Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
NANANG EKO PRASETYO, Amd.Kep
RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA - SURABAYA
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Yeti Rohalina
Amin
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Ida Ayu
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
BAB I (LATAR BELAKANG DAN TUJUAN)
BAB II (TINJAUAN TEORI)
2.1 PENGERTIAN
2.2 PENYEBAB
2.3 TANDA GEJALA
2.4 WEB OF CAUTION
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2.6 PENATALAKSANAAN
BAB III (KONSEP ASKEP)
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1.Biodata
3.1.2.Keluhan utama
3.1.3.Riwayat Penyakit Sekarang
3.1.4.Riwayat Penyakit Dahulu
3.1.5.Riwayat Penyakit Keluarga
3.1.6.Pemeriksaan Fisik
3.1.7.Riwayat pre operasi
3.1.8.Riwayat durante operasi
3.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
4
6
6
7
8
12
13
14
17
17
17
17
17
17
17
17
18
18
18
19
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kelenjar liur atau sering juga kita sebut sebagai kelenjar saliva merupakan
kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang memiliki saluran (duktus) untuk
mengalirkan produknya. Kelenjar liur menghasilkan air liur atau saliva yang
merupakan cairan yang membasahi mulut dan kerongkongan. Saliva
mengandung enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan dan
3
sedangkan 50% tumor kelenjar submandibula dan 80% tumor kelenjar minor
merupakan tumor ganas.
1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
PL anestesi mengetahui apa yang dimaksud dengan tumor submandibula serta
bagaimana cara penanganannya di Ruang Pulih Sadar GBPT lantai 3 RSUD
1.2.2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Neoplasia atau tumor adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal
dan tidak dapat terkontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia
jinak (benign) dan neoplasia ganas (malignant). Banyak faktor penyebab yang
dapat meransang terjadinya tumor. Faktor ini digolongkan kedalam dua kategori
yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Syafriadi, 2008).
Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar
saliva. Pada tumor kelenjar saliva bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas.
Sebagian besar tumor kelenjar saliva adalah jinak. Tidaklah mengherankan jika
sebagian besar tumor yang terjadi di parotid adalah jinak. Adapun tumor jinak
yang sering ditemukan antara lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan
tumor kelenjar liur yang paling sering terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang
mungkin terjadi adalah: kistadenoma papiler limfomatosa atau dikenal juga
dengan nama tumor Warthin yang sering terjadi pada orang tua (Andirius, 2009).
pada
angulus
mandibula
(parotis
dan
submandibula),
leher
pada kelenjar liur dan paling sering terjadi pada kelenjar parotis.
Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan
ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan
konsistensinya lunak. Secara histologi dikarakteristik dengan struktur
yang beraneka ragam. biasanya terlihat seperti gambaran lembaran,
untaian atau seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata.
Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari kelenjar yang terkena
b) Warthin's tumor (contoh kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma
kistik papiler) tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis,
memiliki kapsul apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas
kista multipel. Histologi Warthin's tumor yaitu memiliki stroma
limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi ganas tidak pernah
dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.
c) Papiloma intraduktal berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan
pada lapisan submukosa. Gambaran mikroskopiknya tampak dilatasi
kistik duktus parsial dengan epitel kuboid. Sangat jarang terjadi pada
kelenjar minor.
d) Oxyphil adenoma (oncosistoma) sangat jarang ditemukan, lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan ratio 2:1. Diameternya
kecil (< 5 cm), pertumbuhannya lambat dan berbentuk sferis. dapat
terjadi rekurens jika eksisi tumor tidak komplit.
2. Tumor Jinak Nonepitelial
a) Hemangioma
Merupakan tumor bagian kepala dan leher yang paling sering pada
anak-anak, eksisi merupakan penanganan piliha bila tumor terletak
8
pada struktur yang vital. Limfangioma jarang menimbulkan gejalagejala obstruksi jalan napas dan eksisi biasanya untuk alasan
kosmetik.
c) Lipoma
Jarang terjadi pada kelenjar liur mayor. tumor terdiri dari sel-sel
adiposa dengan inti yang uniform. Rasio laki-laki dan perempuan
adalah 10:1. Pertumbuhan tumor lambat dengan diameter rata-rata 3
cm. Penanganan adalah eksisi.
3. Tumor Ganas Kelenjar Liur
Mukoepidermoid karitu, ex adenoma pleomorfik, karsinosarkoma dan
mixed tumor metastasis.kasrinoma ex pleomorfik adenoma merupakan
tipe yang paling banyak. Karsinoma ex pleomorfik adenoma merupakan
kanker yang berkembang dari mixed tumor jinak (pleomorfik
adenoma).Kebanyakan terjdi pada kelenjar liur mayor.
4. Kanker kelenjar liur lainnya yang jarang
squamous sel karsinoma: terutama pada laki-laki yang tua. Dapat
berkembang setelah terapi radiasi untuk kanker yang lain pada area yang
sama.
1) epitelial-mioepitelial karsinoma
2) anaplastik small sel karsinoma
3) karsinoma yang tidak berdiferensiasi
Level II
Level V
Level I
Level IV
Level 3
Gambar 1. Kelompok kelenjar limfe leher dan kemungkinan letak lesi
primernya
II
III
IV
10
VI
Perubahan
anatomi tubuh
Menimbulkan
rangsangan nyeri
Menimbulkan
persepsi nyeri
Resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Gangguan rasa
nyaman
11
superfisial
Pada tumor submandibula yang operabel dilakukan eksisi
iii.
submandibula
Pada tumor sublingual dan kelenjar air liur minor yang operabel
12
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk memastikan penyebab benjolan leher ini
adalah FNAB, CT-scan, endoscopy. Biopsi eksisional sebaiknya dilakukan hanya
bila benjolan ini masih menetap dalam 4-6 minggu setelah pemberian antibiotika
apabila dalam pemeriksaan kita belum dapat memastikan diagnosis.
