Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat
dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan kepada
pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku,
dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan,
pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi
dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan
dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang
peranan penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika
kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan nilai
faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie, 1997).
Atas dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi
materi meliputi analisa morfometri, analisa pola kebiasaan makanan ikan (food
habits), tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, nilai fekunditas,
analisa hubungan panjang berat, dan faktor kondisi. Ikan yang digunakan adalah
ikan tiga waja (Otolithoides microdom) (Effendie, 1997).
Dengan melaksanakan praktikum Biologi Perikanan ini diharapkan kita dapat
lebih memahami dan mengerti segala kegiatan yang dilakukan selama praktikum
berlangsung dan dapat memahami hasil yang diperoleh dalam praktikum ini
sehigga kita dapat lebih mendalami mata kuliah Biologi Perikanan (Effendie,
1997).
1.2. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang
didapat untuk dikembangkan lagi dalam perkulihan serta dapat bermanfaat bagi
dunia perikanan.
1.3. Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi perikanan ini adalah :
Analisa Morfometri
Tingkah laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat akan berpengaruh pada
bentuk tubuh ikan. Habitat suatu ikan akan mempengaruhi bentuk tubuh dan
macam-macam alat tubuh yang berkembang. Sedangkan cara gerak dan tingkah
laku tiap spesies ikan akan berbeda tiap habitat (Effendie 1997).
Bentuk tubuh ikan digunakan untuk mengetahui cara hidup ikan tersebut. Bentuk
tubuh ikan masing-masing menurut Rahardjo (1980) adalah, sebagai berikut:
Bentuk pipih, terdiri dari dua pipih yaitu pipih lateral, dimana ikan ini dalam
keadaan biasa berenang dengan lambat tetapi bila datang bahaya atau hal
lain mampu berenang dengan cepat dan pipih dorsaventral, bentuk ikan ini
sangat dekat dengan ikan yang hidup di dasar perairan.
berbentuk elips.
Bentuk paruh.
Bentuk tubuh membulat.
Bentuk tubuh pita.
Bentuk kombinasi
Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang satu
dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu pada
karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan di alam. Analisa morfometri
merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap morfologi ikan tersebut
(Effendie, 1997). Menurut Rifai (1983), morfologi adalah ciri-ciri luar tubuh ikan
yang terlihat dan harus diamati yang meliputi: bentuk tubuh, warna, bentuk
operculum, mengukur antar bagian tubuh ikan.
2.2.
Baik untuk ikan jantan maupun ikan betina, ambilah gonadnya dan
pisahkan menurut kelaminnya. Gonad ikan jantan dikelompokkan sendiri
demikian pula gonad ikan betina, namun data lainnya dari masing-masing
gonad tersebut jangan sampai hilang atau tercampur sehingga menyusahkan
analisa selanjutnya.
Bentuk ovarium
Besar kecilnya ovaium
Pengisian ovarium dalam rongga perut
Warna ovarium
Halus tidaknya ovarium
Ukuran telur dalam ovarium secara umum
Kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagian-bagian lainnya
Ukuran (garis tengah) telur
Warna telur
Bentuk testis
Dara
Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testis dan
ovarium transparan, tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan
mata biasa.
Dara berkembang
Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah. Panjangnya setengah atau lebih
sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca
pembesar.
Perkembangan I
Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan pembuluh
darah kapiler. Mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat
terlihat oleh mata seperti serbuk putih.
Perkembangan II
Testis putih kemerah-merahan. Tidak ada pati jantan atau sperma kalau bagian
perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur jelas dapat
dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira 2/3 ruang bawah.
Bunting
Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis warnanya putih. Telur bentuknya
bulat , beberapa daripadanya jernih dan masak.
Mijah
Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan. Kebanyakan telurnya berwarna
jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium.
Mijah/salin
Belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bentuknya bulat telur.
Salin/spent
Testis dan ovarium kosang dan berwarna merah. Beberapa telur dalam kedaan
sedang dihisap kembali.
Pulih salin
Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah.
Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikosky (Bagenal dan Braum, 1968) :
Tidak masak
Individu muda belum berhasrat dalam reproduksi: gonad sangat kecil.
Tahap istirahat
Produk seksual belum mulai berkembang; gonad kecil ukurannya; telur belum
dapat dibedakan oleh mata biasa.
Pemasakan
Telur-telur dapat dibedakan oleh mata biasa ; pertambahan berat gonad dengan
cepat sedang berjalan ; testis berubah dari transparan ke warna muda pias.
