Вы находитесь на странице: 1из 30

ILMU KEPERAWATAN KLINIK IIIB (IKK IIIB)

MONILIASIS

MAKALAH

Oleh :
Tri Astutik

NIM 132310101017

Rizka Inna Safitri

NIM 132310101047

Sintya Ayu P

NIM 13231010105

Yeheskiel Febria

NIM 1323101010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini, dengan judul Diare.
Dalam proses penelitian dan penulisan tidak terlepas
dari bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ns. Lantin Sulistyorini M.Kes., selaku Dosen Pengajar dan
Penanggung Jawab Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IIIB
3. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan
memberikan informasi yang sangat dibutuhkan
4. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga semua
bermanfaat bagi kita, Amin.
Jember, Maret 2015
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................1
1.1

Latar Belakang..................................................................1

1.2

Tujuan................................................................................2

1.3

Implikasi Keperawatan......................................................2

BAB 2. TINJAUAN TEORI.................................................................3


2.1

Pengertian.........................................................................3

2.2

Epidemiologi......................................................................3

2.3

Etiologi..............................................................................4

2.4

Tanda dan Gejala...............................................................6

2.5

Patofisiologi.......................................................................7

2.6

Komplikasi & Prognosis......................................................9

2.7

Pengobatan.....................................................................10

2.8

Pencegahan.....................................................................18

BAB 3. PATHWAYS........................................................................19
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN...................................................20
4.1

Pengkajian.......................................................................20

4.2

Diagnosa.........................................................................28

4.3

Perencanaan....................................................................28

4.4

Pelaksanaan....................................................................33

4.5

Evaluasi...........................................................................34

BAB 5. PENUTUP..........................................................................35
5.1

Kesimpulan......................................................................35

5.2

Saran...............................................................................35

DAFTAR PUSTAKA........................................................................36

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Moniliasis adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya
disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut
manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa
gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang
dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian,
bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut
berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida
sp, dimana Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab
utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada
tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan
disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili
Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C.
parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat
menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi
dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa
sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada
pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang
mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut
yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Seorang

peneliti

(Veron,

1835)

melihat

jamur

itu

pada

moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush,


sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835)
menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat
dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840)

berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat
yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi
ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih
diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah
menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara
lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya
Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.
1.2

Tujuan

1.2.1

Untuk mengetahui pengertian Moniliasis;

1.2.2

Untuk mengetahui epidemiologi Moniliasis;

1.2.3

Untuk mengetahui penyebab Moniliasis;

1.2.4

Untuk mengetahui tanda dan gejala Moniliasis;

1.2.5

Untuk mengetahui patofisiologi Moniliasis;

1.2.6

Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis Moniliasis;

1.2.7

Untuk mengetahui pengobatan Moniliasis;

1.2.8

Untuk mengetahui pengobatan pada pasien Moniliasis;

1.2.9

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Moniliasis

1.3

Implikasi Keperawatan
Untuk tenaga kesehatan khususnya perawat , manfaat dari

mempelajari dan memahami konsep dasar keperawatan dengan


pasien

moniliasis

keperawatan
1.4

adalah

meningkatkan

mutu

asuhan

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertian
Moniliasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida,
terutama Candida albicans. Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang
sangat umum pada orang terinfeksi HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis
jamur yang umum, yang disebut kandida. Jamur ini, semacam ragi,
ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistem kekebalan tubuh yang sehat
dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan penyakit pada
mulut, tenggorokan dan vagina. Infeksi Oportunistik ini dapat terjadi
beberapa bulan atau tahun sebelum Infeksi Oportunistik lain yang lebih
berat. (yogie, 2008).
Kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi jamur Candidia, yang
sebelumnya disebut monilia. Candida biasanya menginfeksi kulit dan
selaput lendir (contohnya mulut dan vagina). Kadang jamur ini menyusup
ke jaringan yang lebih dalam (misalnya darah) dan menyebabkan
kandidiasis sistemik, yang bisa berakibat fatal. Infeksi ini lebih sering
menyerang bayi terutama pada bagian mulut bayi dan orang dewasa
biasanya juga pada daerah mulut dan vagina, biasanya penderita ini karena
tubuhnya mengalami kelemahan (Ngastiyah, 2005, hal 222).
Pada bayi biasanya di dapat dari dot, pakaian bayi, bantal dan
sebagainya. Infeksi yang lebih serius ini paling sering terjadi pada penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS atau penderita kanker
yang menjalani kemoterapi). Adapun Candida adalah penghuni normal
saluran pencernaan dan vagina yang biasanya tidak menimbulkan penyakit.
Tetapi ada beberapa faktor resiko yang mendorong terjadinya infeksi yang
di sebabkan oleh Candida:
1. Kelembaban dan kehangatan.
2. Pemakaian antibiotik.
3. Kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ.
4. Kehamilan
5. Obesitas (kegemukan)
6. Diabetes.
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini lebih sering terjadi terutama pada anak usia bayi. Pada
anak-anak yang lahir dari ibu dengan moniliasica vaginitis. Dan kemuadian
diamati pada orang dewasa dengan imunosupresi dan pada pengguna steroid
untuk waktu yang lama. Oral candidiasis merupakan infeksi mulut yang

