Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1 2012
Amelya Zein
Group Riset & Pengembangan
amelya.zein@corp.bri.co.id
021-5751554
Cut Indriani
Group Riset & Pengembangan
cut_indriani@bri.co.id
021-5751522
DAFTAR ISI
I. Latar Belakang.....................................................................................................
II. Mengenal Rumput Laut ....................................................................................
III. Pemanfaatan Rumput Laut dalam Industri ...................................................
IV. Potensi Perdagangan Rumput Laut ................................................................
V. Kendala dan Tantangan ....................................................................................
V. Peluang Pembiayaan Oleh Perbankan ............................................................
VI. Daftar Pustaka ....................................................................................................
3
5
8
13
18
21
27
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
4
7
13
14
15
15
16
17
21
22
23
23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
6
10
12
14
24
25
PROFIL BISNIS
November 2012
PROFIL BISNIS
November 2012
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Rata-rata
Ekspor (ton)
Dunia
Indonesia
301,720
95,588
289,077
94,073
304,976
99,949
274,549
94,003
344,294
123,075
302,923
101,338
%
31.68%
32.54%
32.77%
34.24%
35.75%
33.40%
PROFIL BISNIS
November 2012
PROFIL BISNIS
November 2012
Eucheuma Denticulum
Eucheuma Spinossum
Sargassum Duplicatum
Glacillaria Sp
Chondrus
Eucheuma Cottonii
Jenis rumput laut yang dibudidayakan secara luas di Indonesia terdiri dari
jenis Euchema Cottoni dan Glacilaria, dengan perbandingan hasil panen diperkirakan
70:30. Indonesia mengekspor 80% Euchema Cottoni yang dihasilkan, sementara itu
80% Glacilaria yang dihasilkan dikonsumsi di dalam negeri. Cottoni memiliki pasar
internasional yang sangat baik, karena dapat menghasilkan karagenan. Karagenan
ini kemudian yang digunakan sebagai bahan penolong lebih dari 500 produk
konsumsi.
Rumput laut mengandung berbagai macam gizi yang bermanfaat bagi
tubuh. Kandungan rumput laut umumnya adalah mineral esensial (besi, iodin,
aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur, chlor. silicon,
rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium, dan unsurunsur lainnya), asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace elements, tepung,
gula dan vitamin A, D, C, D E, dan K. Komposisi kimiawi dari beberapa jenis
rumput laut dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
PROFIL BISNIS
November 2012
Jenis RL
E. Cottonii
Sargassum sp
Turbinaria sp
Glaceria sp
Karbohidrat
(%)
57.52
19.06
44.9
41.68
Protein
(%)
3.46
5.53
4.79
6.59
Lemak
(%)
0.93
0.74
1.66
0.68
Air (%)
14.96
11.71
9.73
9.38
Abu (%)
16.05
34.57
33.54
32.76
Serat
Kasar (%)
7.08
28.39
16.38
8.92
Sumber: http://penyuluhpi.blogspot.com/
PROFIL BISNIS
November 2012
PROFIL BISNIS
November 2012
3. Alginat.
Alginat merupakan hidrokoloid yang diekstrak dari alga
coklat atau Phaeophyceae. Rumput laut penghasil alginat
diantaranya adalah genus Sargassum dan Turbinaria. Alginat
menjadi penting karena penggunaannya yang luas dalam
industri karena sifatnya sebagai pembentuk gel, bahan
pengemulsi dan lain-lain. Di dalam bidang kosmetik dan
farmasi, alginat dimanfaatkan dalam bentuk asam alginat,
garam sodium alginat dan kalsium alginate. Dalam skala
perdagangan, alginat merupakan salah satu komoditas ekonomi yang sedang
meningkat permintaannya dari tahun ke tahun. Beberapa turunan dari alginat
yang banyak digunakan:
a). Asam alginat
Sifat asam alginat tidak larut dalam air, akan tetapi akan mengembang,
sehingga dapat berfungsi sebagai disintegrating agent dan berguna dalam
pembuatan tablet. Selain itu asam alginat juga banyak digunakan untuk
bahan pelangsing tubuh dan atau makanan diet, atau juga sebagai bahan
pengikat seperti pada produk pasta gigi dan shaving cream.
