Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali menurut data BPS provinsi
Bali sampai pada bulan Juli 2014 mencapai 361.066 orang.Wisatawan mancanegara yang
datang melalui bandara sebanyak 358.907 orang, dan yang melalui pelabuhan laut
sebesar 2.159 orang. Banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Bali tentu
menjadi peluang dalam mencari pekerjaan.Kunjungan wisatawan yang meningkat juga
membuka peluang usaha pada desa-desa di Bali, salah satunya di Desa Pemuteran,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Pemuteran, sebuah desa dengan potensi wisata yang menarik dan menyenangkan
dalam balutan keindahan alam yang tenang dan alami. Desa Pemuteran terletak di pesisir
barat Pulau Bali atau sekira 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk.
Desa Pemuteran terletak pada posisi Melintang dari barat ketimur dan posisi pada 67
Derajat Bujur Utara dan 82 Derajat Bujur Timur Sesuai Peta Desa.Letaknya berada di
antara gugusan perbukitan dan hamparan laut sehingga membuat tempat ini begitu indah
dan tenang, jauh dari keramaian.
Dalam proses perwujudan ekonomi hijau di sektor pariwisata melalui ekowisata
terumbukarang di Desa Pemuteran mengalami tiga fase yaitu: (a) fase resistensi, ditandai
penolakan atau pengabaian program, (b) fase adaptasi, ditandai oleh adanya
pertimbangan matang mengenai berbagai aspek yaitu resiko ekonomi, resiko sosial,
resiko budaya, dan resiko dari sisi keunggulan kompetitif, dan (c) fase transformasi,
ditandai oleh adanya perubahan pola pikir (mindset) masyarakat lokal dari pelaku
perusakan terumbu karang (destructor) menjadi penyelamat lingkungan (conservator)
(Suryadiarta, 2014).
Dalam perjalanan keberhasilan adopsi dan implementasi ekonomi hijau di sektor
pariwisata melalui ekowisata terumbukarang di Pemuteran Bali tentu ada faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan ekonomi
hijau di pemuteran adalah peran desa adat pemuteran dalam hal pengawasan dan
pemberian sanksi yang memberikan efekjera terhadap pencari ikan yang destruktif.
Hal menarik dari Pemuteran adalah terumbu karang di kawasan ini dipelihara dan
dikonservasi secara profesional. Masyarakat lokal di kawasan desa Pemuteran sudah
memiliki kesadaran tinggi tentang pentingnya menjaga kekayaan alam di desa mereka.
Terumbu karang yang berada di garis pantai dimana banyak terdapat hotel ditetapkan
sebagai kawasan bebas pemancingan dan hanya diperuntukkan bagi kepentingan
ekowisata. Pemuteran juga terkenal sebagai kawasan dengan semangat konservasi laut
yang tinggi untuk projek terumbu karang artifisal Biorock terbesar di dunia. Terdapat
beberapa yayasan yang bergerak secara aktif dalam usaha pelestarian terumbu karang di
kawasan ini termasuk beberapa hotel, dive shops, dan juga masyarakat lokal. Tertanam di
bawah laut Pemuteran alat yang dapat merangsang percepatan pertumbuhan terumbu.
Ada juga pusat penangkaran penyu di desa Pemuteran yang cantik dan tenang ini.
Penggunaan bom dan alat lain yang bersifat merusak saat menangkap ikan sangat
dilarang terutama di kawasan Pantai Pemuteran yang berada di depan hotel-hotel. Pihak
pengelola hotel, yayasan, dan masyarakat lokal turut aktif dalam usaha pelestarian alam
karena menyadari pentingnya menjaga potensi alam bawah laut Pemuteran demi
keberlangsungan usaha wisata mereka.
