Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
OLEH
KELOMPOK 2:
HELDA SRI RAHAYU
YESI ARNITA
HAFIZHUL HIDAYAT
MUHAMMAD ALHAFIZ
SRI AYU EMY ISTIGHFARINI
SUZIYANA
DAVIN ZAMORA PUTRA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bahasa pemerintah 'Tata Ruang' adalah pengaturan ruang berdasarkan
berbagai fungsi dan kepentingan tertentu, dengan perkataan lain, pengaturan tempat bagi
berbagai kegiatan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan semua pihak secara adil,
menghindari persengketaan serta menjamin kelestarian lingkungan dibutuhkan proses yang
dalam Undang-undang No. 24 tahun 1992 disebut penataan ruang. Dalam kegiatan tersebut,
berbagai sumber daya alam ditata dari segi letak maupun luas, sebagai satu kesatuan dengan
memperhatikan keseimbangan antara berbagai pemanfaatan, misalnya pemukiman dengan
lahan pertanian, kawasan pertambangan dengan kawasan hutan lindung dan tata letak jalur
transportasi.
Kota Pekanbaru berkembang pesat dari tahun ke tahun dilihat dari tingginya
pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya yang ada di dalamnya. Dalam upaya mengendalikan
perkembangan yang terjadi di dalam kota, maka diperlukan penataan ruang yang lebih jelas
yang dapat menampung segala aspek kehidupan sehingga terciptakeseimbangan lingkungan
yang nyaman bagi manusia dan makhluk hidup lain yang termasuk didalamnya. Kota
Pekanbaru sendiri mengalami perkembangan fisik yang luar biasa dalam kurun waktu 10
tahun terakhir. Fakta yang mendukung adalah pertambahan jumlah bangunan rata-rata 10.000
unit tiap tahunnya. Pekanbaru juga telah memiliki setidaknya 5 (lima) pusat perbelanjaan
besar dan memiliki kecenderungan untuk terus bertambah. Ditambah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang lebih dari 4 % per tahun, dapat dibayangkan tingkat
penambahan/perluasan pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal dan
usaha di dalam wilayah kota.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal
11 ayat (2), pemerintah daerah kota mempunyai wewenang dalam pelaksanaan penataan
ruang wilayah kota yang meliputi; 1) Perencanaan tata ruang wilayah kota, 2) Pemanfaatan
ruang wilayah kota, 3) Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Dengan demikian
maka penataan ruang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah, hal ini sejalan dengan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menetapkan bahwa
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dititik-beratkan pada Pemerintah
Kabupaten/Kota, sehingga Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas
dalam mengatur dan mengelola wilayahnya, terutama dalam hal pelaksanaan pembangunan
yang mencakup perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Oleh karena itu pentingnya
kesesuaian data-data rencana penggunaan lahan didalam penyusunan RTRW di Kota
Pekanbaru mengingat bahwa banyaknya pembangunan menjadi landasan pemikiran didalam
pembuatan makalah ini.
1.2. Batasan Studi
Batasan studi dalam penulisan makalah ini hanya difokuskan pada Ruang Terbuka Hijau
(Kecamatan
sail,
Kecamatan
Senapelan,
Kecamatan
Pekanbaru
Kota)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase (%)
Pekanbaru Kota
2,26
0,36
Sail
3,26
0,52
Sukajadi
3,76
0,59
Lima Puluh
4,04
0,64
Senapelan
6,65
1,05
Bukit Raya
22,05
3,49
Marpoyan Damai
29,74
4,70
Payung Sekaki
43,24
6,84
Tampan
59,81
9,46
10
Rumbai
128,85
20,38
No
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase (%)
11
Rumbai Pesisir
157,33
24,88
12
Tenayan Raya
171,27
27,09
632,26
100,00
Jumlah
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2011
2.1.2 Geologi
Pembahasan geologi daerah perencanaan disamping mengenai jenis, sebaran dan sifat fisik
batuan/ tanah, struktur geologi, juga geomorfologinya, yaitu gambaran yang berkaitan dengan
bentang alam dalam hubungannya dengan jenis batuan pembentuknya.
1. Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya (M.C.G. Clarke
dkk,1982.) dengan skala 1: 250.000, wilayah Kota Pekanbaru secara umum terbentuk
dari batuan sedimen berumur Plistosen Holosen, serta endapan aluvium yang proses
pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang.
Secara Lithostratigrafi tidak resmi batuan penyusun daerah perencanaan dapat
dipisahkan menjadi 4 (empat) satuan batuan sebagai berikut :
-
No
Grup
Fisiografi/
Satuan
Lahan
Lokasi
Komposisi
Tanah
(Kecamatan)
(Gol./PPT/USDA)
Uraian
Luas
Ha
Aluvial
Tampan
Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts
Sedimen tidak
dibedakaan
Payung
Sekaki
Inceptisol/Kambisol
Distrik/Dyspropepts
Bukit Raya
Entisol/Litosol/
Tropofluvents
Marpoyan
Damai
Tropohemists
Lereng < 3%
3.919
6,20
6.024
9,53
Tenayan
Raya
Lima Puluh
Rumbai
Rumbai
Pesisir
2
Aneka
Bentuk
Daerah permukiman
Rumbai
Rumbai
Pesisir
Dataran
Semua
Kecamatan
Ultisol/Podzolik
49.461 78,23
Kandik/Kandiudults
Sedimen tidak
dibedakaan
Inceptisol/Kambisol
Distrik/Dyspropepts
Hapludox
Masam
Hapluduts
Lereng < 3%
Humittropepts
Datar sampai
bergelombang (< 8%)
Ultisol/Podzolik
Merah/Paleudults
Berombak
Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts
Berombak sampai
bergelombang
Entisol/Litosol/
Tropofluvents
Berbukit kecil
Tropohemists
Perbukitan kecil
(lereng > 16%)
4
Kubah
Kubah gambut
Payung
Troposaprits
3.822
6,04
Gambut
Sekaki
Tropohemists
Tropofibrits
Sulfihemits
Jumlah
63.226 100,00
Sumber : Rancangan Kegiatan Rehabilitas Hitan dan Lahan (RHL) Kota Pekanbaru, 2004
2.1.3 Rencana Pembagian Wilayah Pengembangan (WP)
Rencana pembagian Wilayah Pengembangan di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
a. Wilayah Pengembangan (WP-I), terdiri dari :
1) Kecamatan Pekanbaru Kota;
2) Kecamatan Senapelan;
3) Kecamatan Limapuluh;
4) Kecamatan Sukajadi;
5) Kecamatan Sail.
b. Wilayah Pengembangan (WP-II), terdiri dari :
1) Kecamatan Rumbai.
c. Wilayah Pengembangan (WP-III), terdiri dari :
1) Kecamatan Rumbai Pesisir.
d. Wilayah Pengembangan (WP-IV), terdiri dari :
1) Kecamatan Tenayan Raya;
2) Kecamatan Bukit Raya.
e. Wilayah Pengembangan (WP-V), terdiri dari:
1) Kecamatan Marpoyan Damai;
2) Kecamatan Tampan;
3) Kecamatan Payung Sekaki.