b). Sodium alginat
Sodium alginat banyak digunakan dalam industri obat-obatan cair karena
bisa meningkatkan viskositas atau kekentalan. Aplikasi di dalam industri
farmasi misalnya pada pengisi obat penicillin dan obat-obat sulfa.
c). Kalsium alginat
Kalsium alginat merupakan bahan untuk pengemulsi yang dapat digunakan
dalam pembuatan kapsul. Selain sifatnya sebagai pengemulsi, kalsium
alginat juga bersifat sebagai pengental. Aplikasi dalam industri kosmetik
adalah pada shampoo cair atau bahan untuk pencuci rambut.
PROFIL BISNIS
November 2012
Dari hasil olahan rumput laut menjadi bahan setengah jadi tersebut, dapat
diturunkan lagi menjadi berbagai jenis olahan, yaitu:
1. Industri pangan
Jelly merupakan makanan paling sederhana yang dibuat dari agar, alginat dan
karagenan. Jelly biasanya diproduksi dicampur dengan bahan makanan lain
seperti buah, ekstrak kacangkacangan. Tujuan penambahan agar, karagenan
ataupun alginat diantaranya adalah untuk mendapatkan tekstur tertentu, untuk
makanan diet, stabilizer, pengental dan lain sebagainya. Pada industri makanan
kaleng, seperti daging dan ikan dalam kaleng, memerlukan bahan pengental,
pembentuk gel serta pensuspensi dengan memanfaatkan agar dan karagenan.
Hal ini dilakukan agar produk dalam kaleng memiliki kemampuan melting
temperature dan gel strength lebih tinggi. Selain itu, kemampuan alginat dan
karagenen dalam membentuk busa dan kejernihan menyebabkan hidrokoloid
tersebut dimanfaatkan dalam proses pembuatan bir.
10
PROFIL BISNIS
November 2012
11
PROFIL BISNIS
November 2012
12
PROFIL BISNIS
November 2012
Produksi (Ton)
Pertumbuhan YoY
2006
1.374.462
2007
1.728.475
25,76%
2008
2.145.060
24,10%
2009
2.963.556
38,16%
2010
3.906.420
31,82%
2011
4.539.413
16,20%
2014
10.000.000
120,29%
13
PROFIL BISNIS
November 2012
Dari sisi nilai ekspor, pada 2010 Indonesia menempati posisi ke dua dengan
pangsa 20,74 persen. Sementara itu urutan lima besar negara eksportir lainnya
adalah China menempati posisi pertama dengan share ekspor sebesar 21,64 persen,
dan seterusnya adalah Korea yang menempati posisi ketiga dengan share 14,86
persen, Chile diposisi keempat dengan share 10,86 persen, dan Philipina posisi
kelima dengan share 5,83 persen.
Tabel 4: Pangsa Pasar Ekspor Rumput Laut Dunia
Negara
2006
Indonesia 31,68
Chile
13,77
China
15,58
Korea
6,60
Ireland
4,15
Philippines 6,41
Lainnya
21,81
2007
32,54
17,97
14,43
4,63
4,33
4,30
21,80
2008
32,77
18,32
11,71
5,78
5,31
4,51
21,60
2009
34,24
19,03
9,60
5,98
7,09
5,05
17,50
2010
35,75
19,03
9,60
5,98
7,09
5,05
17,50
Rata-rata
33,40
17,91
12,49
5,66
5,52
4,84
20,18
Pada tahun 2010 ekspor rumput laut Indonesia mencapai 33,40% dari
volume ekspor rumput laut dunia yang mana menduduki peringkat utama dari sisi
volum ekspor. Namun jika dilihat dari nilai ekspor, Indonesia masih kalah tertinggal
dari negara-negara dengan volume ekspor yang lebih rendah. Berdasarkan nilai
ekspor rumput laut, Indonesia hanya mampu menempati posisi ke-dua, di mana
sejak tahun 2006 hingga tahun 2011 nilai ekspor Indonesia rata-rata sebesar 101.865
ribu USD.