Sebagai kawasan wisata, terdapat banyak akomodasi di sepanjang 6 km garis
pantai Desa Pemuteran. Hotel dan resort tepi pantai ini memang terbilang mahal
menentukan tarif. Apabila mencari penginapan yang lebih murah maka terdapat guest
house yang terletak agak jauh dari pantai (sekira 5 menit berjalan kaki) atau dekat jalan
utama. Berbagai fasilitas wisata lain seperti restoran, dive center dan shop, tempat
penyewaan alat diving dan snorkeling dapat dengan mudah ditemukan disekitar daerah
wisata Pemuteran
1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan praktikum di Desa Pemuteran adalah Mahasiswa mampu
melakukan Analisis SWOT terhadap faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan
implementasi ekonomi hijau di sektor pariwisata melalui ekowisata terumbu karang di
Pemuteran Bali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu
pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata berarti
perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berulangulang (H. Oka A. Yoeti :1996:112).
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab I 1 ;
dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok
orang
dengan
mengunjungi
tempat
tertentu
untuk
tujuan
rekreasi,
pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang kunjungi dalam
jangka waktu sementara.
Berdasarkan penjelasan di atas, pada dasarnya wisata mengandung unsur yaitu : (1)
Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu
seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain dapat terlihat
pula dari segi budaya. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka akan
membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung
wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada.
3. Aspek lingkungan hidup
Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan hidup karena sebuah
objek wisata apabila ingin banyak mendapatkan kunjungan dari wisataan haruslah
terjaga kebersiahannya sehingga kita menjadi terbiasa untuk merawat dan menjaga
lingkungan kita agar selalu terjaga kebersihannya.
2.2 Ekowisata
Ekowisata (biasa diterjemahkan dengan wisata alam, yang sebetulnya kurang tepat)
adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan jasa lingkungan, baik itu alam (keindahannya,
keunikannya) ataupun masyarakat (budayanya, cara hidupnya, struktur sosialnya) dengan
mengemukakan unsur-unsur konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat setempat
(Fandlei, et.al, 2000).
Ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan
dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan
kelestarian ekologis.
Ekowisata atau ekoturisme merupakan
berwawasan
lingkungan dengan
salah
mengutamakan
satu
aspek
kegiatan
pariwisata
konservasan
alam,
yang
aspek
pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan
pendidikan.
Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri
kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan
bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan
melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya pada daerah yang akan
dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya
pengembangan wisata tersebut.
Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF) pada konfrensi
tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA). Menurut Pangeran Bernhard, WWF
telah menerapkan metode tersebut guna memajukan nilai ekonomi taman-taman nasional
atau kawasan cagar alam dengan cara memberikan perangsang bagi masyarakat yang tinggal
di sekitar taman atau kawasan cagar alam tersebut agar mereka turut membantu memelihara
dan melestarikan tempat-tempat tersebut. Lima Prinsip dasar pengembangan ekowisata di
Indonesia yaitu: 1. Pelestarian, 2. Pendidikan, 3. Pariwisata, 4. Perekonomian, 5. Partisipasi
masyarakat setempat.
Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam
biasa, namun memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi terhadap objek
wisatanya. Wisata yang termasuk kedalam kegiatan ekowisata adalah: 1. wisata
pemandangan, 2. wisata petualangan, 3. wisata kebudayaan dan sejarah, 4. wisata penelitian,
5. wisata sosial, konservasi dan pendidikan.
2.3 Terumbu Karang
Terumbu karang adalah salah satu ekosistem tertua yang secara ekonomi dan biologi
sangat penting di dunia. Meskipun demikian, terumbu karang menghadapi sejumlah ancaman
serius, termasuk polusi dari daratan, dampak pemancingan, perubahan iklim, dan penipisan
terumbu, peningkatan keasaman laut, serta kurangnya kesadaran masyarakat.
Terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu
kekayaan alam yang bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung di dalam ekosistem terumbu
karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber makanan, habitat biota-biota laut yang
bernilai ekonomis tinggi. Nilai estetika yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata
dan memiliki cadangan sumber plasma nutfah yang tinggi. Selain itu juga dapat berperan
dalam menyediakan pasir untuk pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak dan erosi
pantai.
2.4 Biorock
Biorock technology adalah suatu proses deposit elektro mineral yang berlangsung di
dalam laut, biasanya disebut juga dengan teknologi akresi mineral. Teknologi ini
dikembangkan Prof. Wolf H. Hilbertz seorang ilmuwan kelautan pada tahun 1974.
selanjutnya sejak tahun 1988, prof. Wolf H. Hilbertz (Germany) bersama Dr. Thomas J.
