Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali menurut data BPS provinsi
Bali sampai pada bulan Juli 2014 mencapai 361.066 orang.Wisatawan mancanegara yang
datang melalui bandara sebanyak 358.907 orang, dan yang melalui pelabuhan laut
sebesar 2.159 orang. Banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Bali tentu
menjadi peluang dalam mencari pekerjaan.Kunjungan wisatawan yang meningkat juga
membuka peluang usaha pada desa-desa di Bali, salah satunya di Desa Pemuteran,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Pemuteran, sebuah desa dengan potensi wisata yang menarik dan menyenangkan
dalam balutan keindahan alam yang tenang dan alami. Desa Pemuteran terletak di pesisir
barat Pulau Bali atau sekira 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk.
Desa Pemuteran terletak pada posisi Melintang dari barat ketimur dan posisi pada 67
Derajat Bujur Utara dan 82 Derajat Bujur Timur Sesuai Peta Desa.Letaknya berada di
antara gugusan perbukitan dan hamparan laut sehingga membuat tempat ini begitu indah
dan tenang, jauh dari keramaian.
Dalam proses perwujudan ekonomi hijau di sektor pariwisata melalui ekowisata
terumbukarang di Desa Pemuteran mengalami tiga fase yaitu: (a) fase resistensi, ditandai
penolakan atau pengabaian program, (b) fase adaptasi, ditandai oleh adanya
pertimbangan matang mengenai berbagai aspek yaitu resiko ekonomi, resiko sosial,
resiko budaya, dan resiko dari sisi keunggulan kompetitif, dan (c) fase transformasi,
ditandai oleh adanya perubahan pola pikir (mindset) masyarakat lokal dari pelaku
perusakan terumbu karang (destructor) menjadi penyelamat lingkungan (conservator)
(Suryadiarta, 2014).
Dalam perjalanan keberhasilan adopsi dan implementasi ekonomi hijau di sektor
pariwisata melalui ekowisata terumbukarang di Pemuteran Bali tentu ada faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan ekonomi
hijau di pemuteran adalah peran desa adat pemuteran dalam hal pengawasan dan
pemberian sanksi yang memberikan efekjera terhadap pencari ikan yang destruktif.

Hal menarik dari Pemuteran adalah terumbu karang di kawasan ini dipelihara dan
dikonservasi secara profesional. Masyarakat lokal di kawasan desa Pemuteran sudah
memiliki kesadaran tinggi tentang pentingnya menjaga kekayaan alam di desa mereka.
Terumbu karang yang berada di garis pantai dimana banyak terdapat hotel ditetapkan
sebagai kawasan bebas pemancingan dan hanya diperuntukkan bagi kepentingan
ekowisata. Pemuteran juga terkenal sebagai kawasan dengan semangat konservasi laut
yang tinggi untuk projek terumbu karang artifisal Biorock terbesar di dunia. Terdapat
beberapa yayasan yang bergerak secara aktif dalam usaha pelestarian terumbu karang di
kawasan ini termasuk beberapa hotel, dive shops, dan juga masyarakat lokal. Tertanam di
bawah laut Pemuteran alat yang dapat merangsang percepatan pertumbuhan terumbu.
Ada juga pusat penangkaran penyu di desa Pemuteran yang cantik dan tenang ini.
Penggunaan bom dan alat lain yang bersifat merusak saat menangkap ikan sangat
dilarang terutama di kawasan Pantai Pemuteran yang berada di depan hotel-hotel. Pihak
pengelola hotel, yayasan, dan masyarakat lokal turut aktif dalam usaha pelestarian alam
karena menyadari pentingnya menjaga potensi alam bawah laut Pemuteran demi
keberlangsungan usaha wisata mereka.
Sebagai kawasan wisata, terdapat banyak akomodasi di sepanjang 6 km garis
pantai Desa Pemuteran. Hotel dan resort tepi pantai ini memang terbilang mahal
menentukan tarif. Apabila mencari penginapan yang lebih murah maka terdapat guest
house yang terletak agak jauh dari pantai (sekira 5 menit berjalan kaki) atau dekat jalan
utama. Berbagai fasilitas wisata lain seperti restoran, dive center dan shop, tempat
penyewaan alat diving dan snorkeling dapat dengan mudah ditemukan disekitar daerah
wisata Pemuteran
1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan praktikum di Desa Pemuteran adalah Mahasiswa mampu
melakukan Analisis SWOT terhadap faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan
implementasi ekonomi hijau di sektor pariwisata melalui ekowisata terumbu karang di
Pemuteran Bali.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu
pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata berarti
perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berulangulang (H. Oka A. Yoeti :1996:112).
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab I 1 ;
dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok

orang

dengan

mengunjungi

tempat

tertentu

untuk

tujuan

rekreasi,

pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang kunjungi dalam
jangka waktu sementara.
Berdasarkan penjelasan di atas, pada dasarnya wisata mengandung unsur yaitu : (1)
Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu
seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Manfaat Pariwisata dari Berbagai Aspek


Pariwisata memberikan manfaat bagi setiap manusia, karena pariwisata dapat
melepas penat dalam aktifitas sehari-hari. Oleh sebab itu para manusia membutuhkan
dunia pariwisata karena pariwisata dapat menyegarkan pikiran. Pariwisata memberikan
manfaat dibeberapa aspek, antara lain:
1. Aspek ekonomi
Manfaat pariwisata dari segi ekonomi adalah pariwisata menghasilakan devisa
yang besar bagi Negara sehingga meningkatkan perekonomian negara.
2. Aspek social budaya
3

Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain dapat terlihat
pula dari segi budaya. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka akan
membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung
wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada.
3. Aspek lingkungan hidup
Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan hidup karena sebuah
objek wisata apabila ingin banyak mendapatkan kunjungan dari wisataan haruslah
terjaga kebersiahannya sehingga kita menjadi terbiasa untuk merawat dan menjaga
lingkungan kita agar selalu terjaga kebersihannya.
2.2 Ekowisata
Ekowisata (biasa diterjemahkan dengan wisata alam, yang sebetulnya kurang tepat)
adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan jasa lingkungan, baik itu alam (keindahannya,
keunikannya) ataupun masyarakat (budayanya, cara hidupnya, struktur sosialnya) dengan
mengemukakan unsur-unsur konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat setempat
(Fandlei, et.al, 2000).
Ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan
dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan
kelestarian ekologis.
Ekowisata atau ekoturisme merupakan
berwawasan

lingkungan dengan

salah

mengutamakan

satu
aspek

kegiatan

pariwisata

konservasan

alam,

yang
aspek

pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan
pendidikan.
Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri
kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan
bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan
melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya pada daerah yang akan
dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya
pengembangan wisata tersebut.

Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF) pada konfrensi
tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA). Menurut Pangeran Bernhard, WWF
telah menerapkan metode tersebut guna memajukan nilai ekonomi taman-taman nasional
atau kawasan cagar alam dengan cara memberikan perangsang bagi masyarakat yang tinggal
di sekitar taman atau kawasan cagar alam tersebut agar mereka turut membantu memelihara
dan melestarikan tempat-tempat tersebut. Lima Prinsip dasar pengembangan ekowisata di
Indonesia yaitu: 1. Pelestarian, 2. Pendidikan, 3. Pariwisata, 4. Perekonomian, 5. Partisipasi
masyarakat setempat.
Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam
biasa, namun memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi terhadap objek
wisatanya. Wisata yang termasuk kedalam kegiatan ekowisata adalah: 1. wisata
pemandangan, 2. wisata petualangan, 3. wisata kebudayaan dan sejarah, 4. wisata penelitian,
5. wisata sosial, konservasi dan pendidikan.
2.3 Terumbu Karang
Terumbu karang adalah salah satu ekosistem tertua yang secara ekonomi dan biologi
sangat penting di dunia. Meskipun demikian, terumbu karang menghadapi sejumlah ancaman
serius, termasuk polusi dari daratan, dampak pemancingan, perubahan iklim, dan penipisan
terumbu, peningkatan keasaman laut, serta kurangnya kesadaran masyarakat.
Terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu
kekayaan alam yang bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem terumbu
karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber makanan, habitat biota-biota laut yang
bernilai ekonomis tinggi. Nilai estetika yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata
dan memiliki cadangan sumber plasma nutfah yang tinggi. Selain itu juga dapat berperan
dalam menyediakan pasir untuk pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak dan erosi
pantai.
2.4 Biorock
Biorock technology adalah suatu proses deposit elektro mineral yang berlangsung di
dalam laut, biasanya disebut juga dengan teknologi akresi mineral. Teknologi ini
dikembangkan Prof. Wolf H. Hilbertz seorang ilmuwan kelautan pada tahun 1974.
selanjutnya sejak tahun 1988, prof. Wolf H. Hilbertz (Germany) bersama Dr. Thomas J.
Goreau (AS) seorang ahli ekologi karang melakukan riset untuk mengembangkan lagi
5

biorock technology dengan fokus pada perkembangbiakan, pemeliharaan dan restorasi


terumbu karang serta struktur proteksi pesisir. Penelitian mereka telah dilakukan di berbagai
belahan dunia termasuk Indonesia.
Biorock memiliki struktur yang dibentuk dari besi dialiri listrik tegangan rendah,
mekanisme kimiawi terjadi ketika aliran listrik tadi menimbulkan reaksi elecktrolityc yang
medorong pembentukan mineral alami pada air laut, seperti calcium carbonat dan magnesium
hidroxyde. Pada saat bersamaan perubahan elektrokimia mendorong pertumbuhan organisme
disekitar sturktur. Akibatnya ketika bibit karang ditempelkan pada struktur besi tersebut,
perumbuhannya akan lebih cepat terjadi.
Berdasarkan konsep Biorock ini, endapan CaCO3 dibentuk melalui reaksi listrik dari
anoda dan katoda. Pada konteks elektro kimia (electrochemistry), katoda adalah sambungan
yang mensuplai elektron ke ion pada larutan untuk mendorong suatu reaksi kimia terjadi.
Katoda dapat terbuat dari berbagai mineral yang menghantar listrik, setelah beberapa kali uji
coba, disarankan untuk menggunakan ram besi non-galvanis.Sedangkan anoda adalah
sambungan yang mengambil ion elektron dari ion pada larutan dengan tujuan untuk
memudahkan reaksi kimia terjadi. Anoda dapat terbuat dari karbon, timah ataupun titanium.
2.5 Ekonomi Hijau
Ekonomi Hijau adalah sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan manusia
dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan. Ekonomi
Hijau juga berarti perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan emisi karbon dioksida
dan polusi lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial
Ekonomi hijau sebagai kegiatan perekonomian yang mampu meningkatkan kesejahteraan
dan keadilan sosial di satu sisi, tetapi di sisi lain mampu menghilangkan dampak negatif
pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam. Menurut
UNEP, ekonomi hijau merupakan kegiatan perekonomian yang rendah karbon, tidak
mengandalkan bahan bakar fosil, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial.
Dalam kaitannya dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, ekonomi
hijau harus dapat merubah pola pemanfaatan sumber daya alam yang eksploratif dan
berjangka pendek ke pola pemanfaatan sumber daya alam yang berorientasi jangka panjang,
mengacu pada 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan (pilar ekonomi, pilar sosial dan
pilar ekologis), serta bertumpu pada daya dukung dan daya tampung lingkungan.
6

