Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Konsep
Cronic
Kidney
Deases
(CKD)
et
Cause
batu
Kidney
Deases
faal/fungsi
ginjal
yang
(CKD)
adalah
menahun
penurunan
yang
umumnya
(ESRD)
progresif
gagal
ginjal
dan
untuk
kronis
merupakan
atau
penyakit
gangguan
irreversible
fungsi
dimana
mempertahankan
renal
tahap
renal
yang
kemampuan
tubuh
metabolisme
dan
2001; 1448).
1992; 812).
2. Klasifikasi
Klasifikasi CKD berdasarkan tingkat LFG, yaitu :
a. Stadium I
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria
persisten dan LFG nya yang masih normal yaitu > 90
ml/menit/1,72 m3
b. Stadium II
Kelainan ginjal dengan
albuminuria
persisten
dan
dengan
LFG
antara
30-59
ml/menit/1,73 m3
d. Stadium IV
Kelainan
ginjal
dengan
LFG
antara
15-29
ml/menit/1,73 m3
e. Stadium V
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m3
3. Etiologi
Salah satu penyebab dari penyakit cronic kidney
deases adalah P e n y a k i t
saluran
ginjal
obstruktif
:Batu
gangguan
metabolism
lemak, fertilisasi dan ereksi menurun pada lakilaki, gangguan metabolisme vitamin D.
5. Hubungan
batu
ginjal/
batu
saluran
kemih
Dengan
dapat
mmenyebakan
terjadinya
obstruksi
saluran
kemammpuannya
dalam
menjalankan
nefron-nefron.
dan
tubulus)
ginjal
Sebagian
diduga
nefron
utuh
fungsinya
berpengaruh
(termasuk
sedangkan
yang
yang
meningkat
dan
disertai
reabsorpsi
sehingga
berakibat
diuresis
osmotik
pada
pasien
menjadi
lebih
jelas
dan
fungsi
tingkat
ini
kreatinin
ginjal
telah
fungsi
clearance
hilang
renal
turun
yang
sampai
80%
90%.
demikian,
15
ml/menit
Pada
nilai
atau
2001 : 1448).
6. Komplikasi
a. Hiperkalemia:
akibat
penurunan
ekskresi,
asidosis
penurunan
eritropoetin,
penurunan
e. Penyakit
fosfat,
tulang
kadar
serta
kalsifikasi
kalsium
serum
akibat
rendah,
retensi
metabolisme
1996 :
369):
a. Gejala dini : lethargi,
fisik dan mental,
tersinggung,
sakit kepala,
kelelahan
mudah
depresi
mual
udem yang
antara
cairan
dan
lain
natrium
hipertensi,
dari
aktivitas
2001 :
(akibat
sisyem
retensi
renin
angiotensin aldosteron),
dan
cairan
udem
pulmoner
(akibat
berlebihan)
dan
pruritis,
cegukan,
anoreksia,
kedutan
tingkat kesadaran,
otot,
mual,
kejang,
muntah,
perubahan
nyeri
akibat perikarditis,
dada,
dan
sesak
nafas
gangguan irama
kussmaul,
suara krekels.
gastrointestinal
Anoreksia,
dengan
nausea,
metabolisme
perdarahan
ulserasi
pada
dan
protein
saluran
perdarahan
dalam
usus,
gastrointestinal,
mulut,
nafas
bau
ammonia.
d. Gangguan
muskuloskeletal
dan
kaki),
tremor,
terbakar,
terutama
miopati
ditelapak
(kelemahan
dan
akibat
penimbunan
urokrom,
gatal
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi
menurun,
gangguan
menstruasi
dan
aminore.
gangguan metabolic
juga
terjadi
dehidrasi,
kehilangan
asidosis,
hipomagnesemia,
natrium
dan
hiperkalemia,
hipokalsemia.
produksi
eritopoesis
eritopoetin,
pada
sum
sehingga
sum
tulang
berkurang,
hidup
eritrosit
dalam
suasana
uremia
toksik,
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi (foto polos abdomen)
besar
ginjal;
menilai
besar,
sitem
bentuk
melihat
hipertrofi
ventrikel kiri
j. Biopsy ginjal
k. Pemeriksaan lab, LED, anemia, ureum dan kreatinin
meningkat, hemoglobin, hiponatremia, hiperkalemia,
hipokalsemia,
darah,
hiperfosfatemia,
asidosis
metabolok,
peningkatan
HCo2
menurun,
gula
BE
Tujuan
penatalaksanaan
adalah
untuk
mempertahankan
diit.
