Вы находитесь на странице: 1из 32

TUGAS TATA RUANG DAN PERENCANAAN

(DOKUMEN RTRW KOTA PEKANBARU)

DISUSUN OLEH :

OLEH
KELOMPOK 2:
HELDA SRI RAHAYU
YESI ARNITA
HAFIZHUL HIDAYAT
MUHAMMAD ALHAFIZ
SRI AYU EMY ISTIGHFARINI
SUZIYANA
DAVIN ZAMORA PUTRA

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bahasa pemerintah 'Tata Ruang' adalah pengaturan ruang berdasarkan
berbagai fungsi dan kepentingan tertentu, dengan perkataan lain, pengaturan tempat bagi
berbagai kegiatan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan semua pihak secara adil,
menghindari persengketaan serta menjamin kelestarian lingkungan dibutuhkan proses yang
dalam Undang-undang No. 24 tahun 1992 disebut penataan ruang. Dalam kegiatan tersebut,
berbagai sumber daya alam ditata dari segi letak maupun luas, sebagai satu kesatuan dengan
memperhatikan keseimbangan antara berbagai pemanfaatan, misalnya pemukiman dengan
lahan pertanian, kawasan pertambangan dengan kawasan hutan lindung dan tata letak jalur
transportasi.
Kota Pekanbaru berkembang pesat dari tahun ke tahun dilihat dari tingginya
pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya yang ada di dalamnya. Dalam upaya mengendalikan
perkembangan yang terjadi di dalam kota, maka diperlukan penataan ruang yang lebih jelas
yang dapat menampung segala aspek kehidupan sehingga terciptakeseimbangan lingkungan
yang nyaman bagi manusia dan makhluk hidup lain yang termasuk didalamnya. Kota
Pekanbaru sendiri mengalami perkembangan fisik yang luar biasa dalam kurun waktu 10
tahun terakhir. Fakta yang mendukung adalah pertambahan jumlah bangunan rata-rata 10.000
unit tiap tahunnya. Pekanbaru juga telah memiliki setidaknya 5 (lima) pusat perbelanjaan
besar dan memiliki kecenderungan untuk terus bertambah. Ditambah dengan laju
pertumbuhan penduduk yang lebih dari 4 % per tahun, dapat dibayangkan tingkat
penambahan/perluasan pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal dan
usaha di dalam wilayah kota.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal
11 ayat (2), pemerintah daerah kota mempunyai wewenang dalam pelaksanaan penataan
ruang wilayah kota yang meliputi; 1) Perencanaan tata ruang wilayah kota, 2) Pemanfaatan
ruang wilayah kota, 3) Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Dengan demikian
maka penataan ruang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah, hal ini sejalan dengan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menetapkan bahwa
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah dititik-beratkan pada Pemerintah
Kabupaten/Kota, sehingga Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas
dalam mengatur dan mengelola wilayahnya, terutama dalam hal pelaksanaan pembangunan
yang mencakup perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Oleh karena itu pentingnya
kesesuaian data-data rencana penggunaan lahan didalam penyusunan RTRW di Kota
Pekanbaru mengingat bahwa banyaknya pembangunan menjadi landasan pemikiran didalam
pembuatan makalah ini.
1.2. Batasan Studi
Batasan studi dalam penulisan makalah ini hanya difokuskan pada Ruang Terbuka Hijau
(Kecamatan

sail,

Kecamatan

Senapelan,

Kecamatan

Pekanbaru

Kota)

Pemukiman(Kecamatan Senapelan) dan Kondisi di Bantaran Sungai Siak (Kecamatan


Lima Puluh, Kecamatan Rumbai, dan Kecamatan Rumbai Pesisir)
1.3. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini kami lebih menfokuskan pada keadaan RTH yang ada
pada bagian perkantoran, pemukiman, tempat ibadat, median jalan serta di bantaran sungai
Siak dan membahas tentang keadaan pemukiman padat yang kemudian mempengaruhi
keadaan sanitasi serta bagaimana kawasan bantaran Sungai Siak di Kota Pekanbaru.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kota Pekanbaru


2.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101014 101034 BT dan 0025 0045 LU,
dengan batas administrasi sebagai berikut:
- Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kabupaten Siak dan
Kabupaten Kampar
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan
Kabupaten Pelalawan
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kabupaten Siak dan
Kabupaten
Pelalawan
- Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kabupaten Kampar
Secara spasial, Pekanbaru memiliki lokasi yang sangat strategis sebagai kota transit yang
menghubungkan kota-kota utama di pulau Sumatera. Keuntungan lokasional ini, harus
dicermati sebagai potensi dan masalah yang harus diantisipasi agar pembangunan kota ke
depan benar-benar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan mereduksi
kemungkinan dampak/pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.
Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas 632,26 km2. Luas
wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
TABEL 2.1
LUAS WILAYAH KOTA PEKANBARU MENURUT KECAMATAN
No

Kecamatan

Luas (km2)

Persentase (%)

Pekanbaru Kota

2,26

0,36

Sail

3,26

0,52

Sukajadi

3,76

0,59

Lima Puluh

4,04

0,64

Senapelan

6,65

1,05

Bukit Raya

22,05

3,49

Marpoyan Damai

29,74

4,70

Payung Sekaki

43,24

6,84

Tampan

59,81

9,46

10

Rumbai

128,85

20,38

No

Kecamatan

Luas (km2)

Persentase (%)

11

Rumbai Pesisir

157,33

24,88

12

Tenayan Raya

171,27

27,09

632,26

100,00

Jumlah
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2011

2.1.2 Geologi
Pembahasan geologi daerah perencanaan disamping mengenai jenis, sebaran dan sifat fisik
batuan/ tanah, struktur geologi, juga geomorfologinya, yaitu gambaran yang berkaitan dengan
bentang alam dalam hubungannya dengan jenis batuan pembentuknya.
1. Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya (M.C.G. Clarke
dkk,1982.) dengan skala 1: 250.000, wilayah Kota Pekanbaru secara umum terbentuk
dari batuan sedimen berumur Plistosen Holosen, serta endapan aluvium yang proses
pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang.
Secara Lithostratigrafi tidak resmi batuan penyusun daerah perencanaan dapat
dipisahkan menjadi 4 (empat) satuan batuan sebagai berikut :
-

Satuan Batulumpur (Tup)


Tersusun dari batulumpur, mengandung karbonan, lignit, sedikit batu lanau dan
batu pasir, yang tersebar luas di bagian Utara dan membentuk daerah yang relatif
datar hingga berbukit landai, seluas lebih kurang 30 % dari luas daerah
perencanaan. Ciri ciri satuan tufa ini adalah kandungan batulumpur yang
dominan.Satuan batuan ini termasuk dalam Formasi Petani yang terendapkan pada
Kala Pliosen Awal Tengah.

Satuan Pasir (Qpmi)


Tersusun dari kerikil, kerakal, pasir dan lempung yang tersebar di bagian Utara dan
Selatan seluas lebih kurang 35% dari luas daerah perencanaan, membentuk
perbukitan landai sampai agak terjal.Satuan batuan ini termasuk dalam Formasi
Minas yang terbentuk pada Kala Plistosen.