paling sering terjadi. Penyakit ini biasa menginfeksi pasien yang sangat
lemah, bayi, orang tua, dan pasien yang mengalami penurunan kerja sistem
imun dengan prevalensi persebaran 10% - 15% dan 25% - 75% dari
populasi keseluruhan adalah carrier atau pembawa. Kolonisasi candidiasis
oral telah dilaporkan berkisar dari 40% sampai 70% dari anak yang sehat
dan dewasa, dengan dengan tingkat lebih tinggi antara anak-anak dengan
gigi keries danorang dewasa yang lebih tua memaki gigi palsu. Adapun
tingkat yang telah terbukti juga menigkatkan dengan terapi radiasi kanker,
diabetes, dan infeksi HIV. Koloniasis Candidia dapat menyebabkan inffeksi
oportunistik mukosa dan disebarluaskan dan multisistem keterlibatan organ
dalam immunocompromised organ. Tingkat infeksi ini telah dilaporkan
sebgai 50% selama kemoterapi, 70% selama terapi radiasi, dan 90% pada
infeksi HIV.

2.3 Etiologi
Oral trush dan infeksi Moniliasis lainnya terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh lemah oleh karena itu penyakit atau obat-obatan seperti
antibiotik mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di dalam
tubuh.

Sistem

kekebalan

organismeyang

berbahaya,

tubuh
seperti

bekerja

sebagai

virus,

jamur,

pengusir
bakteri

invasi
dengan

mempertahankan keseimbangan antara mikroba didalam tubuh. Hal ini tidak


selalu bekerja maksimal akan tetapi mekanisme perlindungan juga dapat
mengalami kegagalan, sehingga dapat memungkinkan tejadinya infeksi oral
trush atau moniliasis akan terus berlanjut.Beberapa penyakit yang dapat
membuat tubuh entan terhadap infeksi ini diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.

HIV/AIDS
Kanker
Diabetes milletus
Infeksi jamur vagina.

1.4 Tanda dan Gejala


Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40
derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tidak mau
makan (apabila makan dimuntahkan), tidak mau minum susu botol dan
ASI, serta anak merasa gelisah. Biasanya disertai dengan bau mulut yang
kurang sedap yang diakibatkan oleh kuman atau jamur. Sedangkan pada
balita, biasanya suhu tidak naik terlalu tinggi dan nafsu makannya
berkurang. Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil,
berwarna putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm, kemudian
berkembang membentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan
terlihat seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar,
melebar, atau menjalar seperti bisul. Biasanya munculnya vesikel bersamaan
dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang
malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang
membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.
Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun
sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya
memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati
akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh,
paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya
diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah. Gejala
yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna
kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada
belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik
putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut
terasa perih
Secara keseluruhan gejala oral trush yaitu :
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas

4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lender mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, biladihilangkan dan
kemudian berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terja digranulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat
Celcius.
7. Tidak mau makan atau minum.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.
1.5 Patofisiologi
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40
derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tidak mau
makan (apabila makan dimuntahkan), tidak mau minum susu botol dan
ASI, serta anak merasa gelisah. Biasanya disertai dengan bau mulut yang
kurang sedap yang diakibatkan oleh kuman atau jamur. Sedangkan pada
balita, biasanya suhu tidak naik terlalu tinggi dan nafsu makannya
berkurang. Bentuk sariawan akan terlihat seperti vesikel atau bulatan kecil,
berwarna putih atau kekuningan. Mula-mula berdiameter 1-3 mm, kemudian
berkembang membentuk selaput. Jika selaputnya mengikis, maka akan
terlihat seperti lubang/ulkus. Besarnya sariawan tetap, tidak membesar,
melebar, atau menjalar seperti bisul. Biasanya munculnya vesikel bersamaan
dengan timbulnya panas.
Adakalanya vesikel baru muncul 1-2 hari setelah panas. Kadang
malah tanpa disertai panas, jika vesikel yang muncul cuma satu. Yang
membuat panas umumnya sariawan karena jamur candida atau virus herpes.
Sebetulnya sariawan bisa sembuh sendiri seperti sariawan herpetik. Namun
sariawan karena jamur harus diobati dengan obat anti-jamur. Biasanya
memakan waktu penyembuhan sekitar seminggu. Jika sariawan tidak diobati
akan bisa berkelanjutan. Memang tak sampai menyebar ke seluruh tubuh,
paling hanya di sekitar mulut. Tetapi, sangat memungkinkan terjadinya
diare, apabila jamurnya tertelan, mengalir lewat pembuluh darah. Gejala

yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna
kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada
belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik
putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut
terasa perih
Secara keseluruhan gejala oral trush yaitu :
1. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit
dihilangkan.
2. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3. Mukosa mulut mengelupas
4. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lender mulut sampai bibir
memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, biladihilangkan dan
kemudian berdarah.
5. Bila terjadi kronis maka terja digranulomatosa (lesi berbenjol kecil)
menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga
beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40 derajat
Celcius.
7. Tidak mau makan atau minum.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia
akan rewel.

1.6

Komplikasi & Prognosis


Apabila moniliasis atau oral trush tidak segera ditangani atau di obati
akan menyebabkan kesukaran minum (menghisap putting susu atau dot)
sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Selain itu komplikasi
yang mungkin terjadi diantaranya:
1. Rekurens atau infeksi berulang pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan
mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Candidiasis atau moniliasis tersebat pada tubuh yang menyebabkan
kekebalan tubungnya berkurang
4. Candidiasis atau moniliasis yang bermetastase dapat menjalar ke
esophagus, usu halus, usus besar atau dan anus. Infeksi sistemik lainnya
berupa abses hati dan otak.

1.7 Pengobatan
Terdiri dari 2 cara :
1. Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung
miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat
diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap pastille mengandung
100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali
sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain.
Nistatin ini mengandung gula.
2. Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan
risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah
mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air
mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum
dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan
dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu
atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup
tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering,
nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat
menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika
bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush
sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu
atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu
dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya
oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum
susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang
terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak
dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah

makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering


dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering
minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan
mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat
jamur yang harus diobati dengan obat antijamur. Masa penyembuhan
relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan
meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan
dan melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.

1.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara
lain :
1. Oral hygiene yang baik;
2. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak
immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu,
payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada botol dot
bayi ;
3. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan
kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air
panas;
4. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi
setelah minum susu;
5. Pastikan bayi beristirahat yang cukup;
6. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap;
7.

10

BAB 3. PATHWAYS
Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik
yang tak terkontrol, immunodefisiensi

Pertumbuhan
jamur yang tak
terkontrol

Sistem imun
turun

Gangguan keseimbangan flora


normal di mulut (candida
albicans)

