Вы находитесь на странице: 1из 142

BAB I

ALUR PELAYANAN APOTEK RUMAH SAKIT STROKE


NASIONAL BUKITTINGGI

1.1.

Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi (RSSN)


Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi berasal dari Rumah Sakit Pusat
Bukittinggi yang secara historis berasal dari Rumah Sakit Immanuel yang
dikelola oleh Yayasan Baptis Indonesia sejak tahun 1978, berdasarkan
keputusan Menteri Kesehatan RI No.356/MenKes/SK/VIII/1982 ditetapkan
sebagai RSU Vertikal kelas C dan pada tanggal 12 Februari dilakukan serah
terima pada Departemen Kesehatan RI dan baru pada tahun 1984 efektif
beroperasi sebagai UPT Vertikal DepKes RI.
Pada tahun 2002 dengan adanya SK MenKes No. 21/MenKes/SK RSUP
bukittinggi ditetapkan sebagai Pusat Penangulangan dan Pengembangan
Pengelolaan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi didasari data bahwa
sejak tahun 2002-2003 terjadi kenaikan angka penderita yang dirawat di P3SN
RSUP Bukittingi dengan jumlah yang cukup bermakna yaitu 750 orang
meningkat menjadi 850 orang. P3SN RSUP bukittinggi diarahkan mampu
untuk menghadapi perubahan pada kecenderungan perkembangan penyakit
kearah penyakit degeneratif yang meningkat setiap tahun, pada tahun 2005
RSUP diganti menjadi Rumah Sakit Stroke Nasional melalui Kepmenkes RI
No. 495/2005 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit.

1.2.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi


Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dikepalai oleh tiga orang

Direktur, yaitu:

1. Direktur Utama
2. Direktur Medik dan Keperawatan
Yang membawahi tiga bidang utama, yaitu :
Bidang pelayanan medik
Bidang pelayanan keperawatan
Bidang penunjang medik
3. Direktur Keuangan dan Administrasi Umum
Yang membawahi tiga bidang utama, yaitu :

1.3.

Bagian perencanaan dan informasi


Bagian keuangan
Bagian administrasi umum

Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu departemen, unit atau bagian di
suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional dan
merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab
atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan

rumah

sakit

itu

sendiri.

Menurut

SK

Menkes

No.

1197/Menkes/SK/X/2004 fungsi instalasi farmasi rumah sakit adalah sebagai


tempat pengelolaan perbekalan farmasi serta memberikan pelayanan farmasi
klinik.
1.3.1. Tugas pokok instalasi farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan famasi yang profesional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melasanakan KIE
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa , dan evaluasi untuk
meningkakan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan bedasarkan aturan-aturan yang berlaku

f. Menyelengarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi


g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Mefasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit
1.3.2. Fungsi instalasi farmasi rumah sakit
1. Pengelolaan perbekalan farmasi (Pengelolaan)
a. Memilih perbekalan farmasi
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara efektif,
efisien dan optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.
j.

rumah sakit
Pelayanan farmasi klinik (Pelayanan)
Mengkaji instruksi pengobatan
Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi DRP
Melaksanakan pelayanan resep
Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat
Melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO)
Memberikan konseling
Melaksanakan visite
Melaksanakan Pemantauan Obat (PTO)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Monitoring Efek Samping Obat
Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Melaksanakan dispensing sediaan khusus
Melakukan pencampuran obat suntik
Menyiapkan nutrisi parenteral
Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
Melaksanakan pengemasan ulang sediaan yang tidak stabil

1.3.3. Apotek
Apotek merupakan suatu tempat dilaksanakannya pekerjaan profesi
kefarmasiaan dalam rangka untuk dapat memberikan pelayanan obat,
informasi obat serta mendistribusikannya kepada masyarakat luas yang
dilakukan secara optimal, merata dan teratur. Secara umum dalam

pelaksaanaan kelancaran sebuah apotek, maka hendaknya apotek dapat


dipimpin oleh seorang Apoteker, dimana disini apoteker diharapkan dapat
untuk memberikan segala macam informasi yang berkaitan dengan
pengobatan dan obat pasien sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan
dalam

pemberian

obat

dan

dapat

pula

meningkatkan

kerasionalan

penggunaaan obat di masyarakat. Di Apotek seorang farmasi selain berfungsi


sebagai tenaga farmasis juga dapat berfungsi sebagai manajer apotek dalam
rangka untuk dapat memimpin, mengelola dan mengarahkan bagian bagian
tertentu untuk peningkatan kemampuan pelayanan informasi obat kepada
pasien .
a. Apotek rawat inap
Apotek rawat inap merupakan sub unit dari instalasi farmasi
berupa pelayanan penunjang yang melayani resep pasien rawat inap.
Dimana apotek ini berperan dalam menyediakan obat yang akan
digunakan oleh pasien selama di rawat dan asisten apoteker ikut visite
bersama dokter untuk mencatat obat-obat yang diresepkan oleh dokter
untuk pasien.
Apotek rawat inap memilki sistem distribusi obat yang terdiri dari
dua sistem, yakni :
1. Individual Dose Dispensing (IDD)
Individual dose dispensing adalah resep yang ditulis dokter
untuk tiap pasien untuk beberapa hari. Dimana setiap pasien
langsung bisa menebus resepnya sekaligus, tanpa harus sering
sering ke apotek.
Keuntungan
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang
kemudian memberikan informasi kepada pasien secara
langsung

b. Memberi kesempatan interaksi personal antara dokter,

apoteker, perawat dan pasien.


c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat
d. Mempermudah penagihan biaya bagi pasien
Kerugian
a. Memerlukan waktu yang lebih lama
b. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak

digunakan
2. Unit Dose Dispensing (UDD)
Resep yang ditulis oleh dokter untuk pasien , terdiri atas satu
atau beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing masing
dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan
yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Keuntungan
a. Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang
dikonsumsinya saja
b. Pasien menerima pengawasan terapi obat dalam 24 jam.
c. Kesalahan pemberian obat dapat dihindari.
d. Komunikasi antar dokter, perawat dan tenaga farmasi
dapat berjalan dengan baik.
e. Evaluasi dapat dilakukan dengan seksama sehingga
fungsi farmasi klinik dapat berjalan dengan baik.