Satuan Aluvium Tua (Qp)


Satuan batuan ini penyebarannya relatif hampir sama dengan satuan batuan
lempung tufan (Qpke) tersusun oleh kerikil, pasir, lempung, sisa sisa tumbuhan
dan rawa gambut dan tersebar di bagian Utara, Selatan dan Barat kurang dari 10%
dari luas daerah perencanaan, dan merupakan batuan endapan lepas yang
membentuk pedataran yang luas. Batuannya berwama abu abu kehitaman, satuan
batuan ini terbentuk pada Kala Plistosen Akhir.

Satuan Aluvium Muda (Qh)


Sebaran satuan ini meliputi sepanjang Sungai Siak dan anak anak sungainya,
dengan luas sebaran kurang dari 5% dari luas daerah perencanaan. Litologinya
terdiri dari lempung, pasir dan kerikil serta endapan sungai atau rawa lainnya

dengan ketebalan mencapai 4m. Proses pengendapannya masih berlangsung hingga


kini.
2. Struktur Geologi
Berdasarkan pada peta geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya (M.C.G. Clarke
dkk,1982.) dengan skala 1:250.000, struktur geologi yang terdapat di Kota Pekanbaru
terdiri dari sesar mendatar dengan arah umum Barat Laut Tenggara, lipatan Sinklin
dan Antiklin dengan arah penunjaman berarah relatif Timur Laut Barat Daya.
Struktur struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan Sumatera, sementara
itu sesar sesar mendatar ini termasuk dalam sistem patahan Semangko, diduga terjadi
pada Kala Miosen Tengah.
Struktur geologi dengan skala regional misalnya Sesar Semangko yang relatif berarah
Barat Laut Tenggara atau relatif searah dengan Pulau Sumatera dapat berfungsi
sebagai pemicu terjadinya gempa di sepanjang/ disekitar zona sesar tersebut.
3. Jenis tanah
Secara umum kondisi tanah di Kota Pekanbaru mempunyai daya pikul (T tanah) antara
0,7 kg/cm2 - 1 kg/cm2, kecuali di beberapa lokasi yang berdekatan dengan anak sungai
(T tanah) antara 0,4 kg/cm2 - 0,6 kg/cm2.
Kedalaman efektif tanahnya (top soil) sebagian besar kurang dari atau sama dengan 50
cm yang terdapat di bagian tengah. Kedalaman efektif tanah 50 75 cm terdapat di
bagian Selatan dan kedalaman lebih dari 100 cm terdapat di bagian Utara Kota
Pekanbaru.
Fisiografi grup aluvial berdasarkan klasifikasi tanah USDA, tanahnya didominasi oleh
Dystropepts dengan asosiasi Tropofulvents dan Tropaquents, sedangkan pada fisiografi
dataran (plain) jenis tanah yang mendominasi adalah Topaquents pada areal datar,
Humitropepts pada areal datar berombak, dan Kandiudults pada areal berombak sampai
perbukitan. Tanah tanah tersebut terbentuk dari bahan induk sedimen halus masam
sehingga walaupun tanah sama tetapi mempunyai perbedaan kepekaan terhadap erosi
atau berdasarkan klasifikasi tanah PPT (1983) termasuk dalam jenis tanah podsolik dan
sebagian aluvial.
Untuk lebih jelasnya, grup fisiografi tanah dan satuan lahan di Kota Pekanbaru dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
TABEL 2.2
GRUP FISIOGRAFI TANAH DAN SATUAN LAHANKOTA PEKANBARU

No

Grup
Fisiografi/
Satuan
Lahan

Lokasi

Komposisi
Tanah

(Kecamatan)

(Gol./PPT/USDA)

Uraian

Luas
Ha

Aluvial

Dataran banjir dari


sungai yang
bermeander

Tampan

Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts

Sedimen tidak
dibedakaan

Payung
Sekaki

Inceptisol/Kambisol
Distrik/Dyspropepts

Bukit Raya

Entisol/Litosol/
Tropofluvents

Marpoyan
Damai

Tropohemists

Lereng < 3%

3.919

6,20

6.024

9,53

Tenayan
Raya
Lima Puluh
Rumbai
Rumbai
Pesisir
2

Aneka
Bentuk

Daerah permukiman

Rumbai

Kota besar dan daerah


pembangunan

Rumbai
Pesisir

Dataran

Dataran banjir dari


sungai yang
bermeander

Semua
Kecamatan

Ultisol/Podzolik
49.461 78,23
Kandik/Kandiudults

Sedimen tidak
dibedakaan

Inceptisol/Kambisol
Distrik/Dyspropepts

Batuan sedimen halus


dan kasar

Hapludox

Masam

Hapluduts

Lereng < 3%

Humittropepts

Datar sampai
bergelombang (< 8%)

Ultisol/Podzolik
Merah/Paleudults

Berombak

Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts

Berombak sampai
bergelombang

Entisol/Litosol/
Tropofluvents

Berbukit kecil

Tropohemists

Perbukitan kecil
(lereng > 16%)
4

Kubah

Kubah gambut

Payung

Troposaprits

3.822

6,04

Gambut

oligotrofik air tawar

Sekaki

Kedalaman gambut 0.5 Rumbai


- 2 meter

Tropohemists

Datar sampai sedikit


cembung

Tropofibrits
Sulfihemits

Jumlah

63.226 100,00

Sumber : Rancangan Kegiatan Rehabilitas Hitan dan Lahan (RHL) Kota Pekanbaru, 2004
2.1.3 Rencana Pembagian Wilayah Pengembangan (WP)
Rencana pembagian Wilayah Pengembangan di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
a. Wilayah Pengembangan (WP-I), terdiri dari :
1) Kecamatan Pekanbaru Kota;
2) Kecamatan Senapelan;
3) Kecamatan Limapuluh;
4) Kecamatan Sukajadi;
5) Kecamatan Sail.
b. Wilayah Pengembangan (WP-II), terdiri dari :
1) Kecamatan Rumbai.
c. Wilayah Pengembangan (WP-III), terdiri dari :
1) Kecamatan Rumbai Pesisir.
d. Wilayah Pengembangan (WP-IV), terdiri dari :
1) Kecamatan Tenayan Raya;
2) Kecamatan Bukit Raya.
e. Wilayah Pengembangan (WP-V), terdiri dari:
1) Kecamatan Marpoyan Damai;
2) Kecamatan Tampan;
3) Kecamatan Payung Sekaki.
2.1.4 Rencana Fungsi dari setiap Wilayah Pengembangan (WP)
Rencana arahan fungsi setiap Wilayah Pengembangan disesuaikan dengan fungsi dominan
wilayah yang bersangkutan. Arahan dan rencana fungsi dari masing-masing Wilayah
Pengembangan (WP) adalah sebagai berikut :
a. Wilayah Pengembangan (WP)-I
Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa;
Pusat Kawasan Perkantoran Swasta
Pusat Perkantoran Pemerintahan Provinsi;
Kawasan Perkantoran Pemerintahan Kota;
Kawasan Permukiman

b. Wilayah Pengembangan (WP)-II


Kawasan Pendidikan;
Kawasan Permukiman;
Kawasan Perdagangan;
Kawasan Pertanian
Kawasan Lindung
Kawasan Rekreasi / wisata

c. Wilayah Pengembangan (WP)-III


Pusat Kegiatan Olahraga;
Kawasan Lindung ;
Kawasan Permukiman;
Pusat Kegiatan Pariwisata;
d. Wilayah Pengembangan (WP)-IV
Kawasan Permukiman;
Pusat Kegiatan Industri;
Pusat Kegiatan Pergudangan;
Kawasan Perdagangan;
Kawasan Perkantoran Pemerintahan Kota;
Kawasan Pariwisata;
Kawasan Pertanian
e. Wilayah Pengembangan (WP)-V
Pusat Kegiatan Pendidikan Tinggi;
Kawasan Permukiman;
Kawasan Perkantoran;
Kawasan Perdagangan:
Kawasan Pergudangan Terbatas
Rencana Hiraki Pusat Pelayanan, Pembagian Wilayah Pengembangan dan Arahan Fungsi
masing-masing Wilayah Pengembangan dapat lihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1
TABEL 2.3
RENCANA ARAHAN FUNGSI SETIAP WILAYAH PENGEMBANGAN (WP)
No