Sisa susu pada


mulut bayi
Tidak
dibersihkan

Menyerang system
imun

Mulut bayi
kotor

Proses infeksi

Kurang
informasi

Timbul bercak
putih di mulut

MK:
Kurang
Pengetahu
Ketidakmampu
an membuat
penilaian yang
tepat

Kandidiasis
MK: Perubahan
persepsi sensori

Nyeri pada
mulut

Perubaha
n pola

Candida
bermetasta
se

Nafsu
makan

Nyeri pada
faring

MK : Perubahan
Nutrisi Kurang
MK : Risiko
Konstipasi

Kelemaha
n
MK :
Defisit
Perawatan

Malnutri
si

MK :
Gangguan
Integritas

Suhu tubuh

MK : Hipertermi

MK :
Disfungsi
Motilitas
Gastrointest
Proses
peradangan

Peningkatan hormon
prostatglandin,
bradikinin, histamin

Menggumpal
menutup
permukaan
lidah

MK:
Ketidakefekt
ifan
Pemeliharaa

Menghambat
implus syaraf
pengecap
Tidak dapat
mengecap rasa

Gejala
semakin
Bercak
kemerahan
dengan eksudat
berwarna putih
MK : Nyeri
Akut

MK :
Ansiet
as

11

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN


4.1

Pengkajian

a. Identitas Klien:
1. Nama
Nama klien dibutuhkan sebagai identitas klien.
2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang dominan antara banyaknya
penderita moniliasis anak laki-laki dan perempuan.
3. Umur
Moniliasis/trush adalah penyakit yang sering terjadi pada anak, terutama
pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia maka angka kejadian
semakin jarang.
4. Alamat
Alamat klien dapat mengindikasikan lingkungan klien yang
dapat berpengaruh terhadap sehat sakit klien. Keadaan
lingkungan yang mempengaruhi timbulnya moniliasis/trush pada anak yaitu
pola kebersihan yang cenderung kurang. Selain itu, orang tua jarang
mencuci tangan saat merawat atau menetekkan bayinya, serta kebersihan
botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
5. Sumber informasi
Sumber informasi ini dapat diperoleh dari orang tua klien.
6. Tanggal MRS
Tanggal masuk rumah sakit sangat penting sebagai data
pada identitas klien
7. Nomor Registrasi
Nomor registrasi sebagai data pada identitas klien sehingga
perawat

lebih

mudah

mengidentifikasi

dan

melakukan

asuhan keperawatan pada klien


a. Keluhan Utama
Anak dengan moniliasis/trush, pada mulutnya tampak bercak keputihan,
terutama pada lidah dan pipi bagian dalam yang sulit dibersihkan dan anak
menolak untuk minum.

12

b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang
Anak dengan moniliasis/trush mengalami sariawan berupa suhu badan
meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa,
rewel, menolak untuk makan atau minum, dan gelisah. Biasanya disertai
dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi pada saat bayi sehingga diberikan pengobatan
antibiotik yang lama. Riwayat Imunisasi: imunisasi yang biasa diberikan
yaitu BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.
3. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
Pada anak dengan moniliasis/trush, biasanya ibu sang anak pernah
menderita penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
inveksi jamur vagina.
2) Intra natal:
Pada anak dengan moniliasis/trush biasanya saat proses kelahiran bayi
terinveksi jamur dari vagina ibu.
3) Post natal:
Pada anak dengan moniliasis/trus biasanya orang tua jarang mencuci
tangan saat merawat atau menetekkan bayinya. Selain itu, kebersihan
botol atau putting ketika menyusui bayi juga kurang diperhatikan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dengan moniliasis/trush biasanya dalam keluarganya, khususnya pada
ibu pernah menderita penyakit HIV/AIDS, kanker, diabetes mellitus, dan
infeksi jamur vagina. Akibat dari penyakit yang di derita ibu ini, maka tubuh
anak

dapat

menjadi

lebih

rentan

terhadap

infeksi

moniliasis.

Moniliasis/trush bukan merupakan penyakit keturunan


5. Riwayat Pemberian Imunisasi
6. Riwayat Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik
kasar, motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada pasien
moniliasis/trush dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi
dari keluarga. Selain itu, pada anak dengan moniliasis/trush, kebutuhan akan

13

asupan nutrisinya kurang sehingga akan berpengaruh terhadap proses


tumbuh kembangnya.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: pola hidup sehat anak yang
menderita moniliasis/trush harus ditingkatkan dalam menjaga kebersihan
diri, perawatan, dan tatalaksana hidup sehat. Ibu juga harus melakukan
perawatan puting susu dan membersihkannya sebelum memberikan ASI.
2. Pola nutrisi dan metabolisme: anak dengan moniliasis/trush tidak mau
minum ASI sehingga mampu menyebabkan gangguan pola nutrisi dan
metabolisme.
3. Pola eliminasi: pola BAB dan BAK pada anak dengan moniliasis/trush
akan mengalami gangguan. Bila bakteri Candida tertelan oleh anak akan
menyebabkan diare.
4. Pola aktivitas/bermain: anak biasanya tidak mengalami keterbatasan
aktivitas, tetapi anak akan sering rewel.
5. Pola istirahat dan tidur: anak akan sering menangis karena merasa nyeri
pada daerah sekitar oral sehingga pola istirahat dan tidurnya juga akan
terganggu.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori: pola ini mengenai pengetahuan orang
tua terhadap penyakit yang diderita klien
7. Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak
terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
8. Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
merawat dan mengobati anak dengan moniliasis/trush.
9. Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau
tidak yang berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada anak yang
menderita moniliasis/trush biasanya tidak ada gangguan dalam
reproduksi.
10. Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi anak.
11. Pola nilai dan kepercayaan: orang tua selalu optimis dan berdoa agar
penyakit pada anaknya dapat sembuh dengan cepat.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : lemah.
TTV :
1. Tekanan Darah : dalam batas normal

