Вы находитесь на странице: 1из 11

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

TUGAS REMEDIAL KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


MATERI SEMESTER 1 SAMPAI SEMESTER 2

Nama
: Yuni Sartika
Kelas
: X Keperawatan 3
Pelajaran : Kebutuhan Dasar Manusia
A. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1.
Abraham Maslow
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni
sebagai berikut :
Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang yang beberapa
kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu.
Misalnya, seorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta bisaanya akan mencari makanan
terlebih dahulu daripada mencari cinta.
Kebutuhan fisiologis hal yang penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam
kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit,
kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat
tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual. Penting untuk mempertahankan kebutuhan
tersebut guna kelangsungan umat manusia.

Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)


Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan rasa aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri
dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas dari
ancaman keselamatan dan psikologi pada pengalaman yang baru atau tidak dikenal.
Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang
berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam
keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, serta penghargaan
terhadap diri sendiri dan orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan
kekuatan, meraih prestasi, kepercayaan diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan
pengakuan dari orang lain.
Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan baik (mengenal dan memahami
potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan sendiri sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang
tinggi, kreatif, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya. Merupakan kebutuhan
tertinggi dalam Hierarku Maslow, merupakan kebutuhan untuk berkontribusi pada orang
lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
2.
Virginia Henderson
Teori Virginia Handerson (Hammer dan Henderson, 1955) mengcangkup seluruh kebutuhan dasar
seorang manusia. Handerson (1964) mendefinisikan kebutuhan dasar manusia ada 14:
a.
Bernapas secara normal
b.
Makan dan minum cukup
c.
Eliminasi
d.
Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
e.
Istirahat dan tidur
f.
Memilih cara berpakian; berpakian dan melepas pakian
g.
Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
h.
Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
i.
Menghindari bahaya dari lingkungan
j.
Berkomukasi dengan orang lain
k.
Beribadah menurut keyakinan
l.
Bekerja yang menjajikan prestasi
m. Bermain dan berpatisipasi dalam bentuk rekreasi
n.
Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan
kesehatan normal.
3. Jean Waston
Jean Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia dalam dua peringkat
utama, yaitu:
kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi
(higher order needs).

Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya kompleks manusia
untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain
dan semuanya dianggap penting. Kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan
dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktivitas dan istirahat, kebuthan seksualitas; kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan intrapersonal dan interpersonal (kebutuhan aktualisasi diri).
B. OKSIGENASI
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga
konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Cara Memberikan Oksigen:
1.
Nasal Kanul
a.
Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan nasal kanul
b.
Tujuan
1)
Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal
2)
Untuk memberikan oksigen yang tidak terputus saaat klien makan atau minum
c.
Persiapan alat
1)
Tabung oksigen dengan flow meter
2)
Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3)
Nasal kanul dan selang
4)
Kassa jika diperlukan
5)
Plester
6)
Bengkok
d.
Prosedur
1)
Kaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2)
Siapkan klien dan keluarga
a)
Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan
mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada kliwn dan keluarga tentang petunjuk
keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen

2)

3)
a)
b)