WP

Cakupan
Pekanbaru Kota
Sukajadi
Limapuluh
Senapelan
Sail

Luas WP
(Ha)
1.997

Hirarki
Pusat Pelayanan Kota
Pekanbaru Kota

Arahan Fungsi

Pusat Kegiatan
Perdagangan dan
Jasa;
Kawasan
Perkantoran

II

Rumbai

12.885

Sub Pusat Pelayanan


Kota Rumbai

III

Rumbai Pesisir

15.733

Sub Pusat Pelayanan


Kota Rumbai Pesisir

IV

Bukit Raya
Tenayan Raya

19.332

Pusat Pelayanan Kota


Tenayan Raya

Tampan
Payung Sekaki
Marpoyan Damai

13.279

Sub Pusat Pelayanan


Kota Tampan

Swasta;
Pusat Perkantoran
Pemerintahan
Provinsi;
Kawasan
Perkantoran
Pemerintahan Kota;
Kawasan
Pendidikan;
Kawasan
Permukiman;
Kawasan
Perdagangan;
Kawasan Pertanian;
Kawasan Lindung;
Kawasan Rekreasi /
wisata;
Pusat Kegiatan
Olahraga;
Kawasan Lindung ;
Kawasan
Permukiman;
Pusat Kegiatan
Pariwisata;
Kawasan
Permukiman;
Pusat Kegiatan
Industri;
Pusat Kegiatan
Pergudangan;
Kawasan
Perdagangan;
Kawasan
Perkantoran
Pemerintahan Kota;
Kawasan
Pariwisata;
Kawasan
Pendidikan Tinggi
Kawasan Pertanian
Pusat Kegiatan
Pendidikan Tinggi;
Pusat Kegiatan
Olah Raga
Kawasan
Permukiman;
Kawasan

Perkantoran;
Kawasan
Perdagangan
Kawasan
Pergudangan
Terbatas

Sumber; Hasil Rencana, 2012


2.2 Rencana Kependudukan
2.2.1 Kebijakan Kependudukan
Rencana kependudukan disusun sesuai dengan skenario pengembangan Kota Pekanbaru 20
tahun mendatang. Kebijakan kependudukan yang akan menjadi dasar dalam penyusunan
rencana kependudukan adalah :
a. Rencana distribusi penduduk akan menjadi bagian dalam penyusunan rencana
struktur dan pola ruang kota;
b. Rencana distribusi penduduk disesuaikan dengan arahan fungsi masing-masing
Wilayah Pengembangan (WP);
c. Menjadikan penduduk sebagai salah-satu alat pengendali pemanfaatan ruang
melalui arahan distribusi penduduk pada masing-masing bagian wilayah kota;
d. Arahan distribusi penduduk pada masing-masing bagian wilayah kota akan
menjadi acuan dalam penyusunan rencana sistem prasarana kota;
e. Pada 10 tahun pertama jangka waktu perencanaan RTRW (2012-2022), laju
pertumbuhan penduduk Kota Pekanbaru dikendalikan pada kisaran 3,5% sampai
4,5% per-tahun dalam rangka mendorong masuknya investasi dari luar;
f. Dengan mempertimbangkan perkembangan wilayah disekitar kota Pekanbaru
maka , serta daya dukung lingkungan serta daya dukung infra struktur yang ada
maka pengendalian penduduk pada 10 tahun kedua menjadi sangat penting
g. Pada 10 tahun kedua jangka waktu perencanaan RTRW (2022-2032), laju
pertumbuhan penduduk Kota Pekanbaru dikendalikan pada kisaran 3,0% sampai
3,5% per-tahun dalam rangka menjaga kapasitas pelayanan sarana dan prasarana
kota dan menjaga keberlangsungan investasi yang sudah ada;
2.2.2 Strategi Kependudukan
Strategi pengembangan kependudukan untuk menjabarkan kebijakan kependudukan tersebut
di atas adalah :
a. Merencanakan distribusi penduduk pada masing-masing WP sesuai dengan
arahan fungsi WP;
b. Mendorong perkembangan kota-kota satelit di daerah sekitar (hinterland) Kota
Pekanbaru dalam rangka mengurangi lonjakan penyediaan sarana dan prasarana
akibat pertambahan penduduk yang terlalu tinggi;
c. Meningkatkan aksesibilitas dari/ke daerah sekitar (hinterland) melalui
penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai dalam rangka
mendorong ota-kota satelit yang berfungsi sebagai commuter city;
d. Mendorong tumbuhnya secara bertahap kegiatan-kegiatan yang banyak menarik
penduduk ke luar wilayah pusat kota, seperti kegiatan industri dan pendidikan;

2.2.3 Proyeksi Jumlah Penduduk


Sampai tahun 2032 diproyeksikan penduduk Kota Pekanbaru akan berjumlah lebih dari 2 juta
jiwa. Asumsi yang digunakan untuk memperkirakan/memproyeksikan jumlah penduduk
tersebut adalah :
Laju Pertumbuhan Penduduk Rata-rata meningkat antara 3,5% sampai 4,5%
dalam periode 2012 2022, dan secara bertahap menurun antara 3,5% sampai
3,0% per-tahun dalam periode 2022 2032
Masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) berkembang sesuai dengan arahan
fungsinya;
Daerah sekitar (hinterland) Kota Pekanbaru tumbuh menjadi daerah penyangga
(buffer zone), terutama untuk mendukung perkembangan sektor industri, jasa
pendidikan tinggi dan permukiman;
Akses dari/ke Kota Pekanbaru ke/dari daerah sekitar didukung oleh sistem
jaringan transportasi regional yang memadai;
Penjabaran lebih rinci proyeksi penduduk Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut;
TABEL 2.4
PROYEKSI PENDUDUK KOTA PEKANBARU TAHUN 2012-2032
Tahun

Proyeksi Jumlah Penduduk

2012
990.000
2017
1.233.720
2022
1.501.009
2027
1.782.728
2032
2.066.670
Sumber : Hasil Perhitungan 2012

Arahan Laju Pertumbuhan


Rata-rata
4.5%
4.0%
3.5%
3.0%

2.3 Kawasan Lindung


2.3.1 Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan Kota untuk
menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% dari luas wilayahnya, yang terdiri
dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Mengacu pada peraturan yang lebih teknis
mengenai pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH pada kawasan perkotaan, yang
dimaksud dengan RTH Publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Sedangkan RTH Privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang
pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman
rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan (Permen PU Nomor
05/PRT/M/2008).
Sesuai dengan pedoman tersebut, rencana penyediaan ruang terbuka hijau dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah meliputi :
1) Luas minimum yang harus dipenuhi;
2) Penetapan jenis dan lokasi RTH yang akan disediakan;
3) Tahap-tahap implementasi penyediaan RTH;
4) Ketentuan pemanfaatan RTH secara umum;

5)
6)

Tipologi masing-masing RTH, alternatif vegetasi pengisi ruang khususnya


arahan vegetasi dalam kelompok-kelompok besar,
Arahan elemen pelengkap pada RTH, hingga konsep-konsep rencana RTH
sebagai arahan untuk pengembangan disain selanjutnya.

