Вы находитесь на странице: 1из 28

1.

BEHAVIORIST THEORY OF LEARNING

B.F SKINNER
A. KONSEP BELAJAR MENURUT B.F SKINNER
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) yang berkebangsaan Amerika dikenal
sebagai tokoh behavioris yang terkenal melalui pendekatan model instruksi langsung
(directed instruction). Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
pengkondisian operan. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar secara
terarah dan dikontrol oleh guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Dalam merumuskan teorinya, Skinner memuat eksperimen sebagai berikut:
Dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan ke dalam
sebuah kotak yang disebut dengan Skinner box. Kotak tersebut telah dilengkapi dengan
berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu
yang dapat diatur nyalanya, dan laintai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari
makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar box, tidak sengaja ia
menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap
sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Dari eksperimen di atas, Skinner menyatakan bahwa manajemen kelas adalah
berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behaviour modification) antara lain dengan
proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberikan imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Penghargaan dapat berupa ganjaran atau penguatan. Ganjaran merupakan proses yang
sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif, sedangkan
penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan terjadinya
suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
Operant conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan
perilaku operan meliputi penguatan positif atau negatif yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilangkan sesuai dengan keinginan. Penguatan
disini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu penguatan positif dan negatif. Penguatan
positif sebagai stimulus dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku. Bentuk
penguatan positif antara lain: berupa hadiah (permen, kado, makanan, dan sebagainya),
perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,
mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, juara 1, dan sebagainya). Penguatan
negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk penguatan
negatif meliputi: menunda/tidak memberikan penghargaan, memberikan tugas tambahan,

atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dan
sebagainya).
Pengkondisian operan seperti yang telah dijelaskan di atas berhubungan dengan
perilaku operan. Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan
bebas. Hal ini berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang
muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami
penguatan adalah: Anak kecil yang tersenyum mendapat permen dari orang dewasa yang
gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula
tidak disengaja atau tanpa maksud tertentu. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen
adalah penguat positifnya.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Pengkondisian Operan adalah :

Kelebihan Teori Belajar Pengkondisian Operan


Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini

ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya
pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.

Kekurangan Teori Belajar Pengkondisian Operan


Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B.

G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap;
analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon
sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping
itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery
learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik
adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu
mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman
verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat
buruk pada siswa. Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi
pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua
mata pelajaran. Sebaiknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang
diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang
ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi,
menari atau olahraga.

B. APLIKASI TEORI SKINNER PADA PEMBELAJARAN


Menurut pandangan B. F. Skinner (1958), belajar merupakan suatu proses atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Pengertian belajar ialah
suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Skiner berpendapat
bahwa ganjaran (reward) yang bersifat mendidik merupakan salah satu unsur yang penting
dalam proses belajar, hanya istilahnya perlu diganti dengan penguatan. Ganjaran adalah
sesuatu yang menggembirakan, sedangkan penguatan adalah sesuatu yang mengakibatkan
meningkatkatnya suatu respon tertentu. Penguatan tidak selalu hal yang menggembirakan,
tetapi bisa juga sebaliknya.

Beberapa aplikasi teori Skinner terhadap pembelajaran antara lain :


1) Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2) Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan
3)
4)
5)
6)
7)
8)

dan jika benar diperkuat.


Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
Materi pelajaran digunakan sistem modul.
Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari

pelanggaran agar tidak menghukum.


9) Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10) Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu).
11) Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat
mencapai tujuan.
12) Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13) Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14) Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15) Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut
waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga
naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,
administrasi kompleks.
Ilustrasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran Matematika
Seorang siswa diberi soal matematika sederhana dan siswa dapat menyelesaikannya
sendiri. Guru memuji siswa karena telah berhasil menyelesaikan soal tersebut. Dengan
peristiwa ini siswa merasa yakin atas kemampuannya, sehingga timbul respon
mempelajari pelajaran berikutnya yang sesuai atau lanjutan apa yang dapat dia selesaikan
tadi. Selanjutnya dikatakan bahwa pada umumnya stimulus yang demikian pada umumnya
mendahului respon yang ditimbulkan. Belajar dengan respondent conditioning ini hanya
efektif jika suatu respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu.
Contoh lainnya dalam matematika seorang siswa yang terbiasa melakukan
perhitungan matematika berupa operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian akan lebih mudah mengerjakan soal yang berhubungan dengan operasi-operasi
tersebut dengan cepat dan tanpa pemikiran yang lama.