Kerugian
a. Memerlukan tenaga lebih banyak.
b. Biaya operasional lebih besar.
Pasien yang berada di rawat inap ini, digolongkan menjadi dua kelompok,
yakni :
1. Pasien BPJS
Sistem distribusi adalah unit dose dispensing yang dikombinasi dengan
one day dose dispensing yaitu ada pasien yang mendapatkan obat langsung
untuk sekali pakai, dan dikombinasikan dengan obat-obat yang bisa

dipakai untuk sehari. Sehingga pasien BPJS selalu mendapatkan obat


setiap harinya langsung dari apotek.
2. Pasien non BPJS (Umum)
Sistem distribusi adalah gabungan Unit Dose Dispensing dan Individual
Dose Dispensing, yakni pasien non BPJS diberikan obat untuk pemakaian
beberapa hari sekaligus, namun pemberian obat untuk dimakan ada yang
langsung diberikan untuk beberapa hari, dan ada juga yang pemberiannya
dibantu oleh petugas dengan memberikannya per unit / pemberian sekali
pakai.
Di lingkungan rumah sakit, apotek didirikan untuk dapat
memberikan pelayanan obat kepada pasien terutama pasien rumah sakit
yang bersangkutan tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk resepresep dari luar rumah sakit.
Sistem pelayanan farmasi dirawat inap memilki prosedur kerja
tetap yang dijalankan oleh seluruh staf apotek, yaitu:
Prosedur Pelayanan Farmasi Pasien (Umum) Rawat Inap
1. Pasien masuk rumah sakit, diberi penjelasan mengenai UDD (Unit Dose
Dispensing) oleh bagian Informasi dan pasien/keluarga menandatangani
surat pernyataan kesediaan membayar obat di bagian informasi.
2. Asisten Apoteker / Apoteker mengikuti visite dokter, dan mencatat
instruksi pengobatan yang diberikan dokter pada kartu instruksi Obat
(KIO).
3. Dokter memeriksa Kartu Instruksi Obat yang ditulis Asisten Apoteker, bila
sudah lengkap / sesuai dokter memberikan paraf pada kartu tersebut.

4. Asisten Apoteker membawa KIO ke Apotek Rawat Inap dan


memindahkan instruksi dokter tersebut ke dalam Kartu Catatan
Penggunaan Obat dan ALKES Habis Pakai (CPO).
5. Asisten Apoteker meracik/menyiapkan obat dan ALKES habis pakai untuk
satu hari pemakaian, dikemas dalam kemasan satu kali pakai.
6. Asisten Apoteker memeriksa kelengkapan obat dan alat kesehatan habis
pakai yang disiapkan, kemudian memberikan catatan pada kartu catatan
obat bila ada cara pemberian obat yang khusus.
7. Asisten Apoteker menyerahkan obat dan alat kesehatan habis pakai kepada
perawat ruangan untuk diserahkan kepada pasien dengan mengisi buku
serah terima.
8. Perawat memberikan obat dan menggunakan alat kesehatan habis pakai
pada jam yang telah ditentukan kepada pasien. Keluarga pasien / pasien
memberikan paraf pada CPO sebagai bukti obat telah diserahkan.
9. Petugas pembuat tagihan mencatat biaya obat dan ALKES habis pakai
pasien ke kartu catatan biaya obat dan ALKES habis pakai.
10. Tagihan biaya obat direkap pertiga hari dan dibuat rinciannya rangkap 2.
11. Pasien membayar biaya obat di kasir pertiga hari atau waktu mau pulang.
(Lampiran 1)
Prosedur pelayanan farmasi pasien (ASKES) rawat inap
1. Pasien masuk rumah sakit, diberi penjelasan mengenai UDD (Unit Dose
Dispensing) oleh bagian Informasi dan pasien/keluarga menandatangani
surat pernyataan kesediaan membayar biaya obat di luar DPHO dan
ALKES habis pakai di bagian informasi.

2. Asisten Apoteker / Apoteker mengikuti visite dokter, dan mencatat


instruksi pengobatan yang diberikan dokter pada kartu instruksi Obat
(KIO).
3. Dokter memeriksa Kartu Instruksi Obat yang ditulis Asisten Apoteker, bila
sudah lengkap / sesuai dokter memberikan paraf pada kartu tersebut.
4. Asisten Apoteker membawa KIO ke Apotek Rawat Inap dan
memindahkan instruksi dokter tersebut ke dalam Kartu Catatan
Penggunaan Obat dan ALKES Habis Pakai (CPO) ASKES DPHO dan non
DPHO.
5. Asisten Apoteker meracik/menyiapkan obat dan ALKES habis pakai untuk
satu hari pemakaian, dikemas dalam kemasan satu kali pakai.
6. Asisten Apoteker memeriksa kelengkapan obat dan alat kesehatan habis
pakai yang disiapkan, kemudian memberikan catatan pada kartu catatan
obat bila ada cara pemberian obat yang khusus.
7. Asisten Apoteker menyerahkan obat dan alat kesehatan habis pakai kepada
perawat ruangan untuk diserahkan kepada pasien dengan mengisi buku
serah terima.
8. Perawat memberikan obat dan menggunakan alat kesehatan habis pakai
pada jam yang telah ditentukan kepada pasien. Keluarga pasien / pasien
memberikan paraf pada CPO sebagai bukti obat telah diserahkan.
9. Kepala ruangan menandatangani CPO obat DPHO pada waktu pasien akan
pulang dan menyerahkannya pada asisten apoteker.
Alur barang di Apotek Rawat Inap

Masuknya obat dan alkes ke apotek rawat inap dapat dilakukan dengan
cara : pemesanan langsung ke gudang atau disebut juga dengan sistem
amprah.
b. Apotek rawat jalan
Apotek rawat jalan adalah sub unit dari instalasi farmasi yang
merupakan pelayanan penunjang yang melayani resep pasien umum, BPJS
dan ASKES Inhealth rawat jalan.
Tugas pokok apotek rawat jalan
a. Melaksanakan pelayanan farmasi untuk pasien umum, BPJS dan Askes
Inhealth rawat jalan sesuai dengan protap pelayanan.
b. Mencatat obat dan alkes habis pakai yang hampir habis dalam buku
tersendiri.
c. Merapikan penyimpanan obat dan alkes habis pakai sebelum dan
setelah pelayanan.
d. Membuat laporan mutasi obat Apotek rawat jalan setiap bulan.
e. Menerima dan memeriksa obat dan alkes habis pakai askes Rumah
Sakit (RS) yang masuk dan distribusikan serta menyerahkan faktur
yang diterima ke petugas logistic atau gudang farmasi.
f. Mencatat pemakaian obat dan alkes habis pakai umum, BPJS dan
Askes Inhealth dari rawat inap sore dan malam hari dalam buku
tersendiri.
Protap pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan dan IGD
1. Dokter menulis resep individual pada lembar resep Rumah Sakit
berlangsung 2-3 menit.

2.

Pasien membawa resep tersebut ke Apotek Rawat Jalan


3. Asisten Apoteker memeriksa dan menyiapkan obat sesuai dengan yang
diminta berlangsung 5-15 menit.
4. Asisten Apoteker memeriksa ulang nama obat, jumlah obat, jenis obat,
aturan pakai, dan biaya obat berlangsung 30 detik.
5. Obat diserahkan kepada pasien disertai dengan penjelasan cara pakai,
cara penyimpanan dan informasi lainnya berlangsung 3-5 menit.
Protap penagihan pembayaran resep rawat jalan an IGD
1. Pada waktu menyerahkan resep,Petugas Apotek Rawat Jalan langsung
menghitung biaya total harga resep,kemudian menginformasikannya
kepada pasien dan keluarga pasien. Bila pasien/keluarga pasien setuju
langsung dibuatkan kuitansinya, dan pasien kemudian membayar
sesuai dengan tagihan.
2. Pembayaran dilakukan di kasir, petugas kasir adalah petugas dari
bagian mobilisasi dana.
Alur barang di apotek rawat jalan
Masuknya obat dan alkes ke apotek rawat inap dapat dilakukan
dengan cara : pemesanan langsung ke gudang atau disebut juga dengan
sistem amprah.