14
PROFIL BISNIS
November 2012
No
1
2
3
4
5
6
Negara Tujuan
China
Philippines
Vietnam
Hongkong
Korea
Lainnya
Total Ekspor
Pangsa
2006
35.834
11.145
4.135
15.673
3.842
24.956
95.588
73,89
2007
23.318
10.878
10.140
20.890
5.421
23.425
94.073
75,10
2008
43.620
17.908
8.252
7.070
5.613
17.484
99.948
82,51
2009
51.085
6.700
13.991
2.323
5.019
14.882
94.002
84,17
2010
72.212
12.512
15.232
5.252
3.056
14.808
123.074
87,97
2011
101.231
10.411
14.229
6.413
8.084
20.580
160.948
87,21
Rata-rata
54.550
11.592
10.997
9.604
5.173
19.356
111.272
80,73
Negara Tujuan
China
Philippines
Vietnam
Korea
Inggris
Lainnya
Total Ekspor
2006
12.875
6.051
1.402
2.281
2.416
24.558
49.586
2007
11.179
7.079
3.182
3.403
2.025
30.651
57.522
2008
35.232
27.896
3.475
7.576
6.207
29.764
110.153
2009
39.007
7.746
7.130
5.575
5.644
22.669
87.773
2010
70.277
16.688
10.466
4.017
4.327
30.161
135.939
2011
86.414
12.272
12.263
9.325
3.398
46.542
170.214
Rata-rata
42.497
12.955
6.320
5.363
4.003
30.724
101.865
Pangsa
50,47
46,71
72,97
74,17
77,81
Sumber : Outlook Industri 2012: Strategi Percepatan dan Perluasan Agroindustri
72,66
64,43
Jika dilihat berdasarkan nilai, China, Philippines, Vietnam dan Korea masih
berada di peringkat teratas negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia. Satu hal
yang menarik yang dapat dilihat dari tabel di atas adalah bahwa Inggris menempati
posisi kelima sebagai negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia berdasarkan nilai,
yaitu rata-rata sebesar US$ 4.003. Padahal jika dilihat berdasarkan volume ekspor,
Inggris tidak masuk ke dalam lima negara terbesar tujuan ekspor rumput laut
15
PROFIL BISNIS
November 2012
Indonesia berdasarkan volume. Artinya, dengan volume ekspor rumput laut yang
relatif kecil ke Inggris, Indonesia bisa mendapat keuntungan yang relatif besar dari
Inggris. Hal ini tentu saja bisa menjadi sinyal positif bahwa Inggris bisa menjadi
salah satu negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia yang sangat potensial ke
depannya.
Meskipun Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang
memproduksi dan mengekspor rumput laut di dunia, ternyata Indonesia juga
melakukan impor rumput laut. Impor rumput laut tersebut dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan industri pengolahan domestik khususnya pada industri
makanan. Industri ini memerlukan bahan baku rumput laut yang sudah diolah
dalam bentuk karagenan murni (refined carrageenan), sementara produksi di
Indonesia belum memenuhi.
Impor rumput laut Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Pada tahun 2006 Indonesia hanya mengimpor sebanyak 322 ton, melonjak menjadi
779 ton pada tahun 2010. Walaupun rasio antara impor dengan ekspor rumput laut
cukup kecil (0,63 pada tahun 2010), ternyata margin atau selisih nilai jual antara
rumput laut kering dengan rumput laut yang sudah diolah sangat besar.
Tabel 7 : Perkembangan Ekspor-Impor
Rumput Laut Indonesia (ton)
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Nilai tambah bisnis dari produk olahan rumput laut sangat bervariasi, tergantung
dari harga bahan baku, biaya operasional produksi, serta harga produk olahan di
pasar. Sebagai contoh, rumput laut jenis Eucheuma Cotoni yang sudah diolah
menjadi karaginan untuk industry bisa menghasilkan nilai tambah hingga 1.700
persen.
