Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MONILIASIS
MAKALAH
Oleh :
Tri Astutik
NIM 132310101017
NIM 132310101047
Sintya Ayu P
NIM 13231010105
Yeheskiel Febria
NIM 1323101010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini, dengan judul Diare.
Dalam proses penelitian dan penulisan tidak terlepas
dari bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ns. Lantin Sulistyorini M.Kes., selaku Dosen Pengajar dan
Penanggung Jawab Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IIIB
3. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan
memberikan informasi yang sangat dibutuhkan
4. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga semua
bermanfaat bagi kita, Amin.
Jember, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................1
1.1
Latar Belakang..................................................................1
1.2
Tujuan................................................................................2
1.3
Implikasi Keperawatan......................................................2
Pengertian.........................................................................3
2.2
Epidemiologi......................................................................3
2.3
Etiologi..............................................................................4
2.4
2.5
Patofisiologi.......................................................................7
2.6
2.7
Pengobatan.....................................................................10
2.8
Pencegahan.....................................................................18
BAB 3. PATHWAYS........................................................................19
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN...................................................20
4.1
Pengkajian.......................................................................20
4.2
Diagnosa.........................................................................28
4.3
Perencanaan....................................................................28
4.4
Pelaksanaan....................................................................33
4.5
Evaluasi...........................................................................34
BAB 5. PENUTUP..........................................................................35
5.1
Kesimpulan......................................................................35
5.2
Saran...............................................................................35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................36
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Moniliasis adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya
disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut
manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa
gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang
dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian,
bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut
berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida
sp, dimana Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab
utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada
tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan
disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili
Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C.
parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat
menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi
dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa
sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada
pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang
mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut
yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Seorang
peneliti
(Veron,
1835)
melihat
jamur
itu
pada
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat
yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi
ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih
diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah
menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara
lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya
Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.
1.2
Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.3
Implikasi Keperawatan
Untuk tenaga kesehatan khususnya perawat , manfaat dari
moniliasis
keperawatan
1.4
adalah
meningkatkan
mutu
asuhan
paling sering terjadi. Penyakit ini biasa menginfeksi pasien yang sangat
lemah, bayi, orang tua, dan pasien yang mengalami penurunan kerja sistem
imun dengan prevalensi persebaran 10% - 15% dan 25% - 75% dari
populasi keseluruhan adalah carrier atau pembawa. Kolonisasi candidiasis
oral telah dilaporkan berkisar dari 40% sampai 70% dari anak yang sehat
dan dewasa, dengan dengan tingkat lebih tinggi antara anak-anak dengan
gigi keries danorang dewasa yang lebih tua memaki gigi palsu. Adapun
tingkat yang telah terbukti juga menigkatkan dengan terapi radiasi kanker,
diabetes, dan infeksi HIV. Koloniasis Candidia dapat menyebabkan inffeksi
oportunistik mukosa dan disebarluaskan dan multisistem keterlibatan organ
dalam immunocompromised organ. Tingkat infeksi ini telah dilaporkan
sebgai 50% selama kemoterapi, 70% selama terapi radiasi, dan 90% pada
infeksi HIV.
2.3 Etiologi
Oral trush dan infeksi Moniliasis lainnya terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh lemah oleh karena itu penyakit atau obat-obatan seperti
antibiotik mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di dalam
tubuh.
Sistem
kekebalan
organismeyang
berbahaya,
tubuh
seperti
bekerja
sebagai
virus,
jamur,
pengusir
bakteri
invasi
dengan
HIV/AIDS
Kanker
Diabetes milletus
Infeksi jamur vagina.
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lender mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, biladihilangkan dan
kemudian berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terja digranulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat
Celcius.