Berdasarkan Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan


Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, secara fisik RTH dapat berupa
RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH
non alami atau binaan seperti taman, lapangan olah raga, pemakaman atau jalur-jalur hijau
jalan, Dilihat dari fungsinya, RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika dan
ekonomi.
Adapun tipologi ruang terbuka hijau beserta kemungkinan status kepemilikannya adalah
sebagai berikut:
TABEL 2.5
NO
JENIS RTH
1 RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah
b. Pekarangan di gedung tempat usaha
c. Taman atap bangunan
d. Taman di Lingkungan permukiman
2 RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman Lingkungan
b. Taman Kota
c. Hutan Kota
a. Sabuk hijau (green belt)
3 RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau Jalan dan Median Jalan
b. Jalur Pejalan Kaki
c. Ruang dibawah jalan layang
4 RTH Fungsi Tertentu
a. Rencana jalan rel kereta api
b. Jalur SUTET
c. Sempadan sungai/polder/pantai
d. Pemakaman
b. Pengamanan sumber air baku/mata air
Sumber: Permen PU No. 8/PRT/M/2008

PUBLIK PRIVAT

Kewajiban Penyediaan Ruang Terbuka Hijau


a. Berdasarkan Luas Wilayah
Ketetapan ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan adalah
30% dari luas kota. Luas Kota Pekanbaru adalah 63.226 Ha, maka kebutuhan
penyediaan RTH adalah:
RTH Publik = 20% x 63.226 Ha = 12.645,2 Ha
RTH Privat = 10% x 63.226 Ha = 6.322,6 Ha
Berdasarkan perhitungan diatas total luas kebutuhan RTH adalah 18.967,8 Ha.

b. Berdasarkan Jumlah Penduduk


Berdasarkan Jumlah Penduduk Kebutuhan RTH adalah sebagai mana dalam tabel
berikut:
TABEL 2.6
Unit
Lingkungan

NO
1

250 Jiwa

2500 Jiwa

STANDAR KEBUTUHAN RTH


Luas minimal/ Luas minimal/
Tipe RTH
unit (m2)
kapita (m2)
Taman RT
250
1,0

Lokasi
Di tengah
lingkungan RT

Taman RW

1.250

0,5

Di pusat kegiatan
RW

9.000

0,3

Dikelompokan
dengan sekolah/
pusat kelurahan
Dikelompokan
dengan sekolah/
pusat kecamatan
Di pusat Wilayah/
Kota

30.000 Jiwa

Taman
Kelurahan

0,2

120.000 Jiwa

Taman
Kecamatan

24.000

Taman Kota

144.000

0,3

Hutan Kota

Disesuaikan

4,0

Didalam/kawasan
pinggiran

Untuk
Disesuaikan
fungsi-fungsi
tertentu
Sumber : Permen PU No. 5 Tahun 2008

12,5

Disesuaikan
dengan kebutuhan

480.000 Jiwa

Jenis RTH

TABEL 2.7
PERHITUNGAN KEBUTUHAN RTH
Kebutuhan
Kebutuhan
Luas minimal
(m2)
(ha)
(m2)

Jumlah (unit)

Taman RT

2.066.670

206.67

150

13,777.80

Taman RW

1.033.335

103.33

1.250

826.67

Taman Kelurahan

620.001

62.00

9.000

68.89

Taman Kecamatan

413.334

41.33

24.000

17.22

Taman Kota

620.001

62.00

144.000

4.30

Hutan Kota

8.266.680

826.67

Pemakaman

2.480.004

248.00

Total

15.500.025

1,550.00

Sumber : Hasil Perhitungan

c. Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu


Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan,
sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya alam,
pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar
fungsi utamanya tidak teganggu.
RTH kategori ini meliputi:, Kawasan perlindungan bawahan yang meliputi
kawasan hutan dan kawasan resapan air dan Kawasan Perlindungan Setempat
yang meliputi sempadan sungai, sempadan waduk, pengamanan jalur
penerbangan, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, Buffer zone,
RTH Publik
Yang termasuk dalam kategori RTH publik antara lain:
1. RTH pada jaringan Jalan, yang terdiri dari pulau jalan, median jalan, jalur hijau
tepi jalan dan ruang di bawah jalan layang. Pulau jalan adalah ruang yang
terbentuk oleh gemetris jalan seperti pada persimpangan tiga atau bundaran jalan.
Sedangkan median beruba jalur pemisah yang membagi jalan menjadi dua jalur
atau lebih. Jalur hijau tepi jalan adalah ruang terbuka hijau yang membatasi
daerah milik jalan dengan jalur pejalan kaki. Ruang di bawah jembatan layang
selain dapat berupa perkerasan juga dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka
hijau. Penetapan RTH Publik pada jaringan jalan menjadi satu kesatuan dengan
perencanaan teknis jaringan transportasi darat / jalan raya.
2. RTH Taman. Taman yang dimaksud adalah taman lingkungan dan taman kota.
Penyediaan taman lingkungan sesuai dengan Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perkotaan dilakukan dengan
pendekatan standar kebutuhan ruang sebesar 1 m2/jiwa untuk taman RT; 0,5
m2/jiwa untuk taman RW; 0,3 m2/jiwa untuk taman kelurahan; 0,2 m2/jiwa untuk
taman kecamatan dan 0,3 m2/jiwa untuk taman kota. Keberadaanya dengan
asumsi bahwa tiap taman RT melayani 250 jiwa, tiap taman RW melayani 2.500
jiwa, tiap taman kelurahan melayani 30.000 jiwa, tiap taman kecamatan melayani
120.000 jiwa dan tiap taman kota melayani 480.000 jiwa.
3. Pemakaman. RTH yang berbentuk pemakaman sebenarnya masih dapat
diketegorikan sebagai RTH taman. Penetapan pemakaman sebagai salah satu
ruang terbuka hijau diikuti dengan ketentuan pemanfaatan ruang pemakaman yang
selain berfungsi sebagai tempat penguburan jenasah, juga memiliki fungsi
ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis
vegetasi, pencipta iklim mikro, serta fungsi sosial bagi masyarakat yang berada di
sekitarnya.
Penyediaan RTH pemakaman, khususnya untuk pemakaman baru dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut : ukuran makam 1 m x 2 m,
jarak antar makam minimal 0,5 m; tidak diperkenankan melakukan perkerasan
permukaan; pemakaman dibagi dalam beberapa blok yang luas dan jumlah
kapasitas blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman; batas antar blok
pemakaman berupa pedestrian dengan lebar 150-200 cm dengan deretan pohon
pelindung di salah satu sisinya; batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman

atau kombinasi pagar tanaman dan pagar buatan, atau dengan pohon pelindung;
ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari
total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang
hijaunya.
4. Hutan Kota
Ketetapan tentang hutan kota diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2002 tentang Hutan Kota. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa hutan kota
adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan yang kompak
dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak
yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Dalam
peraturan pemerintah tersebut dinyatakan juga bahwa hutan kota merupakan
bagian dari RTH kawasan perkotaan. Persentase hutan kota di dalam luas wilayah
perkotaan, minimal 10% atau menyesuaikan dengan kondisi setempat. Luas
minimal satu hamparan hutan kota adalah 0,25 Ha.
Arahan penetapan hutan kota di Kota Pekanbaru meliputi Hutan Kota di Jalan
Thamrin, Kecamatan Sail yang secara hak dimiliki oleh pemerintah Propinsi Riau
namun dikelola oleh Pemerintah Kota Pekanbaru seluas 5,4 Ha dan penetapan
kembali hutan kota kesepakatan, yaitu Taman Wisata Alam Mayang seluas 24 Ha,
Taman Wisata Hutan Kruing seluas 25 Ha, Kampus Bina Widya UNRI Panam
seluas 50 Ha, Pangkalan Udara TNI-AU seluas 26 Ha. Selain itu, kerja sama juga
akan dilakukan dengan institusi yang memenuhi kriteria hutan kota seperti
Kampus UIR, Kampus UNILAK, Kampus UIN dan Cevron.
5. Perkarangan kantor dan fasilitas milik pemerintah. Termasuk di dalam kategori ini
antara lain :
a. Kantor-kantor dinas :
b. Sekolah
:
c. Sarana ibadah
i. Mesjid Agung An-Nur
ii. Mesjid Raya Pekanbaru
d. Sarana kesehatan
i. Rumah sakit umum daerah
ii. Puskesmas
6. Lapangan Olah raga. Berdasarkan keberadaan lapangan olah raga di Kota
Pekanbaru, yang bisa dikategorikan dalam fungsi ruang terbuka hijau seperti
Stadion Utama Riau, Stadion Kaharuddin Nasution, GOR Rumbai, GOR
Tribuana, Gelanggang Pemuda, dsb.
7. Fungsi tertentu. RTH fungsi tertentu terdiri dari :
a. Sempadan sungai. RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di
bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi
sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai
dan kelestariannya.

Kota Pekanbaru dialiri sungai besar dan anak-anak sungainya. Sungai Siak
sebagai sungai besar ditetapkan memiliki sempadan sungai sebesar 100 m
pada kawasan yang bukan kawasan permukiman. Untuk kawasan
permukiman, sempadan sungai ditetapkan 30-50 meter sesuai dengan kondisi
setempat.
b. Sempadan SUTET/SUTT. Sesuai dengan ketentuan dalam Permen PU Nomor
05/PRT/M/2008, lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat digunakan
sebagai RTH adalah 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga
listrik.
c. Sempadan danau / waduk. RTH danau/waduk terletak pada garis sempadan
yang ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat. Pada Kota Pekanbaru, penetapan sempadan danau
ditetapkan pada kawasan sekitar Danau Bandar Kayangan.
d. Sempadan Jalur KA. Sesuai dengan rencana sistem transportasi regional
Sumatera, Kota Pekanbaru akan dilintasi jalur kereta api. Jalur rel ini
rencananya akan melewati Kecamatan Rumbai, Payung Sekaki dan Tampan.
Sempadan jalur KA ditetapkan 15-25 m dari as rel KA, disesuaikan dengan
kondisi rel dan pemanfaatan ruang di sekitar rel KA.
e. Sabuk hijau/kawasan penyangga/buffer zone
Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan
untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah
kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya
agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan
sekitarnya. Yang termasuk dalam kategori sabuk hijau di Kota Pekanbaru
adalah sabuk hijau kawasan industri, sabuk hijau tempat pembuangan akhir
sampah (TPA) dan sabuk hijau batas kota. Sabuk hijau ditetapkan 100-500 m
dari batas terluar kawasan, sesuai dengan kondisi setempat. RTH publik (yang
harus disediakan oleh pemerintah kota) adalah kawasan penyangga dengan
lebar 100 m.
f. Pengamanan bandara.
Keberadaan bandar udara di dalam Kota Pekanbaru membuat lebih dari
separuh kota berada alam kawasan keamanan operasional penerbangan.
Kawasan yang paling penting diperhatikan dan dibebaskan dari aktivitas
sosial yang tinggi adalah ujung landasan dan sekitar bandara, dengan
pertimbangan adanya resiko kegagalan operasional penerbangan. Karena itu
kawasan di ujung landasan ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau, dengan
pemanfaatan bukan tanaman keras/tahunan.

Rencana Luas RTH Publik dan RTH Privat


RTH publik di Kota Pekanbaru direncanakan meliputi kawasan seluas kurang lebih
13.552 hektar atau sekitar 21,44 persen dari luas wilayah Kota Pekanbaru yang terdiri
atas:
a.

daerah resapan air di Kecamatan Rumbai Pesisir;

b.

sempadan Sungai Siak dan anak-anak sungainya;

c.

sempadan Danau Bandar Khayangan di Kecamatan Rumbai Pesisir;

d.

pengamanan jalur penerbangan Bandar Udara SSK II di Kecamatan Marpoyan


Damai;

e.

sempadan saluran udara listrik tegangan tinggi dan sempadan saluran udara
listrik tegangan tinggi yang melintasi Kecamatan Rumbai, Kecamatan Rumbai
Pesisir, Kecamatan Tenayan Raya, Kecamatan Payung Sekaki, dan Kecamatan
Tampan;

f.

Kawasan penyangga (buffer zone);

g.

taman RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan taman kota;

h.

kawasan hutan kota di Kecamatan Tenayan Raya Kecamatan Rumbai, dan


Kecamatan Payung Sekaki;

i.

pemakaman umum dan swasta tersebar di semua Kecamatan;

Rencana luas RTH privat Kota Pekanbaru luas kurang lebih 6.952 hektar atau sekitar
11 persen dari luas wilayah Kota Pekanbaru, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

pekarangan rumah;
halaman perdagangan dan jasa;
halaman pendidikan;
halaman kesehatan;
halaman peribadatan;
halaman pertahanan dan keamanan;
halaman perkantoran; dan
halaman industri.
lapangan golf

Strategi Pemenuhan RTH Publik


Strategi untuk memenhi RTH Publik adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Kawasan Lindung dan Tidak Boleh dibangun untuk :
Sempadan Sungai Siak dan Sungai lainnya.
Sempadan Danau Limbungan.
Jalur Pengaman di ujung-ujung landasan Bandara SSK II.
Sempadan Jalur SUTT/SUTET.
Buffer Zone Kawasan Industri ,TPA, IPAL.
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (SSH).
Kawasan Resapan Air di bagian Utara Kota Pekanbaru.