2.6 Analisis SWOT


Lundberg et.al (1997) menjelaskan bahwa proyek-proyek kepariwisataan harus
dilaksanakan setelah ditentukan tujuan dan sasaran-sasaran strategis. Suatu strategi adalah
suatu rencana yang direkayasa untuk menyelasikan suatu misi. Misi itu harus direncakan
dalam parameter-parameter strength (S, kekuatan) dan weakness (W, kelemahan) dari
organisasi kepariwisataan, opportunities (O, kesempatan) dan threats (T, ancaman) dalam
lingkungan. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasikan strategi yang perlu
dikembangkan dalam rangka pengusahaan ekowisata.
Dalam penyusunannya dipertimbangkan berbagai kondisi internal lokasi, yaitu
strength dan weakness serta kondisi eksternal, yaitu opportunity dan threat. Analisis SWOT
ini dirumuskan berdasarkan hasil studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung
dilapangan. Selanjutnya hasil analisis ini dipakai sebagai dasar untuk menyusun strategi dan
operasionalisasi pengusahaan ekowisata (PT. Inhutani IV. 1996).
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan
menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan
ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik
untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bias
dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, Fred R., 2005: 47) yaitu:
1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang
berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani
oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang
memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas
yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut daoat berupa

fasilitas, sumber daya keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran


dapat meruoakan sumber dari kelemahan perusahaan.
4. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
Kecendrungan-kecendrungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti
perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli
atau pemasokk merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan
perusahaan.Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang
diinginkan perusahaan.Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang
direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

Fungsi SWOT
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok
persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang

dan ancaman).
Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.

Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :


8

1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan


pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity). Strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang
ada.
4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang
bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Selayang Pandang Desa Pemuteran
Berdirinya Desa Pemuteran secara pasti tidak ada yang tahu tentang tanggal, Bulan
serta tahun, tetapi menurut cerita Pengelingsir/Tokoh Mayarakat Desa Pemuteran yang dapat
dipercaya mengatakan bahwa Desa Pemuteran yang dulunya adalah merupakan suatu
wilayah Banjar Dinas yang disebut Banjar Dinas Pemuteran, Desa Sumberkima, Kedistrikan
Pengastulan. Kisah Banjar Dinas Pemuteran berpisah dengan desa sumberkima terjadi pada
16 agustus 1967 yang selanjutnya disebut Desa Pemuteran terpilihnya Kata Pemuteran
menjadi nama ibu kota Desa adalah karena adanya Gunung Pulaki yang merupakan batas
ujung timur antara desa Banyupoh yang keberadaannya agak menonjol kepantai
/kepermukaan laut sehingga menyebabkan orang-orang yang mau lewat Pulaki baik dari arah
barat dan dari timur yang menggunakan kendaraan bermotor harus rela berjalan kaki dan
para sopir kala itu harus memutar kendaaan cukup sampai Gunung Pulaki karena Pemuteran
adalah tempat memutar maka disebutlah Desa Pemuteran.
Akan tetapi ada pula para pengelingsir mengatakan bahwa istilah Desa Pemuteran
diambil untuk nama ibu kota desa tidak lepas dari keberadaan Pura pemuteran yang
merupakan pesanakan Pura pulaki Desa banyupoh yang disebut dengan Pura Muttering Jagat
yang mana ditempat pura tersebut terdapat sumber air mata panas yang merupakan tempat
pesucian sebelum melaksanakan Persembahyangan yang sangat dipercaya oleh umat hindu
adalah Pura Kahyangan Jagat Kususnya Masyarakat Bali. Sehingga sampai saat ini disebut
Desa Pemuteran. Melihat sejarah dan keadaan Goegrafis Desa Membujur dari Barat Ketimur
yang diapit oleh Gunung sebelah selatan dan Laut (segeara) diutara maka sangatlah pantas
Desa Pemuteran Desa yang Nyegara Gunung.
Sebelum menjadi Desa Pemuteran Desa ini bergabung dengan Desa Sumberkima dan
Pejarakan samapai tahun 1967, adapun perbekelnya yang pernah menjabat perbekel adalah :
I PUTU SWETA

Masa Bakti Tahun 1967 S/d 1975

I KETUT SUMERATA

Masa Bakti Tahun 1976 S/d 1984

I PUTU SWETA

Masa Bakti Tahun 1984 S/d 1992

I WAYAN SIRAM

Masa Bakti Tahun 1993 S/d 1994

I WAYAN WERTA

Masa Bakti Tahun 1994 S/d 2002


10

I KETUT SUDARMA

Masa Bakti Tahun 2002 S/d 2007

I KETUT SUDARMA

Masa Bakti Tahun 2008 S/d 2014

Letak dan Luas Wilayah


Desa Pemuteran terletak pada posisi Melintang dari barat ketimur dan posisi pada 67
Derajat Bujur Utara dan 82 Derajat Bujur Timur Sesuai Peta Desa.
Batas-batas Wilayah Desa Pemuteran:
Utara

: Laut Bali

Timur

: Desa Banyupoh

Selatan

: Hutan tanah Negara

Barat

: Desa Sumberkima

Pemanfaatan Wilayah Desa Pemuteran:


Luas Perkebunan

: 246 Ha.

Luas Perumahan/Pemukiman : 82, 50 Ha.


Fasilitas Umum

Luas Pertanian/Tegalan

: 399, 75 Ha.

Kuburan

: 1.10 Ha.

: 4, 37 Ha.

Jumlah Penduduk Desa Pemuteran: 9.983. (Data Laporan Penduduk bulan oktober 2014)
Laki-laki

: 4.907 Orang.

Prempuan

: 5.076 Orang.