Goreau (AS) seorang ahli ekologi karang melakukan riset untuk mengembangkan lagi
5
Fungsi SWOT
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok
persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang
dan ancaman).
Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternalyang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Selayang Pandang Desa Pemuteran
Berdirinya Desa Pemuteran secara pasti tidak ada yang tahu tentang tanggal, Bulan
serta tahun, tetapi menurut cerita Pengelingsir/Tokoh Mayarakat Desa Pemuteran yang dapat
dipercaya mengatakan bahwa Desa Pemuteran yang dulunya adalah merupakan suatu
wilayah Banjar Dinas yang disebut Banjar Dinas Pemuteran, Desa Sumberkima, Kedistrikan
Pengastulan. Kisah Banjar Dinas Pemuteran berpisah dengan desa sumberkima terjadi pada
16 agustus 1967 yang selanjutnya disebut Desa Pemuteran terpilihnya Kata Pemuteran
menjadi nama ibu kota Desa adalah karena adanya Gunung Pulaki yang merupakan batas
ujung timur antara desa Banyupoh yang keberadaannya agak menonjol kepantai
/kepermukaan laut sehingga menyebabkan orang-orang yang mau lewat Pulaki baik dari arah
barat dan dari timur yang menggunakan kendaraan bermotor harus rela berjalan kaki dan
para sopir kala itu harus memutar kendaaan cukup sampai Gunung Pulaki karena Pemuteran
adalah tempat memutar maka disebutlah Desa Pemuteran.
Akan tetapi ada pula para pengelingsir mengatakan bahwa istilah Desa Pemuteran
diambil untuk nama ibu kota desa tidak lepas dari keberadaan Pura pemuteran yang
merupakan pesanakan Pura pulaki Desa banyupoh yang disebut dengan Pura Muttering Jagat
yang mana ditempat pura tersebut terdapat sumber air mata panas yang merupakan tempat
pesucian sebelum melaksanakan Persembahyangan yang sangat dipercaya oleh umat hindu
adalah Pura Kahyangan Jagat Kususnya Masyarakat Bali. Sehingga sampai saat ini disebut
Desa Pemuteran. Melihat sejarah dan keadaan Goegrafis Desa Membujur dari Barat Ketimur
yang diapit oleh Gunung sebelah selatan dan Laut (segeara) diutara maka sangatlah pantas
Desa Pemuteran Desa yang Nyegara Gunung.
Sebelum menjadi Desa Pemuteran Desa ini bergabung dengan Desa Sumberkima dan
Pejarakan samapai tahun 1967, adapun perbekelnya yang pernah menjabat perbekel adalah :
I PUTU SWETA
I KETUT SUMERATA
I PUTU SWETA
I WAYAN SIRAM
I WAYAN WERTA
I KETUT SUDARMA
I KETUT SUDARMA
: Laut Bali
Timur
: Desa Banyupoh
Selatan
Barat
: Desa Sumberkima
: 246 Ha.
Luas Pertanian/Tegalan
: 399, 75 Ha.
Kuburan
: 1.10 Ha.
: 4, 37 Ha.
Jumlah Penduduk Desa Pemuteran: 9.983. (Data Laporan Penduduk bulan oktober 2014)
Laki-laki
: 4.907 Orang.
Prempuan
: 5.076 Orang.
Keadaan Sosial
Penduduk Desa Pemuteran dilihat dari Data sosialnya mempunyai masyarakat rumah
miskin sebanyak 411 dengan rincian masing-masing wilayah Banjar Dinas sebagai berikut :
Banjar Dinas Kembang Sari
: 50 RT
: 42 RT
: 58 RT
: 49 RT
: 18 Km.
: 160 Km
: 57 Km.
Sarana Pendidikan
TK
SDN
:5
MI
:1
SMAN
:1
Sarana Kesehatan:
Pos Yandu
:8
Puskesmas Pembantu
:1
Pilindes
:1
Sarana Prasarana :
11
12
Bagi yang tak mau menyelam tak masalah. Anda bisa melihat karang maupun ikan-ikan
dengan snorkeling. Tak perlu naik perahu lantaran jarak area Biorock hanya sekitar 10 meter
dari bibir pantai.