3)
Atur peralatan oksigen dan humidifier
4)
Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan peralatan dapat berfungsi
a)
Cek oksigen dapat megalir secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara pada selang dan
sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat
air
b) Atur oksigen dengan flow meter sesuai perintah
5)
Letakkan kanul pada wajah klien, dengan lubang kanul masuk ke hidung dan elastic band
melingkar ke kepala
6)
Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya, plester pada bagian wajah
7)
Alasi selang dengan kassa pada elastic band pada telinga dan tulang pipi jika dibutuhkan
8)
Inspeksi peralatan secara teratur
a)
Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b) Pertahankan tinggi air di humidifier
c) Pastikan petunjuk keamanan diikuti
9)
Dokumentasikan
2.
Masker wajah
a.
Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan masker wajah
b.
Tujuan
Untuk member tambahan oksigen dengan kadar selang konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kanul
c.
Persiapan alat
1)
Tabung oksigen dengan flow meter
Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3)
Masker wajah dan selang
4)
Kassa jika diperlukan
5)
Plester
6)
Bengkok
d.
Prosedur
1)
Kaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2)
Siapkan klien dan keluarga
a)
Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan
mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada kliwn dan keluarga tentang petunjuk
keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen
Atur peralatan oksigen dan humidifier
4)
Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan peralatan dapat berfungsi
Cek oksigen dapat megalir secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara pada selang dan
sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat
air
Atur oksigen dengan flow meter sesuai perintah
5)
Tempatkan masker kea rah wajah klien dan letakan dari hidung ke bawah
6)
Atur masker esuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutupi wajah, sehingga sangat sedikit
oksigen yang keluar lewat mata atau sekitar pipi atau dagu
7)
Ikatka elastic band melingkar di kepala klien sehingga masker terasa nyaman
8)
Alasi band di belakang telinga dan di atas tulang yang menonjol. Alas akan mencegah iritasi karena
masker
9)
Inspeksi peralatan secara teratur
a)
Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b) Pertahankan tinggi air di humidifier
c) Pastikan petunjuk keamanan diikuti
10) Dokumentasikan
3.
Tenda wajah
a.
Definisi
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan tenda wajah
b.
Tujuan
1)
Untuk memberikan kelembaban tinggi
2)
Untuk memberikan oksigen bila masker tidak ditoleransi
3)
Untuk memberikkan oksigen aliran tinggi saat dihubungkan dengan sisterm venture
c.
Persiapan alat

1)
Tabung oksigen dengan flow meter
2)
Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai dengan pengaturan RS
3)
Tenda wajah dan selang
4)
Kassa jika diperlukan
5)
Plester
6)
Bengkok
d.
Prosedur
1)
Kaji kebutuhan terapi oksigen dan periksa kembali perintah pengobatan
2)
Siapkan klien dan keluarga
a)
Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
b) Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya bila petunjuk keamanan diperhatikan dan akan
mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnue. Informasikan pada klien dan keluarga tentang petunjuk
keamanan yang berhubungan dengan penggunaan oksigen
3)
Atur peralatan oksigen dan humidifier
4)
Putar oksigen sesuai terapi dan pastikan peralatan dapat berfungsi
a)
Cek oksigen dapat megalir secara bebas melalui selang, seharusnya tidak ada suara pada selang dan
sambungan tidak bocor. Seharusnya ada gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat
air
b) Atur oksigen dengan flow meter sesuai perintah
5)
Tempatkan tenda pada wajah klien dan diikatkan melingkar pada kepala
6)
Inspeksi peralatan secara teratur
a)
Cek liter flow meter dan tinggi air pada humidifier dalam 30 menit
b) Pertahankan tinggi air di humidifier
c) Pastikan petunjuk keamanan diikuti
7)
Dokumentasikan
C.

HOMEOSTASIS DAN HEMODINAMIK


Homeostasis
Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
mempertahankan kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri
untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu
proses perubahan yang terus-menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi
lingkungan sekitarnya.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini
didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan
kultur masyarakat. Contoh homeostasis psikologis adalah mekanisme pertahanan diri seperti menangis,
tertawa, berteriak, memukul.

Hemodinamik
Homeodinamik merupakan pertukaran energi secara terus-menerus antara manusia dan lingkungan
sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi
dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya.
Proses homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai unit yang merupakan satu kesatuan
utuh, memiliki karakter yang berbeda-beda, proses hidup yang dinamis, selalu berinteraksi dengan
lingkungan yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhinya, serta memiliki keunikan tersendiri dalam
proses homeodinamik ini.
Adapun beberapa prinsip hemodinamik adalah sebagai berikut :
Prinsip integralitas.
Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan.
Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya interaksi manusia dengan
lingkungan yang saling mempengaruhi.
Prinsip resonansi.
Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi, mengingat
manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan lingkungan.

Prinsip helicy.
Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia berlangsung perlahan-lahan dan
terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan.
FISIOTERAPI DADA
A. DEFINISI
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh
dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air,
panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi
penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit
respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak
istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada
pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah
mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari
bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif
menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif
karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi
dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus,
renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang
iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya
kejang rangsang.
a. Clapping/Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti
mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada
merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat
dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok.
lndikasi untuk perkusi :
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi
postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati
Alat dan bahan :
1) Handuk kecil
Prosedur kerja :
1) Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi ketidaknyamanan
2) Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk mangkok
b. Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase terapis biasanya
secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi
dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan
sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam
dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir
ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian
dengan dorongan bergetar.
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis.
Prosedur kerja :
1) Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan dilakukan vibrasi
dengan posisi tangan terkuat berada di luar

2) Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing


3) Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan tangan saat pasien
ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4) Istirahatkan pasien
5) Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
TINDAKAN SUCTION
Pengertian :
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan
jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan alat via
mulut, nasofaring atau trakeal.
Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
D. KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL
A.

