Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Melda Khairunisa
110.2010.162
EDEMA
Bengkak (edema) adalah penimbunan cairan secara
berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam
berbagai rongga tubuh.
Patofisiologi
1.
2.
3.
albumin
Manifestasi Klinik
TYPES OF EDEMA
GENERALIZED
LOCALIZED
Inflammation
Lymphatic Obstruction
Venous Obstruction
Thrombophlebitis
Chronic lymphangitis
Resection of reg lymph nodes
Filariasis
CARDIAC
HEPATIC
RENAL
NEPHROTIC SYNDROME
ACUTE GN
CRF
IDIOPATHIC
Other
Cyclic
Myxedema
Vasodilator-induced
Pregnancy-induced
Capillary leak syndrome
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sirosis hepatis
Gagal jantung
Malnutrisi
Sindroma nefrotik
Gagal ginjal
Obat-obatan
1. Trauma lengan
2. Sindrom vena cava superior
3. Trombophlebitis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Reaksi alergi
Abses periodontal
Herpes zoster ophtalmicus
Malnutrisi
Sindroma nefrotik
Rhinitis
Sinusitis
Obat-obatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sirosis
Gagal jantung
Sindroma nefrotik
Trombophlebitis
Obat-obatan
toxin
RENAL EDEMA
Diagnosis
Renal Imaging
Enlarged Kidneys
AGN
Shrunken Kidneys
Nephrotic Syndrome or
CRF
RENAL EDEMA
Diagnosis
Urinalysi
s
Nephrotic Syndrome
Hyaline Casts
Oval Fat Bodies
Lipid Droplets/Casts
Acute Glomerulonephritis
Hematuria
Erythrocyte Casts
Leukocyte Casts
Pyuria
Chronic Renal Failure
Broad Waxy Casts
Hypoalbuminemia
Reduced GFR
Renal Na Retention
Systemic Edema
AY
W
TH
PA
NE
PH
RO
TIC
RENAL DISEASE
C
TI
RI
H
EP
N
PA
TH
W
AY
RENAL EDEMA
Pathophysiology
GLOMELULAR
INJURY
PROTEINURIA
Kf
PLASMA COP
GFR
PLASMA VOLUME
INTERSTITIAL FLUID
Na+ RETENTION
N
E
P
H
R
O
T
I
C
BP
LVEDP
4+ EDEMA
PRA
OTHER FACTORS
Na+ RETENTION
PLASMA VOLUME
INTERSTITIAL FLUID
BP
LVEDP
1+ EDEMA
PRA
N
E
P
H
R
i
T
I
C
CARDIAC EDEMA
Diagnosis
History of Heart Disease
Cardiac enlargement
Evidence of Pulmonary Edema
Orthopnea
Exertional Dyspnea
Basilar rales
Evidence of Volume Expansion
Venous distention
Hepatic Congestion
Hepatojugular Reflux
Ventricular Gallop Rhythm
CARDIAC EDEMA
Pathophysiology
HEART DISEASE
Left Ventricular
Dysfunction
Increased
Pulmonary
Venous Pressure
Pulmonary Edema
Right Ventricular
Dysfunction
Hypotension
Renal Na Retention
Systemic Edema
LOW-OUTPUT
HEART FAILURE
HIGH-OUTPUT
HEART FAILURE
CARDIAC
OUTPUT
SYSTEMIC VASCULAR
RESISTANCE
EFFECTIVE
ARTERIAL BLOOD
VOLUME
Systemic
Arterial
Vasoconstriction
Systemic Vascular
Resistance
Renal
Vasoconstriction and
Sodium and Water
Retention
Plasma Volume
MAINTENANCE OF
EFFECTIVE ARTERAL
BLOOD VOLUME
EDEMA
FORMATION
Stimulation of
Low-Pressure
Baroreceptors
ANP Release
Heart
failure
atrial pressure
Malnutrition, hepatic
synthesis, nephrotic
syndrome, G.I. loss
Blood volume
ANP
A V
fistula
Oncotic pressure
Capillary pressure
Transudation
Cardiac
output
Plasma volume
Renal
vasoconstriction
RPF
Filtration
fracion
Interstitial
volume
Proximal
tubular
reabsorption
of Na and H2O
Effective arterial
blood volume
GFR
Renin
Angiotensin II
GFR/Nephron
Distal tubular
Renal retention
of Na and H2O
Interstitial
Transudation
Aldosteron
Na reabsorption
Plasma volume
Edema
ADH
volume
Proximal
tubular
reabsorption
of Na + H2O
Distal H2O
retention
10
Renal
failure
DECOMPENSATED CHRONIC
OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE
Hypercapnia
Hypoxia
Hypercapnia ?
