yang biasanya berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non struktur
adalah :
- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak
kontrol ususran Cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan yaitu saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
2. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu
sisem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan
pelengkap sistem drainase antara lain :
a. Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air
mengalir bebas di atas permukaan tanah menuju catch basin. Catch basin
dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah,
tempat parkir.
b. Inlet
13
14
timbul ketika
rencana induk.
Perencanaan detail perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase
dilaksanakan.
b. Drainase perkotaan di kota raya dan kota besar perlu direncanakan secara
menyeluruh melalui tahapan rencana induk.
c. Drainase perkotaan di kota sedang dan kota kecil dapat direncanakan melalui
tahapan rencana kerangka sebagai pengganti rencana induk.
2.8.3. Data dan Persyaratan
Sistem drainase perkotaan data dan persyaratan untuk perencanaannya
sebagai berikut (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004) :
a. Data primer merupakan data dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan yang
diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup :
Data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi genangan atau
banjir yang meliputi luas, lama, kedalaman rata-rata dan frekuensi
genangan.
Data keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran
Drainase dan Penyaluran Air Limbah
15
prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan.
b. Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan dalam perencanaan
drainase perkotaan yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer,
terdiri atas :
Rencana Pengembangan Kota
Geoteknik
Pembiayaan
Kependudukan
Institusi atau kelembagaan
Sosial ekonomi
Peran serta masyarakat
Keadaan kesehatan lingkungan permukiman
2.9. Masalah Dalam Sistem Drainase
Masalah dalam sistem drainase yang sering ditemui adalah sebagai berikut
(Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004) :
a. Terjadi endapan
b. Terdapat timbunan Sampah
c. Tumbuhnya tanaman liar
d. Penyumbatan, kerusakan, penyalah-gunaan saluran dan bangunan
e. Peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan
2.10. Analisa Hidrologi
Untuk menyelesaikan persoalan drainase sangat berhubungan dengan aspek
hidrologi khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang akan di alirkan pada
sistem drainase dan limpasan sebagai akibat tidak mampunyai sistem drainase
mengalirkan ke tempat pembuangan akhir. Desain hidrologi diperlukan untuk
mengetahui debit pengaliran (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004).
2.10.1 Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan
batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju
bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
Drainase dan Penyaluran Air Limbah
16
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, 2004) :
Evaporasi / Transpirasi
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintikbintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan,
17
perencanaan:
Saluran Kwarter : periode ulang 1 tahun
Saluran Tersier : periode ulang 2 tahun
Saluran Sekunder : periode ulang 5 tahun
Saluran Primer : periode ulang 10 tahun
Rekomendasi periode ulang untuk desain banjir dan genangan dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Rekomendasi Periode Ulang (Tahun) untuk Desain Banjir dan
Genangan
Sistem
Peyaluran
Taha
p
Taha
p
18
Sungai
Sistem
Drainase
Primer
(Catchment
Area > 500
Ha)
- Pedesaan
- Perkotaan dengan jumlah penduduk <
500.000
- Perkotaan 500.000 < jumlah penduduk <
2.000.000
- Pedesaan dengan jumlah Penduduk >
2.000.000
Sistem
Drainase
Sekunder
Catchment
Area < 500
Ha)
- Pedesaan
- Perkotaan dengan jumlah penduduk <
500.000
- Perkotaan 500.000 < jumlah penduduk <
2.000.000
- Pedesaan dengan jumlah Penduduk >
2.000.000
Sistem
Drainase
Tersier
(Catchment
Area < 10
Ha)
Awal
Akhir
5
10
10
25
25
50
25
100
2
5
5
10
15
10
25
1
2
2
5
10
19
Simpangan baku
(standar deviasi)
Sampel
n
1
X = X i
n i=1
Populasi
=E ( X )= xf ( x ) dx
1
s=
( x x ) 2
n1 i=1 i
s
x
Koefisien
variasi
CV =
Koefisien
skewness
n ( x ix )3
G=
i=1
( n1 )(n2) s 3
={ E [ ( x)
CV =
]}
1
2
E
=
Distribusi Normal
Distribusi Log Normal
Distribusi Log Person III
Distribusi Gumbel.
a. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.
Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai
persamaan sebagai berikut:
20
X T = X + K T S
(2.1)
di mana :
KT=
X T X
S
(2.2)
Di mana:
XT
KT
= Faktor frekuensi
Untuk mempermudah perhitungan, nilai faktor frekuensi (KT) umumya
sudah tersedia dalam tabel, disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss
(Variable reduced Gauss), seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.3 .
Periode ulang
T
(tahun)
Peluang KT
21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
1,001
1,005
1,010
1,050
1,110
1,250
1,330
1,430
1,670
2,000
2,500
3,330
4,000
5,000
10,000
20,000
50,000
100,000
200,000
500,000
1000,000
0,999
0,995
0,990
0,950
0,900
0,800
0,750
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,250
0,200
0,100
0,050
0,020
0,010
0,005
0,002
0,001
-3,05
-2,58
-2,33
-1,64
-1,28
-0,84
-0,67
-0,52
-0,25
0
0,25
0,52
0,67
0,84
1,28
1,64
2,05
2,33
2,58
2,88
3,09
KT=
Y T Y
S
(2.3)
(2.4)
di mana:
YT
Y
22
KT
= faktor frekuensi
log X i
log X = i1
-
(2.5)
0,5
(2.6)
i1
s=
3
n ( log X ilog X )
G=
(2.7)
i1
( n1 ) ( n2 ) s
Hitung logritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus:
log X T =log X + K . s
(2.8)
dimana:
K = Variabel standar ( standardized variable) untuk X yang besarnya
tergantung koefisien kemiringan G (Tabel 2.4)
1,2500
10
25
50
100
23
3,0
2,8
2,6
2,4
2,2
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
-0,2
-0,4
-0,6
-0,8
-1,0
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
-2,0
99
80
50
20
10
4
2
-0,667
-0,636
-0,396 0,420
1,180
2,278
3,152
-0,714
-0,666
-0,384 0,460
1,210
2,275
3,114
-0,769
-0,696
-0,368 0,499
1,238
2,267
3,071
-0,832
-0,725
-0,351 0,537
1,262
2,256
3,023
-0,905
-0,752
-0,330 0,574
1,284
2,240
2,970
-0,990
-0,777
-0,307 0,609
1,302
2,219
2,192
-1,087
-0,799
-0,282 0,643
1,318
2,193
2,848
-1,197
-0,817
-0,254 0,675
1,329
2,163
2,780
-1,318
-0,832
-0,225 0,705
1,337
2,128
2,706
-1,449
-0,844
-0,195 0,732
1,340
2,087
2,626
-1,588
-0,852
-0,164 0,758
1,340
2,043
2,542
-1,733
-0,856
-0,132 0,780
1,336
1,993
2,453
-1,880
-0,857
-0,099 0,800
1,328
1,939
2,359
-2,029
-0,855
0,066
0,816
1,317
1,880
2,261
-2,178
-0,850
-0,033 0,830
1,301
1,818
2,159
-2,326
-0,842
0,000
0,842
1,282
1,751
2,051
-2,472
-0,830
0,033
0,850
1,258
1,680
1,945
2,615
-0,816
0,066
0,855
1,231
1,606
1,834
-2,755
-0,800
0,099
0,857
1,200
1,528
1,720
-2,891
-0,780
0,132
0,856
1,166
1,448
1,606
-3,022
-0,758
0,164
0,852
1,128
1,366
1,492
-2,149
-0,732
0,195
0,844
1,086
1,282
1,379
-2,271
-0,705
0,225
0,832
1,041
1,198
1,270
-2,388
-0,675
0,254
0,817
0,994
1,116
1,166
-3,499
-0,643
0,282
0,799
0,945
1,035
1,069
-3,605
-0,609
0,307
0,777
0,895
0,959
0,980
Interval kejadian (Recurrence interval), tahun (periode ulang)
1,0101
Koef, G
-2,2
-2,4
-2,6
-2,8