Keadaan Sosial
Penduduk Desa Pemuteran dilihat dari Data sosialnya mempunyai masyarakat rumah
miskin sebanyak 411 dengan rincian masing-masing wilayah Banjar Dinas sebagai berikut :
Banjar Dinas Kembang Sari

: 47 RTBanjar Dinas Palasari

: 50 RT

Banjar Dinas Loka Segara

: 39 RTBanjar Dinas Yeh Pans

: 42 RT

Banjar Dinas Sendang Lapang

: 58 RT

Banjar Dinas Sari Mekar

: 57 RTBanjar Dinas Sumber Wangi

Banjar Dinas Sendang Pasir

: 49 RT

Banjar Dinas Pengumbahan : 34 RT


:35 RT

Jarak Pemerintah Desa Pemuteran:


Jarak Ke Ibu Kota Kecamatan

: 18 Km.

Jarak Ke Ibu Kota Propinsi

: 160 Km

Jarak Ke Ibu Kota Kabupaten

: 57 Km.

Sarana Pendidikan
TK

: TK Putra Surya Nata, TK Al-furqon

SDN

:5

MI

:1

SMAN

:1

Sarana Kesehatan:
Pos Yandu

:8

Puskesmas Pembantu

:1

Pilindes

:1

Sarana Prasarana :
11

Sarana Petasarana Komputer Kantor Desa Sebanyak 6 Unit Komputer.


Jumlah Penduduk Memiliki TV 1.561 Unit.
Visi dan Misi desa Pemuteran :
Visi Pemerintah desa Pemuteran 2011-2016 adalah : Terwujudnya Desa Pemuteran yang
Sejahtera Berbasis Pariwisata Budaya yang Dijiwai Tri Hita Karana.
Selanjutnya berdasarkan Visi pembangunan Desa, Maka Desa Pemuteran menetapakan
dua Misi Pembanguanan tahun 2011-2016 sebagai berikut :
Mewujudkan masyarakat yang sejahtra, melalui Peningkatan Akses trhapad kesehatan
yang berkualitas serta pemberdayaan usaha Mikro dan kecil serta percepatan pembangunan
Infrastruktur dan Pelestarian lingkungan hidup.
Mewujudkan Desa Pemuteran sebagai kawasan wisata yang berdudaya melalui
Pembangunan/Penguatan nilai-nilai Seni Budaya serta peningkatan kesadaran dalam fungsi
terhadap lingkungan hidup.
3.2 Selayang Pandang Program Konservasi Terumbu Karang di Pemuteran
Pantai Pemuteran merupakan objek wisata yang tepat untuk wisatawan yang
menginginkan liburan yang jauh dari kebisingan. Pantai pemuteran merupakan salah satu
surga para pencinta diving dan snorkeling, karena memiliki berbagai jenis terumbu karang
yang dikelola secara profesional. Sehingga menciptakan suatu panorama bawah laut yang
begitu eksotis. Untuk menikmati "surga" buatan itu, Anda bisa menyelam. Untuk dapat
menikmati keindahan alam di dalam laut di Desa Pemuteran terdapat suatu kelompok yang
bernama Karang Asri dimana kelompok ini merupakan suatu kegiatan usaha yang
menyewakan alat menyelam seperti diving dan snorkeling.
Walaupun sudah menjadi objek wisata yang sudah dikunjungi banyak wisatawan, pantai
pemuteran tetap memperlihatkan keasliannya sebagai kawasan bahari. Warganya yang
berprofesi sebagai nelayan tetap menggunakan alat-alat tradisional untuk menangkap ikan,
agar tak merusak ekosistem alami yang ada di pantai pemuteran.
Tak hanya ekosistem terselamatkan, Biorock juga ikut menggerakkan perekonomian di
Pemuteran. Semakin hari semakin banyak turis dari berbagai negara datang untuk melihat
langsung Biorock yang disebut terbesar di dunia.
Bagi yang belum mempunyai sertifikat menyelam jangan khawatir, ada paket discover
diving untuk belajar menyelam kilat di kolam. Setelah itu, Anda akan dibawa mengelilingi
area Biorock yang kedalamannya hanya 5-7 meter.

12

Bagi yang tak mau menyelam tak masalah. Anda bisa melihat karang maupun ikan-ikan
dengan snorkeling. Tak perlu naik perahu lantaran jarak area Biorock hanya sekitar 10 meter
dari bibir pantai.
Tak hanya ekosistem terselamatkan. Biorock juga ikut menggerakkan perekonomian di
Pemuteran.Semakin hari semakin banyak turis dari berbagai negara datang untuk melihat
langsung Biorock yang disebut terbesar di dunia itu.
3.3 Analisis SWOT terhadap faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan implementasi
ekonomi hijau di sektor pariwisata melalui ekowisata terumbu karang di Pemuteran
Bali
Kekuatan (Strength)
1. Adanya sanksi adat. Sehingga mengurangi terjadinya kerusakan terumbu karang
akibat dari nelayan yang menggunakan bom.
2. Peran agama Hindu dalam kepercayaan memelihara hubungan baik dengan
lingkungan yang terdapat pada konsep Tri Hita Karana.
3. Adanya peran masyarakat yang ikut membantu pelestarian terumbu karang dengan
menggunakan teknik Bio Rock.
4. Penglipuran berada di jalur pelabuhan, tepatnya Pelabuhan Gilimanuk serta dekat
dengan Pantai Lovina serta Pura pulaki yang menyebabkan secara tidak langsung
wisatwan mengetahui Desa Pemuteran.
5. Masyarakat pesisir yang berprofesi