16
PROFIL BISNIS
November 2012
Harga
(Rp/Kg)
Pertambahan
Nilai (%)
10,000 50,000
400
70,000
600
180,000
1,700
200,000
1,900
17
PROFIL BISNIS
November 2012
PROFIL BISNIS
November 2012
PROFIL BISNIS
November 2012
2. Kualitas rumput laut yang terbaik ditentukan oleh jangka waktu budidaya, yaitu
sekitar 45 hari setelah tanam. Kenyataannya, pembudidaya sebagian besar
memanen rumput laut sebelum waktunya (< 45 hari), akibatnya sebagai
komoditas industri kualitas rumput laut rendah, tetapi sebagai komoditas
dagang selalu terserap oleh pasar (terjual). Hal ini terjadi karena secara fisik sulit
untuk mengetahui kualitas rumput laut berdasarkan umurnya (panen).
3. Harga rumput laut ditentukan oleh besar asalan (kering matahari). Sering kali
pembudidaya tidak mengindahkan tata cara penanganan pascapanen yang baik,
misalnya untuk mencapai berat tertentu pembudidaya menjemur rumput laut di
atas pasir sehingga kotoran banyak melekat dan menambah berat. Beberapa
tantangan tersebut harus segera mendapat penanganan agar pengembangan
rumput laut ke depan dapat berjalan dengan baik.
20
PROFIL BISNIS
November 2012
Uraian
2007
2008
2009
2010
Eucheuma sp
a Kebutuhan Dunia
b Produksi Indonesia
c Produksi Luar Negeri
d Peluang Pasar
202,300
56,000
100,000
46,300
218,100
60,000
105,000
53,100
235,300
66,000
110,250
59,050
253,900
73,000
115,800
65,100
274,100
80,000
121,590
72,510
Glacilaria sp
a Kebutuhan Dunia
b Produksi Indonesia
c Produksi Luar Negeri
d Peluang Pasar
79,200
29,000
37,000
14,200
87,040
36,000
40,700
10,340
95,840
41,500
44,700
9,570
105,440
48,000
49,250
8,190
116,000
57,500
54,200
4,300
PROFIL BISNIS
November 2012
No
1
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi
Tenggara
Jawa Timur
NTT
NTB
Bali
Provinsi Lainnya
1,024,302
734,381
586,965
Persentase
22.56%
16.18%
12.93%
9.02%
409,536
8.31%
377,200
6.12%
277,700
2.34%
106,398
1,022,931
4,539,413
22.53%
100.00%
PROFIL BISNIS
November 2012
rumput laut memiliki turunan yang sangat beragam, mulai dari bahan makanan
sampai dengan kosmetik dan obat-obatan. Permintaan komoditas rumput laut dan
produk olahannya terus mengalami peningkatan, seperti dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 11: Perkiraan Kebutuhan Dunia Terhadap Produk
Olahan Rumput Laut (Ton)
Jenis Produk
Karagenan (Refined
Carrageenan/RC)
Karagenan (Semi Refined
Carrageenan/SRC)
Agar
Alginat (food grade)
Alginat (industrial grade)
Total
2006
2007
2008
2009
2010
26,160
27,470
28,850
30,285
31,800
33,350
12,357
10,730
20,735
103,332
36,690
13,600
11,530
22,800
112,090
40,355
14,970
12,400
25,090
121,665
44,390
16,470
13,330
27,600
132,075
48,830
18,120
14,330
30,360
143,440 S
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Perusahaan
PT. Gumindo
PT. Garlic Artha Bahar
PT. Bantimurung Indah
PT. Seamatec
PT. Surya Indoalgas
PT. Cahaya Cemerlang
PT. Rumput Laut Jaya
PT. Agarindo Bogatama
Kapasitas (Ton/bln)
3,000
1,600
1,000
720
600
500
30-50
160
Produk
SRC
Petfood, RC
ATC
Petfood, RC
RC, Jelly
ATC
Bibit, rumput laut kering
Agar
23
PROFIL BISNIS
November 2012
Industri pengolahan rumput laut di Indonesia saat ini terdiri dari industri
pembuat agar-agar (konsumsi dan ekstrak agar) dan industri karagenan. Saat ini
terdapat sekitar 20-23 industri pengolahan rumput laut di Indonesia, 14 di antaranya
adalah industri penghasil karagenan. Selain itu juga masih ada industri pengolahan
rumput laut menjadi makanan khas di beberapa daerah, dalam skala usaha kecil.