7. Tidak mau makan atau minum.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.
1.5 Patofisiologi
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40
derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tidak mau
makan (apabila makan dimuntahkan), tidak mau minum susu botol dan
ASI, serta anak merasa gelisah. Biasanya disertai dengan bau mulut yang
kurang sedap yang diakibatkan oleh kuman atau jamur. Sedangkan pada
balita, biasanya suhu tidak naik terlalu tinggi dan nafsu makannya
berkurang. Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil,
berwarna putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm, kemudian
berkembang membentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan
terlihat seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar,
melebar, atau menjalar seperti bisul. Biasanya munculnya vesikel bersamaan
dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang
malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang
membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.
Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun
sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya
memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati
akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh,
paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya
diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah. Gejala
yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna
kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada
belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik
putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut
terasa perih
Secara keseluruhan gejala oral trush yaitu :
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lender mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, biladihilangkan dan
kemudian berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terja digranulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat
Celcius.
7. Tidak mau makan atau minum.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.
1.6
1.7 Pengobatan
Terdiri dari 2 cara :
1. Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung
miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat
diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap pastille mengandung
100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali
sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain.
Nistatin ini mengandung gula.
2. Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan
risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah
mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air
mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum
dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan
dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu
atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup
tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering,
nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat
menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika
bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush
sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu
atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu
dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya
oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum
susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang
terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak
dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah
1.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara
lain :
1. Oral hygiene yang baik;
2. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak
immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu,
payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada botol dot
bayi ;
3. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan
kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air
panas;
4. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi
setelah minum susu;
5. Pastikan bayi beristirahat yang cukup;
6. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap;
7.
10
BAB 3. PATHWAYS
Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik
yang tak terkontrol, immunodefisiensi
Pertumbuhan
jamur yang tak
terkontrol
Sistem imun
turun
Menyerang system
imun
Mulut bayi
kotor
Proses infeksi
Kurang
informasi
Timbul bercak
putih di mulut
MK:
Kurang
Pengetahu
Ketidakmampu
an membuat
penilaian yang
tepat
Kandidiasis
MK: Perubahan
persepsi sensori
Nyeri pada
mulut
Perubaha
n pola
Candida
bermetasta
se
Nafsu
makan
Nyeri pada
faring
MK : Perubahan
Nutrisi Kurang
MK : Risiko
Konstipasi
Kelemaha
n
MK :
Defisit
Perawatan
Malnutri
si
MK :
Gangguan
Integritas
Suhu tubuh
MK : Hipertermi
MK :
Disfungsi
Motilitas
Gastrointest
Proses
peradangan
Peningkatan hormon
prostatglandin,
bradikinin, histamin
Menggumpal
menutup
permukaan
lidah
MK:
Ketidakefekt
ifan
Pemeliharaa
Menghambat
implus syaraf
pengecap
Tidak dapat
mengecap rasa
Gejala
semakin
Bercak
kemerahan
dengan eksudat
berwarna putih
MK : Nyeri
Akut
MK :
Ansiet
as
11
Pengkajian
a. Identitas Klien:
1. Nama
Nama klien dibutuhkan sebagai identitas klien.
2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang dominan antara banyaknya
penderita moniliasis anak laki-laki dan perempuan.
3. Umur
Moniliasis/trush adalah penyakit yang sering terjadi pada anak, terutama
pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia maka angka kejadian
semakin jarang.
4. Alamat
Alamat klien dapat mengindikasikan lingkungan klien yang
dapat berpengaruh terhadap sehat sakit klien. Keadaan
lingkungan yang mempengaruhi timbulnya moniliasis/trush pada anak yaitu
pola kebersihan yang cenderung kurang. Selain itu, orang tua jarang
mencuci tangan saat merawat atau menetekkan bayinya, serta kebersihan
botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
5. Sumber informasi
Sumber informasi ini dapat diperoleh dari orang tua klien.
6. Tanggal MRS
Tanggal masuk rumah sakit sangat penting sebagai data
pada identitas klien
7. Nomor Registrasi
Nomor registrasi sebagai data pada identitas klien sehingga
perawat
lebih
mudah
mengidentifikasi
dan
melakukan
12
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang
Anak dengan moniliasis/trush mengalami sariawan berupa suhu badan
meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa,
rewel, menolak untuk makan atau minum, dan gelisah. Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi pada saat bayi sehingga diberikan pengobatan
antibiotik yang lama. Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan
yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.
3. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
Pada anak dengan moniliasis/trush, biasanya ibu sang anak pernah
menderita penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
inveksi jamur vagina.
2) Intra natal:
Pada anak dengan moniliasis/trush biasanya saat proses kelahiran bayi
terinveksi jamur dari vagina ibu.
3) Post natal:
Pada anak dengan moniliasis/trus biasanya orang tua jarang mencuci
tangan saat merawat atau menetekkan bayinya. Selain itu, kebersihan
botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dengan moniliasis/trush biasanya dalam keluarganya, khususnya pada
ibu pernah menderita penyakit HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
infeksi jamur vagina. Akibat dari penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh
anak
dapat
menjadi
lebih
rentan
terhadap
infeksi
moniliasis.
13
14
2. Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36o C- 37o C)
3. Nadi : takikardi
4. RR : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)
2) Kepala dan leher
Inspeksi :
1. Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut : distribusi merata
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut
diagnostik
yang
dapat
dilakukan
pada
anak
dengan
15
3) Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur.
4) Diagnosa pasti dengan biopsi
4.2
Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan
bentukan warna merah dan mengandung eksudat, gejala semakin berat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nyeri pada mulut, penurunan nafsu makan
4. Gangguan integritas kulit (mukosa oral) berhubungan dengan infeksi
pada mukosa oral
5. Perubahan persepsi sensori pengecapan berhubungan dengan proses
6.
7.
8.
9.
infeksi
Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi
Risiko konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
Perencanaan
No
1
Diagnosa
Tujuan/
Keperawatan
Hipertermi
hasil
Setelah
berhubungan
tindakan
kriteria Perencanaan
/ Intervensi
dilakukan 1.Berikan
asuhan
kompres
Rasional
1. Di ketiak dan
lipatan
hangat
infeksi
selama 2 x 24 jam,
sekitar
pembuluh darah
lipatan
besar.
akan
misalnya,
Mengurangi
ketiak dan
panas
lipatan
memindahkan
normal,
kembali
dengan
di
paha
paha.
2.Beri pasien
banyak
minum air
terdapat banyak
dengan
panas
secara
konduksi.
hangat
Air
dapat
mengontrol
16
putih
atau
susu
lebih
panas
dari
1000
perlahan tanpa
cc/hari.
3.Ciptakan
suasana
yang
pemindahan
secara
menyebabkan
hipotermi atau
menggigil.
2. Peningkatan
nyaman
suhu
(atur
mengakibatkan
ventilasi)
4.Anjurkan
keluarga
untuk tidak
memakaika
n
selimut
dan pakaian
yang tebal
pada anak
5.Observasi
tanda vital
6.Kolaborasika
n
dalam
pemberian
obat
antimikroba
,
antipiretik,
dan
pemberian
cairan
parenteral
tubuh
penguapan
tubuh
meningkat
sehingga perlu
diimbangi
dengan asupan
cairan
yang
cukup.
3. Suhu ruangan
harus
diubah
untuk
mempertahanka
n
suhu
mendekati
normal.
4. Pakaian
tipis
membantu
mengurangi
penguapan
tubuh.
5. Tanda
vital
merupakan
acuan
untuk
mengetahui
keadaan
anak
17
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan.
6. Digunakan
untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada
2
Nyeri
hipotalamus.
dilakukan 1. Anjurkan 1. Anak
akan
akut Setelah
berhubungan
tindakan
asuhan
ibu untuk
merasa nyaman
menggend
dalam dekapan
infeksi
ong
ibunya
menghasilkan
nyeri
bentukan
dirasakan
warna
merah akan
yang
kan
berkurang,
dengan
mengandung
si
anak
kriteria
menenang 2. Mengalihkan
pasien
dan
dan
perhatian
anak
terhadap nyeri
misalnya 3. Memastikan
dan
tampak rileks.
mengelus-
kondisi
elus
setelah
kepalanya
dilakukan
2. Ajarkan
teknik
distraksi
tindakan
keperawatan.
