Вы находитесь на странице: 1из 74

Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

FISIKA DASAR

Suhu, Kalor dan


Termodinamika
Mukhtar Effendi

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

I. SUHU/TEMPERATUR

Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari


suatu benda.
Panas-dinginnya suatu benda berkaitan dengan
energi termis yang terkandung dalam benda
tersebut.
Makin besar energi termisnya, makin besar
temperaturnya.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

1.1. Kontak termal.

Dua buah benda dikatakan dalam keadaan kontak


termal bila energi termal dapat bertukar diantara
kedua benda tanpa adanya usaha yang dilakukan.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

1.2. Kesetimbangan thermal

Yaitu situasi yang mana dua benda yang dalam


keadaan kontak thermal menukarkan energi termal
dalam jumlah yang sama.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai
kesetimbangan thermal tergantung sifat benda
tersebut.
Pada saat kesetimbangan thermal ke dua benda
mempunyai temperatur yang sama.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Jika benda A dan B masing-masing dalam keadaan


setimbang thermal dengan benda ke tiga C, maka
benda A dan B dalam keadaan setimbang thermal
terhadap satu sama lain.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

1.3. Hukum ke-nol Thermodinamika

Benda ketiga C ini nanti yang akan kita sebut


thermometer. Dua benda A dan B yang dalam
kesetimbangan thermal mempunyai tempertur yang
sama.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

2. TERMOMETER

Untuk mengukur temperatur sebuah benda secara


kuantitatif
Termometer ini terbuat dari bahan yang bersifat
termometrik (sifat fisiknya bervariasi terhadap
temperatur).

volume cairan
panjang kawat
hambatan kawat
volume gas pada tekanan konstan
tekanan gas pada volume konstan
warna pijar dsb.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

2.1. Thermometer gas volume konstan.


Sifat termometrik dari termometer ini adalah tekanan gas
yang bervariasi terhadap temperatur pada volume konstan.
T = aP + b
a dan b konstan.
Konstanta ini dapat ditentukan dengan mengguna-kan dua
titik tertentu.
Dari eksperimen ternyata untuk semua gas mempunyai nilai
b yang sama (pada tekanan nol mempunyai temperatur
yang sama, yaitu pada temperatur -273,150 C
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

1954, dibuat ketentuan referensi temperatur yaitu titik


tripel air, yaitu air, uap air dan es dapat berada dalam
kesetimbangan, yaitu pada temperatur 0,01 oC dan tekanan
0,61 kPa.
Titik tripel air pada skala baru menjadi 273,16 K.
Jika b = 0 dan P3 adalah tekanan pada titik triple maka :
a = 273,16 K/ P3
maka
T = (273,16 K/ P3) P
pada tekanan rendah dan temperatur tinggi gas real dapat
dipandang sebagai gas ideal, maka
T = 273,16 K lim P/ P3
(Temperatur gas ideal )
P3 0

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

2.2. Skala Temperatur Celcius dan Fahrenheit.


Pergeseran skala Celcius dengan temperatur absolut kelvin
T sebesar 273,15 , maka Tc = T - 273,15
Oleh karena itu titik beku air (273,15 K) berhubungan
dengan 0,00 C dan titik didih air (373,15 K) berhubungan
dengan 100,00 C

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Celcius-Fahrenheit

Hubungan antara skala celcius dan skala Fahrenheit :


TF = 9/5 TC + 32
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

2.3. Termometer yang lain.

Termometer hambatan platina : perubahan


hambatan 0,3 % setiap 1 K. Dapat digunakan pada
rentang : 14 K - 900 K dan dapat dikalibrasi untuk
0,0003 K pada titik triple air.
Termokopel : Sambungan dari dua logam/alloy yang
berbeda. Dapat mengukur pada rentang -180 C
sampai 1500 C tergantung pada logamnya.
Thermistor : dari bahan semikonduktor. Rentang
temperatur yang terukur -50 C sampai 100 C
dengan ketelitian 0,001 C

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Soal 1 :

Carilah temperatur dalam skala Celcius yang ekivalen


dengan 41oF!