Salah satu perusahaan pengolahan rumput laut yang terkenal adalah PT. Agarindo
Bogatama, yang menjual produk agar-agar dengan merek Swallow Globe. Saat ini,
80% hasil produksi produk tepung agar-agar dengan merek Swallow Globe itu
dijual di pasar domestik. Sisanya diekspor ke berbagai negara, seperti China,
Jepang, Eropa, dan USA.
Bank BRI sebagai lembaga keuangan bergerak diseluruh segmen dari UKM
sampai corporate, mempunyai peluang yang sangat besar sebagai sumber dana
keberlangsungan bisnis rumput laut. Pemberian pinjaman berupa kredit investasi
dan modal kerja termasuk trade finance dapat diberikan kepada usaha budidaya (on
farm), industri pengolahan (down stream) bahkan pada industri off farm yang
menghasilkan sarana produksi untuk subsektor agribisnis ini.
Gambar 5 : Penyaluran Kredit Rumput Laut BRI
per September 2012 (Juta)
Total penyaluran kredit BRI terhadap komoditi rumput laut per September
2012 adalah sebesar Rp57,77 miliar, dengan rincian pembiayaan kepada budidaya
biota rumput laut sebesar Rp41,20 miliar dan pembiayaan kepada perdagangan
24
PROFIL BISNIS
November 2012
eceran hasil bumi khusus rumput laut sebesar Rp16,57 miliar. Non Performing Loan
per September 2012 tidak terlalu tinggi masih bisa terjaga di bawah 3% yaitu
masing-masing NPLnya adalah sebesar 2,59% dan 2,85%.
Per September 2012 total debitur adalah sebanyak 4.438 debitur, di mana
sebanyak 138 debitur berada dalam posisi NPL. Jika jumlah Outstanding (OS) dibagi
dengan jumlah debitur maka didapatkan jumlah kredit yang disalurkan rata-rata
sebesar Rp13 juta per debitur. Hal ini mengindikasikan bahwa kredit yang
disalurkan sebagian besar berada ditingkat mikro untuk pembiayaan budi daya dan
perdagangan rumput laut. Untuk itu perlu adanya perluasan ekspansi kepada
industri pengolahan rumput laut, mengingat besarnya potensi yang ada. Hal ini
juga sejalan dengan rancangan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah dan
menghidupkan industri rumput laut dalam negeri.
Portofolio penyaluran kredit terhadap rumput laut masih sangat jauh
dibandingkan dengan total nilai produksi rumput laut nasional. Pada tahun 2011
saja nilai produksi rumput laut nasional adalah sebesar Rp10,23 triliun, sehingga
persentase pembiayaan oleh BRI hanya sekitar 0,56% dari nilai produksi rumput
25
PROFIL BISNIS
November 2012
laut nasional. Hal ini tentu merupakan potensi yang sangat besar bagi BRI untuk
menyerap pangsa pasar rumput laut nasional terutama di daerah-daerah penghasil
rumput laut.
Pembiayaan bisa dilakukan kepada pelaku UMKM untuk pembiayaan
kepada petani rumput laut hingga level corporate terutama pada industri pengolahan
dan ekspor rumput laut. Pembiayaan kepada pelaku UMKM dapat diberikan secara
langsung kepada pelaku usaha maupun menggunakan pola kemitraan dengan
bekerja sama dengan koperasi atau perusahaan mitra yang melakukan pembinaan
khusus untuk usaha budi daya. Dengan adanya sistim Trickle Down Bussiness (TDB)
yang sedang dikembangkan oleh BRI saat ini, diharapkan dapat memaksimalkan
pembiayaan yang dilakukan dari hulu ke hilir.
26
PROFIL BISNIS
November 2012
DAFTAR PUSTAKA
27