4. Menghilangkan/
pada
mengurangi
orang tua
nyeri
misalnya
dengan
memberik
an
anak
mainan
3.
anak
Evaluasi
18
status
nyeri,
catat
lokasi,
karakterist
ik,
frekuensi,
waktu dan
beratnya
4. Kolaboras
ikan
dalam
pemberian
analgesik
sesuai
3
Perubahan
indikasi
dilakukan 1. Beri nutrisi
Setelah
asuhan
1 Memberikan
dalam
keadaan
tubuh
selama 2 x 24 jam,
lunak, porsi
berhubungan
sedikit tapi
dengan
pada
nyeri menjadi
normal,
mulut, dengan
sering
hasil
anak
nafsu makan
menangis
tidak
dan
nutrisi
terpenuhi
(berat
badan
bertambah).
yang
adekuat
2 Mencegah
kerusakan
kriteria 2. Hindari
penurunan
nutrisi
makanan
dan
integritas
pada
mukosa mulut
obat-
yang
merupakan
nutrisi
untuk
dapat
menimbulk
meningkatkan
an
sistem
reaksi
alergi pada
imun
anak
rongga
mulut
4 Membantu
klien
19
3. Anjurkan
pada
ibu
untuk terus
berusaha
untuk
memenuhi
nutrisi enteral
memberika
n ASI untuk
anak
4. Kolaborasi
pemasanga
n NGT jika
anak tidak
dapat
makan dan
minum
4
Gangguan
Setelah
peroral
dilakukan 1. Anjurkan
asuhan
oral) keperawatan
berhubungan
keluarga
perlu
untuk
selama 3 x 24 jam,
menjaga
kulit
kebersiha
pada
oral)
n bayi
2. Bersihkan
oral
mukosa (mukosa
pasien
normal
dengan
kriteria
hasil
pasien
menunjukkan
integritas
oral.
rongga
1.Kebersihan
bayi
dijaga
untuk
meghindari bayi
dari
terjadinya
infeksi
mulut
bayi
dengan
jari yang
dibungkus
dengan
dapat
menjadi
antiseptik untuk
mulut
dari
bakteri
dan
jamur.
kain
bersih/kas
telah
garam
membersihkan
telah
sa
2.Larutan
yang
20
dibasahi
dengan
larutan
garam
3. Anjurkan
mencuci tangan
sebelum
dan
sesudah
menyusui
bayi
ibu untuk
untuk
mencuci
menghindari
tangan
adanya
sebelum
transmisi
dan
bakteri
atau
sesudah
jamur
pada
melakuka
bayi.
n
perawatan
pada bayi
4. Anjurkan
ibu untuk
selalu
bayi
menjaga
dapat terhindar
kebersiha
jamur.
puting
susu
5. Gunakan 5.Krim
antifungal
krim anti
berguna
fungal
mencegah
pada
penyebaran
puting
infeksi
untuk
antara
susu
ibu dan anak.
dilakukan 1. Kaji pola 1. Mengetahui
Perubahan
Setelah
persepsi
tindakan
sensori
keperawatan
pengecapan
selama 3 x 24 jam,
berhubungan
menyusu
asuhan
perubahan persepsi
makan
anak
2. Berikan
makanan
yang
keteraturan
pola
makan
anak
ketika
sakit
dan
sebelum sakit
21
infeksi
pasien
teratasi
mudah di 2. Memudahkan
dengan
kriteria
telan
pasien
(lunak)
3. Berikan
hasil
mampu
anak
menelan
3. Mencukupi
makanan
kebutuhan
dalam
asupan
porsi yang
sedikit
tapi sering
4. Berikan
makanan
kemauan anak
untuk makan
5. Mengatasi dan
mengurangi
penumpukan
tampilan
bercak putih di
yang
lidah
semenarik
mungkin
5. Kolaboras
ikan
dengan
tenaga
kesehatan
lain dalam
pemberian
obat
Disfungsi
Setelah
dilakukan 6.
motilitas
tindakan
asuhan
6.
gastrointestinal keperawatan
berhubungan
selama 2 x 24 jam,
dengan
7
malnutrisi
Risiko
Setelah
dilakukan 7.
konstipasi
tindakan
asuhan
berhubungan
keperawatan
dengan
selama 2 x 24 jam,
nutrisi
anak
4. Meningkatkan
dalam
untuk
7.