14

2. Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36o C- 37o C)
3. Nadi : takikardi
4. RR : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)
2) Kepala dan leher
Inspeksi :
1. Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut : distribusi merata
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Bibir dan mulut

: mukosa bibir agak kering, terdapat lesi

pada rongga mulut


Lidah : terdapat bercak bercak putih pada lidah
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher
3) Dada
Inspeksi : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas,tidak ada
nyeri tekan
Perkusi :
1. Jantung : dullness
2. Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi dan wheezing
4) Abdomen
Inspeksi : flat/datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : ada bising usus
5) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
6) Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada extremitas
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan

diagnostik

yang

dapat

dilakukan

pada

anak

dengan

moniliasis/trush adalah sebagai berikut:


1) Laboratorium: ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa.
2) Pemeriksaan endoskopi hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan
dengan pemberian flukonazol.

15

3) Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau
kumur.
4) Diagnosa pasti dengan biopsi

4.2

Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan
bentukan warna merah dan mengandung eksudat, gejala semakin berat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nyeri pada mulut, penurunan nafsu makan
4. Gangguan integritas kulit (mukosa oral) berhubungan dengan infeksi
pada mukosa oral
5. Perubahan persepsi sensori pengecapan berhubungan dengan proses
6.
7.
8.
9.

infeksi
Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan malnutrisi
Risiko konstipasi berhubungan dengan perubahan pola makan
Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan

ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat


10. Ansietas berhubungan dengan gejala semakin berat
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
1.3

Perencanaan
No
1

Diagnosa

Tujuan/

Keperawatan
Hipertermi

hasil
Setelah

berhubungan

tindakan

kriteria Perencanaan
/ Intervensi
dilakukan 1.Berikan
asuhan

kompres

Rasional
1. Di ketiak dan
lipatan

dengan proses keperawatan

hangat

infeksi

selama 2 x 24 jam,

sekitar

pembuluh darah

suhu tubuh pasien

lipatan

besar.

akan

misalnya,

Mengurangi

ketiak dan

panas

lipatan

memindahkan

normal,

kembali
dengan

kriteria hasil pasien


tidak menangis.

di

paha

paha.
2.Beri pasien
banyak
minum air

terdapat banyak

dengan

panas

secara

konduksi.
hangat

Air
dapat

mengontrol

16

putih

atau

susu

lebih

panas

dari

1000

perlahan tanpa

cc/hari.
3.Ciptakan
suasana
yang

pemindahan
secara

menyebabkan
hipotermi atau
menggigil.
2. Peningkatan

nyaman

suhu

(atur

mengakibatkan

ventilasi)
4.Anjurkan
keluarga
untuk tidak
memakaika
n

selimut

dan pakaian
yang tebal
pada anak
5.Observasi
tanda vital
6.Kolaborasika
n

dalam

pemberian
obat
antimikroba
,
antipiretik,
dan
pemberian
cairan
parenteral

tubuh

penguapan
tubuh
meningkat
sehingga perlu
diimbangi
dengan asupan
cairan

yang

cukup.
3. Suhu ruangan
harus

diubah

untuk
mempertahanka
n

suhu

mendekati
normal.
4. Pakaian

tipis

membantu
mengurangi
penguapan
tubuh.
5. Tanda

vital

merupakan
acuan

untuk

mengetahui
keadaan

anak

17

setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan.
6. Digunakan
untuk
mengurangi
demam dengan
aksi sentralnya
pada
2