Protein
dibatasi
karena
urea,
terdapat
gangguan
pada
klirens
renal.
Protein
daging)
di
mana
makanan
tersebut
dapat
untuk
mencegah
kelemahan
dari KH dan
lemak.
kehilangan
vitamin
larut
air
melalui
darah
sewaktu dialisa.
Hipertensi ditangani
antihipertensi
kontrol
dengan
volume
medikasi
intravaskule.
Gagal
CKD
penanganan,
dan
dialisis.
biasanya
namun
tanpa
suplemen
Asidosis
gejala
natrium
metabolik
dan
tidak
bikarbonat
pada
perlu
pada
Anemia pada
CKD
ditangani
dengan
epogen
<
30%)
malaise,
muncul
tanpa
keletihan
aktivitas.
seperti
umum
dan
Abnormalitas
kedutan,
gejala
spesifik
penurunan
neurologi
sakit
kepala,
seperti
toleransi
dapat
terjadi
dellirium
atau
Penatalaksanaan
konservatif
Pengaturan
diet
Terapi
simptomatik
Suplemen
alkali,
transfusi,
a. Penatalaksanaan Medis
Dilakukan
tindakan
CAPD
dengan
insersi
defekasi
dan
bila
obstipasi
diberi
berangkat
ke
ruangan
tindakan
pasien
anetesi
desinfeksi
daerah
dinding
insisi
dengan
3 cm.
Jaringan lemak dibuka tumpul sampai terlihat
fascia external, sambil pasien menahan nafas
masukan quill guide assembly posisi 30 derajat
kearah coccyx sampai menembus peritoneum
dan
tidak
ada
adhesi
pada
pelvic,
dilator
kecil
dan
besar
setelah
gerakan
dipertahankan
maju
mundur,
sambil
dilator
mempersiapkan
besar
teckoff
implanter.
dilakukan
tunnel,
tunneler
anestesi
sepanjang
dimasukan
dan
exite
daerah
site
melewati
exite
site
extension
catheter,
dan
posisi
disambung
exite
site
dengan
2
cm
dari kulit
Luka insisi di jahit
Operasi selesai
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Tentukan tatalaksana terhadap penyebab CKD
2) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan
dan garam
3) Diet tinggi kalori rendah protein
4) Kendalikan hipertensi
5) Jaga keseimbangan elektrolit
Ginjal
Kronik
terjadi
terutama
pada
sedikit,
tidak
mulut
selera
terasa
tidak
dapat
makan
kering,
kencing,
(anoreksi),
rasa
mual,
lelah,
nafas
muntah,
perdarahan,
luka
bakar,
rekasi
penyakit
gagal
ginjal
saluran
kemih,
payah
jantung,
penggunaan
obat-obat
akut,
infeksi
hipertensi,
nefrotoksik,
Benign
suhu
hipertensi,
tubuh,
nafas
nadi
cepat
cepat
dan
dan
dalam
(Kussmaul), dyspnea.
e. Pemeriksaan Fisik :
1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala:
Nafas
pendek,
dispnoe
nokturnal,
paroksismal,
Tanda:
Takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk
produktif dengan / tanpa sputum.
2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala:
Riwayat
hipertensi
lama
atau
berat.
Palpitasi
nadi
pada
kuat,
kaki,
oedema
telapak
jaringan
tangan,
umum,
Disritmia
rub
perikardial,
pucat,
kulit
coklat
Disorioentasi,
gelisah,
apatis,
warna
urine,
(pekat,
merah,
nausea,
vomiting,
fektor
Nyeri
nyeri
panggul,
kaki,
sakit
(memburuk
kepala,
saat
malam
kram
otot,
hari),
kulit
demam
ptekie,
area
tulang,
defosit
(sepsis,
ekimoosis
pada
fosfat
dehidrasi),
kulit,
fraktur
kalsium,pada
kulit,
pasien
gagal
ginjal
kronik
terjadi
lama,
penjelasan
oleh
yang
karena
benar
itu
dan
perlu
mudah
adanya
dimengerti
pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Anoreksia,
mual,
muntah
dan
rasa
pahit
mempengaruhi
status
kesehatan
klien.
badan
(malnutrisi)
anoreksia,
nyeri
ulu
tingkat
kehilangan
kesadaran,
memori,
kejang,
kacau,
rambut
Penurunan
(gagal
atau
(pekat,
frekuensi
tahap
lanjut)
konstipasi,
merah,
coklat,
urine,
oliguria,
abdomen
Perubahan
berawan)
kembung,
warna
urine,
oliguria
atau
anuria.