-3,0
1,2500
10
25
50
1
4,051
3,973
2,889
3,800
3,705
3,605
3,499
3,388
3,271
3,149
3,022
2,891
2,755
2,615
2,472
2,326
2,178
2,029
1,880
1,733
1,588
1,449
1,318
1,197
1,087
0,990
100
80
-0,574
-0,537
-0,490
-0,469
-0,420
50
0,330
0,351
0,368
0,384
0,396
20
0,752
0,725
0,696
0,666
0,636
10
0,844
0,795
0,747
0,702
0,660
4
0,888
0,823
0,764
0,712
0,666
2
0,900
0,830
0,768
0,714
0,666
1
0,905
0,832
0,769
0,714
0,667
d. Distribusi Gumbel
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel, mempunyai
perumusan sebagai berikut:
24
X = X + SK
(2.9)
di mana:
X
K=
Y TrY n
Sn
(2.10)
di mana:
Yn
= reduced mean yang tergantung jumlah sampel atau data n (Tabel 2.5)
Sn
Ytr
Y Tr=ln ln
T r1
Tr
(2.11)
10
0,4952
0,4996
0,5035
0,5070
0,5100
0,5128
0,5157
0,5181
0,5202
0,5220
20
0,5236
0,5252
0,5268
0,5283
0,5296
0,5309
0,5320
0,5332
0,5343
0,5353
30
0,5362
0,5371
0,5380
0,5388
0,8396
0,5403
0,5410
0,5418
0,5424
0,5436
40
0,5436
0,5442
0,5448
0,5453
0,5458
0,5463
0,5468
0,5473
0,5477
0,5481
50
0,5485
0,5489
0,5493
0,5497
0,5501
0,5504
0,5508
0,5511
0,5515
0,5518
60
0,5521
0,5524
0,5527
0,5530
0,5533
0,5535
0,5538
0,5540
0,5543
0,5545
25
70
0,5548
0,5550
0,5552
0,5555
0,5557
0,5559
0,5561
0,5563
0,5565
0,5567
80
0,5569
0,5570
0,5572
0,5574
0,5576
0,5578
0,5580
0,5581
0,5583
0,5585
90
0,5586
0,5587
0,5589
0,5591
0,5592
0,5593
0,5595
0,5569
0,5598
0,5599
100
0,5600
0,5602
0,5603
0,5604
0,5606
0,5607
0,5608
0,5609
0,5610
0,5611
10
0,9496
0,9676
0,9833
0,9971
1,0095
1,0206
1,0316
1,0411
1,0493
1,0565
20
1,0628
1,0696
1,0754
1,0811
1,0864
1,0915
1,0961
1,1004
1,1047
1,1080
30
1,1124
1,1159
1,1193
1,1226
1,1255
1,1285
1,1313
1,1339
1,1363
1,1388
40
1,1413
1,1436
1,1458
1,1480
1,1499
1,1519
1,1538
1,1557
1,1574
1,1590
50
1,1607
1,1623
1,1638
1,1658
1.1667
1,1681
1,1696
1,1708
1,1721
1,1734
60
1,1747
1,1759
1,1770
1,1782
1,1793
1,1803
1,1814
1,1824
1,1834
1,1844
70
1,1854
1,1863
1,1873
1,881
1,1890
1,1898
1,1906
1,1925
1,1923
1,1930
80
1,1938
1,1945
1,1953
1,1959
1,1967
1,1973
1,1980
1,1987
1,1994
1,2001
90
1,2007
1,2013
1,2020
1,2026
1,2032
1,2038
1,2044
1,2049
1,2055
1,2060
100
1,2065
1,2065
1,2073
1,2077
1,2081
1,2084
1,2087
1,2090
1,2093
1,2096
26
Reduced variate
Periode ulang,
Reduced variate
Tr (tahun)
2
5
10
20
25
50
75
YTr
0,3668
1,5004
2,2510
2,9709
3,1993
3,9028
4,3117
Tr (tahun)
100
200
250
500
1000
5000
10000
YTr
4,6012
5,2969
5,5206
6,2149
6,9087
8,5188
9,2121
R 24 24
24 t
( )
2
3
(2.12)
di mana:
I
27
R24
Q=
2 Tc
2Tc+ Td
(2.13)
(2.14)
di mana:
Q
28
Cs
Tc
Td
ditetapkan, baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai,
tinggi jagaan, struktur saluran, dan lain-lain. Tabel 2.8 berikut menyajikan standar
desain saluran drainase berdasar Pedoman Drainase Perkotaan dan Standar
Desain Teknis.