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Solusi :

tc = 5/9 (tf-32o)
= 5/9 (41o- 32o)
= 5 oC

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

3. Pemuaian Termal

Bila temperatur sebuah benda naik, maka benda


biasanya memuai
Untuk sebuah batang panjang dengan panjang L
pada temperatur T, jika temperatut berubah
dengan T, maka perubahan panjang L
sebanding dengan T dan panjang mula-mula L :
L = L T
dengan dinamakan koefisien muai linear (satuan
adalah 1/oc)

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Koefisen muai linear pada suatu temperatur ttt T


diperoleh dengan mengambil limit T mendekati
nol :
= lim L/ L = 1 dL
T0
T
L dT
Koefisien muai volume didefinisikan dengan cara yang
sama sebagai rasio antara perubahan volume terhadap
temperatur pada (tekanan konstan)
= lim V/ V = 1 dV
T0
T
V dT
Untuk kebanyakan bahan, muai volume adalah 3x
muai linear :
= 3
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Soal 1 :
Sebuah jembatan baja panjangnya 1000m. Berapakah
pertambahan panjangnya bila temperatur naik dari 0 o
sampai 30oC?

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Solusi

Dari tabel, koefisien muai linear untuk baja adalah


11 x 10-6 K-1.
Jadi perubahan panjang untuk kenaikan
temperatur 30oC = 30K adalah :
L = L T = 11 x 10-6 K-1. 1000m . 30 K
= 0,33m

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Soal 2:
Sebuah bejana kaca 1 L diisi sampai penuh dengan alkohol
pada 10oC. Jika temperatur naik menjadi 30oC, berapa
banyak alkohol yang tumpah dari bejana tersebut?

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Solusi :
Dengan menggunakan T = 20oC = 20K, dan koefisien muai linear
untuk kaca : = 9 x 10-6 K-1 dan koefisien muai volume untuk
alkohol = 1,1 x 10-3 K-1, maka :
Perubahan volume bejana kaca :
Vk = Vk T = 3 Vk T
= 3(9 x 10-6 K-1). 1 L. 20 K
= 5,4 x 10-4 L = 0,54 ml
Perubahan volume alkohol :
Va = Va T
= 1,1 x 10-3 K-1. 1 L. 20 K
= 2,2 x 10-2L = 22 mL
Jadi jumlah alkohol yang tumpah adalah : 22mL-0,54mL = 21,46mL

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

II.Kalor

Kalori : suatu materi yang tak terlihat, yang mengalir dari


benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
bertemperatur rendah.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

II.1 KALOR dan ENERGI TERMAL


Kalor adalah energi yang dipindahkan akibat adanya
perbedaan temperatur.
Sedangkan energi dalam (termis) adalah energi karena
temperaturnya.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

II.1.1. Satuan Kalor


Satuan kalor adalah kalori dimana, 1 kalori adalah
kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur 1 gr air dari 14,5 C menjadi 15,5 C.
Dalam sistem British, 1 Btu (British Thermal Unit)
adalah kalor untuk menaikkan temperatur 1 lb air
dari 63 F menjadi 64 F.
1 kal = 4,186 J = 3,968 x 10-3 Btu
1 J = 0,2389 kal = 9,478 x 10-4 Btu
1 Btu = 1055 J = 252,0 kal

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

II.1.2 Kesetaraan Mekanik dari Kalor


Dari konsep energi mekanik diperoleh bahwa bila gesekan
terjadi pada sistem mekanis, ada energi mekanis yang
hilang.
Dan dari eksperimen diperoleh bahwa energi yang hilang
tersebut berubah menjadi energi termal.
Dari eksperimen yang dilakukan oleh Joule (aktif penelitian
pada tahun 1837-1847) diperoleh kesetaraan mekanis dari
kalor :
1 kal = 4,186 joule

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

II.1.3 KAPASITAS KALOR dan KALOR JENIS


Kapasitas kalor (C) : jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur dari suatu sampel bahan sebesar 1 oC.
Q = C T
Kapasitas panas dari beberapa benda sebanding dengan
massanya, maka lebih mudah bila didefinisikan kalor jenis, c :
Kalor jenis, c : jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur dari 1 gr massa bahan sebesar 1 oC.
Q = m c T
T2
Bila harga c tidak konstan : Q = m c dT
T1
Catatan : untuk gas kalor jenis biasanya dinyatakan untuk satu
mol bahan, dsb kalor jenis molar,
Q = n c T
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Kalor jenis beberapa bahan pada 25 C.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

3. KALOR LATEN

Suatu bahan biasanya mengalami perubahan


temperatur bila terjadi perpindahan kalor antara
bahan dengan lingkungannya.
Pada suatu situasi tertentu, aliran kalor ini tidak
merubah temperaturnya. Hal ini terjadi bila bahan
mengalami perubahan fasa.
Misalnya padat menjadi cair (mencair), cair
menjadi uap (mendidih) dan perubahan struktur
kristal (zat padat).
Energi yang diperlukan disebut kalor transformasi.
Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari
bahan bermassa m adalah
Q=mL
dimana L adalah kalor laten.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