PENGERTIAN
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupaurin atau bowel (feses).
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Ketika
gelombang peristaltic mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum
dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal.
Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang
lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan
masing-masing orang berbeda. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus mengerti proses
eliminasi yang normal dan faktor-faktor yangmempengaruhi eliminasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi:
1. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter faeces, control bayi s/d 2-3 tahun: lambung kecil,
enzim kurang, peristaltic usus cepat, neuromuskuler belum berkembang. Remaja : usus besar
berkembang. Tua : gigi berkurang, enzim di saliva & lambung berkurang peristaltic dan tonus abdomen
berkurang.
2. Diet
Makanan berserat dan berselulosa penting untuk mendukung volume fekal. Diet yang tidak teratur akan
menggangu pola defekasi. Contoh makanan yang mengandung gas: bawang, kembang kol, dan kacangkacangan. Susu: sulit dicerna bagi sebagian orang/ laktusa intolerance.
3. Pemasukan cairan.
Normalnya: 2000-3000 ml/hari. Jika intake cairan tidak adekuat atau pengeluaran yang berlebihan
(urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan sehingga tubuh akan menyerap cairan sehingga faeces
yang dikeluarkan menjadi keras.
4. Aktifitas fisik
merangsang peristaltic meningkat.
5. Faktor psikologik.
Cemas, marah akan meningkatkan peristaltic/ diare. Depresi akan memperlambat peristaltic usus/
konstipasi.
6. Kebiasaan
Sulit BAB di tempat orang lain atau tempat yang baru karena hilangnya privacy.
7. Posisi

Jongkok/paha fleksi akan meningkatkan tekanan abdomen dan posisi duduk akan meningkatkan
tekanan rectum, sehingga akan mempermudah defekasi.
8. Nyeri
Hemoroid menyebabkan defekasi tidak nyaman dan akhirnya menjadi konstipasi.
9. Kehamilan: menekan rectum
10. Operasi dan anastesi: blok parasimpatis 24-48 jam akan menghentikan pergerakan usus (ileus
paralitik)
B.
NILAI-NILAI NORMAL

KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL


Karakteristi Normal
Abnormal
Kemungkinan penyebab
k
Warna
Dewasa :
Pekat / putih
Adanya pigmen empedu
kecoklatan
(obstruksi empedu);
Bayi : kekuningan
pemeriksaan diagnostik
menggunakan barium
Hitam
Obat (spt. Fe); PSPA
(lambung, usus halus); diet
tinggi buah merah dan sayur
hijau tua (spt. Bayam)
Merah
PSPB (spt. Rektum),
beberapa makanan spt bit.
Pucat
Malabsorbsi lemak; diet
tinggi susu dan produk susu
dan rendah daging.
Orange atau hijau Infeksi usus
Konsistensi
Berbentuk, lunak,
Keras, kering
Dehidrasi, penurunan
agak cair / lembek,
motilitas usus akibat
basah.
kurangnya serat, kurang
latihan, gangguan emosi dan
laksantif abuse.
Diare
Peningkatan motilitas usus
(mis. akibat iritasi kolon
oleh bakteri).
Bentuk
2,5 cm u/ orang
Mengecil, bentuk Kondisi obstruksi rektum
pensil atau seperti
dewasaSilinder
benang
(bentuk rektum)
dgn
Jumlah
Tergantung diet
(100 400 gr/hari)
Bau
Aromatik :
Tajam, pedas
Infeksi, perdarahan
dipenga-ruhi oleh
makanan yang
dimakan dan flora
bakteri.
Unsur pokok Sejumlah kecil
Pus
Infeksi bakteri
bagian kasar
Mukus
Konsidi peradangan

makanan yg tdk
dicerna, potongan
bak-teri yang mati,
sel epitel, lemak,
protein, unsurunsur kering cairan
pencernaan
(pigmen empedu
dll)

