Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Bab 1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Etil asetat merupakan senyawa yang dihasilkan dari pertukaran gugus hidroksil
pada asam karboksilat dengan gugus hidrokarbon yang terdapat pada etanol. Etil asetat
seringkali disintesis dengan mengunakan katalisator cair berupa asam sulfat. Penggunaan
katalisator asam sulfat dapat menghasilkan konversi yang cukup tinggi yaitu dapat
mencapai 98% (Nuryoto, 2008).
Di Indonesia, konsumsi etil asetat sebagian besar digunakan dalam industri
percetakan, yaitu sebesar 51,4%; 31,7% untuk industri cat dan thiner; 4,4% untuk industri
film dan PVC dan sisanya untuk bahan perekat, farmasi dan pelarut. Kebutuhan akan etil
asetat ini semakin besar seiring dengan berkembangnya industri kimia dan teknologi yang
berkembang di Indonesia. Kerena kebutuhan etil asetat semakin meningkat, maka perlu
peningkatan pula dalam memproduksi etil asetat (Absori, 2011).
Pembuatan etil asetat dalam skala industri bisa menggunakan beberapa proses
diantaranya adalah proses tischenco, proses esterifikasi dengan asam sulfat dan etil asetat
dari etilene dan asam asetat. Dalam percobaan ini akan dilakukan pembuatan etil asetat
dalam skala labor guna untuk mengetahui proses pebuatannya menggunakan cara
esterifkasi dengan katalisator asam sulfat.
1.2
Tujuan Percobaan
1.
2.
2
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
Etanol
46,07 gr/mol
78,320C
144,1OC
3
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang
penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar (Yuni, 2012).
2.2
Asam Asetat
2.2.1
Akan tetapi, di kalangan masyarakat asam asetat biasa disebut cuka atau asam cuka.
Asam cuka merupakan cairan yang rasanya masam yang pembuatannya melalui proses
fermentasi alkohol dan fermentasi asetat yang didapat dari bahan kaya gula seperti
anggur, apel, nira kelapa, malt, gula dan lain sebagainya. Asam asetat dengan kadar 25%
beredar bebas di pasaran dan biasanya ada yang bermerek dan ada yang tidak bermerek.
Pada cuka yang bermerek biasanya tertera atau tertulis kadar asam asetat pada etiketnya
(Yuniar, 2011).
Tabel 2.2 Identitas Asam Asetat
Nama sistematis
Nama alternatif
Rumus molekul
Massa molar
Titih lebur
(Sumber: Ananda, 2012)
2.2.2
a.
berbau menyengat, berasa asam mempunyai titik beku 16,5 0C, titik didih 118,10C dan
larut dalam alkohol, air dan eter. Asam asetat tidak larut dalam karbon disulfida. Asam
asetat dibuat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter pembuatan dengan
cara ini biasa digunakan dalam pembuatan dalam cuka makan. Asam asetat
mempunyai rumus molekul CH3COOH dan bobot molekul 60,05 (Yuniar, 2011).
b.
Sifat kimia
4
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0 % b/b dan tidak lebih dari 37,0%
b/b C2H4O2. Asam asetat mudah menguap diudara terbuka, mudah terbakar, dan dapat
menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air dengan suhu 20 0C,
etanol (9,5%) pekat, dan gliserol pekat. Asam asetat jika diencerkan tetap bereaksi
asam. Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium hidroksida,
dimana 1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 60,05 mg CH 3COOH (Yuniar,
2011).
+ O2
acetobacter (350C)
CH3COOH + H2O
secara kering dalam ruangan tertutup maka akan terjadi gas dan cairan seperti air
yang mengandung aseton, metanol dan asetat. Lalu didalam cairan itu ditambahkan
kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan akan terjadi kalsium asetat. Kemudian cairan
tersebut didestilasi dan diperoleh destilat berupa metanol, aseton, dan air, sedangkan
yang tertinggal kalsium asetat. Kalsium asetat jika ditambah asam sulfat akan
menghasilkan asam asetat.
3. Pembuatan yang diperoleh dari etuna.
C2H2 + H2O CH2=C(OH)H CH3CHO (reaksi hidrolisis)
CH3CHO + O2 CH3COOH (reaksi oksidasi)
Gambar 2.2 Reaksi dengan Etuna (Yuniar, 2011)
Reaksi antara etuna dengan air pada T= 600 0C 8000C dan katalis Merkuri (II) maka
akan membentuk etanol yang kemudian berubah menjadi aldehid. Pada hasil akhir
aldehida dioksidasi maka akan diperoleh asam asetat (Yuniar, 2011).