ALBERT BANDURA
A. KONSEP BELAJAR MENURUT ALBERT BANDURA
TeoripembelajaransocialdikembangkanolehAlbertBandura(1986).Teoriini
menerima sebagian besar dari prinsip prinsip teori teori belajar perilaku, tetapi
memberikanlebihbanyakpenekananpadakesandanisyaratisyaratperubahanperilaku,
danpadaprosesprosesmentalinternal.Jadidalamteoripembelajaransocialkitaakan
menggunakanpenjelasanpenjelasanreinforcementeksternaldanpenjelasanpenjelasan
kognitifinternaluntukmemahamibagaimanabelajardarioranglain.Dalampandangan
belajarsocialmanusiaitutidakdidorongolehkekuatankekuatandaridalamdanjuga
tidakdipengaruhiolehstimulusstimuluslingkungan.
Teoribelajarsocialmenekankanbahwalingkunganlingkunganyangdihadapkan
pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan lingkungan itu kerap kali dipilih dan
diubaholehorangitumelaluiperilakunyasendiri.MenurutBandura,sebagaimanadikutip
oleh(Kard,S,1997:14)bahwasebagianbesarmanusiabelajarmelaluipengamatansecara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari pembelajaran social adalah
pemodelan(modelling),danpemodelaninimerupakansalahsatulangkahpalingpenting
dalampembelajaranterpadu.
Adaduajenispembelajaranmelaluipengamatan,Pertama.Pembelajaranmelalui
pengamatandapatterjadimelaluikondisiyangdialamioranglain,Contohnya:seorang
pelajarmelihattemannyadipujidanditegurolehgurunyakarenaperbuatannya,makaia
kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh
gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami
oranglain.Kedua,pembelajaranmelaluipengamatanmeniruperilakumodelmeskipun
modelitutidakmendapatkanpenguatanpositifataupenguatannegatifsaatmengamatiitu
sedangmemperhatikanmodelitumendemonstrasikansesuatuyangingindipelajarioleh
pengamattersebutdanmengharapkanmendapatpujianataupenguatanapabilamenguasai
secaratuntasapayangdipelajariitu.Modeltidakharusdiperagakanolehseseorangsecara
langsung,tetapikitadapatjugamenggunakanseseorangpemeranatauvisualisasitiruan
sebagaimodel.
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran
socialberdasarkanpadapenjelasanyangdiutarakanolehBandurabahwasebagianbesar

daripadatingkahlakumanusiaadalahdiperolehdaridalamdiri,danprinsippembelajaran
sudahcukupuntukmenjelaskanbagaimanatingkahlakuberkembang.Akantetapi,teori
teorisebelumnyakurangmemberiperhatianpadakontekssocialdimanatingkahlakuini
munculdankurangmemperhatikanbahwabanyakperistiwapembelajaranterjadidengan
perantaraanoranglain.Maksudnya,sewaktumelihattingkahlakuoranglain,individu
akanbelajarmenirutingkahlakutersebutataudalamhaltertentumenjadikanoranglain
sebagaimodelbagidirinya.
AlbertBanduradanRichardWalters(1959,1963)melakukaneksperimenpada
anakanakyangjugaberkenaandenganpeniruan.Hasileksperimenmerekamendapati,
bahwapeniruandapatberlakuhanyamelaluipengamatanterhadapperilakumodel(orang
yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar
semacam ini disebut observationallearning atau pembelajaran melalui pengamatan.
Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki
memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku
tanpamempertimbanganaspekmentalseseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam
diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan
teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama
Walter (1963) terhadap perlakuan anakanak apabila mereka menonton orang dewasa
memukul,mengetukdenganpalubesidanmenumbuksambilmenjeritjeritdalamvideo.
Setelahmenontonvideoanakanakinidiarahbermaindikamarpermainandanterdapat
patungsepertiyangditayangkandalamvideo.Setelahanakanaktersebutmelihatpatung
tersebut,merekameniruaksiaksiyangdilakukanolehorangyangmerekatontondalam
video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara
langsung.Contohnyagurumembuatdemostrasicaramembuatkapalterbangkertas dan
pelajarmenirusecaralangsung.Seterusnyaprosespeniruanmelaluicontohtingkahlaku.
Contohnyaanakanakmenirutingkahlakubersorakdilapangan,jaditingkahlakubersorak
merupakancontohperilakudilapangan.Keadaansebaliknyajikaanakanakbersorakdi
dalamkelassewaktugurumengajar,semestinyaguruakanmemarahidanmemberitahu
tingkahlakuyangdilakukantidakdibenarkandalamkeadaantersebut,jaditingkahlaku
tersebutmenjadicontohperilakudalamsituasitersebut.Prosespeniruanyangseterusnya
ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada oranglain.
Contohnya seorang anakanak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan
dalamdirianakanaktersebutuntukmelukisbunga.Olehkarenaitu,peniruanberlaku
apabilaanakanaktersebutmelihattemannyamelukisbunga.

Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran


kognitifdaritindakan,secararincidasarkognitifdalamprosesbelajardapatdiringkas
dalam4tahap,yaitu:perhatian/atensi,mengingat/retensi,reproduksigerak,dan
motivasi.
1)Perhatian(Attention)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya.
Subjekmemberiperhatiantertujukepadanilai,hargadiri,sikap,danlainlainyang
dimiliki.Contohnya,seorangpemainmusikyangtidakpercayadirimungkinmeniru
tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri.
Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka Sosial Learning & Personality
Developmentmenekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain
pembelajarandapatdipelajari.
2)Mengingat(Retention)
Subjekyangmemperhatikanharusmerekamperistiwaitudalamsistemingatannya.
Inimembolehkansubjekmelakukanperistiwaitukelakbiladiperlukanataudiingini.
Kemampuanuntukmenyimpaninformasijugamerupakanbagianpentingdariproses
belajar.
3)Reproduksigerak(Reproduction)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat
menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk
tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek
memperhatikanmodeldanmenyimpaninformasi,sekarangsaatnyauntukbenarbenar
melakukanperilakuyangdiamatinya.Prakteklebihlanjutdariperilakuyangdipelajari
mengarahpadakemajuanperbaikandanketerampilan.
4)Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah
penggerakindividuuntukterusmelakukansesuatu.Jadisubyekharustermotivasiuntuk
meniruperilakuyangtelahdimodelkan.

CiriciriteoriPemodelanBandura
1) Unsurpembelajaranutamaialahpemerhatiandanpeniruan
2) Tingkahlakumodelbolehdipelajarimelaluibahasa,teladan,nilaidanlainlain
3) Pelajarmenirusuatukemampuandarikecakapanyangdidemonstrasikangurusebagai
model
4) Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang
positif
5) Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku
atautimbalbalikyangsesuai,diakhiridenganpenguatanyangpositif

EksperimenAlbertBandura
EksperimenyangsangatterkenaladalaheksperimenBoboDollyangmenunjukkan
anak anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert
Banduraseorangtokohteoribelajarsocialinimenyatakanbahwaprosespembelajaran
dapatdilaksanakandenganlebihberkesandenganmenggunakanpendekatanpermodelan
.Beliaumenjelaskanlagibahwaaspekperhatianpelajarterhadapapayangdisampaikan
ataudilakukanolehgurudanaspekpeniruanolehpelajarakandapatmemberikankesan
yangoptimumkepadapemahamanpelajar.
EksperimenPemodelanBandura:
KelompokA :Disuruhmemperhatikansekumpulanorangdewasamemukul,menumbuk,
menendang,danmenjeritkearahpatungbesarBobo.
Hasil=Meniruapayangdilakukanorngdewasamalahanlebihagresif
Kelompok B :Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan
patugbesarBobo
Hasil=TidakmenunjukkantingkahlakuyangagresifsepertikelompokA
HasilKeseluruhanEksperimen:
KelompokAmenunjukkantingkahlakuyanglebihagresifdariorangdewasa.Kelompok
Btidakmenunjukkantingkahlakuyangagresif
GambarPemodelanAlbertBandura:

KelemahanTeoriAlbertBandura
TeoripembelajaranSosialBandurasangatsesuaijikadiklasifikasikandalamteori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalamisesuatuyangditiru.
Selainitujuga,jikamanusiabelajarataumembentuktingkahlakunyadenganhanya
melaluipeniruan(modeling),sudahpastiterdapatsebagianindividuyangmenggunakan
teknikpeniruaninijugaakanmenirutingkahlakuyangnegative,termasukperlakuan
yangtidakditerimadalammasyarakat.

KelebihanTeoriAlbertBandura
TeoriAlbertBanduralebihlengkapdibandingkanteoribelajarsebelumnya,karena
itumenekankanbahwalingkungandanperilakuseseorangdihubungkanmelaluisystem
kognitiforangtersebut.Banduramemandangtingkahlakumanusiabukansematamata
reflexatasstimulus(SRbond),melainkanjugaakibatreaksiyangtimbulakibatinteraksi
antaralingkungandengankognitifmanusiaitusendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning


(pembiasanmerespon)danimitation(peniruan).Selainitupendekatanbelajarsocial
menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak
anak.Penelitianiniberfokuspadaprosesyangmenjelaskanperkembangananakanak,
faktorsosialdankognitif.
B. APLIKASI TEORI BANDURA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dalam proses pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru
harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si
pembelajar. Model disini tidak harus dari guru, namun tergantung apa yang akan
diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa aspek
psikomotorik dan afektif, karena pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat
dan meniru dari model yang dihadirkan.
Namun dalam belajar matematika yang diajarkan adalah berupa konsep sehingga
guru harus dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat
oleh si pembelajar. Penulis berusaha memberi suatu contoh dalam pembelajarn
matematika. Misalnya seorang guru akan mengajarkan bagaimana menemukan volume
dari balok. Disini dihadirkan/disediakan balok dan kubus yang berukuran 1 satuan kubik
sebagai model. Dengan dipraktekkan oleh guru dan ditirukan oleh siswa guru
memperagakan bagaimana menentukan volume balok kemudian menentukan rumus
volume balok. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memperhatikan model dan
menirukan bagaimana menentukan rumus volume balok, dan pembelajar harus
mengingatnya. Selanjutnya pembelajar dituntut untuk dapat mampu meniru pemodelan
tersebut. Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada motivasi yang kuat dari
pembelajar untuk mempelajarinya.