sebagai

nelayan

mampu

mendukung

keberlangsungan program ini karena mereka memerlukan keberadaan terumbu


karang untuk keberlanjutan ekosistem laut.
6. Masyarakat setempat ingin merubah nasib sebelum adanya program sulit mencari
ikan karena ekosistem laut desa pemuteran yang rusak, namun setelah adanya
program konservasi terumbukarang dengan teknologi bio rock nelayan mampu
meningkatkan kesejahteraannya.
7. Masyarakat ikut berpastisipasi dalam hal mewujudkan konservasi terumbu karang.
8. Adanya organisasi masyarakat (Pecalang Segara) yang bertugas mengawasi kegiatan
masyarakat yang beraktivitas di Laut Pemuteran.
9. Masyarakat Pemuteran yang bermata pencaharian sebagai nelayan menggunakan
alat-alat yang ramah lingkungan dalam mencari ikan
10. Adanya niat kuat dari masyarakat setempat untuk memajukan Desa Pemuteran
menjadi destinasi pariwisata, dibuktikan dengan adanya peran masyarakat yang
bergotong-royong dalam pembuatan kerangka Bio Rock.
11. Masyarakat mau berpartisipasi dalam memajukan pariwisata yang ada di Desa
Pemuteran
13

12. Kondisi air laut di Pemuteran sangat bersih, sehingga kehidupan biota laut (terumbu
karang) bisa hidup dengan baik.
13. Arusnya yang sedang cocok untuk konservasi terumbukarang
14. Adanya usaha masyarakat dalam penyewaan alat snorkeling, diving, penyewaan
perahu, serta adanya fasilitas penginapan dan rumah makan di sekitaran Pemuteran
yang di buat oleh masyarakat lokal Pemuteran
Kelemahan (Weakness)
1. Masih ada ketimpangan pendapatan pada masyarakat Desa Pemuteran sehingga tidak
semua masyarakat Desa Pemuteran merasakan kentungan pariwisata.
2. Adanya kesenjangan pariwisata di Desa Pemuteran dengan pariwisata lain yang
berada dekat dengan Desa Pemuteran, seperti Pantai Lovina.
3. Kondisi kering pada musim kemarau menyebabkan sulit mendapatkan sumber air
bersih di desa pemuteran.
4. Penggunaan bahasa asing penduduk masih kurang sehingga sulit berkembang jika
ada Wisatawan Mancanegara
5. Akses jalan menuju pantai kurang baik karena kecil dan berbatu
6. Tidak adanya petunjuk arah menuju pantai pemuteran, bahkan jalan masuk
cenderung tidak terlihat
7. Belum adanya pembangunan

trotoar

dan

lampu

penerangan

jalan

yang

membahayakan pejalan kaki. Jalan tersebut merupakan jalan utama BulelengGilimanuk sehingga banyak kendaraan besar seperti Truk dan Bus yang melintas
Peluang (Opportunity)
1.
2.
3.
4.
5.

Adanya peran I Gst Agung Prana dalam memotivasi masyarat di Desa Pemuteran
Adanya peran ahli dari luar negeri yang mengembangkan Bio Rock
Makin menggeliatnya pariwisata di Singaraja
Kedatangan wisatawan asing dan domestik meningkat
Berhasilnya teknologi bio rock yang dapat menjadikan terumbu karang cepat

berkembang biak.
6. Pendapatan masyarakat meningkat
7. Berkembangnya usaha mandiri masyarakat
Ancaman (Threats)
1.
2.
3.
4.
5.

Adanya nelayan luar yang mencari ikan di laut Pemuteran


Masih adanya nelayan yang menggunakan penangkapan ikan secara destruktif
Penerapatan peraturan adat di zaman modern
Masyarakat lokal kalah saing dengan masyarakat pendatang
Penguasaan bahasa asing

14

6. Kerusakan lingkungan akibat sampah dan aktivitas wsatawan yang tidak ramah
lingkungan
MATRIK SWOT
S + T ( Strength + Threats)
Strength
1. Adanya

sanksi

mengurangi

adat.

terjadinya

Sehingga
kerusakan

terumbu karang akibat dari nelayan


yang menggunakan bom.
2. Peran agama Hindu dalam kepercayaan
memelihara hubungan baik dengan
lingkungan yang terdapat pada konsep
Tri Hita Karana.
3. Adanya peran masyarakat yang ikut
membantu pelestarian terumbu karang
dengan menggunakan teknik Bio Rock.
4. Penglipuran berada di jalur pelabuhan,
tepatnya Pelabuhan Gilimanuk serta
dekat dengan Pantai Lovina serta Pura
pulaki yang menyebabkan secara tidak
langsung wisatwan mengetahui Desa
Pemuteran.
5. Masyarakat pesisir yang berprofesi
sebagai nelayan mampu mendukung
keberlangsungan program ini karena
mereka

memerlukan

keberadaan

terumbu karang untuk keberlanjutan


ekosistem laut.
6. Masyarakat setempat ingin merubah
nasib sebelum adanya program sulit
mencari ikan karena ekosistem laut
desa pemuteran yang rusak, namun
setelah adanya program konservasi
15

terumbukarang dengan teknologi bio


rock nelayan mampu meningkatkan
kesejahteraannya.
7. Masyarakat ikut berpastisipasi dalam
hal mewujudkan konservasi terumbu
karang.
8. Adanya

organisasi

(Pecalang

Segara)

masyarakat
yang

bertugas

mengawasi kegiatan masyarakat yang


beraktivitas di Laut Pemuteran.
9. Masyarakat Pemuteran yang bermata
pencaharian

sebagai

nelayan

menggunakan alat-alat yang ramah


lingkungan dalam mencari ikan
10. Adanya niat kuat dari masyarakat
setempat
Pemuteran

untuk

memajukan

menjadi

Desa

destinasi

pariwisata, dibuktikan dengan adanya


peran

masyarakat

yang

bergotong-

royong dalam pembuatan kerangka Bio


Rock.
11. Masyarakat mau berpartisipasi dalam
memajukan pariwisata yang ada di
Desa Pemuteran
12. Kondisi air laut di Pemuteran sangat
bersih, sehingga kehidupan biota laut
(terumbu karang) bisa hidup dengan
baik.
13. Arusnya yang sedang cocok untuk
konservasi terumbukarang
14. Adanya usaha masyarakat