2. Pembebasan Lahan dengan Prioritas :


Taman Kota dan Taman Kecamatan terutama yang berlokasi pada WP
I)
Kolam Retensi
Lahan yang tidak efektif untuk dibangun (contoh di Jl. Srikandi dan Jl.
Nangka Ujung)
Pelebaran Jalan (RTH terkait dengan taman median atau tepi jalan)
Buffer Kawasan Industri, TPA, IPAL
Sempadan sungai, danau/ waduk, SUTT/SUTET, rel KA
3. Konsolidasi lahan yang akan menghasilkan lahan yang dapat diperuntukkan
bagi RTH
4. Kerja sama dengan kampus/lembaga yang memiliki lahan hak yang dapat
difungsikan sebagai hutan kota : UIR, UIN, UNRI,UNILAK, LANUD,
CHEVRON.
5. Menetapkan Lahan tertentu sebagai RTH
Kawasan bekas / lokasi industri di tengah kota
Kawasan perkantoran yang akan tidak difungsikan (Kantor DPU
Propinsi)
Aset tanah milik Pemko Pekanbaru yang tidak memiliki rencana
pemanfaatan ruang terbangun
Lahan fasos/fasum perumahan yang belum diserahkan kepada Pemko.
2.3.2 Kawasan Pemukiman
Arahan pengembangan kawasan perumahan di Kota Pekanbaru tetap mengacu pada
kecenderungan perkembangan saat ini, dan gejala pertumbuhan kawasan permukiman
pada kawasan-kawasan potensial sebagai akibat terstimulasi oleh program
pembangunan pemerintah kota.
Untuk menciptakan lingkungan perumahan yang nyaman (kecuali kawasan
perumahan di pusat kota yang telah terbentuk), maka pada wilayah-wilayah
pengembangan tidak diarahkan bagi pengembangan kawasan permukiman dengan
kepadatan sangat tinggi. Ini dilakukan mengingat luas wilayah Kota Pekanbaru saat
ini masih memungkinkan untuk ditata dengan baik hingga beberapa tahun ke depan.
Dalam rangka realisasi tersebut, maka diperlukan langkah-langkah kongkrit sebagai
berikut :
a. Pemberlakuan KDB rata-rata 60 % pada setiap bangunan baru yang akan
dibangun.
b. Demikian pula halnya dengan densitas bangunan per satuan lahan (Ha),
disesuaikan secara proporsional terhadap KDB dan alokasi ruang untuk
prasarana lingkungan (jaringan jalan, drainase, dan pedestrian).
c. Pekarangan yang ada, diarahkan pemanfaatannya bagi penanaman vegetasi
baik berupa tanaman produktif maupun tanaman hias.
d. Kawasan permukiman tidak memiliki akses langsung ke jalan arteri dan
kolektor, tetapi secara hirarkis dihubungkan oleh jalan-jalan lingkungan.
e. Kawasan permukiman lama diarahkan dengan intensifikasi penggunaan lahan,
menggunakan teknik dan instrumen yang sesuai.
f. Kawasan permukiman di kawasan baru (kawasan pengembangan) diarahkan
dengan ekstensifikasi menggunakan teknik dan instrumen seperti guided land
development dan insentif pengadaan akses serta infrastruktur.

Dengan demikian, distribusi pengaturan kepadatan kawasan perumahan adalah


sebagai berikut :
a. Kawasan perumahan kepadatan tinggi, tersebar di 5 (lima) kecamatan di
kawasan pusat kota yaitu Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, Senapelan,
Limapuluh dan Sukajadi. Pengembangan kawasan permukiman kepadatan
tinggi pada pusat kota diarahkan untuk pengembangan secara vertikal
b. Kawasan perumahan kepadatan sedang diarahkan pengembangannya di
wilayah pengembangan lainnya yaitu Kecamatan Tenayan Raya, Bukit Raya,
Marpoyan Damai, Tampan, dan Payung Sekaki.
c. Kawasan perumahan kepadatan rendah, diarahkan di wilayah pengembangan
yang juga berperan sebagai kawasan konservasi, yaitu di Kecamatan Rumbai
dan Rumbai Pesisir.
Perencanaan kawasan perumahan memiliki komponen pengadaan, perbaikan, dan
peningkatan kualitas lingkungan.
a. Pengadaan perumahan menerapkan konsep hunian berimbang perumahan
ukuran besar, sedang, kecil yaitu 1 : 2 : 3. sedangkan pengadaannya dilakukan
oleh swasta, pemerintah, dan masyarakat. Sektor privat didorong agar secara
berimbang mengembangkan seluruh segmen perumahan ukuran besar, sedang,
maupun kecil.
b. Pengadaan perumahan untuk masyarakat ber-penghasilan rendah (MBR) di
pusat kota perlu diprogramkan dengan berbagai instrumen yang tepat seperti
urban renewal, konsolidasi lahan, land readjusment, maupun revitalisasi.
c. Perbaikan rumah dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan merupakan
bagian dari program perumahan, khususnya untuk perumahan dan kawasan
kumuh.
2.3.3 Kawasan Kondisi Bantaran Sungai Siak
2.3.3.1 Wilayah Sungai (termasuk waduk, situ, embung, rawa).
Wilayah sungai di Kota Pekanbaru termasuk didalam DAS Siak dan DAS Kampar. Sungai
besar yang yang mengalir di Kota Pekanbaru adalah Sungai Siak. Didalam Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
menyatakan bahwa Sungai Siak merupakan sungai strategis nasional. Status dari Sungai Siak
adalah dalam tahapan pengembangan dengan konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Walaupun Kota Pekanbaru tidak dilewati
oleh Sungai Kampar, namun terdapat beberapa anak sungai mengalir ke Sungai yang juga
berstatus sungai strategis nasional ini.
Sungai Siak dengan total panjang 180.000 M, melewati Pekanbaru, Siak Hulu dan Kabupaten
Siak dengan kawasan tangkapan air (catchment area) seluas 262.150 Ha. Anak Sungai Siak
yang berada dalam wilayah Kota Pekanbaru antara lain:
- S. Sail dengan panjang 7.160 dan luas kawasan tangkapan air 8.373 Ha
- S. Sibam dengan panjang 13.950 M dan luas kawasan tangkapan air 6.250 Ha
- S. Air Hitam dengan panjang 13.250 M dan luas kawasan tangkapan air 4.163
Ha.
- S. Senapelan I dengan panjang 4.470 M dan luas kawasan tangkapan air 289 Ha
- S. Senapelan II dengan panjang 10.700 M dan luas kawasan tangkapan air 2.125
Ha

S. Sago dengan panjang 1.600 M dan luas kawasan tangkapan air 289 Ha
S. Limau dengan panjang 2.800 M dan luas kawasan tangkapan air 184 Ha
S. Tanjung Datuk dengan panjang 540 M dan luas kawasan tangkapan air 168
Ha
S. Teleju dengan panjang 7.900 M dan luas kawasan tangkapan air 1.272 Ha
S. Tenayan dengan panjang 104.800 M dan luas kawasan tangkapan air 4.554
Ha
S. Umban Sari dengan panjang 12.400 M dan luas kawasan tangkapan air 4.375
Ha
S. Meranti Pandak dengan panjang 2.500 M dan luas kawasan tangkapan air
1.164 Ha
S. Limbungan dengan panjang 3.400 M dan luas kawasan tangkapan air 6.405
Ha
S. Pengambang dengan panjang 18.500 M dan luas kawasan tangkapan air
2.625 Ha
S. Okura dengan panjang 4.800 M dan luas kawasan tangkapan air 2.250 Ha
S. Ukui dengan panjang 22.750 M dan luas kawasan tangkapan air 11.690 Ha.