Systemic Vascular
Resistance
Renal
Vasoconstriction
Central Stimulation of
Sympathetic Nervous sys
Effective Arterial
Blood Volume
SODIUM AND
WATER RETENTION
SINDROM NEFROTIK
TANDA DAN GEJALA
Klasifikasi
Berdasarkan etiologi :
Sindrom nefrotik primer
Sindrom nefrotik sekunder
Berdasarkan keadaan
histopatologi :
SN perubahan minimal
SN perubahan nonminimal
Berdasarkan respon
pengobatan terhadap steroid
:
Steroid responsif
Tidak steroid responsif
PATOFISIOLOGI
Proteinuria masif
Kelainan primer
Proteinuria pada sindrom nefrotik : 40
mg/jam/m2 luas tubuh per hari
Proteinuria selektif : protein yang hilang
hampir seluruhnya albumin (pada SNMK)
Proteinuria non-selektif : protein yang
hilang merupakan campuran antara
albumin dan protein-protein dengan berat
molekul yang lebih besar
PATOFISIOLOGI
Hipoalbuminemia
PATOFISIOLOGI
Edema
Underfilled Theory
Overfilled Theory
Proteinuria masif
Hipoalbuminemia
PATOFISIOLOGI
Hiperlipidemia
Langkah Diagnostik
anamnesis
bengkak di kedua kelopak mata, perut,
tungkai, atau seluruh tubuh
dapat disertai penurunan jumlah urin.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Hipoalbuminemia : kadar albumin plasma kurang dari
2,5 gr%
Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia : peningkatan
konsentrasi total kolesterol, LDL dan VLDL, HDL normal.
Ureum, kreatinin dan elektrolit
TERAPI
Perawatan di rumah sakit dengan indikasi
untuk evaluasi diagnostik awal dan
rencana pengobatan
Tidak perlu pembatasan aktivitas bila
penderita menginginkan
Dietetik :
Protein diberikan sebanyak 3-3,5 gr/kg BB/hari
Diet rendah garam, 1-2 gr/hari selama edema
Kurang dari 35% kalori berasal dari lemak
TERAPI
Albumin dan Diuretik
- Pemberian albumin harus selektif
TERAPI
Kortikosteroid prednison dan prednisolon.
TERAPI
Kortikosteroid
Tappering-off : prednison berangsur-angsur
Alternatif
etiologi
Paling sering setelah infeksi beta streptococcus
hemoliticus grup A.
Patofisiologi
Belum diketahui dengan pasti tapi diduga proses
imunologik.
Langkah Diagnostik
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
sering ditemukan edema di kelopak mata dan tungkai,
dan hipertensi.
Dapat ditemukan lesi bekas infeksi di kulit
Jika terjadi ensefalopati, pasien dapat mengalami
penurunasn kesadaran dan kejang.
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis (proteinuria, hematuria, dan adanya silinder
eritrosit)
Kreatinin dan ureum darah meningkat
Komplemen C3 menurun pada hampir semua pasien
pada minggu pertama
Foto rontgen toraks (nephritic lung)
Terapi
etiologi
Pre renal : gagal ginjal akut fungsional, (>> - diare,
demam berdarah & luka bakar)
Renal : gagal ginjal akut intrinsik/ organik
( >>glomerulonefritis)
Post renal : gagal ginjal akut obstruktif, (>>tumor dan
batu ginjal)
Patofisiologi
Prerenal
Kegagalan fungsi ginjal akibat perfusi ginjal
menurun yang disebabkan volume intravaskular,
tekanan darah, atau curah jantung menurun
Renal
Kegagalan fungsi ginjal akibat kerusakan ginjal,
baik langsung maupun tidak langsung yang
berasal dari GGA prerenal atau post renal
Post renal
Obstruksi saluran kemih yang menyebabkan
peningkatan tekanan intratubular dengan hasil
akhir filtrasi glomerulus menurun.