2.1.4 Rencana Fungsi dari setiap Wilayah Pengembangan (WP)
Rencana arahan fungsi setiap Wilayah Pengembangan disesuaikan dengan fungsi dominan
wilayah yang bersangkutan. Arahan dan rencana fungsi dari masing-masing Wilayah
Pengembangan (WP) adalah sebagai berikut :
a. Wilayah Pengembangan (WP)-I
Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa;
Pusat Kawasan Perkantoran Swasta
Pusat Perkantoran Pemerintahan Provinsi;
Kawasan Perkantoran Pemerintahan Kota;
Kawasan Permukiman
WP
Cakupan
Pekanbaru Kota
Sukajadi
Limapuluh
Senapelan
Sail
Luas WP
(Ha)
1.997
Hirarki
Pusat Pelayanan Kota
Pekanbaru Kota
Arahan Fungsi
Pusat Kegiatan
Perdagangan dan
Jasa;
Kawasan
Perkantoran
II
Rumbai
12.885
III
Rumbai Pesisir
15.733
IV
Bukit Raya
Tenayan Raya
19.332
Tampan
Payung Sekaki
Marpoyan Damai
13.279
Swasta;
Pusat Perkantoran
Pemerintahan
Provinsi;
Kawasan
Perkantoran
Pemerintahan Kota;
Kawasan
Pendidikan;
Kawasan
Permukiman;
Kawasan
Perdagangan;
Kawasan Pertanian;
Kawasan Lindung;
Kawasan Rekreasi /
wisata;
Pusat Kegiatan
Olahraga;
Kawasan Lindung ;
Kawasan
Permukiman;
Pusat Kegiatan
Pariwisata;
Kawasan
Permukiman;
Pusat Kegiatan
Industri;
Pusat Kegiatan
Pergudangan;
Kawasan
Perdagangan;
Kawasan
Perkantoran
Pemerintahan Kota;
Kawasan
Pariwisata;
Kawasan
Pendidikan Tinggi
Kawasan Pertanian
Pusat Kegiatan
Pendidikan Tinggi;
Pusat Kegiatan
Olah Raga
Kawasan
Permukiman;
Kawasan
Perkantoran;
Kawasan
Perdagangan
Kawasan
Pergudangan
Terbatas
2012
990.000
2017
1.233.720
2022
1.501.009
2027
1.782.728
2032
2.066.670
Sumber : Hasil Perhitungan 2012
5)
6)
PUBLIK PRIVAT
NO
1
250 Jiwa
2500 Jiwa
Lokasi
Di tengah
lingkungan RT
Taman RW
1.250
0,5
Di pusat kegiatan
RW
9.000
0,3
Dikelompokan
dengan sekolah/
pusat kelurahan
Dikelompokan
dengan sekolah/
pusat kecamatan
Di pusat Wilayah/
Kota
30.000 Jiwa
Taman
Kelurahan
0,2
120.000 Jiwa
Taman
Kecamatan
24.000
Taman Kota
144.000
0,3
Hutan Kota
Disesuaikan
4,0
Didalam/kawasan
pinggiran
Untuk
Disesuaikan
fungsi-fungsi
tertentu
Sumber : Permen PU No. 5 Tahun 2008
12,5
Disesuaikan
dengan kebutuhan
480.000 Jiwa
Jenis RTH
TABEL 2.7
PERHITUNGAN KEBUTUHAN RTH
Kebutuhan
Kebutuhan
Luas minimal
(m2)
(ha)
(m2)
Jumlah (unit)
Taman RT
2.066.670
206.67
150
13,777.80
Taman RW
1.033.335
103.33
1.250
826.67
Taman Kelurahan
620.001
62.00
9.000
68.89
Taman Kecamatan
413.334
41.33
24.000
17.22
Taman Kota
620.001
62.00
144.000
4.30
Hutan Kota
8.266.680
826.67
Pemakaman
2.480.004
248.00
Total
15.500.025
1,550.00
atau kombinasi pagar tanaman dan pagar buatan, atau dengan pohon pelindung;
ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari
total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang
hijaunya.
4. Hutan Kota
Ketetapan tentang hutan kota diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2002 tentang Hutan Kota. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa hutan kota
adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan yang kompak
dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak
yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Dalam
peraturan pemerintah tersebut dinyatakan juga bahwa hutan kota merupakan
bagian dari RTH kawasan perkotaan. Persentase hutan kota di dalam luas wilayah
perkotaan, minimal 10% atau menyesuaikan dengan kondisi setempat. Luas
minimal satu hamparan hutan kota adalah 0,25 Ha.