Adapun pembagian Daerah Aliran Sungai yang terdapat di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada
gambar dan tabel berikut:
TABEL 2.8
PEMBAGIAN DAS KOTA PEKANBARU
Luas
No
DAS/Sub DAS
(Ha)
(%)
1
DAS Siak
59.919
94,77
A Sub DAS Takuana
5.760
9,11
B Sub DAS Umban
5.418
8,57
C Sub DAS Meranti
1.657
2,62
D Sub DAS Limbungan
5.488
8,68
E Sub DAS Ukai
8.112
12,83
F Sub DAS Lukud
2.156
3,41
G Sub DAS Sibam
2.251
3,56
H Sub DAS Air Hitam
3.743
5,92
I Sub DAS Senapelan
3.401
5,38
J Sub DAS Sail
12.007
18,99
K Sub DAS Tenayan
7.005
11,08
L Sub DAS Pendanau
2.921
4,62
2
DAS Kampar
3.307
5,23
A Sub DAS Kelulud
3.307
5,23
Jumlah
63.226
100,00
Sumber: Rancangan Kegiatan Rehabilitasi Hutandan Lahan (RHL) Kota Pekanbaru, 2004

Untuk situ atau embung yang ada saat ini berupa danau buatan (Danau Bandar Kayangan) di
Kecamatan Rumbai Pesisir, kolam taman kota di Kecamatan Pekanbaru Kota, dan kolam
retensi milik PTPN V di Kecamatan Marpoyan Damai.
Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu kondisi hidrologi air permukaan
dan air tanah.
Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari sungaisungai yang mengalir di
Kota Pekanbaru yaitu Sungai Siak, mengalir dari Barat ke Timur di dalam kota, dengan
panjang 300 Km dan kedalaman 29 meter serta lebar 100 400 meter yang mempunyai
anak anak sungai seperti : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul,
Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau, dan Tampan.
Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum, khususnya hidrologi air tanah
dangkal dari Formasi Petani. Sedangkan untuk air tanah dangkal dari Formasi Minas
memiliki potensi ketersediaan air yang cukup banyak, mengingat kondisi batuan Formasi
Minas memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi.
Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut :
- Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter,
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75 liter/detik
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti; sungai, rawa,
dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak;
- Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak;
- Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak;
- Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi yang
tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang relatif datar
menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak dapat terjadi dengan baik.
Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa di sebelah utara
Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos
Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa sebelah timur.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan
yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada daerah yang
relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air
laut dan setiap musim hujan sering mengalami banjir.
2.3.3.2 Rencana Jembatan
Rencana Pembangunan Jembatan Kota Pekanbaru dalam RTRW meliputi jembatan
yang melewati sungai-sungai besar yaitu Sungai Siak dan Sungai Sail
A. Sungai Siak
Saat ini sudah ada 3 jembatan yang melewati sungai siak yaitu:
1. Jembatan Siak I yang menghubungkan Jl. DI Panjaitan dengan Jl. Yos
Sudarso

2. Jembatan Siak II yang menghubungkan Jl. Siak II sisi sebelah selatan


dengan Jl. Siak II sisi sebelah utara
3. Jembatan Siak III yang menghubungkan Jl. Panglima Undan dengan Jl.
Yos Sudarso
Sampai tahun 2032 direncanakan akan dibangun ada 4 jembatan tambahan lagi
yang melewati sungai Siak yaitu:
1. Jembatan Siak IV yang menghubungkan Jl. Jenderal Sudirman dengan
Jl. Sembilang
2. Jembatan Siak V yang menghubungkan Jl. Lingkar Luar sisi sebelah
Timur
3. Jembatan Siak VI yang menghubungan Jl. Lingkar Luar sisi sebelah
Barat.
2.3.3.3 Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Berpedoman pada Peraturan Menteri PU Nomor 17/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kota, maka sistem jaringan sumber daya air meliputi:
1. Sistem jaringan sumber daya air lintas negara, lintas provinsi, lintas
kabupaten/kota, yang berada pada kota yang bersangkutan.
2. Wilayah sungai di wilayah kota, termasuk waduk, situ dan embung pada wilayah
kota.
3. Sistem jaringan irigasi yang berfungsi mendukung kegiatan pertanian di wilayah
kota.
4. Sistem jaringan air baku untuk air bersih.
5. Sistem pengendalian banjir di wilayah kota.
Berdasarkan kriteria diatas maka jaringan sumber daya air yang ada di Kota Pekanbaru
adalah 1). Wilayah sungai; 2). Jaringan air baku untuk air bersih; dan 3). Sistem pengendalian
banjir.

BAB III
ANALISA KESESUAIAN RTRW KOTA PEKANBARU

3.1 Penetapan Kawasan Strategis


Penetapan kawasan strategis kota dinilai berdasarkan sudut kepentingannya, antara lain
sebagai berikut:
1. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
2. kawasan yang mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
3. kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi; dan
4. kawasan yang mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi daya dukung
lingkungan hidup
Berdasarkan kajian potensi dan perannya terhadap kota pekanbaru serta visi kota yang akan
di capai sampai dengan akhir tahun perencanaan maka kawasan strategis di kota Pekanbaru
ditetapkan sebagai berikut:

a. Kawasan Meranti Pandak


Kawasan Meranti Pandak dengan tema pusat bisnis kota. Kawasan ini memiliki lokasi
yang strategis karena berada tepat di seberang kawasan perdagangan Pasar Pusat dan akan
terhubung dengan adanya Jembatan Siak IV. Batasan wilayah sub kawasan ini adalah Jalan
Yos Sudaso, Jl. Sekolah, Jl. Sembilang dan Sungai Siak. Kawasan strategis ini juga diarahkan
menjadi lokasi ruang terbuka hijau sebagai pemersatu sub kawasan sekaligus menjadi ruang
terbuka hijau skala kota. Penghijauan Daerah Aliran Sungai dilakukan pada tepian sungai.
Penghijauan ini bermanfaat dalam penguat tebing dan penanaman pepohonan akan terlihat
lebih rapi dan indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi (Instruksi
Mendagri No.14 1988).
Dari survey yang kami lakukan pada kawasan ini yang merupakan bagian dari kawasan
ruang terbuka hijau diketahui bahwa keadaannya sesuai dengan RTRW Kota Pekanbaru,
karna pada tempat ini ditumbuhi oleh tanaman pohon dan tanaman hijau. Dalam kaitannya
dengan lansekap kota, ruang terbuka hijau pada daerah sempadan sungai merupakan suatu
bagian penting dari keseluruhan lansekap ruang, dimana ruang terbuka hijau berfungsi
sebagai penunjang kualitas ekologis lansekap. Jika dilihat kondisi ruang terbua hijau
sepanjang daerah sempadan sungai yang tersebar belum merata dan keberadaan ruang
terbuka hijau yang ada belum menujukkan fungsi yang maksimal dalam interaksi terhadap
lingkungan sekitarnya, sehingga ruang terbuka hijau yang ada pada sepanjang sungai,
terkesan masih gersang, yang membuat masyarakat enggan berinteraksi, dalam melakukan
aktivitas, seperti olah raga jogging di sepanjang koridor jalan inpeksi yang ada, atau
melakukan rekreasi. Sebagaimana dalam suatu wilayah perkotaan proporsi dan distribusi
ruang terbuka hijau Kota sesuai dengan kebutuhan kota terutama kebutuhan masyarakat,
maka kualitas ekologis lansekap kota akan terpenuhi dan kualitas hidup masyarakat
kota akan semakin meningkat.