2. COGNITIVIST THEORY OF LEARNING

TEORI DAVID AUSUBEL


A. KONSEP BELAJAR BERMAKNA MENURUT DAVID AUSUBEL
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar
bermakna adalah suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep
seseorang.
Penjabaran:

relevan

yang

terdapat

dalam

struktur

kognitif

Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1988: 134), belajar dapat


diklasifikasikan

berdasarkan

cara

menyajikan

materi,

yaitu:

(1)

Penerimaan dan (2) Penemuan. Sedangkan berdasarkan cara siswa


menerima pelajaran yaitu: (1) belajar bermakna dan (2) belajar hafalan.
Kedua pengklasifikasian tersebut di atas apabila digambarkan ke
dalam skema adalah sebagai berikut:

Berdasarkan penjabaran di atas, berarti suatu pembelajaran


dikatakan bermakna apabila Materi yang akan dipelajari bermakna
secara potensial. Materi dikatakan bermakna secara potensial apabila
materi tersebut memiliki kebermaknaan secara logis dan gagasan yang
relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. Anak yang akan
belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga
mempunyai kesiapan dan niat dalam belajar bermakna.

Ciri-ciri/ kondisi-kondisi belajar bermakna


Nasution 1982:158 menyimpulkan kondisi-kondisi belajar bermakna
sebagai berikut :
o Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan
bahan-bahan lama.
o Lebih dulu diberikan ide yang paling umum dan kemudian halhal yang lebih terperinci
o Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru
dengan bahan lama

o Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya


sebelum ide yang baru disajikan.
Tiga kebaikan dari belajar bermakna
Ausubel (Dahar ,1989 :141) ada tiga kebaikan dari belajar
bermakna yaitu :
o Informasi yang dipelajari secara bermakna dapat lebih lama
untuk diingat
o Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses
belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip
o Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah
belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

Langkah langkah menerapkan teori Ausubel dalam


mengajar
Dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology : A
cognitive View (1968) Ausubel mengatakan faktor yang paling
penting mempengaruhi siswa belajar adalah apa yang telah
diketahui oleh siswa. Yakinilah ini dan ajarlah dia demikian.
Pernyataan Ausubel tersebutlah yang menjadi inti teori belajarnya.
Jadi, agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru
harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam
struktur kognitif siswa.
Untuk
beberapa

menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada

prinsip-prinsip

dan

konsep-konsep

yang

perlu

kita

perhatikan, yaitu :
1) Pengatur awal
Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang
akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat
kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan
untuk

membantu

menanamkan

pengetahuan

baru.

Suatu

pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan mental dan


disajikan sebelum materi baru.
2) Diferensiasi Progresif
Selama

belajar

bermakna

berlangsung,

perlu

terjadi

pengembangan dan elaborasi konsep. Pengembangan konsep


berlangsung paling baik,bila unsur-unsur yang paling umum
diperkenalkan terlebih dulu, baru kemudian hal-hal yang lebih
khusus dan detail dari konsep tersebut.

3) Belajar Superordinat
Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu
onsep yang lebih luas, lebih inklusif.
4) Penyesuaian integratif
Dalam mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi
progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan
bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsepkonsep superordinat. Kita harus memperlihatkan secara eksplisit
bagaimana arti-arti baru dihubungkan dan dipertentangkan
dengan arti-arti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana
konsep-konsep yang tingkatnya lebih tinggi sekarang mengambil
arti baru.
B. PENERAPAN TEORI AUSUBEL PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Misal guru meminta siswa untuk menghafalkan bilangan berikut :
(1) 09.107.145

(3) 17.081.945

(2) 54.918.071
Siswa diminta untuk mengaitkan dengan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya.
Ternyata sebagian besar siswa bisa menghafal bilangan yang no 3.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Mengapa bagi sebagian siswa di
Indonesia, bilangan ketiga, yaitu 17.081.945, merupakan bilangan yang paling mudah
diingat? Mengapa bilangan kedua yaitu 54.918.071 merupakan bilangan yang paling
mudah diingat berikutnya? Mengapa bilangan pertama yaitu 89.107.145 merupakan
bilangan yang paling sulit diingat atau dipelajari?
Bilangan ketiga, yaitu 17.081.945 merupakan bilangan yang paling mudah diingat
hanya jika bilangan tersebut dikaitkan dengan tanggal Kemerdekaan RI yang jatuh pada
17 Agustus 1945 (atau 17-08-1945). Namun bilangan ketiga tersebut, yaitu 17.081.945
akan sulit diingat (dipelajari) jika bilangan itu tidak dikaitkan dengan tanggal
Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Jadi, proses pembelajaran dimana kita dapat
mengaitkan suatu pengetahuan yang baru (dalam hal ini bilangan 17.081.945) dengan
pengetahuan yang lama (dalam hal ini 17-08-1945, yaitu tanggal Kemerdekaan RI 17
Agustus 1945) seperti itulah yang disebut dengan pembelajaran bermakna dan hasilnya
diharapkan akan tersimpan lama.
Jelaslah, menurut Ausubel, bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan
sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Di samping itu, seorang
guru dituntut untuk mengecek, mengingatkan kembali ataupun memperbaiki pengetahuan
prasyarat siswanya sebelum ia memulai membahas topik baru, sehingga pengetahuan yang

baru tersebut dapat berkait dengan pengetahuan yang lama yang lebih dikenal sebagai
belajar bermakna tersebut.