4. PERPINDAHAN KALOR

Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan
terjadi aliran kalor dari benda yang bertemperatur lebih
tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga
tercapainya kesetimbangan termal.
Proses perpindahan panas ini berlangsung dalam 3
mekanisme, yaitu :

konduksi,
konveksi, dan
radiasi.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

4.1. Konduksi

Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat


secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar
molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah
dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan
energi yang lebih tinggi.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

4.1. Konduksi

Sebelum dipanaskan atom dan elektron dari logam


bergetar pada posisi setimbang.
Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom
dan elektron bergetar dengan amplitudi yang makin
membesar.
Selanjutnya bertumbukan dengan atom dan elektron
disekitarnya dan memindahkan sebagian energinya.
Kejadian ini berlanjut hingga pada atom dan elektron di
ujung logam yang satunya.
Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron
bebas.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Bila T2 dan T1 dipertahankan terus


besarnya, maka kesetimbangan termal
tidak akan pernah tercapai, dan dalam
keadaan mantap/tunak (stedy state),
kalor yang mengalir persatuan waktu
sebanding dengan luas penampang A,
sebanding dengan perbedaan temperatur
T dan berbanding terbalik dengan lebar
bidang x
Q/t = H A T/x

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Untuk penampang berupa bidang datar :

k adalah kondutivitas termal.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Konduktivitas termal untuk beberapa bahan :

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Untuk susunan beberapa bahan dengan


ketebalan L1, L2,, ... dan konduktivitas masingmasing k1, k2,, ... adalah :
H = A (T1 - T2 )
(L1/k1)

Bagaimana dengan benda berbentuk silinder?


Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

4.2. Konveksi

Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang


telah dipanaskan dikatakan perpindahan kalor secara
konveksi.
Bila perpindahannya dikarenakan perbedaan kerapatan
disebut konveksi alami (natural convection),
dan bila didorong, misal dengan fan atau pompa disebut
konveksi paksa (forced convection).

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Besarnya konveksi tergantung pada :


a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan
fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida
(T).
c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
# viscositas fluida
# kecepatan fluida
# perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
# kapasitas panas fluida
# rapat massa fluida
# bentuk permukaan kontak
Konveksi :

Mukhtar Effendi

H = h x A x T

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

4.3. Radiasi

Pada proses radiasi, energi termis diubah menjadi energi


radiasi.
Energi ini termuat dalam gelombang elektromagnetik,
khususnya daerah inframerah (700 nm - 100 m).
Saat gelombang elektromagnetik tersebut berinteraksi
dengan materi energi radiasi berubah menjadi energi
termal.
Untuk benda hitam, radiasi termal yang dipancarkan per
satuan waktu per satuan luas pada temperatur T kelvin
adalah :
E = e T4
dimana : konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K4.
e : emitansi (0 e 1)

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III. THERMODINAMIKA

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.1. GAS IDEAL

Definisi mikroskopik gas ideal :

a. Suatu gas yang terdiri dari partikel-partikel yang


dinamakan molekul.
b. Molekul-molekul bergerak secara serampangan
dan memenuhi hukum-hukum gerak Newton.
c. Jumlah seluruh molekul adalah besar
d. Volume molekuladalah pecahan kecil yang dapat
diabaikan dari volume yang ditempati oleh gas
tersebut.
e. Tidak ada gaya yang cukup besar yang beraksi
pada molekul tersebut kecuali selama tumbukan.
f. Tumbukannya eleastik (sempurna) dan terjadi
dalam waktu yang sangat singkat.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Jumlah gas di dalam suatu volume tertentu biasanya


dinyatakan dalam mol.
Misalkan suatu gas ideal ditempatkan dalam suatu wadah
(container) yang berbentuk silinder

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Hukum Boyle : Bila gas dijaga dalam temperatur


konstan, tekanannya ber-banding terbalik
dengan volume.
Hukum Charles & Gay-Lussac : Jika tekanan gas
dijaga konstan, volume berbanding lurus dengan
temperatur.
Kesimpulan tersebut dapat dirangkum sebagai
persamaan keadaan gas ideal :
pV = nRT
R = konstanta gas universal
= 8,31 J/mol .K
= 0,0821 Lt . atm/mol.K
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.2. KALOR dan USAHA

Kalor dan usaha sama-sama berdimensi tenaga


(energi).
Kalor merupakan tenaga yang dipindahkan
(ditransferkan) dari suatu benda ke benda lain karena
adanya perbedaan temperatur.
Dan bila transfer tenaga tersebut tidak terkait dengan
perbedaan temperatur, disebut usaha (work).