2.2.4
5
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam, derivat dan ester
asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organik yang baik dan
untuk membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, dan
selofan. Asam asetat dapat juga digunakan sebagai pengawet, bumbu-bumbu masak atau
penambah rasa masakan, untuk membuat aneka ester, zat warna dan propanon (Yuniar,
2011).
2.3
Asam Sulfat
2.3.1
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan
merupakan salah satu produk utama industri kimia. Walaupun asam sulfat yang
mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO 3 pada titik didihnya dan
menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan dan merupakan
bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% pada umumnya disebut sebagai
asam sulfat pekat (Ananda, 2012).
Tabel 2.3 Identitas Asam Sulfat
Nama sintesis
Rumus molekul
Massa molar
Densitas
Titik didih
(Sumber: Ananda, 2012)
2.3.2
Asam sulfat
H2SO4
98,078 gr/mol
1,84 gr/cm3
2900C
Selalu tambahkan asam ini ke air untuk mengencerkannya, jangan sekali-kali menuang
air ke dalam asam sulfat. Asam sulfat juga sangat kuat sebagai dehidrator dan harus
dilakukan dengan sangat hati-hati. Sifat korosif asam sulfat dapat merusak benda-benda
dari logam, karena logam akan teroksidasi baik dengan asam sulfat encer maupun pekat.
2.4
Ester
2.4.1
Pengertian Ester
6
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu
(atau lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu gugus organik (biasa
dilambangkan dengan R'). Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam
karboksilat mengandung gugus COOH, dan pada sebuah ester hidrogen digugus ini
digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Misalnya, gugus alkil dan
gugus aril/cincin benzen (Alfi, 2013).
Tabel 2.4 Rumus Molekul, Rumus Umum dan Nama dari Ester
Rumus Molekul
Rumus Struktur
CH3COCH3
C3H6O2
Nama
Metil etanoat
O
CH3CH2COCH2CH3
C5H10O2
Etil propanoat
O
CH3CH2CCH3
C4H8O2
Metil propanoat
2.4.2
a. Sifat Fisika
1. Titik didih
Ester-ester yang kecil memiliki titik didih yang mirip dengan titik didih aldehid
dan keton yang sama jumlah atom karbonnya. Seperti halnya aldehid dan keton,
ester adalah molekul polar sehingga memiliki interaksi dipol-dipol serta gaya
dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester tidak membentuk ikatan hidrogen,
sehingga titik didihnya tidak menyerupai titik didih asam yang memiliki atom
karbon sama (Clark, 2007). Sebagai contoh:
Tabel 2.5 Perbedaan Titik Didih Asam Karboksilat dan Ester
Molekul
Tipe
Titik didih
CH3CH2CH2COOH
Asam karboksilat
164
CH3COOCH2CH3
Ester
77,1
7
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
Tabel 2.6 Kelarutan Ester Dalam Air
Ester
Etil metanoat
Etil etanoat
Etil propanoat
(Sumber: Clark, 2007)
Rumus molekul
HCOOCH2CH3
CH3COOCH2CH3
CH3CH2COOCH2CH3
Penurunan kelarutan ini disebabkan oleh fakta bahwa walaupun ester tidak bisa
berikatan hidrogen satu sama lain, tetapi bisa berikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air
bisa cukup tertarik ke salah satu dari pasagan elektron bebas pada sebuah atom
oksigen dalam sebuah ester sehingga sebuah ikatan hidrogen bisa terbentuk. Tentu
akan ada juga gaya dispersi dan gaya-tarik dipol-dipol antara ester dan molekul air.
Pembentukan gaya tarik ini melepaskan energi. Ini membantu menyuplai energi
yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dari molekul air lainnya dan
molekul ester dari molekul ester lainya sebelum bisa bercampur. Apabila panjang
rantai bertambah, bagian-bagian hidrogen dari molekul ester mulai terhindari dari
energi tersebut. Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, bagian-bagian
hidrogen ini memutus ikatan hidrogen yang relatif lemah antara molekul-molekul air
tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadikan proses ini kurang
menguntungkan dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.
3.
Titik leleh
Titik leleh menentukan apakah sebuah zat adalah lemak (sebuah padatan pada
suhu kamar) atau minyak (sebuah cairan pada suhu kamar). Lemak biasanya
mengandung rantai-rantai jenuh. Ini memungkinkan terbentuknya gaya dispersi van
der Waals yang lebih efektif antara molekul-molekulnya. Ini berarti bahwa
diperlukan lebih banyak energi untuk memisahkannya, sehingga meningkatkan titik
leleh.