dalam

penyewaan alat snorkeling, diving,


penyewaan

perahu,

serta

adanya

fasilitas penginapan dan rumah makan


16

di sekitaran Pemuteran yang di buat


oleh masyarakat lokal Pemuteran
Threat
S+T
1. Adanya nelayan luar yang mencari ikan
1. Nelayan yang mencari ikan dilaut
di laut Pemuteran
2. Masih
adanya

pemuteran harus mengikuti peraturan


nelayan

yang

menggunakan penangkapan ikan secara


destruktif
3. Penerapatan peraturan adat di zaman
modern
4. Masyarakat lokal kalah saing dengan
masyarakat pendatang
5. Penguasaan bahasa asing
6. Kerusakan lingkungan akibat sampah

adat di desa Pemuteran.


2. Nelayan yang menggunakan penangkap
ikan secara destruktif diikutsertakan
dalam

pelestarian

menggunakan

terumbu

teknik

karang

biorock yang

selaras dengan konsep Tri Hita Karana.


3. Mengutamakan masyarakat setempat
dalam

program

pemberdayaan

dan aktivitas wsatawan yang tidak

ekosistem laut dengan konsep Green

ramah lingkungan

Ekonomi agar masyarakat setempat


mampu mengubah nasib.
4. Organisasi masyarakat yang ada di
Pemuteran harus mampu memberikan
pelatihan

bahasa

asing

kepada

masyarakat setempat.
5. Kerusakan lingkungan akibat sampah
dan aktivitas wsatawan yang tidak
ramah lingkungan
6. Kerusakan lingkungan akibat sampah
dan aktivitas wsatawan yang tidak
ramah lingkungan dapat diatasi dengan
niat

kuat

masyarakat

setempat

bergotong royong untuk memajukan


desa

Pemuteran

menjadi

destinasi

pariwisata.
Strategi S + T ( Strength + Threart )

17

Mengadakan kunjungan komparatif pada daerah-daerah yang memiliki karakteristik


potensi sejenis. Memperkenalkan kepada masyarakat luas baik Wisatawan Mancanegara
maupun Wisatawan Domestik mengenai berbagai potensi yang layak dikunjungi.

S + O (Strength + Opportunity)
Strength (Kekuatan)
1. Adanya sanksi adat. Sehingga mengurangi
terjadinya kerusakan terumbu karang akibat
dari nelayan yang menggunakan bom.
2. Peran agama Hindu dalam kepercayaan
memelihara

hubungan

baik

dengan

lingkungan yang terdapat pada konsep Tri


Hita Karana.
3. Adanya peran
membantu

masyarakat

pelestarian

yang

terumbu

ikut

karang

dengan menggunakan teknik Bio Rock.


4. Penglipuran berada di jalur pelabuhan,
tepatnya Pelabuhan Gilimanuk serta dekat
dengan Pantai Lovina serta Pura pulaki yang
menyebabkan

secara

tidak

langsung

wisatwan mengetahui Desa Pemuteran.


5. Masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai
nelayan

mampu

mendukung

keberlangsungan program ini karena mereka


memerlukan keberadaan terumbu karang
untuk keberlanjutan ekosistem laut.
6. Masyarakat setempat ingin merubah nasib
sebelum adanya program sulit mencari ikan
karena ekosistem laut desa pemuteran yang
rusak, namun setelah adanya program
konservasi terumbukarang dengan teknologi

18

bio rock nelayan mampu meningkatkan


kesejahteraannya.
7. Masyarakat ikut berpastisipasi dalam hal
mewujudkan konservasi terumbu karang.
8. Adanya organisasi masyarakat (Pecalang
Segara) yang bertugas mengawasi kegiatan
masyarakat
Pemuteran.
9. Masyarakat

yang

beraktivitas

Pemuteran

di

yang

Laut

bermata

pencaharian sebagai nelayan menggunakan


alat-alat yang ramah lingkungan dalam
mencari ikan
10. Adanya niat kuat dari masyarakat setempat
untuk memajukan Desa Pemuteran menjadi
destinasi pariwisata, dibuktikan dengan
adanya peran masyarakat yang bergotongroyong dalam pembuatan kerangka Bio
Rock.
11. Masyarakat

mau

berpartisipasi

dalam

memajukan pariwisata yang ada di Desa


Pemuteran
12. Kondisi air laut di Pemuteran sangat bersih,
sehingga kehidupan biota laut (terumbu
karang) bisa hidup dengan baik.
13. Arusnya yang sedang cocok

untuk

konservasi terumbukarang
14. Adanya usaha masyarakat dalam penyewaan
alat snorkeling, diving, penyewaan perahu,
serta adanya fasilitas penginapan dan rumah
makan di sekitaran Pemuteran yang di buat
oleh masyarakat lokal Pemuteran

19

Opportunity
S+O
1. Adanya peran I Gst Agung Prana
1. Masyarakat akan lebih termotivasi
dalam memotivasi masyarat di Desa
Pemuteran
2. Adanya peran ahli dari luar negeri yang
mengembangkan Bio Rock
3. Makin menggeliatnya pariwisata di
Singaraja
4. Kedatangan

memajukan desa Pemuteran untuk


menjadi

daerah

wisata

dengan

adanya peran I Gst. Agung Prana.


2. Terumbu karang di Pemuteran akan
menjadi

lebih

baik

sehingga

dan

memunculkan daya tarik wisata


3. Dengan menggeliatnya pariwisata

domestik meningkat
5. Berhasilnya teknologi bio rock yang

di Singaraja, secara tidak langsung

dapat

wisatawan

menjadikan

asing

terumbu

desa Pemuteran ikut merasakan

karang

cepat berkembang biak.