22
perubahan pola
8
makan
Defisit
Setelah
dilakukan 8.
asuhan
makan
keperawatan
berhubungan
selama 2 x 24 jam,
8.
dengan
9
kelemahan
Ketidakefektif
Setelah
dilakukan 9.
an
tindakan
asuhan
pemeliharaan
keperawatan
kesehatan
selama 2 x 24 jam,
9.
berhubungan
dengan
ketidakmampu
an
membuat
penilaian yang
10
tepat
Ansietas
Setelah
berhubungan
tindakan
dilakukan 10.
asuhan
selama 1 x 24 jam,
kecemasan pasien
teratasi,
denga
untuk
mengontrol cemas.
10.
23
11
Kurang
Setelah dilakukan
pengetahuan
tindakan asuhan
berhubungan
keperawatan
dengan
selama 1 x 24 jam,
kurangnya
pasien
informasi
menunjukkan
11.
11.
pengetahuan
tentang penyakit
dengan kriteria
hasil pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit
dan mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
jelas.
1.4
Pelaksanaan
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Hipertermi
berhubungan dengan
proses infeksi
Pelaksanaan
1. Telah diberikan kompres hangat di sekitar
lipatan misalnya, ketiak dan lipatan paha.
2. Telah diberikan minum air putih atau susu
lebih dari 1000 cc/hari.
3. Telah diciptakan suasana yang nyaman
(atur ventilasi)
4. Telah menganjurkan keluarga untuk tidak
memakaikan selimut dan pakaian yang
tebal pada anak
5. Tela dilakukan observasi tanda vital
24
6. Telah
dilakukan
kolaborasikan
dalam
menghasilkan
mengandung
untuk
Perubahan
nutrisi
berhubungan
dengan
nyeri
pada
kolaborasikan
dalam
makan
Gangguan
kulit
integritas
(nukosa
oral)
berhubungan
dengan
infeksi
mukosa
oral
pada
minum peroral
1. Telah menganjurkan
keluarga
untuk
telah
dibungkus
dengan
kain
25
puting susu
4.1 Evaluasi
No
1
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan
Evaluasi
S : orang tua pasien mengatakan anak saya sudah
proses infeksi
O : Suhu : 36,5o C
A : Tujuan tercapai
Nyeri
akut
berhubungan
warna
merah
berat
lagi sus .
makan
lagi.
1.4
26
BAB 5. PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas kelompok dapat
menyimpulkan bahwa kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi
jamur Candidia, yang sebelumnya disebut monilia. Candida biasanya
menginfeksi kulit dan selaput lendir (contohnya mulut dan vagina).
Kadang jamur ini menyusup ke jaringan yang lebih dalam (misalnya
darah) dan menyebabkan kandidiasis sistemik, yang bisa berakibat fatal.
Infeksi ini lebih sering menyerang bayi terutama pada bagian mulut bayi
dan orang dewasa biasanya juga pada daerah mulut dan vagina, biasanya
penderita ini karena tubuhnya mengalami kelemahan.
1.2
Saran
Saran dari beberapa kesimpulan diatas dengan
melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
moniliasis, maka perlu adanya saran untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, adapun
saran sebagai berikut :
1. Untuk mahasiswa keperawatan diharapkan untuk lebih
memahami tentang asuhan keperawatan anak dengan
moniliasis
sehingga
dalam
melakukan
asuhan
27
DAFTAR PUSTAKA
(2 Maret