4) Pola tidur dan Istirahat
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
5) Pola Aktivitas dan latihan
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, Kelemahan
otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
6) Pola hubungan dan peran
Kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran).
7) Pola sensori dan kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung
mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien
mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak,
klien mengalami disorientasi/ tidak.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh
akan
menyebabkan
penderita
mengalami
gangguan
kecemasan
dan
gangguan
peran
pada
darah
menyebabkan
dapat
di
gangguan
terjadi
organ
pada
reproduksi
potensi
seksual,
sistem
sehingga
gangguan
waktu
yang
perawatan,
kronik,
faktor
perjalanan
stress,
perasaan
ketergantungan
menyebabkan
reaksi
tersinggung
menyebabkan
mekanisme
Faktor
takut,
klien
koping
stress,
harapan,
dan
tak
lain
tidak
yang
marah,
mampu
tak
kekuatan.
mudah
lain,
dapat
menggunakan
konstruktif
perasaan
ada
berdaya,
Menolak,
terangsang,
adaptif.
tak
ada
ansietas,
perubahan
kepribadian.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya
perubahan
status
kesehatan
dan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000),
diagnosa
keperawatan
yang
muncul
pada
pasien
CKD
adalah:
a. Penurunan
curah
jantung
b/d
beban
jantung
yang
meningkat
b. Gangguan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
b/d
berhubungan
hasil
tidak
dengan
terjadi
mempertahankan
curah
beban
dengan
jantung
teratur
Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi
karena
gangguan
b. Gangguan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
keseimbangan
masukan
dan
BB
haluaran,
cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal,
haluaran urin, dan respon terhadap terapi
Jelaskan
pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
pada
penggunaan
haluaran
R: Untuk
pasien
cairan
dan
keluarga
terutama
mengetahui
tentang
mencatat
pemasukan
keseimbangan
input
dan
dan
output
c. Perubahan
nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan
dengan
kriteria
hasil:
menunjukan
stabil
2) Intervensi:
Awasi konsumsi makanan/cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi
endogen
yang
mengubah
atau
BB
toksin
menurunkan
dapat
yang
oleh
pengalihan
orang
dan
terdekat
meningkatkan
aspek social
Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral
dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
d. Perubahan
pola
hiperventilasi
nafas
sekunder:
berhubungan
dengan
kompensasi
melalui
alkalosis respiratorik
1) Tujuan: Pola nafas kembali normal/stabil
2) Intervensi:
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
mencegah
integritas
Integritas
kulit
kulit
berhubungan
dapat
kriteria hasil :
Mempertahankan kulit utuh
Menunjukan
perilaku/teknik
kerusakan kulit
2) Intervensi:
Inspeksi kulit
turgor,
terhadap
vaskuler,
kemerahan
R: Menandakan
area
dengan
terjaga
untuk
dengan
mencegah
perubahan
perhatikan
sirkulasi
warna,
kadanya
buruk
atau
dekubitus/infeksi.
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan
membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
berlebihan
yang
mempengaruhi
sirkulasi
dan
integritas jaringan
Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak/robek
Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan
dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko
kerusakan kulit
Anjurkan
pasien
menggunakan
kompres
lembab
ketidaknyamanan
dan
dan
bertahap
Mengekspresikan
pengertian
pentingnya
apakah
penyebab
aktivitas
dari
&
fisik,
psikis/motivasi
Kaji kesesuaian
sehari-hari
Tingkatkan aktivitas secara bertahap, biarkan
klien
intoleransi
spt
mual,
posisi
pucat,
secara
pusing,
tidak
dapat
klien
keluarga
meningkat dengan
tanpa cemas
Klien / keluarga
kooperatif
saat
dilakukan
tindakan
2) Intervensi
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan
alternatif pengobantan
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
digunakan/ mendukung
Instruksikan kapan harus ke pelayanan
Tanyakan kembali pengetahuan klien
bisa
tentang
DAFTAR PUSTAKA
A,C.
&
Hall,
J.E.1997.
Buku
Ajar:
Patofisiologi