Tak hanya ekosistem terselamatkan. Biorock juga ikut menggerakkan perekonomian di
Pemuteran.Semakin hari semakin banyak turis dari berbagai negara datang untuk melihat
langsung Biorock yang disebut terbesar di dunia itu.
3.3 Analisis SWOT terhadap faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan implementasi
ekonomi hijau di sektor pariwisata melalui ekowisata terumbu karang di Pemuteran
Bali
Kekuatan (Strength)
1. Adanya sanksi adat. Sehingga mengurangi terjadinya kerusakan terumbu karang
akibat dari nelayan yang menggunakan bom.
2. Peran agama Hindu dalam kepercayaan memelihara hubungan baik dengan
lingkungan yang terdapat pada konsep Tri Hita Karana.
3. Adanya peran masyarakat yang ikut membantu pelestarian terumbu karang dengan
menggunakan teknik Bio Rock.
4. Penglipuran berada di jalur pelabuhan, tepatnya Pelabuhan Gilimanuk serta dekat
dengan Pantai Lovina serta Pura pulaki yang menyebabkan secara tidak langsung
wisatwan mengetahui Desa Pemuteran.
5. Masyarakat pesisir yang berprofesi
sebagai
nelayan
mampu
mendukung
12. Kondisi air laut di Pemuteran sangat bersih, sehingga kehidupan biota laut (terumbu
karang) bisa hidup dengan baik.
13. Arusnya yang sedang cocok untuk konservasi terumbukarang
14. Adanya usaha masyarakat dalam penyewaan alat snorkeling, diving, penyewaan
perahu, serta adanya fasilitas penginapan dan rumah makan di sekitaran Pemuteran
yang di buat oleh masyarakat lokal Pemuteran
Kelemahan (Weakness)
1. Masih ada ketimpangan pendapatan pada masyarakat Desa Pemuteran sehingga tidak
semua masyarakat Desa Pemuteran merasakan kentungan pariwisata.
2. Adanya kesenjangan pariwisata di Desa Pemuteran dengan pariwisata lain yang
berada dekat dengan Desa Pemuteran, seperti Pantai Lovina.
3. Kondisi kering pada musim kemarau menyebabkan sulit mendapatkan sumber air
bersih di desa pemuteran.
4. Penggunaan bahasa asing penduduk masih kurang sehingga sulit berkembang jika
ada Wisatawan Mancanegara
5. Akses jalan menuju pantai kurang baik karena kecil dan berbatu
6. Tidak adanya petunjuk arah menuju pantai pemuteran, bahkan jalan masuk
cenderung tidak terlihat
7. Belum adanya pembangunan
trotoar
dan
lampu
penerangan
jalan
yang
membahayakan pejalan kaki. Jalan tersebut merupakan jalan utama BulelengGilimanuk sehingga banyak kendaraan besar seperti Truk dan Bus yang melintas
Peluang (Opportunity)
1.
2.
3.
4.
5.
Adanya peran I Gst Agung Prana dalam memotivasi masyarat di Desa Pemuteran
Adanya peran ahli dari luar negeri yang mengembangkan Bio Rock
Makin menggeliatnya pariwisata di Singaraja
Kedatangan wisatawan asing dan domestik meningkat
Berhasilnya teknologi bio rock yang dapat menjadikan terumbu karang cepat
berkembang biak.
6. Pendapatan masyarakat meningkat
7. Berkembangnya usaha mandiri masyarakat
Ancaman (Threats)
1.
2.
3.
4.
5.
14
6. Kerusakan lingkungan akibat sampah dan aktivitas wsatawan yang tidak ramah
lingkungan
MATRIK SWOT
S + T ( Strength + Threats)
Strength
1. Adanya
sanksi
mengurangi
adat.
terjadinya
Sehingga
kerusakan
memerlukan
keberadaan
organisasi
(Pecalang
Segara)
masyarakat
yang
bertugas
sebagai
nelayan
untuk
memajukan
menjadi
Desa
destinasi
masyarakat
yang
bergotong-
dalam
perahu,
serta
adanya
yang
pelestarian
menggunakan
terumbu
teknik
karang
biorock yang
program
pemberdayaan
ramah lingkungan
bahasa
asing
kepada
masyarakat setempat.