Parasit
Darah
Lemak dalam
jumlah besar
Benda asing

Perdarahan gastrointestinal
Malabsorbsi
Salah makan

E. ELIMINASI ALVI
A. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (buang air besar)adalah system
gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum,
jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dan diameter 2,5 cm, serta berfungsi sebagai
tempat absorpsi elektrolit Na, Cl, K ,Mg, HCO3, dan kalsium. Usus besar dimulai dari rektum, kolon,
hingga anus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter atau 50-60 inci dengan diameter 6 cm. Usus
besar merupakan bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum
caecaum sampai ke dubur (anus).
Batas antara usu besar dan ujung usus halus adalah katup ileocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat
yang masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk kembali ke usus
halus. Produk buangan yang memasuki usus besar adalah berupa cairan. Setiap hari saluran anus
menyerap sekitar 800-1000 ml cairan. Penyerapan inilah yang menyebabkan feses mempunyai bentuk
dan berwujud setengan padat. Jika penyerapan tidak baik, produk buangan cepat melalui usus besar,
fases itu lunak dan berair. Jika feses terlalu lama dalam usus besar, maka akan terlalu banyal air yang
diserap sehingga feses menjadi kering dan keras.
Gerakan peristaltic yang kuat dapat mendorng feses ke depan. Gerakan ini terjadi 1-14 kali dalam waktu
24 jam. Peristaltik sering terjadi sesudah makan. Biasanya, -2/3 dari produk buangan hasil makanan
dicernakan dalam waktu 24 jam, dibuang dalam feses, dan sisanya sesudah 24-48 jam berkutnya.
Makanan yang diterima oleh usus dari lambung dalam bentuk setengah padat, atau dikenal dengan
nama chime, baik berupa air, nutrient, maupun elektrolit kemudian akan diabsorpsi. Usus akan
mensekresi mukus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Secara umum, kolon berfungsi sebagai tempat
absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi. Proses perjalanan makanan, khususnya pada daerah kolon,
memiliki beberapa gerakan, diantaranya haustral suffing atau dikenal dengan gerakan mencampur zat
makanan dalam bentuk padat untuk mengabsorpsi air, kontraksi hautral atau gerakan mendorong zat
makanan/air pada daerah kolon, dan gerakan peristaltic, yaitu gerakan menuju ke anus.
B. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air besar. Redapat dua pusat
yang menguasai reflex untuk defekasi, yaitu terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila
terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar mengucup.
Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh
system saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi, berbagai otot lain
membantu proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.
Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulose yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang
seluruhnya tidak dipakaai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen
empedu, dan cairan tubuh. Feses yang normal terdiri atas masa padat dan berwarma coklat karena
disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil reduksi pegmen empedu dan usus kecil.
Terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi:
Refleks defekasi intrinsic
Yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga sehingga terjadi distensi,
kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peritaltik, dan akhirnya feses sampai di anus,
dimana proses proses defekasi terjadi saat ffingter interna berelaksasi.
Refleks defekasi parasimpatis
Yang dimulai dari adanya feses dalam rectum yang merangsang saraf rektum, kemudian ke spinal cord,
merangsang ke kolon descenden, ke sigmoid, lalu rektum, dengan gerakan peristaltik, dan akhirnya
terjadi proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.
C. Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi
Usia

Setiapa tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang berbeda. Bayi belum
memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah
memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dan pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut
mengalami penurunan.
Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses defekasi. Makanan yang
memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang
dikonsumsi pun dapat memengaruhinya.
Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses
absorpsi kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.
Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus ototabdomen, pelvi, dan
diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah
kolon dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu kelancaran proses defekasi.
Pengobatan
Pengobatan dapat memengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan laksansia atau antasida yang terlalu
sering
Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang
yang memiliki gay hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet.
Maka, ketika orang tersebut buang air besar di tempat yang terbuka atau tempat yang kotor, ia
mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit0penyakit yang berhubungan
langsung pada system pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi, seperti nyeri pada
beberapa kasus hemeroid dan episiotomy.
Kerusakan sensoris dan motoris
Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulus dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.

SELESAI:)
Diposkan oleh yuni sartika di 00.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Вам также может понравиться