TEORI JEAN PIAGET


A. konsep perkembangan kognitif menurut Jean Piaget
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahanperubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan
kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan
bahwa daya pikir atau kekuatan metal anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis,
artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu
yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan
kognitif ini menjadi empat, yaitu
1) Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun)
Tahap Sensorimotor menurut Piaget dimulai sejak umur 0 sampai 2 tahun.
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang
sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah
demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
a) Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
b) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
c) Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
d) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
e) Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
2) Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun
Piaget mengatakan tahap ini antara usia 2 - 7/8 tahun. Ciri pokok perkembangan pada
tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya
konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.

Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa


dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka
sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
a) Self counter nya sangat menonjol.
b) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan
mencolok.
c) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria
yang benar.
d) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat
menjelaskan perbedaan antara deretan.

Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun)


anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan katakata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya
secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas.
Karakteristik tahap ini adalah :
a) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang
disadarinya.
b) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang
lebih kompleks.
c) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
d) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti
terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya.
Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6
tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa
jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan
dengan cara yang berbeda.
3) Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak
telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang
bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau
gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses
transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah
tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan
menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat

menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem
klasifikasi.
Namun

sungguhpun

anak

telah

dapat

melakukan

pengklasifikasian,

pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya


menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya
sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran
konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12
tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.
4) Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir
ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan
kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap
ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
1. Bekerja secara efektif dan sistematis.
2. Menganalisis secara kombinasi.

Dengan demikian telah diberikan dua

kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan


beberapa kemungkinan.
3. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional
tentang C1, C2 dan R misalnya.
4. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mulamula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling
lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya
menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah
melampaui, belum dapat melakukan formal operation.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda
dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan
berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan
dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin
tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak
cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada
muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai
dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai
dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
B. PENERAPAN TEORI PIAGET PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Menentukan luas daerah suatu bangun datar

p
Luas daerah bangun datar pada gambar di sebelah kiri ini adalah 8satuan luas, karena ada
8 persegi satuan yang dapat dihitung dengan:
1. membilang 1, 2, 3, ... , 8
2. menjumlahkan 2 + 2 + 2 + 2 = 8
3. menjumlahkan 4 + 4 = 8
4. mengalikan 2 4 = 8
5. mengalikan 4 2 = 8.
Cara ke-5 dengan mengalikan adalah cara yang paling cepat, sehingga rumus luas daerah
pada gambar di sebelah kanan dapat diasimilasi, disesuaikan, ataupun dikaitkan dengan
gambar di sebelah kiri sehingga luas daerah sebelah kanan adalah mengeneralisasi
perkalian 4 2 = 8 menjadi pl. Jadi luas daerah persegipanjang adalah pl. Sekali lagi,
tugas gurulah untuk merancang aktivitas bagi siswanya sehingga para siswa dapat
mempelajari luas daerah persegipanjang dengan mengasimilasi atau mengakomodasi.

3. HUMANIST THEORY OF LEARNING

TEORI MASLOW
A. KONSEP HIRARKHI KEBUTUHAN MENURUT MASLOW
Abraham Maslow mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi
sejumlah bidang yang berbeda, termasuk pendidikan. Ini pengaruh luas karena sebagian
tingginya tingkat kepraktisans teori Maslow. Teori ini akurat menggambarkan realitas
banyak dari pengalaman pribadi. Banyak orang menemukan bahwa mereka bisa
memahami apa kata Maslow. Mereka dapat mengenali beberapa fitur dari pengalaman
mereka atau perilaku yang benar dan dapat diidentifikasi tetapi mereka tidak pernah
dimasukkan ke dalam kata-kata.
Maslow adalah seorang psikolog humanistik. Humanis tidak percaya bahwa
manusia yang mendorong dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan
dan bala bantuan (behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis
berfokus pada potensi. Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas
kemampuan. Manusia mencari batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai kesadaran dan
kebijaksanaan. Ini telah diberi label berfungsi penuh orang, kepribadian sehat, atau
sebagai Maslow menyebut tingkat ini, orang-aktualisasi diri.

Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu
adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang
sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan
yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah
mewarisi. Jika lingkungan tidak benar (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan
tumbuh tinggi dan lurus dan indah.
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar
kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk
memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima
kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas,
maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow
adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan
suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak
diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang
untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan
perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit
kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode
disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering
menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya
kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa
orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua
dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem

Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi
dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat
penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan,
tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi,
orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi,
orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk
aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu
untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu lahir untuk dilakukan. Seorang
musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis. Kebutuhan ini
membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi,
tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak
dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang
itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada
kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Teori hierarkhi kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat
bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan
aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan
bergerak dengan baik di arah aktualisasi diri adalah karena kendala ditempatkan di jalan
mereka oleh masyarakat negara. Dia bahwa pendidikan merupakan salah satu kendala. Dia
merekomendasikan cara pendidikan dapat beralih dari orang biasa-pengerdilan taktik
untuk tumbuh pendekatan orang. Maslow menyatakan bahwa pendidik harus menanggapi
potensi individu telah untuk tumbuh menjadi orang-aktualisasi diri / jenis-nya sendiri.
Sepuluh poin yang pendidik harus alamat yang terdaftar:
1. Kita harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin
mereka dan mendengar perasaan mereka-suara batin.
2. Kita harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan
menjadi warga negara dunia.
3. Kita harus membantu orang menemukan panggilan mereka dalam hidup, panggilan
mereka, nasib atau takdir. Hal ini terutama difokuskan pada menemukan karier
yang tepat dan pasangan yang tepat.
4. Kita harus mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada sukacita yang
harus dialami dalam kehidupan, dan jika orang yang terbuka untuk melihat yang
baik dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
5. Kita harus menerima orang seperti dia atau dia dan membantu orang belajar sifat
batin mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya bakat dan keterbatasan kita bisa
tahu apa yang harus membangun di atas, apa potensi yang benar-benar ada.

6. Kita harus melihat itu kebutuhan dasar orang dipenuhi. Ini mencakup keselamatan,
belongingness, dan kebutuhan harga diri.
7. Kita harus refreshen kesadaran, mengajar orang untuk menghargai keindahan dan
hal-hal baik lainnya di alam dan dalam hidup.
8. Kita harus mengajar orang bahwa kontrol yang baik, dan lengkap meninggalkan
yang buruk. Dibutuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua
daerah.
9. Kita harus mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan bergulat
dengan masalah serius dalam kehidupan. Ini termasuk masalah ketidakadilan, rasa
sakit, penderitaan, dan kematian.
10. Kita harus mengajar orang untuk menjadi pemilih yang baik. Mereka harus diberi
latihan dalam membuat pilihan yang baik.
B. PENERAPAN KONSEP MASLOW DALAM PEMBELAJARAN
1) Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis

menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai

menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang

menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif

menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis

2) Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman

sifat guru menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap


siswanya dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi

adanya ekspektasi yang konsisten

mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem


pendisiplinan siswa secara adil

lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui


pujian/ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian
hukuman atas perilaku negatif siswa

3) Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan


a. Hubungan Guru dengan Siswa

guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian ; empatik, peduli dan interes


terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta menjadi pendengar yang baik

guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan dapat memahami


siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar
belakangnya)

guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif
daripada yang negatif

guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan


keputusan setiap siswanya

guru dapat menjadi pendorong yang bisa diandalkan dan memberikan


kepercayaan terhadap siswanya

b. Hubungan Siswa dengan Siswa

sekolah

mengembangkan

situasi

yang

memungkinkan

tercipatanya

kerjasama mutualistik dan saling percaya diantara siswa

sekolah dapat menyelenggarakan class meeting berbagai forum dalam olah


raga atau kesenian

sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan


pembelajaran

sekolah mengembangkan tutor sebaya

sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam

4) Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri

mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap


siswa

dapat

saling

menghormati

dan

mempercayai,

tidak

saling

mencemoohkan

mengembangkan program bintang pada pekan ini

mengembangkan program

penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi

yang diperoleh siswa

mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan siswa untuk memiliki


sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik

berusaha melibatkan para siswa dalam setiap mengambil keputusan yang


terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri

5) Estetika

menata ruangan kelas secara rapi dan menarik

menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di


dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik

ruangan dicat dengan warna hidup dan menyenangkan

memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekeliling sekolah

tersedia taman kelas dan sekoalh yang tertata indah

6) Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri

memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaiknya

memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah


kemampuan dan potensi yang dimilikinya

menciptakan pembelajaran yang bermakna di kaitkan dengan kehidupan nyata

perencanaan dan proses pemebelajaran yang melibatkan aktivitas meta


kognitif siswa

melibatkan siswa dalam proyek atau kegaitan self expressive dan kreatifitas

TEORI CARL ROGER


A. Konsep Teori Kepribadian Menurut Carl Rogers
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik
Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi
(person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid
(student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to
person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.Rogers
menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam
psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot.
Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, di mana humanisme
adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat
dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri
untuk maksud tertentu.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:

Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang
lebih kecil.

Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan
atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang
kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator
belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan, penerimaan, dan
kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.

Realitas di dalam fasilitator belajar

Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri
dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan
dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.

Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan


Menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan
akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul
kepercayaan akan satu dengan lainnya.