5. Kerusakan lingkungan akibat sampah
dan aktivitas wsatawan yang tidak
ramah lingkungan
6. Kerusakan lingkungan akibat sampah
dan aktivitas wsatawan yang tidak
ramah lingkungan dapat diatasi dengan
niat
kuat
masyarakat
setempat
Pemuteran
menjadi
destinasi
pariwisata.
Strategi S + T ( Strength + Threart )
17
S + O (Strength + Opportunity)
Strength (Kekuatan)
1. Adanya sanksi adat. Sehingga mengurangi
terjadinya kerusakan terumbu karang akibat
dari nelayan yang menggunakan bom.
2. Peran agama Hindu dalam kepercayaan
memelihara
hubungan
baik
dengan
masyarakat
pelestarian
yang
terumbu
ikut
karang
secara
tidak
langsung
mampu
mendukung
18
yang
beraktivitas
Pemuteran
di
yang
Laut
bermata
mau
berpartisipasi
dalam
untuk
konservasi terumbukarang
14. Adanya usaha masyarakat dalam penyewaan
alat snorkeling, diving, penyewaan perahu,
serta adanya fasilitas penginapan dan rumah
makan di sekitaran Pemuteran yang di buat
oleh masyarakat lokal Pemuteran
19
Opportunity
S+O
1. Adanya peran I Gst Agung Prana
1. Masyarakat akan lebih termotivasi
dalam memotivasi masyarat di Desa
Pemuteran
2. Adanya peran ahli dari luar negeri yang
mengembangkan Bio Rock
3. Makin menggeliatnya pariwisata di
Singaraja
4. Kedatangan
daerah
wisata
dengan
lebih
baik
sehingga
dan
domestik meningkat
5. Berhasilnya teknologi bio rock yang
dapat
wisatawan
menjadikan
asing
terumbu
karang
imbasnya
dan
mengalami
masyarakat
untuk
menikmati
peluang
membangun
pribadi
yang
disewakan
kepada wisatawan.
Strategi S + O (Strength + Opportunity)
Menggali berbagai potensi wisata yang ada, mengkemas berbagai atraksi seni budaya
masyarakat, memanfaatkan SDM dalam mendukung pembangunan pariwisata. Mengadakan
promosi-promosi mengenai kawasan Wisata Pemuteran baik mealui media massa dan media
social sehingga Desa Pemuteran mendapat perhatian khusus di Pemerintah dan Kancah
Pariwisata.
W + O (Weakness + Opportunity )
Weakness
20
masyarakat
Desa
Pemuteran
penerangan
jalan
yang
jalan
utama
Buleleng-
Opportunity
1. Adanya peran I Gst Agung Prana dalam
memotivasi masyarat di Desa Pemuteran
2. Adanya peran ahli dari luar negeri yang
mengembangkan Bio Rock
3. Makin menggeliatnya pariwisata di Singaraja
4. Kedatangan wisatawan asing dan domestik
meningkat
5. Berhasilnya teknologi bio rock yang dapat
menjadikan
terumbu
karang
cepat
dilibatkan
pembangunan
Pemuteran.
2. Pemerintah
dalam
pariwisa
proses
di
Singaraja
desa
harus
berkembang biak.
6. Pendapatan masyarakat meningkat
7. Berkembangnya usaha mandiri masyarakat
peran
pemerintah
dalam
melakukan
perbaikan
jalan
dengan swadaya
6. Adanya kedatangan wisatawan yang
terus meningkat masyarakat dapat
menyisihkan
keuntungan
untuk
W + T (Weakness + Threart )
Weakness
1. Masih ada ketimpangan pendapatan
pada
masyarakat
Desa
Pemuteran
Pemuteran
merasakan
kentungan
pariwisata.