Gambar 3.1 Keadaan RTH Meranti Pandak


b. Kawasan Kota Lama Senapelan
Meliputi Kawasan dengan batasan wilayah Jl. Jenderal Sudirman, Jl. Ir H. Juanda, Jl.
Riau, Jl. Panglima Undan, Sungai Siak. Sub Tema Kawasan kota lama lini meliputi:
- Kampung Bandar dengan tema perlindungan sejarah dan wisata religi. Kampung
Bandar dengan Mesjid Raya Pekanbaru sebagai titik utama (central point) juga
merupakan kawasan cagar budaya karena merupakan bagian dalam perjalanan awal
terbentuknya Kota Pekanbaru.
- Kampung Dalam dengan tema wisata belanja dan budaya.
Bersebelahan dengan sub kawasan Kampung Bandar, Kampung Dalam merupakan
sub kawasan yang memiliki hubungan sejarah dengan Mesjid Raya Pekanbaru.
Keberadaan Pasar Wisata Pasar Bawah menjadi titik utama kawasan mengusung
sejarah sebagai salah satu pasar barang-barang impor dengan harga miring. Saat ini
pasar tersebut telah mengalami transformasi bentuk menjadi lebih modern dan
menyediakan barang-barang dari dalam dalan luar negeri (negeri jiran).
- Kampung Melayu Tionghoa dengan tema perlindungan budaya dan perdagangan.
Titik utama sub Kawasan ini meliputi kawasan Jalan Juanda dan Jalan Karet yang
merupakan kawasan pecinan. Didalamnya masih terdapat beberapa bangunan yang
memiliki arsitektur bercorak oriental (china). Keberadaan etnis Tionghoa di Kota
Pekanbaru tidak dapat dilepaskan dari perjalanan Kota Pekanbaru sebagai kota
perdagangan. Selain mengusung tema perlindungan bangunan bersejarah, kawasan ini
juga dikembangkan sebagai kawasan perlindungan budaya.
Dari pengamatan yang kami lakukan dapat dikatakan pada daerah ini keadaan
sanitasi masyarakat buruk, dikarenakan jarak antar rumah warga tidak lebih dari 2
meter, sehingga bisa dipastikan bahwa jarak antara septic tank dengan sumber air
bersih warga tidak sesuai dengan syarat minimal yaitu 7 meter.

Gambar 3.2 Keadaan kawasan pemukiman di Senapelan


c. Kawasan Pemerintahan Kota Pekanbaru
Untuk mengembangkan Kota Pekanbaru bagian timur selain dikembangkannya kawasan
industri, tenayan juga akan di bangun kawasan kantor pemerintahan Kota Pekanbaru dan
kawasan, berdasarkan dokumen RTRW yang menyatakan bahwa bagian dari RTH juga
termasuk pada halaman di daerah perkantoran, dimana dari pengamatan yang kami
lakukan keadaan RTH pada lingkungan kantor di Kota Pekanbaru sesuai dengan
dokumen RTRW.

Gambar 3. Keadaan RTH Pemerintah Kota Pekanbaru


3.2. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis
Rencana pengembangan kelima Kawasan Strategis yang ditetapkan dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Kawasan Meranti Pandak
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rencana pengembangan kawasan adalah :
1. Melakukan panataan sepanjang tepian Sungai Siak dengan menjadikan Sungai Siak
sebagai wajah depan
2. Melakukan pengedalian pemanfaatan ruang dari pengaruh kegiatan kegiatan yang
dapat mengganggu berfungsinya badan air sebagai komponen ekologis
3. Menyusun perencanaan tata ruang dalam bentuk RTR Kawasan Strategis dan
menindaklanjuti pengembangan secara bertahap dengan membangun infrastrastuktur
sebagai insentif pengembanan kawasan dan dengan menyertakan pihak ketiga sebagai
pengisi ruang kawasan.

Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu kondisi hidrologi air permukaan
dan air tanah.
Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari sungaisungai yang mengalir di
Kota Pekanbaru yaitu Sungai Siak, mengalir dari Barat ke Timur di dalam kota, dengan
panjang 300 Km dan kedalaman 29 meter serta lebar 100 400 meter yang mempunyai
anak anak sungai seperti : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul,
Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau, dan Tampan.
Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum, khususnya hidrologi air tanah
dangkal dari Formasi Petani. Sedangkan untuk air tanah dangkal dari Formasi Minas
memiliki potensi ketersediaan air yang cukup banyak, mengingat kondisi batuan Formasi
Minas memiliki permeabilitas dan porositas yang tinggi.
Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut :
- Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter,
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75 liter/detik
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti; sungai, rawa,
dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak;
- Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak;
- Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak;
- Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi yang
tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang relatif datar
menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak dapat terjadi dengan baik.
Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa di sebelah utara
Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos
Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa sebelah timur.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan
yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada daerah yang
relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air
laut dan setiap musim hujan sering mengalami banjir.
b. Kawasan Kota Lama Senapelan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rencana pengembangan kawasan adalah :
1. Melakukan panataan sepanjang tepian Sungai Siak dengan menjadikan Sungai Siak
sebagai wajah depan
2. Melakukan pengedalian pemanfaatan ruang dari pengaruh kegiatan kegiatan yang
dapat mengganggu berfungsinya badan air sebagai komponen ekologis
3. Menyusun perencanaan tata ruang RTR Kawasan Strategis dan RTBL sebagian
Kawasan dan menindaklanjuti dengan pengembangan secara bertahap sesuai dengan
sub tema kawasan.

c. Kawasan Strategis Pemerintahan


Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rencana penanganan kawasan adalah :
1. Membuat Kajian mengenai kelayakan kawasan.
2. Melakukan membebasan lahan untuk kepentingan pembangunan kawasan
perkantoran.
3. Membangun infrastruktur dasar pembentuk struktur ruang kawasan perkantoran.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Bangunan yang terletak di tepian bantaran sungai siak tidak sesuai dengan RTRW,
Karna seharusnya ada jarak atau ketentuan RTRW mengenai aturan RTRW sungai
siak yaitu 30-50 meter.
2. Penetapan kawasan strategis kota dinilai berdasarkan sudut kepentingannya, antara
lain sebagai berikut:

kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

kawasan yang mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;

kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam


dan/atau teknologi tinggi; dan

kawasan yang mempunyai nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi daya
dukung lingkungan hidup

3. Dari survey yang diamati, pada kawasan padat penduduk di kecamatan Senapelan
dapat kami katakan bahwa sanitasi di pemukiman padat penduduk tidak sesuai dengan
syarat sanitas yaitu jarak minimal antara septic tank dengan sumber air 7 meter, dapat
dikatakan bahwa hal ini tidak sesuai dengan syarat tersebut karna dari gambar yang
dilampirkan jarak antar rumah kurang dari 2 meter.
4.2 Saran
Penyajian data selanjutnya diharapkan lebih akurat dan menambah wawasan pembaca

LAMPIRAN
RTH
Gambar RTH jaringan jalan

Gambar pulau jalan

gambar median jalan

Gambar jalur hijau tepi jalan

Gambar RTH Taman

Gambar RTH Perkantoran

Gambar RSUD Arifin Ahmad

Gambar Masjid Agung Annur

Gambar Kantor Walikota Pekanbaru


Gambar RTH Sempadan Sungai

Gambar RTH Meranti Pandak

PEMUKIMAN
Gambar Pemukiman Padat Kota Lama Senapelan

Gambar Pemukiman Senapelan

KONDISI BANTARAN SUNGAI SIAK

Gambar Rumah di tepian bantaran sungai

Вам также может понравиться