Arahan penetapan hutan kota di Kota Pekanbaru meliputi Hutan Kota di Jalan
Thamrin, Kecamatan Sail yang secara hak dimiliki oleh pemerintah Propinsi Riau
namun dikelola oleh Pemerintah Kota Pekanbaru seluas 5,4 Ha dan penetapan
kembali hutan kota kesepakatan, yaitu Taman Wisata Alam Mayang seluas 24 Ha,
Taman Wisata Hutan Kruing seluas 25 Ha, Kampus Bina Widya UNRI Panam
seluas 50 Ha, Pangkalan Udara TNI-AU seluas 26 Ha. Selain itu, kerja sama juga
akan dilakukan dengan institusi yang memenuhi kriteria hutan kota seperti
Kampus UIR, Kampus UNILAK, Kampus UIN dan Cevron.
5. Perkarangan kantor dan fasilitas milik pemerintah. Termasuk di dalam kategori ini
antara lain :
a. Kantor-kantor dinas :
b. Sekolah
:
c. Sarana ibadah
i. Mesjid Agung An-Nur
ii. Mesjid Raya Pekanbaru
d. Sarana kesehatan
i. Rumah sakit umum daerah
ii. Puskesmas
6. Lapangan Olah raga. Berdasarkan keberadaan lapangan olah raga di Kota
Pekanbaru, yang bisa dikategorikan dalam fungsi ruang terbuka hijau seperti
Stadion Utama Riau, Stadion Kaharuddin Nasution, GOR Rumbai, GOR
Tribuana, Gelanggang Pemuda, dsb.
7. Fungsi tertentu. RTH fungsi tertentu terdiri dari :
a. Sempadan sungai. RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di
bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi
sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai
dan kelestariannya.
Kota Pekanbaru dialiri sungai besar dan anak-anak sungainya. Sungai Siak
sebagai sungai besar ditetapkan memiliki sempadan sungai sebesar 100 m
pada kawasan yang bukan kawasan permukiman. Untuk kawasan
permukiman, sempadan sungai ditetapkan 30-50 meter sesuai dengan kondisi
setempat.
b. Sempadan SUTET/SUTT. Sesuai dengan ketentuan dalam Permen PU Nomor
05/PRT/M/2008, lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat digunakan
sebagai RTH adalah 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga
listrik.
c. Sempadan danau / waduk. RTH danau/waduk terletak pada garis sempadan
yang ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat. Pada Kota Pekanbaru, penetapan sempadan danau
ditetapkan pada kawasan sekitar Danau Bandar Kayangan.
d. Sempadan Jalur KA. Sesuai dengan rencana sistem transportasi regional
Sumatera, Kota Pekanbaru akan dilintasi jalur kereta api. Jalur rel ini
rencananya akan melewati Kecamatan Rumbai, Payung Sekaki dan Tampan.
Sempadan jalur KA ditetapkan 15-25 m dari as rel KA, disesuaikan dengan
kondisi rel dan pemanfaatan ruang di sekitar rel KA.
e. Sabuk hijau/kawasan penyangga/buffer zone
Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan
untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah
kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya
agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan
sekitarnya. Yang termasuk dalam kategori sabuk hijau di Kota Pekanbaru
adalah sabuk hijau kawasan industri, sabuk hijau tempat pembuangan akhir
sampah (TPA) dan sabuk hijau batas kota. Sabuk hijau ditetapkan 100-500 m
dari batas terluar kawasan, sesuai dengan kondisi setempat. RTH publik (yang
harus disediakan oleh pemerintah kota) adalah kawasan penyangga dengan
lebar 100 m.
f. Pengamanan bandara.
Keberadaan bandar udara di dalam Kota Pekanbaru membuat lebih dari
separuh kota berada alam kawasan keamanan operasional penerbangan.