1.4 PEMBAHASAN
1.4.1 Apotek Rawat Inap
Rawat Inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien
oleh tenaga kesehatan professional akibat penyakit tertentu, di mana pasien
diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit. Ruang rawat inap adalah ruang

tempat pasien dirawat. Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan
mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila pasien tersebut
memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau menginap di rumah sakit.
Instalasi Rawat Inap memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien yang
sedang menderita sakit dan diharuskan untuk menjalani rawat inap di RSSN
Bukittinggi disesuaikan dengan kebutuhan dari pasien, yang meliputi ruang
kelas III, II, I dan ruang kelas utama (VIP).
Fasilitas, sarana, dan pelayanan yang disediakan di Instalasi Rawat Inap
RSSN Bukittinggi adalah VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan Ruangan
Khusus. Sub instalasi pelayanan farmasi yang lebih sering disebut dengan
apotek. Pengertian apotek menurut KepMenkes No.1332 tahun 2002 yaitu
tempat tertentu dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dari definisi di
atas dapat diketahui bahwa apotek merupakan salah satu sarana pelayanan
kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat selain itu juga sebagai salah satu tempat
pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian. Apotek rawat inap merupakan sub unit Instalasi Farmasi yang
melaksanakan pelayanan penunjang. Apotek rawat inap khusus menangani
pendistribusian obat pada pasien rawat inap. Apotek rawat inap mempunyai
satu orang apoteker penanggung jawab dan tujuh orang asisten apoteker.
Apoteker berkewajiban untuk mengawasi ketepatan dosis, ketepatan
pemilihan obat, aturan pemakaian dan cara pemberian obat serta mengatur

sistem managerial apotek rawat inap. Asisten apotekernya bertugas satu


orang sebagai kepala tim yang juga merangkap sebagai penanggung jawab
di bangsal anak, dua orang di bangsal neurologi, satu orang di bangsal
interne, dua orang bertanggung jawab pada shift sore dan satu orang
bertanggung jawab diruang ICU serta merangkap sebagai petugas entry data
yang tertulis dalam catatan pemberian obat (CPO) khusus obat-obat yang
ditanggung askes. CPO tersebut merupakan rekapitulasi obat-obat yang
diberikan kepada pasien selama dirawat di Rumah Sakit.
Stok obat di apotek rawat inap didatangkan melalui permintaan langsung
dari gudang farmasi. Jika stok obat habis maka asisten apoteker langsung
menghubungi gudang farmasi untuk meminta obat, kemudian obat yang
keluar akan dicatat di kartu stok gudang dan obat masuk di kartu stok di
apotek.
Jalur disribusi yang dipakai pada unit ini adalah UDD (Unit Dose
Dispensing) yang dimodifikasi menjadi ODD (One day Dose Dispensing)
yaitu pendistribusian obat per pasien untuk satu hari pemakaian (malam,
pagi dan siang).
Alur kerja pelayanan apotek rawat inap dimulai

dari visite dokter,

apoteker/asisten apoteker mencatat terapi, penambahan ataupun penghentian


obat yang diintruksikan dokter pada KIO (Kartu Instruksi Obat), jika ada
tambahan dokter akan menulis resep, lalu untuk pasien askes obat akan
disiapkan pada apotek rawat inap, penyiapan obat dilakukan setelah visite.
Petugas apotek rawat inap menyiapkan obat yang akan diberikan kepada

pasien dimulai dari waktu minum obat malam hari, pagi dan siang hari
berikutnya. Hal ini dikarenakan jadwal visite dokter yang tidak tetap setiap
harinya dan keterbatasan jumlah petugas apotek. Dari pembagian jam kerja
yaitu dua shift, pagi dan sore.

1.4.2

Apotek Rawat Jalan


Resep yang telah dituliskan oleh dokter diserahkan ke pasien, baik
peserta BPJS maupun pasien umum (non BPJS) untuk ditebus ke apotek
rawat jalan, sesuai dengan outletnya. Resep diterima oleh petugas apotek 1,
kemudian dientry oleh petugas administrasi (petugas apotek 2) ke komputer
yang ada di apotek yang bertujuan untuk menghitung jumlah harga obat dan
alkes yg diresepkan. Setelah selesai dihitung, struk pembayaran resep pasien
tadi dikembalikan ke pasien untuk dibayarkan ke kasir rumah sakit yang
letaknya tidak jauh dari outlet apotek rawat jalan.yang biasanya memakan
waktu sekitar 10 menit. Sementara itu, resep akan disiapkan oleh petugas
apotek 3 dan 4 selama lebih kurang 5-20 menit. Biasanya, dalam proses
penyiapan resep ada satu atau dua orang asisten apoteker yang bertugas
untuk menyiapkan etiket dan asisten apoteker lainnya bertugas untuk
membuat dan menyiapkan resepnya. Setelah resep selesai disiapkan,
kemudian obat di periksa ulang oleh petugas apotek 5 baru kemudian
diserahkan ke pasien sembari menjelaskan mengenai aturan pakai dan
informasi obat.
Berikut tugas pokok petugas farmasi di apotek rawat jalan:

1. Melaksanakan pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan, IGD pagi, sore
dan malam hari sesuai dengan protap pelayanan.
2. Mencatat obat dan alat kesehatan habis pakai yang hampir habis dalam
buku tersendiri.
3. Merapikan penyimpanan obat dan alat kesehatan habis pakai sebalum dan
setelah pelayanan.
4. Mencatat pemakaian obat dan alat kesehatan habis pakai umum dan BPJS
dari rawat inap sore dan malam hari dalam buku tersendiri.
Dalam bidang administrasi petugas farmasi apotek rawat jalan tugasnya
terdiri dari:
1. Mengentry resep non-BPJS dari rawat jalan, IGD dan rawat inap setiap
hari berlangsung selama 1-2 menit.
2. Membuat pengajuan tagihan dari rawat jalan, IGD dan rawat inap setiap
bulannya ke PT.JKN - BPJS.
3. Hal-hal yang berhubungan dengan administrasi apotek.
Untuk persediaan obat di apotek, sebagian besar obat yang diresepkan
oleh dokter di rumah sakit ini tersedia cukup. Walaupun terkadang item obat
yang diresepkan oleh dokter ada yang tidak tersedia. Untuk obat yang tidak
tersedia, maka petugas farmasi yang ada di apotek akan membuatkan copy
resepnya sehingga pasien dapat menebus obatnya di apotek lain.
Dari segi pengaturan obat sudah dilakukan dengan baik, dimana
dilakukan penyusunan sesuai abjad dan pemisahan antara obat paten dan
generik. Ada obat yang disimpan pada suhu kamar dan dibawah temperatur
kamar seperti untuk suppositoria dan beberapa injeksi. Serta penyimpanan

untuk obat narkotika dan psikotropika dilakukan pada lemari penyimpanan


khusus yang dikunci.
Namun ada juga beberapa item obat yang dibuang karena sudah
melewati batas aman pemakaian (expired), hal ini mungkin saja disebabkan
karena tidak adanya komunikasi yang baik antara dokter dengan instalasi
farmasi rumah sakit, sehingga banyak obat yang tidak masuk dalam peresepan
oleh dokter. Untuk itu, selain membina kerja sama dan komunikasi yang lebih
baik antara instalasi farmasi dan dokter. Pihak apotek juga sebaiknya
melakukan pengecekan expired date obat yang ada di apotek dan melakukan
metode FEFO untuk pengeluaran obat yang ada di apotek. semua ini bertujuan
untuk mencegah kerugian yang besar pada rumah sakit

Dalam hal melayani resep yang masuk ke apotek petugas farmasi


sudah melakukan pelayanannya dengan baik, tetapi dalam hal pemberian
informasi obat kepada pasien sangat terbatas. Hal ini disebabkan karena
banyaknya resep yang masuk ke apotek.