Dalam membedakan adenopati ini jinak atau ganas sebenarnya sulit dipastikan
dengan Pemeriksaan sitopatologi (FNAB). Frozen Section bisa dilakuakan setelah
dilakukan diseksi leher untuk memastikan apakah benjolan tersebut adalah masih
mengandung sel ganas.
2.6 PENATALAKSAAN
Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar air liur adalah pembedahan.
Radioterapi sebagai terapi adjuvan paska bedah hanya dilakukan atas indikasi,
atau diberikan pada tumor kelenjar air liur yang inoperabel. Kemotarapi hanya
diberikan sebagai adjuvan, meskipun masih dalam penelitian dan hasilnya belum
memuaskan.
A. Tumor Primer
a. Tumor Operabel
i. Terapi utama (pembedahan)
1. Tumor parotis
a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada : tumor jinak parotis lobus
superfisialis
b. Parotidektomi total, dilakukan pada :
i. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n VII
ii. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada : Tumor ganas parotis yang sudah
ada ekstensi ekstraparenkim dan mengenai n VII
d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada : ada metastase k.g.b leher yang
masih operabel.
2. Tumor gl. Submandibula
Eksisi gl.submandibula --> Periksa potong beku
Bila hasil potong beku jinak --> operasi selesai
Bila hasil potong beku ganas -->deseksi submandibula --> potong beku
o Bila metastase k.g.b (-) --> op selesai
13
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 BIODATA
Berisi biodata pasien.
3.1.2 KELUHAN UTAMA
15
Pada pasien post diseksi submandibula sering muncul keluhan nyeri post
operasi dan gangguan jalan nafas bahkan hingga muncul keluhan sesak
nafas.
3.1.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Perlu dikaji sejak kapan keluhan muncul,ada rasa nyeri atau tidak.Ada
gangguan bernafas atau tidak.
3.1.4 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Dikaji ada riwayat penyakit-penyakit lain sebelumnya,seperti DM,
hipertensi maupun asma.
3.1.5 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Dikaji adanya keturunan penyakit tumor pada keluarga untuk mendeteksi
adanya faktor genetik.
3.1.6 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Adakah anemia,ikterus, periksa tanda-tanda vital.
Pemeriksaan persistem
B1 BREATH
Keadaan umum tampak lemah, tampak peningkatan frekuensi nafas
sampai terjadi gagal nafas.Dapat terjadi sumbatan jalan nafas akibat
penumpukan sekret karena operasi di daerah dekat saluran nafas.
B2 BLOOD
Kemungkinan terjadi gangguan hemodinamik jika terjadi banyak
perdarahan.
B3 BRAIN
Kesadaran komposmentis sampai koma bisa terjadi akibat pemberian obatobatan anestesi dan tindakan operasi.
B4 BLEDDER
Produksi urine bisa normal, tetapi jika pasien sudah dehidrasi berat bisa
terjadi anuria.
B5 BOWEL
Inspeksi : tampak normal
Auskultasi : terdengar suara bising usus normal
Palpasi : turgor kulit menurun jika terjadi kekurangan cairan akibat puasa
lama dan perdarahan.
Perkusi : tidak ada distensi abdomen
B6 BONE
Pada kasus post operasi diseksi submandibula tidak ditemukan kelainan
tulang, terjadi kelemahan gerak ekstremitas jika terganggu keseimbangan
elektrolit tubuh.
3.1.7 RIWAYAT PRE OPERASI
16
1.
retensi sekret.
sianosis.
2.
2.
Memudahkan
keluar
drainase
sehingga
pernapasan
sekret
dan
4.
mencegah
sekresi
menyumbat
saluran pernapasan.
Memobilisasi
membersihkan
secret
jalan
napas
untuk
dan
17
membantu
5.
operasi.
Awasi
adanya
mencegah
komplikasi
pernapasan.
5.
terganggunya
system
pernapasan
prinsip steril.
Peningkatan
vital
sign
1.
RENCANA TINDAKAN
Observasi tanda-tanda vital pasien.
1.
RASIONAL
Peningkatan tekanan darah dan
frekuensi nadi menandakan adanya
nyeri.
2.
Kaji
skala
nyeri,lokasi
dan 2.
penyebab.
untuk
diberikan
kepada
pasien.
3.
Ajarkan
teknik
mengurangi 3.
dan distraksi.
4.
4.
18
mengartikan
masalah
memfokuskan
perhatian
untuk
dan
3.
keputusasaan,
bunuh diri.
lebih intensif.
Catat
reaksi
emosi,
kebutuhan
untuk
4.
Susun
batasan
pada
perilaku
contoh
ahli
pekerja
konseling keluarga.
terapi
sosial,
dapat
penurunan
harga
mengakibatkan
diri
dan
kecendrungan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Myers EN, Gastman`BR, Neck Dissection: An Operation in Evolution,
Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2003;129:14-25.
2. Schwetschenau E, The Adult Neck Mass. Am Fam Physician 2002;66:8318
3. Muller CD, Neck Dissection: Classification, Indications and Techniques,
Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology
4. Werning
J,
Modified
Radical
Neck
Dissection,
cited
from
http://www.emedicine.com/ent/topic748.htm
5. Dickenson E, The voice center ; neck dissection : the operation cited from
web.comhem.se/jupiter/neckad.htm
6. Sanderson RJ, Montague ML, Surgical management of head and neck
malignancy, Surg J R Coll Surg Edinb Irel, 2 February 2004, 7-14
7.
h a h a A
e
n
:
i
n
World Journal of
20