Kawasan yang paling penting diperhatikan dan dibebaskan dari aktivitas
sosial yang tinggi adalah ujung landasan dan sekitar bandara, dengan
pertimbangan adanya resiko kegagalan operasional penerbangan. Karena itu
kawasan di ujung landasan ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau, dengan
pemanfaatan bukan tanaman keras/tahunan.
b.
c.
d.
e.
sempadan saluran udara listrik tegangan tinggi dan sempadan saluran udara
listrik tegangan tinggi yang melintasi Kecamatan Rumbai, Kecamatan Rumbai
Pesisir, Kecamatan Tenayan Raya, Kecamatan Payung Sekaki, dan Kecamatan
Tampan;
f.
g.
h.
i.
Rencana luas RTH privat Kota Pekanbaru luas kurang lebih 6.952 hektar atau sekitar
11 persen dari luas wilayah Kota Pekanbaru, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
pekarangan rumah;
halaman perdagangan dan jasa;
halaman pendidikan;
halaman kesehatan;
halaman peribadatan;
halaman pertahanan dan keamanan;
halaman perkantoran; dan
halaman industri.
lapangan golf
S. Sago dengan panjang 1.600 M dan luas kawasan tangkapan air 289 Ha
S. Limau dengan panjang 2.800 M dan luas kawasan tangkapan air 184 Ha
S. Tanjung Datuk dengan panjang 540 M dan luas kawasan tangkapan air 168
Ha
S. Teleju dengan panjang 7.900 M dan luas kawasan tangkapan air 1.272 Ha
S. Tenayan dengan panjang 104.800 M dan luas kawasan tangkapan air 4.554
Ha
S. Umban Sari dengan panjang 12.400 M dan luas kawasan tangkapan air 4.375
Ha
S. Meranti Pandak dengan panjang 2.500 M dan luas kawasan tangkapan air
1.164 Ha
S. Limbungan dengan panjang 3.400 M dan luas kawasan tangkapan air 6.405
Ha
S. Pengambang dengan panjang 18.500 M dan luas kawasan tangkapan air
2.625 Ha
S. Okura dengan panjang 4.800 M dan luas kawasan tangkapan air 2.250 Ha
S. Ukui dengan panjang 22.750 M dan luas kawasan tangkapan air 11.690 Ha.
Adapun pembagian Daerah Aliran Sungai yang terdapat di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada
gambar dan tabel berikut:
TABEL 2.8
PEMBAGIAN DAS KOTA PEKANBARU
Luas
No
DAS/Sub DAS
(Ha)
(%)
1
DAS Siak
59.919
94,77
A Sub DAS Takuana
5.760
9,11
B Sub DAS Umban
5.418
8,57
C Sub DAS Meranti
1.657
2,62
D Sub DAS Limbungan
5.488
8,68
E Sub DAS Ukai
8.112
12,83
F Sub DAS Lukud
2.156
3,41
G Sub DAS Sibam
2.251
3,56
H Sub DAS Air Hitam
3.743
5,92
I Sub DAS Senapelan
3.401
5,38
J Sub DAS Sail
12.007
18,99
K Sub DAS Tenayan
7.005
11,08
L Sub DAS Pendanau
2.921
4,62
2
DAS Kampar
3.307
5,23
A Sub DAS Kelulud
3.307
5,23
Jumlah
63.226
100,00
Sumber: Rancangan Kegiatan Rehabilitasi Hutandan Lahan (RHL) Kota Pekanbaru, 2004
Untuk situ atau embung yang ada saat ini berupa danau buatan (Danau Bandar Kayangan) di
Kecamatan Rumbai Pesisir, kolam taman kota di Kecamatan Pekanbaru Kota, dan kolam
retensi milik PTPN V di Kecamatan Marpoyan Damai.
Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu kondisi hidrologi air permukaan
dan air tanah.
Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari sungaisungai yang mengalir di
Kota Pekanbaru yaitu Sungai Siak, mengalir dari Barat ke Timur di dalam kota, dengan
panjang 300 Km dan kedalaman 29 meter serta lebar 100 400 meter yang mempunyai
anak anak sungai seperti : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul,
Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau, dan Tampan.
Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum, khususnya hidrologi air tanah
dangkal dari Formasi Petani. Sedangkan untuk air tanah dangkal dari Formasi Minas
memiliki potensi ketersediaan air yang cukup banyak, mengingat kondisi batuan Formasi
Minas memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi.
Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut :
- Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter,
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75 liter/detik
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti; sungai, rawa,
dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak;
- Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak;
- Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak;
- Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi yang
tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang relatif datar
menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak dapat terjadi dengan baik.
Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa di sebelah utara
Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos
Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa sebelah timur.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan
yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada daerah yang
relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air
laut dan setiap musim hujan sering mengalami banjir.
2.3.3.2 Rencana Jembatan
Rencana Pembangunan Jembatan Kota Pekanbaru dalam RTRW meliputi jembatan
yang melewati sungai-sungai besar yaitu Sungai Siak dan Sungai Sail
A. Sungai Siak
Saat ini sudah ada 3 jembatan yang melewati sungai siak yaitu:
1. Jembatan Siak I yang menghubungkan Jl. DI Panjaitan dengan Jl. Yos
Sudarso
BAB III
ANALISA KESESUAIAN RTRW KOTA PEKANBARU
Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu kondisi hidrologi air permukaan
dan air tanah.
Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari sungaisungai yang mengalir di
Kota Pekanbaru yaitu Sungai Siak, mengalir dari Barat ke Timur di dalam kota, dengan
panjang 300 Km dan kedalaman 29 meter serta lebar 100 400 meter yang mempunyai
anak anak sungai seperti : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul,
Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau, dan Tampan.
Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum, khususnya hidrologi air tanah
dangkal dari Formasi Petani. Sedangkan untuk air tanah dangkal dari Formasi Minas
memiliki potensi ketersediaan air yang cukup banyak, mengingat kondisi batuan Formasi
Minas memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi.
Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut :
- Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter,
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75 liter/detik
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti; sungai, rawa,
dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak;
- Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak;
- Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak;
- Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi yang
tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang relatif datar
menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak dapat terjadi dengan baik.
Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa di sebelah utara
Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos
Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa sebelah timur.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan
yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada daerah yang
relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air
laut dan setiap musim hujan sering mengalami banjir.
b. Kawasan Kota Lama Senapelan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rencana pengembangan kawasan adalah :
1. Melakukan panataan sepanjang tepian Sungai Siak dengan menjadikan Sungai Siak
sebagai wajah depan
2. Melakukan pengedalian pemanfaatan ruang dari pengaruh kegiatan kegiatan yang
dapat mengganggu berfungsinya badan air sebagai komponen ekologis
3. Menyusun perencanaan tata ruang RTR Kawasan Strategis dan RTBL sebagian
Kawasan dan menindaklanjuti dengan pengembangan secara bertahap sesuai dengan
sub tema kawasan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Bangunan yang terletak di tepian bantaran sungai siak tidak sesuai dengan RTRW,
Karna seharusnya ada jarak atau ketentuan RTRW mengenai aturan RTRW sungai
siak yaitu 30-50 meter.
2. Penetapan kawasan strategis kota dinilai berdasarkan sudut kepentingannya, antara
lain sebagai berikut:
kawasan yang mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
kawasan yang mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi daya
dukung lingkungan hidup
3. Dari survey yang diamati, pada kawasan padat penduduk di kecamatan Senapelan
dapat kami katakan bahwa sanitasi di pemukiman padat penduduk tidak sesuai dengan
syarat sanitas yaitu jarak minimal antara septic tank dengan sumber air 7 meter, dapat
dikatakan bahwa hal ini tidak sesuai dengan syarat tersebut karna dari gambar yang
dilampirkan jarak antar rumah kurang dari 2 meter.
4.2 Saran
Penyajian data selanjutnya diharapkan lebih akurat dan menambah wawasan pembaca
LAMPIRAN
RTH
Gambar RTH jaringan jalan
PEMUKIMAN
Gambar Pemukiman Padat Kota Lama Senapelan