2. Adanya kesenjangan pariwisata di Desa
Pemuteran dengan pariwisata lain yang
berada dekat dengan Desa Pemuteran,
seperti Pantai Lovina.
3. Kondisi kering pada musim kemarau
menyebabkan
sulit
mendapatkan
kurang
berkembang
sehingga
jika
ada
sulit
Wisatawan
Mancanegara
5. Akses jalan menuju pantai kurang baik
karena kecil dan berbatu
6. Tidak adanya petunjuk arah menuju
pantai pemuteran, bahkan jalan masuk
cenderung tidak terlihat
7. Belum adanya pembangunan trotoar
dan lampu penerangan jalan yang
membahayakan pejalan kaki. Jalan
tersebut
merupakan
jalan
utama
W+T
1. Memberdayakan
dalam
nelayan
yang
masyarakat
menangkap
ikan
lokal
sehingga
bertujuan
untuk
menjaga
kelestarian lingkungan.
3. Masyarakat harus mampu berbahasa
asing yang dimotori oleh pemerintah
23
masyarakat pendatang
5. Penguasaan bahasa asing
6. Kerusakan lingkungan akibat sampah
yang
24
BAB IV
PENUTUP
4.1
4.1.1
Simpulan
Desa Pemuteran
Pemuteran, sebuah desa dengan potensi wisata yang menarik dan menyenangkan
dalam balutan keindahan alam yang tenang dan alami. Desa Pemuteran terletak di
pesisir barat Pulau Bali atau sekira 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari
Gilimanuk. Desa Pemuteran terletak pada posisi Melintang dari barat ketimur dan
posisi pada 67 Derajat Bujur Utara dan 82 Derajat Bujur Timur Sesuai Peta
Desa.Letaknya berada di antara gugusan perbukitan dan hamparan laut sehingga
4.1.2
membuat tempat ini begitu indah dan tenang, jauh dari keramaian.
Pariwisata Desa Pemuteran
Pantai pemuteran merupakan salah satu surga para pencinta diving dan
snorkeling, karena memiliki berbagai jenis terumbu karang yang dikelola secara
profesional. Sehingga menciptakan suatu panorama bawah laut yang begitu eksotis.
Walaupun sudah menjadi objek wisata yang sudah dikunjungi banyak wisatawan,
pantai pemuteran tetap memperlihatkan keasliannya sebagai kawasan bahari.
Warganya yang berprofesi sebagai nelayan tetap menggunakan alat-alat tradisional
untuk menangkap ikan, agar tak merusak ekosistem alami yang ada di pantai
pemuteran. Tak hanya ekosistem terselamatkan, Biorock juga ikut menggerakkan
perekonomian di Pemuteran. Semakin hari semakin banyak turis dari berbagai
4.1.3
negara datang untuk melihat langsung Biorock yang disebut terbesar di dunia.
Analisis SWOT.
Analisis SWOT terhadap faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan
implementasi ekonomi hijau di sektor pariwisata melalui ekowisata terumbu karang
di Pemuteran Bali yaitu:
Kekuatan (Strength) dari Wisata Pemuteran salah satunya adalah adanya niat
kuat dari masyarakat setempat untuk memajukan Desa Pemuteran menjadi destinasi
pariwisata. dibuktikan dengan adanya peran masyarakat yang bergotong-royong
dalam pembuatan kerangka Bio Rock.
25
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk Desa Pemuteran sehingga dapat
berkembang lebih pesat:
Saran bagi masyarakat desa pemuteran:
Masyarakat desa pemuteran mempertahankan kearifan lokal seperti pecalang
segara dan sanksi adat sehingga program ekonomi hijau di desa pemuteran dapat
berlanjut.
Saran bagi pemerintah:
Pemerintah lebih mempehatikan keadaan infrastruktur di desa pemuteran seperti:
pembangunan trotoar, penerangan jalan, petunjuk jalan, dan aksesjalan menuju
pantai pemuteran.
Saran bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih intens membantu mengembangkan ekonomi hijau di
desa pemuteran sesuai dengan bidang ilmu yang di pelajari di kampus. Mahasiswa
lebih peka terhadap permasalahan social yang ada di desa pemuteran.
26