Semakin
besar
tingkat
ketidakjenuhan
molekul,
semakin
rendah
kecenderungan titik leleh karena gaya dispersi van der Waals kurang efektif.
b.
Sifat Kimia
1.
kimia di gugus alkoksi (OR') digantikan oleh gugus yang lain. Hidrolisis dipercepat
8
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
dengan adanya asam atau basa. Hidrolisis dalam suasana asam merupakan kebalikan
dari esterifikasi. Ester direfluks dengan air berlebih yang mengandung katalis asam
yang kuat. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan, sehingga reaksi
tidak pernah berhenti.
O
H+
RCOR + HOH
Ester
RCOH
air
+ ROH
asam karboksilat
alkohol
Ester
basa
Ester
alkohol
alkohol
2.4.3
Pembuatan Ester
9
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
sebuah cincin benzen. Fenol bereaksi dengan asam karboksilat dengan sangat lambat
sehingga reaksi tidak bisa digunakan untuk tujuan pembuatan. Ester dihasilkan
apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam.
Katalis ini biasanya asam sulfat pekat. Gas hidrogen klorida kering terkadang
digunakan, tetapi penggunaannya cenderung melibatkan ester-ester aromatik (ester
dimana asam karboksilat mengandung sebuah cincin benzen). Reaksi pengesteran
(esterifikasi) berjalan lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan untuk reaksi
antara asam RCOOH dengan alkohol ROH (Clark, 2007). Contoh sebagai berikut:
RCOH
ester
air
alkohol
ester
asam
10
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
Reaksi ini juga bisa digunakan untuk membuat ester baik dari alkohol maupun
fenol. Reaksinya berlangsung lebih lambat dibanding reaksi sebanding yang
menggunakan asil klorida, dan campuran reaksi biasanya perlu dipanaskan. Untuk
fenol, kita bisa mereaksikan fenol dengan larutan natrium hidroksida pertama kali,
yang menghasilkan ion fenoksida yang lebih reaktif. Mari kita mengambil contoh
etanol yang bereaksi dengan etanoat anhidrida sebagai sebuah reaksi sederhana yang
melibatkan sebuah alkohol. Reaksi yang berlangsung pada suhu kamar cukup lambat
(atau lebih cepat jika dipanaskan). Tidak ada perubahan yang dapat diamati pada
cairan tidak berwarna, tetapi sebuah campuran antara etil etanoat dengan asam
etanoat terbentuk (Clark, 2007).
(CH3CO)2O + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + CH3COOH
anhidrida asam
alkohol
ester
asam karboksilat
Kegunaan Ester
Senyawa ester dengan rantai pendek (ester yang berasal dari asam
karboksilat suku rendah dengan alkohol suku rendah) banyak terdapat dalam
buah-buahan yang menimbulkan aroma dari buah tersebut, sehingga disebut
ester buah-buahan. Senyawa ester ini banyak digunakan sebagai penyedap atau
esens.
Tabel 2.7 Senyawa Ester dan Aromanya
CH3COOC2H5
CH3COOC8H17
C4H9COOC5H11
Ester yang berasal dari gliserol dengan asam karboksilat suku rendah atau tinggi
(minyak dan lemak), digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan sabun dan
mentega (margarin).
11
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
3.
Ester dari alkohol suku tinggi dan asam karboksilat suku tinggi. Ester ini disebut
lilin (wax), lilin ini berbeda dengan lilin hidrokarbon (lilin parafin). Kegunaannya
ialah untuk pemoles mobil dan lantai (Maria, 2011).
2.5
Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas (senyawa asam
Katalis
2.6.1
Pengertian Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat meningkatkan laju reaksi dan setelah reaksi
selesai, terbentuk kembali dalam kondisi tetap. Katalis ikut terlibat dalam reaksi,
memberikan mekanisme baru dengan energi pengaktifan yang lebih rendah dibanding
reaksi tanpa katalis (Etna, 2011).