BAB II
MANAJEMEN PERBEKALAN FARMASI

2.1 PERENCANAAN
2.1.1 Defenisi Perencanaan Obat
Perencanaan perbekalan farmasi merupakan salah satu fungsi yang
menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar
konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai
sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.
2.1.2 Tujuan Perencanaan Obat

Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun


kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya
kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi serta meningkatkan
penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efesien. Ada beberapa hal
yang harus di perhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat, yaitu:
a. Mengenal dengan jelas rencanan jangka panjang apakah program dapat
mencapai tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian
satu merek dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan
yang beralaku.
c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
d. Pertimbangan anggaran dan prioritas.
2.1.3

Tahap perencanaan Perbekalan Farmasi


Tahap perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi :
1. Tahap Persiapan
Perencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan dalam
rangka menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit
serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat di lakukan dengan
membentuk tim perencanaan pengadaan obat yang bertujuan
meningkatkan efisien dan efektivitas penggunaan dana obat melalu
kerja sama antar instansi yang terkait dengan masalah obat.
2. Tahap Perencanaan
A. Tahap Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan perbekalan farmasi
yang benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan
dan pola penyakit di rumah sakit. Dasar- dasar pemilihan obat
meliputi :
Jenis obat yang di pilih seminimal mungkin dengan cara menghindari
kesamaan jenis.

Hindari obat kombinasi, kecuali obat kombinasi mempunyai efek


yang lebih baik di bandingkan obat tunggal.
Apabila jenis obat banyak, maka di pilih berdasarkan obat pilihan
(drug of choice).
B. Tahap Perhitungan kebutuhan
Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau
kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses perencanaan dan
pengadaan obat di harapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat jumlah
dan tepat waktu.
Menentukan

kebutuhan

perbekalan

farmasi

merupakan

tantangan tenaga farmasi. Masalah kekosongan atau kelebihan


perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan
semata-mata hanya berdasarkan teoritis saja. Pendekatan perencanaan
kebutuhan dapat di lakukan melalui beberapa metode:
a. Metode konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi di
dasarkan pada real konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu,
dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
Langkah perhitungan rencanan kebutuhan obat menurut

pola konsumsi adalah :


Pengumpulan dan pengolahan data
Analisa data untuk informasi dan evaluasi
Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
Ada 10 langkah untuk menghitung perencanaan obat dengan
pola konsumsi yaitu:

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun


Adalah jumlah obat yang dikeluarkan dengan kecukupan untuk
jangka waktu tertentu. Data dapat di dapatkan dari laporan bulanan
atau dari kartu stok.
Rumus :

Pemakaian nyata pertahun = (stok awal tahun + jumlah penerimaan


obat)

(sisa

stok

akhir

tahun

jumlah

obat

yang

hilang/rusak/daluarsa)
2. Menghitung pemakaian rata-rata satu bulan
Rumus :
Pemakaian rata-rata satu bulan = pemakaian nyata pertahun :
jumlah bulan
3. Menghitung kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan
saat terjadi kekosongan obat.
Rumus :
kekurangan obat = (waktu kekosongan obat x pemakaian ratarata)
4. Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya
Rumus :
pemakian nyata + kekurangan obat
5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah
ramalan

kebutuhan

obat

yang

sudah

mempertimbangkan

peningkatan jumlah pelanggan yang akan dilayani. Data ini bisa


diperoleh dari data peningkatan jumlah penduduk atau kunjungan
beberapa tahun. Misalnya peningkatan kunjungan pertahun
diperkirakan 15%.
Rumus :
kebutuhan obat akan datang = kebutuhan real +
(kebutuhan real x 15%)
6. Menghitung kebutuhan lead time adalah waktu yang di butuhkan
sejak rencana di ajukan sampai dengan obat di terima. Misalnya
waktu tunggu = 3 bulan.
Rumus :
kebutuhan obat waktu tunggu = pemakaian rata-rata perbulan x
waktu tunggu.

7. Menentuka stok pengaman adalah jumlah obat yang di perlukan


untuk menghindari terjadinya kekosongan obat. Dapat dilakukan
denga dua cara berdasarkan waktu tunggu dan sistem VEN
Berdasarkan waktu tunggu
Waktu tunggu
1
2
3
4
6
8
12
Berdasarkan sistim VEN
Obat golongan V, buffer stok nya 20% stok kerja
Obat golongan E, buffer stoknya 10% stok kerja
Obat golongan N, buffer stoknya 0 5% stok kerja
8. Menghitung jumlah obat yang akan di programkan di tahun yang
akan datang.
Rumus :
Kebutuhan obat tahun yang akan datang + kebutuhan lead time +
buffer stok
9. Menghitung jumlah obat yang akan di anggarkan.
Rumus :
Kebutuhan obat yang di programkan sisa stok
10. Penyesuaian anggaran
Metoda analisa penyesuaian anggaran: analisa ABC dan analisa
VEN
Kelebihan metode konsumsi:
Data konsumsi akurat, merupakan metoda paling mudah
Tidak memerlukan data epidemiologi maupun standar pengobatan
Bila data konsumsi lengkap, pola peresepan tidak berubah, dan
kebutuhan relative stabil, maka kemumgkinan kelebihan dan
kekurangan obat sangat kecil

Stok Pengaman
2 minggu
4 minggu
5 minggu
6 minggu
8 minggu
9 minggu
12 minggu

Kekurangan metode konsumsi


Data konsumsi data obat dan data jumalh kontak pasien yang dapat
di andalakan mungkin sulit di peroleh.
Tidak dapat dijadikan dasar untuk mengkaji pola penggunaan obat
dan rasionalitas penggunaan obat.
Tidak dapat di andalkan bila kekurangan stok lebih dari 3 bulan,
obat berlebih atau kehilangan.
b. Metode Epidemiologi
Perencanaan dengan metode epidemiologi di dasarkan pada
data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit, dan standar pengobatan
yang ada. Langkah-langkah pokok metode ini :
1. Pengumpulan dan pengolahan data (menentukan jumlah penduduk
yang dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus yang akan di
layani).
2. Menyediakan standar atau pedoman pengobatan yang di gunakan
untuk perencanaan.
3. Menghitung perkiraan kebutuhan obat.
4. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia..
Kelebihan metode epidemiologi :
Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran
Dapat di gunakan untuk program-program baru
Standar pengobatan dapat di gunakan untuk memperbaiki pola
penggunaan obat
Kekurangan metode epidemiologi:
Membutuhkan waktu dan tenaga yang terampil

Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan ada


penyakit yang tidak dilaporkan.
Memerlukan sistim pencatatan dan pelaporan yang lengkap.
Pola penyakit dan pola peresepan tidak selalu sama.
Dapat terjadi kekurangan obat bila ada wabah atau kebutuhan
insidentil.
Jenis obat yang diadakan terlalu banyak.
c. Metode Proyeksi Tingkat Pelayanan dari Keperluan Anggaran
Metode ini di gunakan untuk menaksirkan keuangan
keperluan pengadaan obat berdasarkan biaya perpasien yang di
obati setiap macam-macam level dalam sistem kesehatan yang
sama.
2.2 PENGADAAN
2.2.1 Definisi Pengadaan
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di
rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari
pemasok eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau
pedagang besar farmasi.
Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan keputusan dan
tindakan dalam menentukan jumlah obat yang diperoleh, harga yang
harus dibayar, dan kualitas obat-obat yang diterima. Proses pengadaan
dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang
cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat
diperlukan.
2.2.2

Jenis Pengadaan di Rumah Sakit


Jenis pengadaan obat di rumah sakit dibagi menjadi:
a. Berdasarkan pengadaan barang, yaitu:
Pengadaan barang farmasi
Pengadaan barang-barang dan logistik
b. Berdaarkan sifat penggunaannya
Bahan baku misalnya bahan antibiotic untuk pembuatan salep

Bahan pembantu misalnya saccharum lactis untuk pembuatan


racikan puyer
Bahan jadi misalnya cairan infuse
Komponen jadi misalnya kapsul gelatin
c. Berdasarkan waktu pengadaan, yaitu:
Pembelian tahunan (Annual Purchasing)
Merupakan pembelian dengan selang waktu 1 tahun
Pembelian terjadwal (Schedule Purchasing)
Merupakan dengan pembelian dengan selang waktu tertentu
misalnya 1 bulan, 3 bulan atau 6 bulan
Pembelian tiap bulan
Merupakan pembelian setiap saat dimana pada saat obat
mengalami kekuranagan.
2.2.3

Metode Pengadaan Obat


Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat, baik dari
pemerintah, organisasi non pemerintah, dan organisasi pengadaan obat
lainnya. Sesuai dengan keputusan presiden nomor 18 tahun 2000 tentang
pedoman pelaksanaan barang dan jasa instansi pemerintah, metode
pengadaan perbekalan farmasi disetiap tingkatan pada sistem kesehatan
dibagi menjadi 5 kategori metode pengadaan barang dan jasa yaitu:
a. Pembelian
Pembelian adalah rangkain proses pengadaan uintuk
mendapatkan perbekalan farmasi. Hal ini sesuai dengan perpres RI
No 94 tahun 2007 tentang pengendalian dan pengawasan atas
pengadaan dan penyaluran bahan obat, obat spesifik dan alkes yang
berfungsi sebagai obat dan perpres RI 95 tahun 2007 tentang
perubahan atas kepres no 80 tahun 2003 tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintahan.
Ada 4 metode proses pembelian :
1. Tender terbuka
Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai dengan
criteria yang telah ditentukan. Pada penentuan harga metoda ini lebih

menguntungkan, untuk pelaksanaanya staf yang kuat, waktu yang


lama serta perhatian penuh.
2. Tender terbatas
Sering disebut lelang tertutup. Hanya dilakukan pada rekanan tertentu
yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baru. Harga masih
dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila
dibandingkan dengan lelang terbuka.
3. Permbelian dengan tawar menawar
Dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasa dilakukan
pendekatan untuk item tertentu
4. Pembelian langsung
Pembeliaqn jumlah kecil, perlu segera tersedia, harga tertentu dan
relative agak mahal.
b. Produksi
Produksi perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan
kegiatan membuat, membentuk sediaan dan pengemasan kembali
sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
kriteria perbekalan farmasi yang di produksi :
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus
2. Sediaan farmasi dengan mutu sesuia standar dengan harga lebih
murah
3. Sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali
4. Sediaan framasi yang tidak tersedia dipasaran.
5. Sediaan framasi untuk penelitian.
6. Sediaan nutrisi parenteral.
7. Sediaan framasi yang harus selalu dibuat baru.
c. Kerja sama dengan pihak ketiga
d. Sumbangan
e. Dan lain-lain
2.3 PENERIMAAN
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturana klefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, atau sumbangan. Penerimaan perbekalan farmasi harus

dilakukan oleh petugas yang bertannggung jawab , harus terlatih baik, serta
harus mengerti sifat penting perbekalan farmasi.
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
diterima sesuai kontrak baik spesifikasi utuh, jumlah maupun waktu
kedatangan. Semua perbekalan farmasi harus ditempatkan dalam tempat lain
yang aman.
Perbekal;an farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi
kontrak yang telah ditetapkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan
adalah :
a. Harus mempunyai MSDS (material safetydata sheet) untuk bahan yang
berbahaya.
b. Harus mempunyai sertifikat asli untuk alat kesehatan.
c. Sertifikat analis produk.
2.4 PENYIMPANAN
Penyimpanan adalah suatu kegiatan penyimpanan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian sefrta gangguan fisik yang dapat merusak
obat.
Tujuan penyimpanan :
1.
2.
3.
4.

Memilihara mutu sediaan farmasi


Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
Menjaga ketersediaan
Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Metoda penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alphabet dengan menerapkan prinsip FIFO dan FEFO
dan serta sistim informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan.
Perngaturan tata ruang

untuk

memberikan

kemudahan

dalam

penyimpanan, penyusunan, pencarian, dan pengawasa perbekalan farmasi


diperlukan pengaturan tata ruang gudang yang baik.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang banguna gudang adalah :


1. Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergwerak, gudang ditata menggunakan sistim satu
lantai, tidak bersekat-sekat. Berdasarkan arah arus penerimaan dan
pengeluaran perbekalan farmasi, ruang gudang ditata berdasarkan sistim
garis lurus, arus U atau arus L.
2. Sirkulasi udara yang baik.
3. Rak dan pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan palet dapat meningkatakan
sirku.lasi udara dan pertukaran stok perbekalan farmasi.
4. Kondisi penyimpanan khusus
Seperti vaksin memerlukan Cold Chain khusus dan harus dilindungi,
narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan
terkunci, bahan-bahan yang mudah terbakar.
5. Pencegahan kebakaran
Hindari penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar dan pemadam
kebakaran harus di[pasang pada tempat-tempat yang mudah terbakar.
2.5 PENDISTRIBUSIAN
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbakan
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Tujuan pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit
pelayan secara tepat waktu jenis dan jumlah.
Sistem distribusi obat di rumah sakit digolongkan berdasarkan ada atau
tidaknya satelit/depo farmasi dan pemberian obat ke pasien rawat inap.
Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi
menjadi 2 sistem, yaitu:
1. Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi,
seluruh perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan

individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan di supali langsung dari


pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep original oleh perawat dikirin
IFRS, kemudian resep tersebut diproses sesuai dengan kaidah cara
dispensing yang baik dan obat disipakan untuk didistribusikan kepada
penderita tertentu. keuntungan sistem ini adalah:
a. Semua resep dikaji lngasung oleh apoteker yang dapat memberikan
informasi kepada perawat berkaitan dengan obat pasien.
b. Memeberi kesempatan interaksi professional antara apoteker-dokterperawat-pasien.
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan.
d. Mempermudah penagihan biaya pasien.
Permasalahan yang terjadi pada penerapan tunggal metode ini disuatu
rumah sakit yaitu sebagia berikut:
Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan
distribusi obat kepada pasien yang cukup tinggi.
Jumlah kebutuhan personil di instalasi farmasi meningkat.
Faramsis kurang dapat melihat data riwayat pasien dengan cepat.
Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada
waktu penyiapan komunikasi.
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya
kelas A dan B karena memiliki daerah pasien yang ,menyebar
sehingga jarak antara instalasi farmasi rumah sakit dengan
perawatan pasien sangat jauh.
2. Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)
Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi
yang mempunyai cabang di dekat unit perawatan atau pekayanan. Cabang
ini dikenal dengan istilah depo farmasi atau satelit farmasi. Pada
desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi
ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi
dalam hal ini bertanggungjawab terhadap efektifitas dan keamanan

perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi. Tanggunmgjawab farmasis


dalam kaitan dengan distribusi obat di satelit farmasi:
a. Dispensing dosis awal pada permintaan baru dan larutan intravena
tanpa tambahan (intravenous solusion without additives).
b. Mendistribusikan iv admixture yang disiapkan oleh farmasi sentral
c. Memeriksa permintaan obat dengan melihat medication administration
record (MAR)
d. Menuliskan nama generik pada MAR
e. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan distribusi
Berdasarkan distribusi obat bagi psien rawat inap, digunakan 4 sistem
yaitu:
1. Sistem distribusi obat resep individual atau permintaan tetap
Resep individual adalah order atau resep yang ditulis dokter
untuk tiap penderita, sedangkan sentralisasi adalah semua order atau
resep tersbut yang disiapkan dan didistribusikan dari instalasi
farmasi rumah sakit (IFRS sentral). Sistem distribusi obat resep
individual adalah tatanan kegiatan pengantaran sediaan obat oleh
IFRS sentral sesuai dengan yang ditulis pada resep atas nama
penderita rawat tinggal tertentu melalui perawat ke ruangan penderita
tersebut. Dalam sistem ini obat diberikan kepada pasien berdasarkan
resep yang di tulis oleh dokter. Biasanya obat yang disediakan oleh
IFRS dalam bentuk persediaan misalnya untuk 2-5 hari.
2. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang
Dalam sistem ini, semua obat yang dibutuhkan penderita
tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruang tersebut. Persediaan
obat di ruang dipasok oleh IFRS. Obat yang didispensing dalam
sistem ini terdiri atas obat penggunaan umum yang biayanya

dibebankan pada biaya paket perawatan menyeluruh dan resep obat


yang harus dibayar sebagai biaya obat.
Alur sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah dokter
menulis

resep

kemudian

diberikan

kepada

perawat

untuk

diinterpretasikan kemudian perawat menyiapkan semua obat yang


diperlukan dari persediaan obat yang ada di ruangan sesuai resep
dokter untuk diberikan kepada pasien, termasuk pencampuran
sediaan intravena. Persediaan obat di ruangan dikendalikan oleh
instalasi farmasi.
3. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan
lengkap di ruangan
Sistem ini merupakan perpaduan sistem distribusi obat resep
individual berdasarkan permintaan dokter yang di siapkan dan di
distribusikan oleh instalasi farmasi sentral dan sebagian lagi di
siapkan dari persediaan obat yang terdapat di ruangan perawatan
pasien. Obat yang di sediakan di ruangan perawatan pasien
menrupakan obat yang sering di perlukan oleh banyak pasien,
mencakup obat resep atau obat bebas.
Alur sistem distribusi obat kibinasi persediaan di ruang dan
resep individual adalah dokter menulis resep untuk pasien dan resep
tersebut di interpretasikan oleh apoteker dan perawat. Pengendalian
oleh apoteker di lakukan untuk resep yang persediaan obatnya di
siapkan di instalasi farmasi. Obat kemudian di serahkan ke ruang
perawatan pasien sewaktu pasien minum obat. Pengendalian obat
yang tersedia di ruang perawatan di lakukan oleh apoteker dan
perawat.
4. Sistem distribusi obat dosis unit

Istilah dosis unit berkaitan dengan jenis kemasan dan juga


sistem untuk mendisrtibusikan kemasan itu. Obat dosis unit adalah
obat yang di tulis oleh dokter untuk penderita, terdiri dari satu atau
beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit
tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu
tertentu. Distribusi obat dosis unit adalah tanggung jawab instalasi
farmasi rumah sakit (IFRS) dengan kerja sama dengan staf medik
perawat, pimpinan rumah sakit dan staf administratif.
2.6 PENGENDALIAN
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah di tetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Kegiatan pengendalian mencakup :
1. Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu
2. Menentukan stok optimum agar obat di unit pelayanan tidak mengalami
kekosongan
3. Menentukan stok pengaman untuk mencegah terjadi sesuatu hal ynag tidak
terduka
4. Menentukan waktu tunggu
Beberapa pengendalian yang perlu di perhatikan dalam pelayanan
kefarmasian:
1. Rekaman pemberian obat
Rekaman atau catatan pemberian obat adalah formulir yang di gunakan
perawat untuk menyiapkan obat sebelum pemberian. Dengan formulir
ini perawat dapat langsung menekan atau mencatat waktu pemberian dan
aturan yang sebenarnya sesuai petunjuk.
2. Pengembalian obat yang tidak di gunakan.
3. Pengendalian obat dalam ruangan
2.7 PENGHAPUSAN

Merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak


terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar. Tujuannya
adalah menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat di
kelola sesuai standar yang berlaku. Penghapusan akan mengurangi beban
penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat
substandard. Penghapusan perbekalan farmasi yang tidak terpakai di RSSUD
Kota dilaksanakan di instalasi sanitasi dengan menggunakan alat insenerator
lembah medis sesuai prosedur yang berlaku, kemudian di mintakkan izin
penghapusan ke Walikota dan di keluarkan surat keputusan penghapusan dan
tim pelaksanaa penghapusan dari Walikota. Selanjutnya di buat berita acara
penghapusan perbekalan farmasi.
2.8 PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan
Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan
farmasi yang keluar dan masuk. Pencatatan memudahkan untuk
melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standard an
harus di tarik dari peredaran. Pencatatan dapat di lakukan dengan
menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum di
gunakan untuk melakukan pencatatan adalah kartu stok.
Kartu stok di letakkan bersamaan / berdekatan dengan perbekalan
farmasi bersangkutan, pencatatan di lakukan secara rutin dari hari ke hari,
setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang
atau rusak / kadaluarsa) langsung di catat dalam kartu stok, penerimaan
dan pengeluaran barang di jumlahkan pada setiap akhir bulan.
B. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang

di sajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuan pelaporan adalah


tersedianyan data yang akurat sebagai bahan evaluasi, tersedianya
informasi yang akurat, tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran
surat dan laporan, mendapat data yang lengkap untuk membuat
perencanaan.

Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit (SIMRS)


Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMR) adalah sistem komputerisasi yang
memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan
dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk
mendukung kinerja dan memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana
pendukung yang sangat penting bahkan bisa dikatakan mutlak untuk
operasional rumah sakit.
Sistem informasi rumah sakit (SIMRS) dapat dicirikan dengan fungsinya
melalui informasi dan jenis layanan yang ditawarkan. Untuk mendukung
perawatan pasien dan administrasinya, SIMRS mendukungpenyediaan informasi,
terutama tentang pasien, dalam cara yang benar, relevan dan terbarukan, mudah
diakses oleh orang yang tepat pada tempat/lokasi yang berbeda dan dalam format
yang dapat digunakan. Transaksi data pelayanan dikumpulkan, disimpan,
diproses, dan didokumentasikan untuk menghasilkan informasi tentang kualitas
perawatan pasien dan tentang kinerja rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan
bahwa sistem informasi rumah sakit harus mampumengkomunikasikan data
berkualitas tinggi antara berbagai unit di rumah sakit (Hariana, dkk., 2013).

Selain komunikasi internal, tujuan penting lain dari SIMRS adalah


pertukaran data elektronik antar penyedia layanan kesehatan (dokter praktik,
fasilitas primer dan rumah sakit) sehingga dapat menjamin ketersediaan informasi
pasien secara komprehensif dan efisiensi pelayanan. Informasi pasien yang
lengkap dapat membantu proses pelayanan pasien secara lebih baik (Hariana,
dkk., 2013).
2.9 DISKUSI
RSSN Bukittinggi merupakan Rumah Sakit Khusus Tipe B yang
dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh dua orang Wail
Direktur (1) Direktur Medik dan Keperawatan, dan (2) Direktur Keuangan
dan Administrasi Umum. Instalasi Farmasi berada di bawah Komite Medik
dan Keperawatan, dimana kepala instalasi farmasi bertanggung jawab
langsung terhadap direktur medik dan keperawatan. Kriteria Rumah Sakit
Khusus tipe B adalah memiliki 4 pelayanan medis spesialis dasar,5 pelayanan
spesialis penunjang medik,
Instalasi farmasi rumah sakit merupakan suatu bagian / unit / fasilitas
di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan kefarmasian, baik
pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan farmasi klinis yang
berorientasi langsung pada pasien. Pengelolaan perbekalan farmasi mencakup
perencanaan,

pengadaan,

penerimaan,

penyimpanan,

pendistribusian,

pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan


evaluasi.
Perencanaan perbekalan farmasi di RSSN dilakukan oleh apoteker,
dengan menggunakan metode konsumsi yaitu perhitungan perbekalan farmasi

berdasarkan data penggunaan perbekalan farmasi periode lalu dengan


berbagai penyesuain dan koreksi. Perencanaan perbekalan farmasi di RSSN
dilakukan setahun sekali, lalu dipecah menjadi 6 bulan sekali kemudian
menjadi 3 bulan sekali.
Pengadaan perebekalan farmasi di RSSN melalui pembelian dan
produksi. Pengadaan 50 juta rupiah dilakukan oleh Pejabat Pengadaan,
sedangkan untuk pengadaan 50 juta rupiah dilakukan oleh Unit Pelayanan
Pengadaan (ULP). Pembelian yaitu dengan cara pembelian langsung ( 50
juta rupiah), sistem kontrak (50 juta 200 juta rupiah pengadaan
langsung), sistem kontrak (200 juta rupiah tender satu pemenang).
Sistem pembayarannya untuk pengadaan 50 juta rupiah rekanan akan
menitipkan faktur, farmasis akan membuat rakap terhadap faktur tersebut
dan rekanan akan melakukan penagihan ke bagian keuangan (berdasarkan
rekapan faktur tersebut), sedangkan untuk pengadaan 50 juta rupiah
pembayarannya baru dilakukan jika semua barang pesanan telah diterima.
Selain melalui pembelian, pengadaan perbekalan farmasi juga dilakukan
dengan cara memproduksi perbekalan farmasi tersebut, seperti kapsul campur
1 sampai 4, ASC, AEL pulv, larutan H2O 2 dan NaCl 0,9%.
Penerimaan perbekalan farmasi dari distributor langsung menuju
gudang perbekalan farmasi, baik itu barang kontrak ataupun barang yang
dibeli secara langsung. Penerimaan barang perbekalan farmasi harus diterima
oleh panitia penerimaan barang yang telah ditunjuk dan diberi tanggung
jawab.

Untuk

pengadaan

yang

diproses

oleh

pejavat

pengadaan,

penerimaannya dilakukan oleh pejabat pemeriksa hasil pekerjaan yang terdiri

dari 1 orang. Sedangkan untuk pengadaan yang diproses oleh ULP


penerimaan dilakukan oleh panitia penerimaan yang terdiri dari 5 orang,
dimana 1 bertindak sebagai ketua, 1 sekretaris dan 3-nya sebagai anggota.
Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang farmasi RSSN langkah
pertamanya adalah membagi perbekalan farmasi tersebut menjadi 7
kelompok, yaitu : (1) obat umum, (2) obat BPJS, (3) suku cadang medis, (4)
alat kedikteran, (5) laboratorium, (6) alkes habis pakai dan (7) obat paket.
Setelah itu di bagi sesuai bentuk sediaan, kemudian untuk obat BPJS disusun
berdasarkan kelas terapi sedangkan untuk obat umum disusun berdasarkan
alfabetis. Selain itu penyimpanannya juga disesuaikan dengan stabilitas
sediaan itu sendiri. Penyimpanan perbekalan farmasi di RSSN menggunakan
prinsip FEFO dan FIFO. Pengaturan tata ruang gudang tempat penyimpanan
perbekalan farmasi juga harus diperhatikan seperti kemudahan bergerak,
sirkulasi udara, rak dan pallet, kondisi penyimpanan khusus dan pencegahan
kebakaran.
Perbekelan farmasi yang ada digudang perbekalan farmasi kemudian
didistribusikan ke apotik rawat jalan (umum dan BPJS), apotek rawat inap A,
B dan C. Pendistribusian di RSSN berdasarkan permintaan dari tiap-tiap unit
tersebut kepada bagian gudang farmasi.
Pendistribusian obat dari apotek kepada pasien di apotek rawat inap
adalah menggunakan modifikasi UDD (Unit Dose Dispensing) yaitu ODD
(One day Dose Dispensing) di pisahkan untuk satu hari pemakaian (pagi,
siang, malam), sedangkan di apotek rawat jalan menggunakan sistem IDD