Kriteria diagnostik
Pemeriksaan penunjang
Darah : Hb, leukosit, trombosit, elektrolit, urea N,
kreatinin, analisis gas.
Foto thoraks
EKG
PENATALAKSANAAN
Perbaiki diuresis
GGA prerenal
Bila dehidrasi segera atasi dengan cairan yang sesuai, misalnya
NaCl fisiologis 20-30 mL/kgBB selama 30-60 menit
Jika hipovolemia diakibatkan oleh kehilangan darah atau
hipoproteinemia, maka cairan yang dipakai adalah plasma ekspander
(plasma fusin, polygeline, darah). Biasanya diuresis timbul setelah 2
jam infus
GGA renal
Restriksi cairan: 400 mL/m2/hr + diuresis
24 jam sebelumnya +kehilangan cairan
ekstrarenal
Cairan yang digunakan adalah dextrose
10-30%
Koreksi ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa
Hiperkalemia
Bila K serum > 5.5-7 mEq/L
p.o
: dilarutkan dalam 2mL/kgBB sorbitol 70%
enema
: dilarutkan dalam 10mL/kgBB sorbitol 20%, diberikan melalui
foley catheter kemudian diklem selama 30-60 menit, selanjutnya dilepaskan.
Dapat diulang tiap 2-6 jam.
Asidosis
Koreksi asidosis dilakukan pada keadaan:
pH darah < 7.15
kadar HCO3 < 8 mEq/L
Hipertensi
Furosemid 1-2mg/kgBB p.o atau iv, dapat diulang tiap 6-8 jam
Reserpin 0.02-0.07 mg/kgBB/hr dibagi 2 dosis
GAGAL JANTUNG
Gagal jantung pada bayi dan anak adalah suatu
sindrom klinis yang ditandai oleh
ketidakmampuan miokardium memompa darah
ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh termasuk kebutuhan untuk
pertumbuhan.
Gagal jantung dapat disebabkan oleh penyakit
jantung bawaan maupun didapat yang
menimbulkan beban volume (preload) atau
beban tekanan (afterload) yang berlebih atau
insufisiensi miokard. Penyebab lain adalah
takikardi supraventrikular, blok jantung
komplit, anemia berat, dan kor pulmonale akut.
Skema pemberian
Ini berlaku untuk semua rnacam gagal jantung {digoksin,
lanitop) tiap kg berat badan.
Gol. I Prematur/Neonarus
: 0,02-0,03 mg iv, im 0,030,04 mg oral
Gol. II Umur 2 minggu-2 tahun
: 0,04-0,06 mg iv, im
0,04-0,08 mg oral
Gol. Ill Umur lebih dari 2 tahun
: 0,02-0,04 mg iv, im
0,04-0,06 mg oral
Dosis inisial ini diberikan dalam 24 jam. Mula-mula diberi Vi
dosis; 6-8 jam kemudian, dosis dan sisanya ( dosis)
diberikan 6-8 jam kemudian.
Dosis rumat: 1/5-1/3 dosis inisial (dosis digitalisasi) dan
diberikan dalam 2 bagian {dua kali sehari); dosis maksimum
untuk rumat, 2 x 0,125 mg atau 2 x tablet digoksin:
DIET
{erlu menambah kalori harian. Sebaiknya memakai
makanan berkalori tinggi, bukan makanan dengan
volume yang besar karena anak ini ususnya terganggu.
Juga sebaiknya makanannya dalam bentuk yang agak
cair untuk membantu ginjal mempertahankan natrium
dan keseimbangan cairan yang cukup.
DIURETIK
1.
2.
3.
4.
PENENTUAN DIAGNOSIS
ETIOLOGI
Pada bayi, penentuan diagnosis etiologi perlu sekali.
Segera sesudah keadaan anak memungkinkan
(membaik), diagnosis etiologi segera ditegakkan.
Jika pengobalan tidak menghasilkan perbaikan
diagnosis etiologi segera ditegakkan juga karena ada
kemungkinan gagal jantung ini sifatnya bukan
kongestif.