Nyeri

hipotalamus.
dilakukan 1. Anjurkan 1. Anak
akan

akut Setelah

berhubungan

tindakan

asuhan

ibu untuk

merasa nyaman

dengan proses keperawatan

menggend

dalam dekapan

infeksi

ong

ibunya

yang selama 2 x 24 jam,

menghasilkan

nyeri

bentukan

dirasakan

warna

merah akan

yang

kan

berkurang,

dengan

mengandung

hasil pasien tidak

si

anak

kriteria

eksudat, gejala menangis


semakin berat

menenang 2. Mengalihkan

pasien

dan

dan

perhatian

anak

terhadap nyeri

misalnya 3. Memastikan

dan

tampak rileks.

mengelus-

kondisi

elus

setelah

kepalanya

dilakukan

2. Ajarkan
teknik
distraksi

tindakan
keperawatan.
4. Menghilangkan/

pada

mengurangi

orang tua

nyeri

misalnya
dengan
memberik
an

anak

mainan
3.

anak

Evaluasi

18

status
nyeri,
catat
lokasi,
karakterist
ik,
frekuensi,
waktu dan
beratnya
4. Kolaboras
ikan
dalam
pemberian
analgesik
sesuai
3

Perubahan

indikasi
dilakukan 1. Beri nutrisi

Setelah

nutrisi kurang tindakan

asuhan

1 Memberikan

dalam

dari kebutuhan keperawatan

keadaan

tubuh

selama 2 x 24 jam,

lunak, porsi

berhubungan

nafsu makan anak

sedikit tapi

dengan
pada

nyeri menjadi

normal,

mulut, dengan

sering

hasil

anak

nafsu makan

menangis

tidak
dan

nutrisi

terpenuhi

(berat

badan

bertambah).

yang

adekuat
2 Mencegah
kerusakan

kriteria 2. Hindari

penurunan

nutrisi

makanan
dan

integritas

pada

mukosa mulut

obat-

obatan atau 3 ASI


zat

yang

merupakan

nutrisi

untuk

dapat

anak dan dapat

menimbulk

meningkatkan

an

sistem

reaksi

alergi pada

imun

anak

rongga
mulut

4 Membantu

klien

19

3. Anjurkan
pada

ibu

untuk terus
berusaha

untuk
memenuhi
nutrisi enteral

memberika
n ASI untuk
anak
4. Kolaborasi
pemasanga
n NGT jika
anak tidak
dapat
makan dan
minum
4

Gangguan

Setelah

peroral
dilakukan 1. Anjurkan

integritas kulit tindakan


(nukosa

asuhan

oral) keperawatan

berhubungan

keluarga

perlu

untuk

selama 3 x 24 jam,

menjaga

dengan infeksi integritas

kulit

kebersiha

pada

oral)

n bayi
2. Bersihkan

oral

mukosa (mukosa
pasien

normal

dengan

kriteria

hasil

pasien

menunjukkan
integritas
oral.

rongga

1.Kebersihan

bayi
dijaga

untuk
meghindari bayi
dari

terjadinya

infeksi

mulut
bayi
dengan
jari yang
dibungkus
dengan

dapat

menjadi

antiseptik untuk
mulut

dari

bakteri

dan

jamur.

kain
bersih/kas
telah

garam

membersihkan

telah

sa

2.Larutan

yang

3.Ibu perlu menjaga


kebersihan
terutama

20

dibasahi
dengan
larutan
garam
3. Anjurkan

mencuci tangan
sebelum

dan

sesudah
menyusui

bayi

ibu untuk

untuk

mencuci

menghindari

tangan

adanya

sebelum

transmisi

dan

bakteri

atau

sesudah

jamur

pada

melakuka

bayi.

n
perawatan
pada bayi
4. Anjurkan

4.Puting susu ibu


perlu
dibersihkan

ibu untuk

agar pada saat

selalu

bayi

menjaga

dapat terhindar

kebersiha

dari bakteri dan

jamur.

puting

susu
5. Gunakan 5.Krim

antifungal

krim anti

berguna

fungal

mencegah

pada

penyebaran

puting

infeksi

untuk

antara

susu
ibu dan anak.
dilakukan 1. Kaji pola 1. Mengetahui

Perubahan

Setelah

persepsi

tindakan

sensori

keperawatan

pengecapan

selama 3 x 24 jam,

berhubungan

menyusu

asuhan

perubahan persepsi

dengan proses sensori pengecapan

makan
anak
2. Berikan
makanan
yang

keteraturan
pola

makan

anak

ketika

sakit

dan

sebelum sakit

21

infeksi

pasien

teratasi

mudah di 2. Memudahkan

dengan

kriteria

telan

pasien

(lunak)
3. Berikan

hasil
mampu

anak

menelan
3. Mencukupi

makanan

kebutuhan

dalam

asupan

porsi yang
sedikit
tapi sering
4. Berikan
makanan

kemauan anak
untuk makan
5. Mengatasi dan
mengurangi
penumpukan

tampilan

bercak putih di

yang

lidah

semenarik
mungkin
5. Kolaboras
ikan
dengan
tenaga
kesehatan
lain dalam
pemberian
obat
Disfungsi