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Mula-mula gas ideal menempati ruang dengan volume V dan tekanan p.


Bila piston mempunyai luas penampang A maka gaya dorong gas pada
piston F = pA.
Dimisalkan gas diekspansikan (memuai) secara quasistatik, (secara
pelan-pelan sehingga setiap saat terjadi kesetimbangan), piston naik
sejauh dy, maka usaha yang dilakukan gas pada piston :
dW = F dy
= p A dy
A dy adalah pertambahan volume gas,
dW = p dV
Bila volume dan tekanan mula-mula Vi dan pi dan volume dan tekanan
akhir Vf dan pf , maka usaha total yang dilakukan gas :
Vf
W = p dV
Vi

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Kerja yang dilakukan gas pada saat ekspansi dari keadaan


awal ke keadaan akhir adalah luas dibawah kurva dalam
diagram pV.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Tampak bahwa usaha yang dilakukan dalam setiap proses


tidak sama, walaupun mempunyai keadaan awal dan
keadaan akhir yang sama.
Usaha yang dilakukan oleh sebuah sistem bukan hanya
tergantung pada keadaan awal dan akhir, tetapi juga
tergantung pada proses perantara antara keadaan awal dan
keadaan akhir.
Dengan cara yang sama,
kalor yang dipindahkan masuk atau keluar dari sebuah
sistemtergantung pada proses perantara di antara keadaan
awal dan keadaan akhir.
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.3. HUKUM PERTAMA


THERMODINAMIKA

Suatu proses dari keadaan awal i ke keadaan akhir f, untuk


setiap keadaan perantara (lintasan) yang berbeda
memberikan Q dan W yang berbeda, tetapi mempunyai
harga Q - W yang sama.
Q - W hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir saja.
Q - W ini dalam termodinamika disebut perubahan tenga
internal (U = Uf - Ui ), sehingga :
U = Q - W
yang dikenal sebagai hukum pertama termodinamika,
yang merupakan hukum kekekalan energi.
Untuk perubahan infinitisimal :
dU = dQ - dW
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.4. KALOR JENIS GAS IDEAL

Secara mikroskopis, temperatur dari gas dapat diukur dari


tenaga kinetik translasi rata-rata dari molekul gas tersebut,
Untuk molekul yang terdiri satu atom, momoatomik,
seperti He, Ne, gas mulia yang lain, tenaga yang
diterimanya seluruhnya digunakan untuk menaikkan
tenaga kinetik translasinya.
Oleh karena itu total tenaga internalnya :
U = 3/2 NkT
= 3/2 nRT
Tampak bahwa U hanya merupakan fungsi T saja.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Untuk suatu proses volume konstan (i -> f ), usaha yang


diakukan gas : W = p dV = 0, maka menurut hukum pertama
termodinamika,
Q = U = 3/2 n R T
n cv T = 3/2 n R T
cv = 3/2 R
Seluruh kalor yang diterimanya, digunakan untuk menaikkan
tenaga internal sistem. cv adalah kalor jenis molar gas untuk
volume konstan.
Untuk suatu proses volume konstan (i -> f ), usaha yang
dilakukan gas W = p dV = p V, maka menurut hukum
pertama termodinamika
U = Q - W
= n cp T - p V
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Karena kedua proses tersebut mempunyai temperatur awal


dan akhir yang sama maka U kedua proses sama.
n cv T = n cp T - p V
Dari pV = nRT diperoleh p V = n R T , maka
n cv T = n cp T - n R T
cp - cv = R
Karena cv = 3/2 R, maka cp = 5/2 R, perbandingan antara
kuantitas tersebut
= cp / cv = 5/3
Untuk gas diatomik dan poliatomik dapat diperoleh dengan
cara yang sama :
gas diatomik ( U = 5/2 nRT) : = 7/5
gas poliatomik (U = 3 nRT) : = 4/3
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.5. PROSES-PROSES DALAM TERMODINAMIKA

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.5.1. Proses Isokoris (volume konstan)


Bila volume konstan, p/T = konstan,
pi/ Ti = pf/Tf

Pada proses ini V = 0, maka usaha yang dilakukan W = 0,


sehingga
Q = U = n cv T
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.5.2. Proses Isobaris (tekanan konstan)