Masak
Produk seksual masak ; gonad mencapai berat yang maksimum, tetapi produk
seksual tersebut belum keluar bila perutnya ditekan.
Reproduksi
Produk seksual keluar bila perut ditekan perlahan ; berat gonad turun menjadi
cepat dari awal pemijahan sampai selesai
Kondisi salin
Produk seksual telah dikeluarkan ; lubang pelepasan kemerah-merahahan;
gonad seperti kantung kempis, ovari biasanya berisi beberapa telur sisa, dan
testis berisi sperma sisa.
Tahap istirahat
Produk seksual sudah dilepaskan, lubang pelepasan tidak kemerah-merahan
lagi, gonad bentuknya kecil, telur belum dapat dibedakan oleh mata biasa.
2.3.
Keterangan
IKG
:
= Indeks Kematangan Gonad
(%)
Bg
Bt
2.4.
Nilai Fekunditas
Fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada saat ikan itu
akan memijah. Fekunditas ini dinamakan fekunditas individu atau fekunditas
mutlak. Sedangkan jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan disebut
fekunditas nisbi (Nikolsky, 1963) dan fekunditas ikan selama hidupnya disebut
fekunditas total (Royce, 1972).
Perhitungan fekunditas adalah perhitungan terhadap gonad ikan yang sudah
masak yang diperkirakan tidak lama lagi akan berpijah. Dalam kenyataannya
sering dilakukan terhadap ikan yang gonadnya belum masak benar tetapi butir
telur ikan tersebut sudah dapat dipisahkan. Bila demikian maka sebaiknya
tingkat kematangan gonad ikan dinyatakan dengan tepat agar mendapat
gambaran sebenarnya terutama kalau dihubungkan dengan parameter lainnya
(Effendie, 1997).
2.5.
ikan itu. Dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan, maka dapat dilihat
hubungan ekologi diantara organisme. Misalnya rantai makanan, bentuk-bentuk
pemangsaan, predasi dan kompetisi. Jadi makanan dapat menjadi faktor
penentu bagi pertumbuhan, kondisi ikan, dan populasi ikan tersebut. Jenis
makanan satu spesies ikan biasanya tergantung pada umur, tempat dan waktu
dimana ikan tersebut berada (Effendie, 1979).
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata,
Penciuman dan peraba digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh
ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam
perairan keruh dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu
cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan
penciuman dan peraba tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan
sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak (Effendie, 1979).
Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan terdapat
apa yang dinamakan feeding periodicity masa ikan aktif mengambil makanan
selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang satu
atau dua kali. Lamanya ada yang satu atau dua jam, bahkan ada yang terus
menerus. Pada ikan buas memakan mangsa ukuran besar interval pengambilan
makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal aktif
pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan
diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan suplai makanan
juga dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity
dapat berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan
(Effendie, 1979).
2.6.
tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal
periode (pertumbuhan nisbi) ( Effendie, 1979).
Menurut Wootton (1990), hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu
petunjuk tentang keadaan ikan. Studi hubungan berat panjang dan berat ikan
mempunyai nilai praktis yang memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam
berat ikan atau sebaliknya.
Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar
yaitu faktor dalam dan luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada
juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol,
diantaranya ialah keturunan seks, umur parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur,
faktor keturunan mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk
mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Tetapi kalau dalam alam tidak ada
kontrol yang dapat diterapkan. Juga faktor seks tidak dapat dikontrol. Ada ikan
betina pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan dan sebaliknya ada pula
spesies ikan yang tidak mempunyai pertumbuhan pada ikan betina dan ikan
jantan. Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali kiranya
mempengaruhi pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit
lambat. Sebagian dari makanan yang dimakan tertuju kepada perkembangan
gonad. Pembuatan sarang, pemijahan penjagaan keturunan membuat
pertumbuhan tidak bertambah karena pada waktu tersebut pada umumnya iakn
tidak makan. Baru setelah periode tersebut ikan mengembalikan lagi kondisinya
dengan mengambil makanan tersebut sedia kala (Bagenal, 1967) dalamEffendie
(1979)
Pertambahan ukuran baik dalam panjang atau dalam berat biasanya diukur
dalam waktu tertentu. Hubungan pertambahan ukuran dengan waktu bila
digambarkan dalam suatu sistem koordinat menghasilkan suatu diagram dikenal
dengan nama kurva pertumbuhan (Djuhanda, 1981).
Hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk tentang keadaan
ikan. Analisa hubungan panjang dan berat ikan mempunyai nilai praktis yang
memungkinkan untuk mengubah nilai panjang kedalam berat ikan atau
sebaliknya (Rifai, 1983).
2.7.
Faktor Kondisi
Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan adalah faktor kondisi atau indeks
ponderal. Sering pula disebut faktor K. Faktor ini menunjukkan keadaan balik
dari ikan yang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.
Dalam penggunaanya secara komersil, kondisi ini memiliki arti kualitas dan
kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan atau dimakan.
Jadi kondisi disini berarti memberikan keterangan secara biologis maupun
komersial (Effendie, 1997).
Selama dalam masa pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan
bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini,
berat ikan yang ideal dianggap sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan
berlaku untuk ikan kecil maupun besar. Bila terdapat perubahan berat tanpa
diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan
nilai perbandingan tadi ( Effendie, 1997).
Perhitungan faktor kondisi ini berkaitan dengan perhitungan analisis hubungan
panjang berat ikan yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk perhitungan faktor
kondisi digunakan rumus :
Dimana :
= Berat rata-rata ikan dalam gram yang terdapat dalam suatu kelas
kelas tersebut.
Ketelitian
Kegunaan
Untuk pengamatanUntuk
menimbangUntuk
0,1 gr
3 Alat tulis
1 mm
3.1.1.
mengukur sampel
Untuk membedah ikan
Untuk menulis data
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan tingkat kematangan
gonad
No
Alat dan Bahan
1 Gonad ikanKaca pembesar
Kegunaan
Untuk pengamatan TKGUntuk
memperbesar
preparat/sampelUntuk
mengidentifikasi gonad
2
3
3.1.2.
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan indeks kematangan
gonad
No
Alat dan Bahan
1 Ikan sampelTimbangan
Ketelitian
Kegunaan
Untuk pengamatanUntuk
elektrikKertas tissue
menimbangUntuk
0,1 gr
membersihkan kotoran
Meja preparat(Styrofoam)
3
Alat tulis
5
3.1.3.
Nilai fekunditas
3 Sedwick rafter
4 Kalkulator
5 Mikroskop
Untuk menghitung
6 Pisau
7 Alat tulis
8 Beaker glass
10
3.1.4.
Tabel 5. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa pola
kebiasaan makan (food habits)
No
Alat dan Bahan
1 Spuit
Ketelitian
Kegunaan
0.1 ml0,1 Untuk mengukur volume lambung
mengukur
2030 cm
Sterofoam
Alat sectio
Benang
Gelas ukur
Kalkulator
Untuk menghitung
-
Mikroskop
9
10 Alat tulisKaca
penutupPipet tetes
11
Sedgwick rafter
12
13
3.1.5.
Tabel 6. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa hubungan
panjang berat
No
Alat dan Bahan
1 KalkulatorAlat tulisData
panjang dan berat ikan
2
Kegunaan
Untuk menghitungUntuk menulis
dataUntuk mencari hubungan panjang
dan berat ikan
3
3.1.6.
Faktor kondisi
Tabel 7. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan analisa faktor kondisi
No
Alat dan Bahan
1 KalkulatorAlat tulisData
panjang dan berat ikan
2
3
Kegunaan
Untuk menghitungUntuk menulis
dataUntuk mencari hubungan panjang
dan berat ikan
3.2. Metode
Q: Berat gonad
X: Jumlah telur
3.2.5. Analisa Pola Kebiasaan Makanan (Food Habits)
Metode yang digunakan dalam pengamatan analisa pola kebiasaan makanan
(food habits) adalah :
Membedah ikan pada bagian perut dengan hati-hati dan menggambar alat
pencernaannya.
15
25
35
45
20
10
10
50
Pengamatan dilakukan disemuya petak. Mencatat jenis dan jumlah
Mencatat data panjang dan berat ikan yang didapatkan dari asisten.
Kemudian mengurutkan data tersebut dari yang terkecil sampai yang
terbesar.
Mencari selisih dari nilai terendah dan tertinggi dari panjang dan berat
masing-masing ikan yang diukur dan membuat logaritmanya.
Untuk hipotesis nillai b dengan H0 : b = 3 dan H1 3 pada taraf uji 95% dan
carilah koefisien korelasinya (r).
Kelas (gram)
L
Jika harga K berkisar antara 2-4 bentuk ikan agak pipih, sedangkan bila