Setelah

dilakukan 6.

motilitas

tindakan

asuhan

6.

gastrointestinal keperawatan
berhubungan

selama 2 x 24 jam,

dengan
7

malnutrisi
Risiko

Setelah

dilakukan 7.

konstipasi

tindakan

asuhan

berhubungan

keperawatan

dengan

selama 2 x 24 jam,

nutrisi

anak
4. Meningkatkan

dalam

untuk

7.

22

perubahan pola
8

makan
Defisit

Setelah

dilakukan 8.

perawatan diri: tindakan

asuhan

makan

keperawatan

berhubungan

selama 2 x 24 jam,

8.

dengan
9

kelemahan
Ketidakefektif

Setelah

dilakukan 9.

an

tindakan

asuhan

pemeliharaan

keperawatan

kesehatan

selama 2 x 24 jam,

9.

berhubungan
dengan
ketidakmampu
an

membuat

penilaian yang
10

tepat
Ansietas

Setelah

berhubungan

tindakan

dilakukan 10.
asuhan

dengan gejala keperawatan


semakin berat

selama 1 x 24 jam,
kecemasan pasien
teratasi,

denga

kriteria hasil pasien


mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala cemas, serta
menunjukkan
teknik

untuk

mengontrol cemas.

10.

23

11

Kurang

Setelah dilakukan

pengetahuan

tindakan asuhan

berhubungan

keperawatan

dengan

selama 1 x 24 jam,

kurangnya

pasien

informasi

menunjukkan

11.
11.

pengetahuan
tentang penyakit
dengan kriteria
hasil pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit
dan mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
jelas.

1.4

Pelaksanaan
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Hipertermi
berhubungan dengan
proses infeksi

Pelaksanaan
1. Telah diberikan kompres hangat di sekitar
lipatan misalnya, ketiak dan lipatan paha.
2. Telah diberikan minum air putih atau susu
lebih dari 1000 cc/hari.
3. Telah diciptakan suasana yang nyaman
(atur ventilasi)
4. Telah menganjurkan keluarga untuk tidak
memakaikan selimut dan pakaian yang
tebal pada anak
5. Tela dilakukan observasi tanda vital

24

6. Telah

dilakukan

kolaborasikan

dalam

pemberian obat antimikroba, antipiretik,


2

Nyeri akut berhubungan


dengan proses infeksi
yang

menghasilkan

bentukan warna merah


dan

mengandung

eksudat, gejala semakin


berat

dan pemberian cairan parenteral


1. Telah
menganjurkan
ibu

menggendong dan menenangkan anak


misalnya mengelus-elus kepalanya
2. Telah mengajarkan teknik distraksi pada
orang tua misalnya dengan memberikan
anak mainan
3. Telah dilakukan evaluasi status nyeri, catat
lokasi, karakteristik, frekuensi, waktu dan
beratnya
4. Telah dilakukan

untuk

Perubahan

nutrisi

kurang dari kebutuhan


tubuh

berhubungan

dengan

nyeri

pada

mulut, penurunan nafsu

kolaborasikan

dalam

pemberian analgesik sesuai indikasi


1. Telah diberikan nutrisi dalam keadaan
lunak, porsi sedikit tapi sering
2. Telah dianjurkan untuk menghindari
makanan dan obat-obatan atau zat yang
dapat menimbulkan reaksi alergi pada
rongga mulut
3. Telah dianjurkan pada ibu untuk terus

makan

berusaha memberikan ASI untuk anak


4. Telah dilakukan kolaborasi pemasangan
NGT jika anak tidak dapat makan dan
4

Gangguan
kulit

integritas

(nukosa

oral)

berhubungan

dengan

infeksi

mukosa

oral

pada

minum peroral
1. Telah menganjurkan

keluarga

untuk

menjaga kebersihan bayi


2. Telah dibersihkan mulut bayi dengan jari
yang

telah

dibungkus

dengan

kain

bersih/kassa yang telah dibasahi dengan


larutan garam
3. Telah mengnjurkan ibu untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan pada bayi
4. Telah menganjurkan ibu untuk selalu
menjaga kebersihan puting susu
5. Telah diberikan krim anti fungal pada