Langkah Diagnostik
Anamnesis
Sesak nafas
Bayi mengalami kesulitan minum
Bayi mengalami bengkak pada kelopak
mata/sakrum
Anak mengalami bengkak pada tungkai
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada kasus kronis
Penurunan toleransi latihan
Keringat berlebihan di dahi
Manifestasi Klinis
Takikardia: laju jantung >160 x/menit pada bayi dan >100 x/menit pada anak
(saat diam). Jika laju jantung >200 x/menit, perlu dicurigai takikardia
supraventrikular.
Kardiomegali pada pemeriksaan fisik atau foto thoraks.
Peningkatan tonus simpatis: berkeringat, gangguan pertumbuhan.
Irama derap (gallop).
Pemeriksaan Fisik
Takipneu
Ortopneu
Batuk
Edema perifer
Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks
EKG
Ekokardiografi
Elektrolit Analisa Gas Darah
Darah rutin
PATOGENESIS
biasanya tidak terjadi pada paparan pertama
sensitisasi imunologis memerlukan paparan awal dan
masa laten sebelum terjadi reaksi alergi
terjadi melalui semua 4 mekanisme hipersensitivitas
MANIFESTASI KLINIS
sangat bervariasi dan tidak spesifik untuk
obat tertentu.
Satu macam obat dapat menimbulkan
berbagai gejala pada seseorang, dapat
berbeda dengan orang lain, dapat berupa
gejala ringan sampai berat.
Erupsi kulit merupakan gejala klinis yang
paling seringgatal, urtikaria, purpura,
dermatitis kontak, eritema multiforme,
eritema nodusum, erupsi obat fikstum, reaksi
fotosensitivitas, dermatitis eksfoliatif, erupsi
vesikobulosa, dan sindroma Steven Johnson.
DIAGNOSIS
berdasarkan klinis dan uji laboratorium
gejala klinis akan menghilang beberapa waktu setelah
penghentian obat dan gejala yang sama akan timbul
dengan pemberian ulang obat yang sama atau dengan
struktur obat yang sama
PENATALAKSANAAN
Penghentian Obat
Pengobatan
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti
kulit, saluran napas, saluran cerna, mata, telinga,
saluran vaskuler
organ sasaran bisa berpindah-pindah, gejala sering kali
sudah dijumpai pada masa bayi
DIAGNOSIS
anamnesis
pemeriksaan fisik
pemeriksaan laboratorium
secara klinis dilakukan uji eliminasi dan provokasi
terbuka Open Challenge.
Elimination Diet
Beberapa makanan harus dihindari yaitu makanan
yang merupakan makanan dengan indeks alergenisitas
yang tinggi.
Minimal Diet 1 (modified rowes diet 1)
Minimal Diet 2 (modified rowes diet 2)
Egg and Fish Free Diet
His Owns Diet
PENATALAKSANAAN
Identifikasi dan eliminasi makanan yang menimbulkan
gejala alergi adalah penatalaksanaan yang paling
sesuai untuk alergi makanan
bila diet tidak bisa dilaksanakan farmakoterapi
KLASIFIKASI
KEP ringan
: berat badan menurut usia
(BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS
dan/atau berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS
KEP sedang : BB/U 60-70% baku median
WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku
median WHO-NCHS
KEP berat : BB/U <60% baku median WHONCHS dan/atau BB/TB <70% baku median
WHO-NCHS
ETIOLOGI
Primer
: kekurangan konsumsi karena tidak
tersedianya bahan makanan
Sekunder
: kekurangan kalori-protein akibat
penyakit lain
MANIFESTASI KLINIS
KEP nonedematous (marasmus)
tahap awal kegagalan untuk BB, iritabilitas diikuti
dengan BB yang drastis
turgor kulit berkurang dan menjadi keriput dan kehilangan
kekenyalannya akibat hilangnya jaringan subkutis
distensi abdomen dengan struktur usus yang terlihat dari
permukaan kulit
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis makanan
Klinis, termasuk antropometri
Laboratorium
PENATALAKSANAAN
KEP I ( KEP Ringan)
Rawat jalan
: nasehat pemberian makanan dan vitamin
serta teruskan ASI, selalu dipantau kenaikan BB
Tidak rawat jalan
: dapat dirujuk ke Puskesmas untuk
penanganan masalah gizi
Rawat inap
: makanan TKTP dengan kebutuhan energi 2050% diatas AKG. Diet sesuai dengan penyakitnya dan dipantau BB
setiap hari, beri vitamin dan penyuluhan gizi