Pengertian yang empati


Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus
memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak
menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari
sudut murid dan bukan guru.

B.

PENERAPAN TEORI CARL ROGER DALAM PEMBELAJARAN


Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik,

tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapaiaktualisasi diri. Aplikasi teori


humanistik Carl Rogers dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir
induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi
secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing di
depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang
mengerti terhadap materi yang diajarkan.

TEORI VYGOTSKY
A. KONSEP BELAJAR ZPD MENURUT VYGOTSKY
Vygotsky dalam Komalasari (2010:23) mengemukakan konsepnya tentang zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development).
Menurutnya perkembangan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat
perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktua
tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan
berbagai masalah secara sendiri. Ini disebut sebagai kemampuan intramental. Sedangkan
tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibimbing orang dewasa atau ketika
berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu atau kompeten. Ini disebut
kemampuan intermental. Jarak antara tingkat perkembangan aktual dengantingkat

perkembangan potensialdisebut zona perkembangan proksimal, yang diartikan sebagai


fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih pada proses
pematangan
Hal yang sama juga disebutkan oleh Jauhar (2011:39) yaitu zoneof proximal
developmentadalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan
sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan
potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan
orang dewasa atau temansebaya yang lebih mampu. Trianto (2011:39) juga menambahkan
bahwa menurut Vygotsky proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada
dalam jangkauan mereka yang disebut dengan zoneof proximal development, yakni daerah
tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky
yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan
dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke
dalam individu tersebut
Wijayanti (2008) berpendapat bahwa teori tentang ZPD dari Vygotsky ini
bermakna bahwa pembelajaran terjadi melaluiinteraksi sosial dengan bantuan guru atau
teman sejawat. Melalui tantangan dan bantuan dari guru atau dari teman yang lebih
mampu, siswa bergerak ke dalam ZPD mereka dimana pembelajaran terjadi.Berkaitan
dengan teori ZPD ini, Bruner dalam Oakley (2004:42) mengembangkan ide Vygotsky
lebih jauh. Ia menyarankan agar guru menggunakan Scaffolding dalam pembelajaran.
Menurut Ruseffendi (1992:34) Scaffolding adalah bantuan atau support kepada
seseorang anak dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih kompeten dengan maksud
agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi
tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangankognitif yang actual dari anak yang
bersangkutan

B. PENERAPAN TEORI VYGOTSKY DALAM PEMBELAJARAN

TEORI BRUNER
A. KONSEP TEORI BRUNER
Jerome S. Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli
psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya
yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir.
Dalam mempelajari manusia, Ia menganggap manusia sebagai pemproses, pemikir, dan
pencipta informasi (dalam Wilis Dahar, 1988;118).
Menurut Bruner belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran
diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan
yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan strukturstruktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang
dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan
bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah
dipahami dan diingat anak.
Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak,
dibutuhkan wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia. Bruner juga
mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak
akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda
yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan
dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya.
Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui keaktifannya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang
diberikan pada dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang mempelajari bilangan prima
akan bisa menemukan berbagai hal yang penting dan menarik tentang bilangan prima,
sekalipun pada awal mula guru hanya memberikan sedikit informasi tentang bilangan
prima kepada siswa tersebut. Teori Bruner tentang kegiatan manusia tidak terkait dengan
umur atau tahap perkembangan. Ada dua bagian yang penting dari teori Bruner (dalam

Suwarsono, 2002;25), yaitu :

Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar


Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan (Misalnya
mempelajari suatu konsep Matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahaptahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif)
orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti
proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari
dalam tiga tahap, yang macamnya dan urutannya adalah sebagai berikut (dalam
Suwarsono,2002;26) :
1. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana
pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda
kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
2. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana
pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret
atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.
3. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols yaitu
simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam
bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf,
kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambanglambang abstrak lainnya.
Menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran
diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini telah
dirasa cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap belajar dengan
menggunakan modus representasi ikonik, dan selanjutnya, kegiatan belajar itu diteruskan
dengan kegiatan belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus
representasi simbolik.

B. APLIKASI TEORI BRUNER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Menggambar jaring-jaring kubus
Langkah kegiatan pembelajarannya sebagai berikut:
a. Tahap enaktif, Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menugasi siswa membawa
paling sedikit 3 doos kecil berbentuk kubus dari rumah. Di kelas tiap siswa dengan
caranya sendiri diminta untuk megiris doos itu menurut rusuknya sehingga dperoleh
babaran atau rebahannya. Babaran atau rebahan doos itu harus berbentuk bangun
datar gabungan yang bila dilipat menurut rusuk yang teriris akan membentuk kubus