25

puting susu

4.1 Evaluasi
No
1

Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan

Evaluasi
S : orang tua pasien mengatakan anak saya sudah

proses infeksi

O : Suhu : 36,5o C
A : Tujuan tercapai

Nyeri

akut

berhubungan

P : hentikan tindakan keperawatan


dengan S : orang tua pasien mengatakan sus, anak saya s

proses infeksi yang menghasilkan menyusu.


bentukan

warna

merah

dan O : bercak kemerahan di dalam mulut berkurang

mengandung eksudat, gejala semakin A : tujuan telah tercapai

berat

P : hentikan tindakan keperawatan

Perubahan nutrisi kurang dari

S : orang tua pasien mengatakan anak saya suda

kebutuhan tubuh berhubungan dengan

lagi sus .

nyeri pada mulut, penurunan nafsu

O : berat badan meningkat

makan

A : tujuan telah tercapai

Gangguan integritas kulit (nukosa

P : hentikan tindakan keperawatan.


S : orang tua pasien mengatakan sus, anak saya s

oral) berhubungan dengan infeksi

lagi.

pada mukosa oral

O : bayi terlihat lebih tenang


A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan.

1.4

26

BAB 5. PENUTUP
1.1

Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas kelompok dapat
menyimpulkan bahwa kandidiasi (moniliasis) adalah suatu infeksi
jamur Candidia, yang sebelumnya disebut monilia. Candida biasanya
menginfeksi kulit dan selaput lendir (contohnya mulut dan vagina).
Kadang jamur ini menyusup ke jaringan yang lebih dalam (misalnya
darah) dan menyebabkan kandidiasis sistemik, yang bisa berakibat fatal.
Infeksi ini lebih sering menyerang bayi terutama pada bagian mulut bayi
dan orang dewasa biasanya juga pada daerah mulut dan vagina, biasanya
penderita ini karena tubuhnya mengalami kelemahan.

1.2

Saran
Saran dari beberapa kesimpulan diatas dengan
melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan
moniliasis, maka perlu adanya saran untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, adapun
saran sebagai berikut :
1. Untuk mahasiswa keperawatan diharapkan untuk lebih
memahami tentang asuhan keperawatan anak dengan
moniliasis

sehingga

dalam

melakukan

asuhan

keperawatan lebih komprehensif.


2. Untuk perawata diharapkan untuk meningkatkan konsep
keperawatan anak dengan cara diskusi, seminar dan
pembacaan buku-buku yang berkaitan dengan masalahmasalah keperawatan anak sehingga dalam melakukan
proses keperawatan di rumah sakit lebih komprehensif.
3. Untuk keluarga diharapkan dapat menjaga pola hidup
sehat salah satunya dengan melakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah makan.

27

DAFTAR PUSTAKA

Sudarti.2010.Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak.Yoyakarta : Nuha


Medika.
Bherman, R.E., Kliegma,R., Arvin, A.M. ( 2001). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta : EGC
Budiarto, S. (2002). Biostatisika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Hurlock, Elizabeth. (2008). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Jitowiyono, S & Kriostiyanasari, W. ( 2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak. Yogyakarta : Mulia Medika
Kurniasih D. ( 2008). Makanan panas Picu Sariawan. http://www.mailarchieve.com
Mubarak, W.I., Chayatin, N., Rozhikin, K., & Supradi. (2007). Promosi
Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmojo,S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoadmojo,S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoadmojo,S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka
Medika
Riduawan. (2010). Dasar Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta
Rukiyah, A.Y., & Yulianti, S. ( 2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : CV. Trans Info Media
Sutawijaya, R.B. (2010). Mencegah, Mendeteksi, dan Mengatasi Berbagai
Penyakit Anak. Yogyakarta : Luna Publisher
Suyanto & Ummi. (2009). Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi.
Yogyakarta : Mitra Media Press
Tim Pengajar FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Buku Ajar I. Jakarta : TIM
Internet
https://www.academia.edu/8512132/askep_moniliasis
2015 pukul 21:24)

(2 Maret

Вам также может понравиться