Bila tekanan konstan, V/T = konstan, Vi/ Ti = Vf/Tf

Pada proses ini usaha yang dilakukan W = p V = p (Vf - Vi ) ,


sehingga U = Q - W
U = n cp T - p V
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.5.3 Proses Isotermis (temperatur konstan)


Bila temperatur konstan, pV = konstan
p iV i = p f V f

Pada proses ini T = 0, maka perubahan tenaga internal U =


0, dan usaha yang dilakukan :
W = p dV
p = nRT/V, maka
W = nRT (1/V) dV
W = nRT ln (Vf/Vi)
Mukhtar
Fisika Dasar
Q Effendi
= W

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.5.4. Proses Adiabatis

Pada proses ini tidak ada kalor yang masuk, maupun keluar dari
sistem, Q = 0. Pada proses adiabatik berlaku hubungan pV=
konstan
piV i = pfV f

Usaha yang dilakukan pada proses adiabatis :


W = p dV
p = k/V , k = konstan , maka
W = (k/V ) dV
W = 1/(1-) { pfVf - piVi}

U = -W

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.6. PROSES TERBALIKKAN & PROSES TAK TERBALIKKAN


Secara alami kalor mengalir dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah, tidak sebaliknya.
Balok meluncur pada bidang, tenaga mekanik balok
dikonversikan ke tenaga internal balok & bidang (kalor)
saat gesekan.
Proses tersebut termasuk proses tak terbalikkan
(irreversible).
Kita tidak dapat melakukan proses sebaliknya.
Proses terbalikkan terjadi bila sistem melakukan proses
dari keadaan awal ke keadaan akhir melalui keadaan
setimbang yang berturutan.
Hal ini terjadi secara quasi-statik. Sehingga setiap keadaan
dapat didefinisikan dengan jelas P, V dan T-nya.
Sebaliknya pada proses irreversible, kesetimbangan pada
keadaan perantara tidak pernah tercapai, sehingga P,V dan
T tak terdefinisikan.

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.7. MESIN KALOR

Rangkaian dari beberapa proses termodinamika


yang berawal dan berakhir pada keadaan yang
sama disebut siklus.

Untuk sebuah siklus, T = 0 oleh karena itu U =


0. Sehingga
Q = W.
Q menyatakan selisih kalor yang masuk (Q1) dan
kalor yang keluar (Q2) (Q = Q1- Q2) dan W
adalah kerja total dalam satu siklus.

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.7.1. Siklus Carnot

Tahun 1824 Sadi Carnot menunjukkan


bahwa mesin kalor terbalikkan adengan
siklus antara dua reservoir panas adalah
mesin yang paling efisien.
Siklus Carnot terdiri dari proses isotermis
dan proses adiabatis.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Proses a-b : ekaspansi isotermal pada temperatur T h


(temperatur tinggi). Gas dalam keadaan kontak dengan
reservoir temperatur tinggi. Dalam proses ini gas menyerap
kalor Th dari reservoir dan melakukan usaha W ab
menggerakkan piston.
Proses b-c : ekaspansi adiabatik. Tidak ada kalor yang
diserap maupun keluar sistem. Selama proses temperatur
gas turun dari Th ke Tc (temperatur rendah) dan melakukan
usaha Wab .
Proses c-d : kompresi isotermal pada temperatur T c
(temperatur tinggi). Gas dalam keadaan kontak dengan
reservoir temperatur rendah. Dalam proses ini gas melepas
kalor Qc dari reservoir dan mendapat usaha dari luar W cd.
Proses d-a : kompresi adiabatik. Tidak ada kalor yang
diserap maupun keluar sistem. Selama proses temperatur
gas naik dari Tc ke Th dan mendapat usaha Wda .
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Efisiensi dari mesin kalor siklus Carnot :


= W/Qh = 1 - Qc /Qh
karena Qc /Qh = Tc /Th
maka
= 1 - Tc /Th

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.7.2. Mesin Bensin

Proses dari mesin bensin ini dapat didekati


dengan siklus Otto.
Proses O-A : Udara ditekan masuk ke dalam
silinder pada tekanan atmosfir dan volume naik
dari V2 menjadi V1.
Proses A-B : gas ditekan secara adiabatik dari V1
menjadi V2 dan temperaturnya naik Dari TA ke TB.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Proses B-C : terjadi proses pembakaran gas (dari percikan


api busi), kalor diserap oleh gas Qh. Pada proses ini
volume dijaga konstan sehingga tekanan dan
temperaturnya naik menjadi pC dan TC.
Proses C-D : Gas berekspansi secara adiabatik, melakukan
kerja WCD.
Proses D-A : kalor Qc dilepas dan tekanan gas turun pada
volume konstan.
Proses A-O : dan pada akhir proses, gas sisa dibuang pada
tekanan atmosfir dan volume gas turun dari V1 menjadi V2.
Bila campuran udara-bahan bakar dianggap gas ideal,
efisiensi dari siklus Otto adalah :
= 1 - 1/(V1/V2) -1.
V1/V2 disebut rasio kompresi.
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.7.3. Mesin Diesel.