6. Pendapatan masyarakat meningkat
7. Berkembangnya
usaha
mandiri

imbasnya

dan

mengalami

peningkatan kunjungan wisatwan.


4. Penerapan keberhasilan teknologi

masyarakat

biorock mampu menarik minat


wisatawan

untuk

menikmati

keindahan bawah laut Pemuteran.


5. Peningkatan
pendapatan
masyarakat membuat masyarakat
memiliki

peluang

membangun

fasilitas-fasilitas seperti penginapan


milik

pribadi

yang

disewakan

kepada wisatawan.
Strategi S + O (Strength + Opportunity)
Menggali berbagai potensi wisata yang ada, mengkemas berbagai atraksi seni budaya
masyarakat, memanfaatkan SDM dalam mendukung pembangunan pariwisata. Mengadakan
promosi-promosi mengenai kawasan Wisata Pemuteran baik mealui media massa dan media
social sehingga Desa Pemuteran mendapat perhatian khusus di Pemerintah dan Kancah
Pariwisata.
W + O (Weakness + Opportunity )
Weakness
20

1. Masih ada ketimpangan pendapatan pada


masyarakat Desa Pemuteran sehingga tidak
semua

masyarakat

Desa

Pemuteran

merasakan kentungan pariwisata.


2. Adanya kesenjangan pariwisata di Desa
Pemuteran dengan pariwisata lain yang
berada dekat dengan Desa Pemuteran,
seperti Pantai Lovina.
3. Kondisi kering pada musim kemarau
menyebabkan sulit mendapatkan sumber
air bersih di desa pemuteran.
4. Penggunaan bahasa asing penduduk masih
kurang sehingga sulit berkembang jika ada
Wisatawan Mancanegara
5. Akses jalan menuju pantai kurang baik
karena kecil dan berbatu
6. Tidak adanya petunjuk arah menuju pantai
pemuteran, bahkan jalan masuk cenderung
tidak terlihat
7. Belum adanya pembangunan trotoar dan
lampu

penerangan

jalan

yang

membahayakan pejalan kaki. Jalan tersebut


merupakan

jalan

utama

Buleleng-

Gilimanuk sehingga banyak kendaraan


besar seperti Truk dan Bus yang melintas.
W+O

Opportunity
1. Adanya peran I Gst Agung Prana dalam
memotivasi masyarat di Desa Pemuteran
2. Adanya peran ahli dari luar negeri yang
mengembangkan Bio Rock
3. Makin menggeliatnya pariwisata di Singaraja
4. Kedatangan wisatawan asing dan domestik
meningkat
5. Berhasilnya teknologi bio rock yang dapat
menjadikan

terumbu

karang

cepat

1. Masyarakat yang belum sejahtera


harus

dilibatkan

pembangunan
Pemuteran.
2. Pemerintah

dalam

pariwisa

proses
di

Singaraja

desa
harus

memperhatikan desa Pemuteran agar


pariwisata di desa Pemuteran dapat
dikenal oleh banyak wisatawan.
21

berkembang biak.
6. Pendapatan masyarakat meningkat
7. Berkembangnya usaha mandiri masyarakat

3. Pemerintah harus membuatkan saluran


air
4. Adanya

peran

pemerintah

dalam

membuat pelatihan bahasa asing.


5. Adanya
peningkatan
ekonomi
masyarakat pemuteran, Masyarakat
dapat

melakukan

perbaikan

jalan

dengan swadaya
6. Adanya kedatangan wisatawan yang
terus meningkat masyarakat dapat
menyisihkan

keuntungan

untuk

membangun fasilitas atau infrastruktur


yang belum memadai secara swadaya.
Strategi W + O (Weakness + Opportunity )
Dalam pengembangan kawasan Wisata hendalnya masyarakat membentuk organisasi
pengelolaan obyek/tempat wisata yang lebih terstruktur dan menyeluruh sehingga tidak lagi
terjadi ketimpangan. Menggarap berbagai potensi yang dimiliki Desa, mengajak masyarakat
yang memiliki modal untuk mau menanamkan modalnya pada sektor pariwisata. Serta
menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang berkompeten dengan pariwisata seperti, Biro
Perjalanan Wisata, organisasi-organisasi pariwisata, dan pemerintah

W + T (Weakness + Threart )
Weakness
1. Masih ada ketimpangan pendapatan
pada

masyarakat

Desa

Pemuteran

sehingga tidak semua masyarakat Desa


22

Pemuteran

merasakan

kentungan

pariwisata.
2. Adanya kesenjangan pariwisata di Desa
Pemuteran dengan pariwisata lain yang
berada dekat dengan Desa Pemuteran,
seperti Pantai Lovina.
3. Kondisi kering pada musim kemarau
menyebabkan

sulit

mendapatkan

sumber air bersih di desa pemuteran.


4. Penggunaan bahasa asing penduduk
masih

kurang

berkembang

sehingga

jika

ada

sulit

Wisatawan

Mancanegara
5. Akses jalan menuju pantai kurang baik
karena kecil dan berbatu
6. Tidak adanya petunjuk arah menuju
pantai pemuteran, bahkan jalan masuk
cenderung tidak terlihat
7. Belum adanya pembangunan trotoar
dan lampu penerangan jalan yang
membahayakan pejalan kaki. Jalan
tersebut

merupakan

jalan

utama

Buleleng-Gilimanuk sehingga banyak


kendaraan besar seperti Truk dan Bus
yang melintas
Threat

W+T

1. Adanya nelayan luar yang mencari ikan


di laut Pemuteran
2. Masih
adanya

1. Memberdayakan
dalam

nelayan

yang

menggunakan penangkapan ikan secara


destruktif
3. Penerapatan peraturan adat di zaman
modern
4. Masyarakat lokal kalah saing dengan

masyarakat

menangkap

ikan

lokal

sehingga

mampu meningkatkan pendapatan.