2.6.2
1. Katalis homogen
Yakni jika fase katalis sama dengan fase reaktan dan fase produk reaksi (atau fase
katalis = fase reaksi). Yang paling umum berupa fase cair, dengan katalis dan
reaktan berada dalam larutan. Keunggulannya adalah aktivitas dan selektivitasnya
tinggi, tidak mudah teracuni oleh keberadaan pengotor, mudah dioperasikan, mudah
12
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
dimodifikasi, mudah untuk dipelajari. Sedangkan kekurangannya adalah sulit
dipisahkan dari campuran reaksi, kurang stabil pada suhu tinggi. Karena alasanalasan tersebut, katalisis homogen terbatas penggunaannya di industri, biasanya
dalam pembuatan zat kimia khusus, obat-obatan, dan makanan kecuali pada produksi
asam asetat, proses alkilasi olefin, dan hidroformilasi. Contohnya adalah katalis fase
cair dan katalis fase gas.
CO (g) + O2(g) CO2(g)
katalis: NO (g)
katalis: uap I2
katalis: asam
katalis: asam
Katalis heterogen
Yakni jika fase katalis tidak sama dengan fase reaktan dan/atau fase produk reaksi
(atau fase katalis fase reaksi). Sifat katalis ini adalah mudah dipisahkan dari
campuran reaksi, tahan dan stabil terhadap suhu relatif tinggi, mudah disiapkan
dalam bentuk pellet katalis padat dan konstruksinya sederhana.
Katalis padat Fe untuk Proses Haber pada pembuatan amonia
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Katalis padat Fe2O BiO2 untuk oksidasi amonia pada pembuatan asam nitrat:
4NH3(g) + 5O2(g) 4NO(g) + 6H2O(g)
Gambar 2.11 Contoh Katalis Heterogen (Dy, 2007)
2.6.2
1.
koloid yang dapat ditemukan dalam sistem biokimia mahkluk hidup. Misalnya,
enzim-enzim dalam sistem pencernaan tubuh manusia dan enzim-enzim dalam tubuh
13
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
manusia. Ketalis ini bekerja pada suhu ambient. Setiap enzim mempunyai suhu
optimum (suhu operasi ketika aktivitasnya mencapain maksimum). Peningkatan
suhu diatas suhu optimumnya akan mengakibatkan kerusakan enzim (denaturasi
protein).
2. Katalis yang dibuat oleh manusia (man-made catalyst)
Katalis ini bekerja pada suhu tinggi yang sebaian besar berwujud padat. Contohnya
sebagai berikut:
Katalis V2O5 untuk reaksi oksidasi SO2
SO2(g) + O2(g) SO3(g)
Katalis Fe-base untuk reaksi sintesis amonia
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Katalis oksida Cu-Zn untuk reaksi sintesis metanol
CO(g) + 2H2(g) CH3OH(g)
Pemurnian
2.7.1
Pengertian Pemurnian
Pemurnian adalah proses dimana kotoran yang tidak diinginkan, seperti hidrogen
sulfida, dikeluarkan dari campuran gas. Pemurnian gas dilakukan dengan dua metode
utama. Metode kering di mana gas dilewatkan melalui beberapa materi pemurnian seperti
oksida besi dicampur dengan serutan kayu, dan metode basah di mana gas dibawa dalam
kontak dengan cairan yang mengandung zat aktif seperti pemurnian etanolamin atau
arsenik trioksida (Zoellucky, 2011).
2.7.2
Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
14
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Distilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang ditujukan
untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil distilasi disebut distilat dan
sisanya disebut residu. Jika hasil distilasinya berupa air, maka disebut sebagai
aquadestilata (disingkat aquades). Contoh: pemisahan minyak atsiri dari bahan baku
misal minyak nilam, minyak kenanga, minyak cengkeh dan lain-lain.
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap
air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada
temperatur yang lebih rendah (Junaidi, 2010).
2.7.3
Pemurnian Air
Pemurnian Air adalah menghilangkan Kontaminan pada air untuk menghasilkan
air yang murni. Zat yang dipisahkan dalam proses pengolahan air antara lain padatan
tersuspensi, bakteri, ganggang, virus, jamur, mineral (seperti besi, mangan dan sulfur) dan
buatan kimia polutan termasuk pupuk (Zoellucky, 2011).
2.7.4
Na2CO3
Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat atau asam karbonat dengan rumus
kimia Na2CO3 adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, yang
banyak dipergunakan di dalam industri makanan/biskuit (sebagai baking powder),
pengolahan kulit, farmasi, tekstil, kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permet
(candy) dan industri pembuatan batik. Sepanjang sejarah industri kimia, persediaan
natrium karbonat Na2CO3, soda, merupakan isu penting. Soda adalah bahan dasar penting
bukan hanya untuk keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk produk industri
yang lebih canggih (seperti gelas). Pada percobaan ini, Na 2CO3 berperan sebagai
pengestrak asam sisa dari etil asetat yang akan diubah menjadi garam natrium yang larut
dalam air. Garam natrium ini merupakan zat pengotor yang terdapat didalam etil asetat
(Ananda, 2012).