seperti semula. Dengan cara ini siswa melakukan tahap enaktif dalam memperoleh
jaring-jaring kubus dengan memperhatikan rebahan kubus. Siswa langsung
menemukan cara memilih rusuk yang diiris sehingga rebahannya bila dilipat kembali
akan terbentuk seperti semula. Namun ada kemungkinan siswa mengiris rusuk
sedemikian rupa sehingga bila bangun rebahannya dilipat kembal tidak diperoleh
kubus seperti semula, misalnya ada bagian sisi yang ompong/kosong karena
menumpuk pada sisi lain/ sisi-sisi yang saling menutup. Atau mungkin rebahannya
tidak lagi berbetuk bangun datar gabungan. Berpandu pada hasil kerja siswa guru
membimbing siswa untuk mengidentifikasi ciri-ciri (syarat) dari bangun babaran
atau rebahan kubus sehingga bila dilipat menurut rusuk yang tak teriris membentuk
bangun kubus seperti semula ( bangun babaran atau rebahan yang sedemikian oleh
siswa mungkin ditemukan lebih dari satu macam). Setelah itu barulah guru
mengkomunikasikan bahwa bangun babaran atau rebahan yang sedemikian itulah
yang disebut jaring-jaring kubus.
b. Tahap Ikonik, dengan berpandu pada hasil kerja siswa diminta menggabar bangun
babaran atau rebahan kubus yang berupa jaring-jaring. Dengan mengingat syarat
atau ciri-ciri dari suatu babaran kubus yang berupa jaring-jaring kubus. Jaring-jaring
kubus adalah rangkaian bangun yang diperoleh dari enam persegi yang sama, dalam
susunan tertentu. Kemudian siswa diminta untuk menggambar jaring-jaring kubus
yang lain, Misal contoh dua jaring-jaring tersebut bentuk adalah sebagai berikut.
c. Tahap Simbolis, untuk tahap simbolis siswa dapat ditugasi untuk membuat jaringjaring kubus dengan kertas bufalo yang baru, kemudian membuat kubus dengan
ukuran yang tertentu.

5. KURIKULUM 2013
Pendekatan ilmiah yang direkomendasikan oleh pemerintah dalam Kurikulum 2013
berdasarkan teori konstruktivist dan ilustrasi.
Pendekatan

ilmiah

merupakan

suatu

proses

ilmiah

dalam

pembelajaran. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan


ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria
ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive
reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran
deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang
spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya,

penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang


lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan
kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk


fenomena

atau

gejala,

pada

teknik-teknik

memperoleh

investigasi

pengetahuan

atas

baru,

atau

mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat


disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.

Karena itu, metode

ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui


observasi

dan

ekperimen,

kemjdian

memformulasi

dan

menguji

hipotesis.1[5]
Sementara itu, Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri
bahwa

pendekatan

didalamnya

ilmiah

mencakup

(scientific

komponen:

appoach)

dalam

mengamati,

pembelajaran

menanya,

mencoba,

mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen


tersebut seyogyanya dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran,
tetapi bukanlah sebuah siklus pembelajaran. 2[6] Berikut penjelasan komponen
dari pendekatan saintifik.
1) Mengamati
Metode
mengamati
pembelajaran

(meaningfull

mengutamakan
learning).

Metode

kebermaknaan
ini

memiliki

proses

keunggulan

tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang
dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati
dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang
lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali
akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang
digunakan oleh guru.
2) Menanya
Guru yang efektif
meningkatkan

dan

pengetahuannya.

mampu

menginspirasi

mengembangkan

Pada

saat

guru

ranah

bertanya,

peserta

sikap,
pada

didik

untuk

keterampilan,
saat

itu

pula

dan
dia

membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika


guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong
asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
1
2

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,


pertanyaan

dimaksudkan

untuk

memperoleh

tanggapan

verbal.

Istilah

pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga


dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas, menginspirasi
jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau
penguatan,

memberi

kesempatan

peserta

didik

untuk

berpikir

ulang,

merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, dan merangsang


proses interaksi.
3) Menalar
Istilah menalar

dalam

kerangka

proses

pembelajaran

dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan


bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu
dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
empiris

yang

pengetahuan.

dapat

diobservasi

untuk

memperoleh

simpulan

berupa

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski

penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.


Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan
merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna
menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwaperistiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan
peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak
berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah
tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif
psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau
mental sebagai hasil dari kesamaan
ruang dan waktu.
Menurut teori

asosiasi,

antara pikiran atau kedekatan dalam

proses

pembelajaran

pembelajaran

akan

berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan
peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R).
Teori

ini

kemudian

dikembangan
dikenal

kerdasarkan

dengan

teori

hasil

asosiasi.

eksperimen
Jadi,

Thorndike,

prinsip

dasar

yang
proses

pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal
dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran,
lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau
inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba.
4) Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau
substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus
memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen

atau

mencoba

dimaksudkan

untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,


dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1)
menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan
yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang
relevan

dan

hasil-hasil

eksperimen

sebelumnya;

(4)

melakukan

dan

mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,


dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
(7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid
(2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3)
Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja
untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga
akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid
(7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut.3[7]

Вам также может понравиться