2. Membuat organisasi kemasyarakatan
yang

bertujuan

untuk

menjaga

kelestarian lingkungan.
3. Masyarakat harus mampu berbahasa
asing yang dimotori oleh pemerintah
23

masyarakat pendatang
5. Penguasaan bahasa asing
6. Kerusakan lingkungan akibat sampah

dan masyarakat desa Pemuteran.


4. Pembangunan
infrastruktur

yang

dimotori oleh pemerintah.

dan aktivitas wsatawan yang tidak


ramah lingkungan
Strategi W + T (Weakness + Threart )
Mencari dan menilai kelemahan apa saja yang terdapat di Desa Pemuteran kemudian
dicarikan pemecahannya. Hendaknya ada satu pihak misalnya pihak Desa yang dapat lebih
mengkoordinasikan bagaimana Rancangan Perkembangan Pariwisata Desa Pemuteran
sehingga setiap pihak berperan serta dan mendapatkan kesejahteraan bersama secara adil.
Mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah Daerah baik tingkat Kabupaten maupun
Provinsi untuk pengembangan Desa Pemuteran.

24

BAB IV
PENUTUP
4.1
4.1.1

Simpulan
Desa Pemuteran
Pemuteran, sebuah desa dengan potensi wisata yang menarik dan menyenangkan
dalam balutan keindahan alam yang tenang dan alami. Desa Pemuteran terletak di
pesisir barat Pulau Bali atau sekira 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari
Gilimanuk. Desa Pemuteran terletak pada posisi Melintang dari barat ketimur dan
posisi pada 67 Derajat Bujur Utara dan 82 Derajat Bujur Timur Sesuai Peta
Desa.Letaknya berada di antara gugusan perbukitan dan hamparan laut sehingga

4.1.2

membuat tempat ini begitu indah dan tenang, jauh dari keramaian.
Pariwisata Desa Pemuteran
Pantai pemuteran merupakan salah satu surga para pencinta diving dan
snorkeling, karena memiliki berbagai jenis terumbu karang yang dikelola secara
profesional. Sehingga menciptakan suatu panorama bawah laut yang begitu eksotis.
Walaupun sudah menjadi objek wisata yang sudah dikunjungi banyak wisatawan,
pantai pemuteran tetap memperlihatkan keasliannya sebagai kawasan bahari.
Warganya yang berprofesi sebagai nelayan tetap menggunakan alat-alat tradisional
untuk menangkap ikan, agar tak merusak ekosistem alami yang ada di pantai
pemuteran. Tak hanya ekosistem terselamatkan, Biorock juga ikut menggerakkan
perekonomian di Pemuteran. Semakin hari semakin banyak turis dari berbagai

4.1.3

negara datang untuk melihat langsung Biorock yang disebut terbesar di dunia.
Analisis SWOT.
Analisis SWOT terhadap faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan
implementasi ekonomi hijau di sektor pariwisata melalui ekowisata terumbu karang
di Pemuteran Bali yaitu:
Kekuatan (Strength) dari Wisata Pemuteran salah satunya adalah adanya niat
kuat dari masyarakat setempat untuk memajukan Desa Pemuteran menjadi destinasi
pariwisata. dibuktikan dengan adanya peran masyarakat yang bergotong-royong
dalam pembuatan kerangka Bio Rock.

25

Kelemahan (Weakness) dari pengembangan desa diantaranya masih ada


ketimpangan pendapatan pada masyarakat Desa Pemuteran dalam artian tidak semua
masyarakat Desa Pemuteran merasakan kentungan pariwisata.
Peluang (Opportunity) yang dimiiliki adalah makin menggeliatnya pariwisata di
Singaraja dan kedatangan wisatawan asing dan domestik meningkat
Tantangan (Threart) yang harus dihadapi antaralain penerapan peraturan adat di
zaman modern yang cenderung sulit, penguasaan bahasa asing serta kerusakan
lingkungan akibat sampah dan aktivitas wsatawan yang tidak ramah lingkungan.
S + T masyarakat desa pemuteran mengikuti aturan adat yang memegang teguh
konsep Tri Hita Karana sehingga mampu memelihara keberlanjutan ekosistem
terumbukarang untuk mewujudkan ekonomi hijau di desa pemuteran.
S + O keberhasilan teknologi bio rock telah memunculkan daya tarik wisata
umtuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa pemuteran dengan prinsip
ekowisata dan ekonomi hijau.
W + O masyarakat yang belum sejahteradilibatkan dalam program pemberdayaan
ekonomi hijau di daerah konservasi terumbu karang.
W + T Memberdayakan masyarakat lokal dalam menangkap ikan dengan
membuat organisasi yang menaungi kepentingan masyarakat desa pemuteran yang di
motori oleh masyarakat dan pemerintah.
4.2

Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk Desa Pemuteran sehingga dapat
berkembang lebih pesat:
Saran bagi masyarakat desa pemuteran:
Masyarakat desa pemuteran mempertahankan kearifan lokal seperti pecalang
segara dan sanksi adat sehingga program ekonomi hijau di desa pemuteran dapat
berlanjut.
Saran bagi pemerintah:
Pemerintah lebih mempehatikan keadaan infrastruktur di desa pemuteran seperti:
pembangunan trotoar, penerangan jalan, petunjuk jalan, dan aksesjalan menuju
pantai pemuteran.
Saran bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih intens membantu mengembangkan ekonomi hijau di
desa pemuteran sesuai dengan bidang ilmu yang di pelajari di kampus. Mahasiswa
lebih peka terhadap permasalahan social yang ada di desa pemuteran.

26

Вам также может понравиться