Mesin diesel diidealkan bekerja dengan siklus Diesel.

Berbeda dengan mesin bensin, pembakaran gas dilakukan


dengan memberikan kompresi hingga tekanannya tinggi.
Pada proses BC terjadi pembakaran gas berekspansi sampai V 3
dan dilanjutkan ekspansi adiabatik sampai V 1. Rasio kompresi
siklus Diesel lebih besar dari siklus Otto sehingga lebih efisien.
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.7. 4. Heat Pumps dan Refrigerators.

Heat pump adalah peralatan mekanis untuk memanaskan


atau mendinginkan ruang dalam rumah/gedung. Bila
berfungsi sebagai pemanas gas yang bersirkulasi
menyerap panas dari luar (eksterior) dan melepaskannya
di dalam ruang (interior). Bila difungsikan sebagai AC,
siklus dibalik.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Efektifitas dari heat pump dinyatakan dalam Coefisien of


Perfoment (COP),
COP =Qh/W
Refrigerator, seperti dalam heat pump, memompa kalor Q c
dari makanan di dalam ruang ke luar ruangan.
COP = Qc/W

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.8. HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA


Mesin kalor yang telah dibahas sebelumnya menyatakan :
- kalor diserap dari sumbernya pada temperatur tinggi (Q h)
- Usaha dilakukan oleh mesin kalor (W).
- Kalor dilepas pada temperatur rendah (Qc).
Dari kenyataan ini menujukkan bahwa efisiensi mesin kalor
tidak pernah berharga 100 %. karena Qc selalu ada dalam
setiap siklus. Dari sini Kelvin-Planck menyatakan :
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor, yang
beroperasi pada suatu siklus, hanyalah mentransformasikan
ke dalam usaha semua kalor yang diserapnya dari sebuah
sumber.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Sebuah heat pumps (atau refrigerator), menyerap kalor Qc


dari reservoir dingin dan melepaskan kalor Qh ke reservoir
panas. Dan ini hanya mungkin terjadi bila ada usaha/kerja
yang dilakukan pada sistem. Clausius menyatakan :
Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk
menghasilkan tidak ada efek lain, selain daripada
menyampaikan kalor secara kontinyu dari sebuah benda ke
benda lain yang bertemperatur lebih tinggi.

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Secara sederhana, kalor tidak dapat mengalir dari


objek dingin ke objek panas secara spontan.
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

III.9. ENTROPI

Konsep temperatur muncul dalam hukum ke-nol


termodinamika.
Konsep energi internal muncul dalam hukum pertama
termodinamika.
Dalam hukum kedua termodinamika muncul konsep
tentang entropi.
Misal ada proses terbalikkan, quasi-statik, jika dQ adalah
kalor yang diserap atau dilepas oleh sistem selama proses
dalam interval lintasan yang kecil,
dS = dQ/T
Entropi dari alam naik bila proses yang berlangsung alamiah
Perubahan entropi dari suatu sistem hanya tergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir sistem.

f
S = dS = dQ/T
i
Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Universitas Jenderal Soedirman


Purwokerto

Untuk proses dalam satu siklus perubahan entropi nol S = 0.


Untuk proses adiabatik terbalikkan, tidak ada kalor yang masuk
maupun keluar sistem, maka S = 0. Proses ini disebut proses
isentropik.
Entropi dari alam akan tetap konstan bila proses terjadi secara
terbalikkan.

Untuk proses quasi-statik, terbalikkan, berlaku hubungan : dQ = dU + dW


dimana dW = pdV.

Untuk gas ideal, dU = ncv dT dan P = nRT/V, oleh karena itu


dQ = dU + pdV = ncv dT + nRT dV/V
bila dibagi dengan T
dQ/T = ncv dT/T + nR dV/V
S = dQ/T = ncv ln(Tf/Ti) + nR ln(Vf/Vi)

Mukhtar Effendi

Fisika Dasar

Вам также может понравиться