(tahun)
2
25
5 20
10 - 25
< 10
10 100
101 500
>500
tanah.
Pemilihan
koefisien
pengaliran
harus
memperhitungkan
29
pengaliran mempunyai nilai antara, dan sebaiknya nilai pengaliran untuk analisis
dipergunakan nilai terbesar atau nilai maksimum.
Koefisien limpasan, C
0,70 0,95
0,50 0,70
0,30
0,40
0,60
0,25
0,50
0,50
0,60
0,75
0,40
0,70
0,50 0,80
0,60 0,90
0,70 0,65
0,50 0,70
0,75 0,95
30
datar 2 %
rata-rata, 2- 7 %
curam, 7 %
Halaman, tanah berat
datar 2 %
rata-rata, 2- 7 %
curam, 7 %
Halaman kereta api
Taman tempat bermain
Taman, pekuburan
Hutan
datar, 0 5 %
bergelombang, 5 10 %
berbukit, 10 30 %
0,05 0,10
0,10 0,15
0,15 0,20
0,13
0,18
0,25
0,10
0,20
0,10
0,17
0,22
0,35
0,35
0,35
0,25
0,10 0,40
0,25 0,50
0,30 0,60
Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas
31
2
n
3,28 L
3
S
Td=
(2.15)
0,167
(2.16)
Ls
60V
(2.17)
di mana:
Tc = Waktu Konsentrasi (jam)
to = Inlet time ke saluran terdekat (menit)
td = Conduit time sampai ke tempat pengukuran (menit)
n = angka kekasaran manning
S = kemiringan lahan (m)
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/dtk)
2.11. Analisa Hidrolika
32
Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa
alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun
tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran
tertutup (closed conduits), sedangkan yang terbuka bagian atasnya disebut saluran
terbuka (open channels). Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat
permukaan air yang bebas (free surface) di mana permukaan bebas ini
dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung, saluran terbuka umumnya
digunakan pada lahan yang masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan
kakinya relatif jarang, beban kiri dan kanan saluran relatif ringan.
Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup (pipa flow) seluruh pipa
diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang bebas, oleh karena itu
permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan udara luar, saluran
tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya terbatas (pasar,
pertokoan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relatif padat, lahan yang
dipakai untuk lapangan parkir.
Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasarnya
saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi:
a.
b.
33
(2.18)
B=2 h
(2.19)
atau
h=
B
2
(2.20)
34
A
B.h
=
P B+ 2h
(2.21)
B
2
atau
R=
h
2
(2.22)
P=B+2 h m2 +1
(2.23)
B=P2h m2+ 1
Atau
(2.24)
2
B= h 3
3
(2.25)
A=h2 3
(2.26)
35
3 ) atau
60o
36
2013
37
Luas
Keliling basah
Jari jari
Lebar
Kedalaman
Faktor
(A)
(O)
hidraulik
puncak
hidrolis
penampang
(R)
(T)
(D)
(Z)
by
b+2 b
B.y1,5
b+2 zy
( b+ zy ) y
b+2 zy
b.y
b + 2y
( b+ z y ) y
b+2 y 1+ z
( b + zy ) y
b+2 y 1+ z 2
1,5
[ ( b + zy ) y ]
b +2 zy
(2.27)
Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan
rumus seperti di bawah ini:
Qs = As.V
(2.28)
Di mana:
As
1
V = . R3 . S 2
n
R=
(2.29)
As
P
(2.30)
Di mana:
V
As
38
39