2.7.5
CaCl2
Cairan kalsium klorida (CaCl 2) adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur
kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. CaCl2 tidak berbau, tidak berwarna, solusi tidak
beracun, yang digunakan secara ekstensif di berbagai industri dan aplikasi di seluruh
15
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
dunia. Berlaku sebagai ion khalida yang khas dan padat pada suhu kamar. Sebuah
senyawa yang terjadi secara alami, Kalsium Klorida cair dapat ditemukan paling sering
dalam air laut dan mata air mineral. Kemampuan klorida kalsium untuk menyerap banyak
cairan merupakan salah satu kualitas yang membuatnya begitu serbaguna. Ada beberapa
kekurangan dengan aplikasi ini, karena ada beberapa bukti bahwa produk mungkin lebih
berbahaya bagi hidup tanaman dari garam batu. Banyak kolam menggunakan produk
yang mengandung kalsium klorida, terutama di daerah di mana ada kalsium relatif sedikit
ditemukan di dalam air. Penggunaan produk ini membantu meningkatkan kadar kalsium
air, yang pada gilirannya meminimalkan potensi korosi pada pompa. Produk juga
membatasi korosi dengan berbagai jenis peralatan kolam renang, serta kelengkapan
kolam apapun yang dibuat dengan logam.
Kalsium klorida juga digunakan dalam sejumlah aplikasi lain. Misalnya, percikan
produk pada jalan-jalan di iklim kering, khususnya padang pasir, dapat membantu untuk
meminimalkan jumlah debu yang ditendang ke atas karena lalu lintas. Produk ini dapat
digunakan untuk mengeringkan rumput laut , sehingga membantu dalam produksi soda
ash . Hal ini dapat digunakan sebagai bahan dalam berbagai jenis produk plastik, serta
membantu pelembut kain tipis cair (Ahfi, 2011).
2.8
Etil Asetat
2.8.1
besarnya terdiri dari etil asetat dengan rumus CH 3COOCH2CH3 dan terutama digunakan
sebagai pelarut tinta, perekat dan resin.
2.8.2
beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang
lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat
asam yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan
nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan
8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun
demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
2.8.3
16
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
Asam asetat sebagian besar digunakan dalam industri percetakan, yaitu sebesar
51,4%; 31,7% untuk industri cat dan thiner; 4,4% untuk industri film dan PVC dan
sisanya untuk bahan perekat, farmasi dan pelarut (Absori, 2011).
2.8.4
1.
Bahan baku yang digunakan adalah asetaldehid dengan memakai katalis alumunium
etoksida pada temperatur 200C. Proses ini dikembangkan pada industri di Eropa
selama satu setengah abad dimana asetaldehid menjadi bahan intermediet yang
penting dibanding etilene. Reaksi yang terjadi :
2CH3CHO CH3COOCH2CH3
Gambar 2.13 Reaksi Tischenco (Absori, 2011)
2.
menggunakan katalis asam sulfat. Proses ini berlangsung pada suhu 100 0C dengan
yield etil asetat yang dapat diperoleh sebesar 99%. Reaksi yang terjadi :
CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O
Gambar 2.14 Reaksi Esterifikasi dengan Katalis Asam Sulfat (Absori, 2011)
3.
17
Praktikum Kimia Organik/8/S.Genap
Gambar 2.16 Esterifikasi dengan Reactive Destillation (Absori, 2011)
Reactive Distillation merupakan suatu alat yang menggabungkan antara proses
reaksi kimia dan proses distilasi ke dalam satu unit proses. Dalam beberapa
penggunaan khusus di banyak kasus, ketika keseimbangan reaksi termodinamika
dapat membatasi konversi yang diperoleh, sehingga produk reaksi meninggalkan
zona reaksi dan dapat meningkatkan konversi dan selektivitas secara signifikan.
Katalis yang digunakan dalam aplikasi Reactive Distillation adalah resin aktif yang
mempunyai ion H+. Ion ini berperan dalam mempercepat reaksi esterifikasi sebagai
contoh adalah amberlyst-35. Proses dijalankan pada suhu antara 90-110 0C, konversi
maksimal yang di dapat juga lebih besar yaitu mendekati 100% (Absori, 2011).