(Individual Dose Dispensing) dimana jumlah obat yang di berikan pada


pasien sesuai dengan obat yang di minta oleh dokter dalam resep.
Pencatatan perbekalan farmasi di RSSN menggunakan bentuk digital
maupun manual. Pencatatan dengan bentuk digital (komputerisasi) hanya
dilakukan terhadap obat umum dan obat BPJS. Pencatatan manual melalui
pencatatan perbekalan farmasi di kartu stok. Kartu stok digunakan untuk
mencatat mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak
atau kadaluarsa). Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data
mutasi satu jenis perbekalan farmasi. Data pada kartu stok digunakan untuk
menyusun laporan, perencanaan pengadaan, pendistribusian dan pembanding
terhadap keadaan fisik perbekalan farmasi dalam penyimpanan. Manfaat
informasi yang didapat dari kartu stok perbekalan farmasi adalah dapat
mengetahui dengan cepat jumlah persediaan perbekalan farmasi, penyusunan
pelaporan, perencanaan pengadaan dan distribusi, pengendalian persediaan,
untuk pertanggungjawaban dan sebagai alat bantu control.
Pelaporan perbekalan farmasi sangat penting, bertujuan untuk
mendapatkan data yang akurat sebagai bahan evaluasi, mendapatkan
informasi yang akurat, adanya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan
laporan, serta mendapat data lengkap untuk perencanaan. Pelaporan gudang
farmasi RSSN dilakukan tiap bulan disertai dengan harga dari masing-masing
barang tersebut.
Penghapusan perbekalan farmasi di RSSN dilakukan 15 tahun sekali.
Ini memang kurang efektif, dimana jumlah perbekalan farmasi yang

dimusnahkan juga dalam jumlah yang besar. Penghapusan yang ideal itu
dilakukan setiap 3 5 tahun sekali.
Sistem informasi managemen rumah sakit (SIMRS) di RSSN sudah
diterapkan, meskipun penerapannya belum 100%. Instalasi farmasi RSSN
merupakan

bagian

dari

SIMRS,

termasuk

didalamnya

managemen

pengelolaan perbekalan farmasi. Dimana semua kegiatan pengelolaan


perbekalan farmasi tersebut dimasukkan ke dalam sistem komputerisasi.

BAB 1II
SUMBER DAYA MANUSIA
3.1 SUMBER DAYA MANUSIA
Karena begitu besarnya peranan instalasi farmasi dalam menunjang
kegiatan operasional rumah sakit, maka manajemen Sumber Daya Manusia
(SDM) menjadi suatu hal yang penting bagi IFRS. SDM adalah orang-orang
yang merancang dan menghasilkan barang atau jasa, mengawasi mutu,
memasarkan

produk,

mengalokasikan

sumber

daya

finansial,

serta

merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. SDM merupakan aset


paling penting yang harus dimiliki oleh organisasi atau perusahaan, termasuk
IFRS (Samsudin, 2006).
Alasan lain yang mendasari pentingnya manajemen SDM pada IFRS
adalah karena salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan
efisien adalah tersedianya SDM yang cukup, dengan kualitas yang tinggi,
profesional, sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personel. Hal ini kemudian
akan bermuara pada kemampuan rumah sakit untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara paripurna.
Salah satu poin penting dalam manajemen SDM IFRS adalah
perencanaan kebutuhan SDM yang mendukung kegiatan IFRS. SDM IFRS

haruslah direncanakan sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi jenis maupun
jumlahnya. Kelebihan SDM dapat mengakibatkan terjadinya penggunaan
waktu kerja yang tidak produktif, sebaliknya kekurangan tenaga kerja akan
mengakibatkan beban kerja yang berlebihan. Untuk mencegah terjadinya hal
itu, perlu dilakukan analisis kebutuhan SDM.
Perencanaan SDM adalah suatu proses sistematis yang digunakan
untuk memprediksi permintaan dan penyediaan SDM di masa datang.
Melalui program perencanaan SDM yang sistematis dapat diperkirakan
jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu
sehingga dapat membantu bagian SDM dalam perencanaan rekrutmen,
seleksi, serta pendidikan dan pelatihan (Rachmawati, 2008).
Salah satu metode perencanaan kebutuhan SDM adalah Workload
Indicator Of Staffing Need (WISN), yaitu metode perhitungan kebutuhan
SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan
oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan
kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan,
secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis (Depkes, 2004).
Perencanaan kebutuhan SDM melalui metode WISN merupakan tema
yang kami pilih pada Case Report Study ini, mengingat begitu pentingnya
perencanaan SDM pada IFRS.
3.2 PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT
Pelayanan farmasi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi
mencakup :
Distribusi Farmasi
Layanan ini dilakukan secara terpadu melalui Unit Dose Dispending
(UDD) dan apotek terkait. Unit Dose Dispensing (UDD) adalah kegiatan

pelayanan yang dimulai menyediakan/meracik obat, memberi etiket,


penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai
sistem dokumentasi.
Farmasi Klinik
Mencakup berbagai layanan bidang kefarmasian yang berorientasi
lebih pada kepentingan pasien. Monitoring Obat melalui kunjungan
bangsal secara rutin bersama dokter dan berbagai konseling pribadi dan
penyampaian informasi seputar obat-obatan.
Pusat Informasi Obat
Merupakan pusat informasi obat bagi tenaga kesehatan dan masyarakat
umum.
3.3 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dalam
manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Karena sumber daya manusia dianggap
semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan, maka berbagai
pengalamanan dan hasil

penelitian dalam bidang sumber daya manusia

dikumpulkan secara sistematis dalam manajemen sumber daya manusia


(Rivai, 2008).
Manajemen sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan bagian
integral dari keseluruhan manajemen rumah sakit. Strategi manajemen
sumber daya manusia sebenarnya juga merupakan bagian integral dari
strategi rumah sakit. Dengan pemahaman bahwa sumber daya manusia
adalah aset utama

rumah sakit, manajemen sumber daya manusia yang

strategis memandang semua manager pada tingkat apapun baik secara


struktural maupun fungsional sebagai

manajer sumber daya manusia

(Soeroso,2013).
3.3.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (Hasibuan, 2007)
a) Perencanaan

Manajemen SDM merupakan kegiatan merencanakan tenaga kerja


secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam
membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan SDM dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi,

pengintegrasian,

pemeliharaan,

kedisiplinan,

dan

pemberhentian karyawan.
b) Pengorganisasian
Manajemen SDM meliputi kegiatan untuk mengorganisasikan semua
karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi. Organisasi
hanya alat untuk mencapai tujuan. Organisasi yang baik akan membantu
terwujudnya tujuan secara efektif.
c) Pengarahan
Manajemen SDM mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja
sama dan bekerja efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan dengan
menugaskan bawahan agar menegrjakan semua tugasnya dengan baik.
d) Pengendalian
Kegiatan manajemen SDM mengendalikan semua karyawan agar
menaati peraturan perusahan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila
didapati penyimpangan/kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan rencana.
e) Pengadaan
Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk
mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
f) Pengembangan

Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis,


teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
g) Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak
langsung, uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang
diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak.
Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat
memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah
minimum pemerintah.
h) Pengintegrasian
Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi
dan saling menguntungkan.
i) Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondsi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar mereka mau tetap
bekerjasama.
j) Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa
disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal.
k) Pemberhentian
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaan. Pemberhentian ini dapat disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab
lainnya.
3.4 PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI RUMAH SAKIT

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam


bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan

melalui pendidikan formal di bidang kesehatan, yang untuk jenis tertentu


memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Depkes,
2004).
Perencanaan SDM adalah proses estimasi terhadap jumlah sumber
daya manusia berdasarkan tempat, keterampilan, dan perilaku yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan (Ilyas, 2004). Rumah
sakit seharusnya melakukan perencanaan sumber daya manusia karena
produk rumah sakit merupakan produk jasa karena sifatnya berupa
pelayanan sehingga hasilnya dapat langsung dirasakan oleh pelanggan,
sehingga kualitas jasa pelayanan menjadi sangat penting. Dengan demikian
kuantitas dan kulitas sumber daya manusia yang ada berperan harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Lima langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan SDM rumah sakit:
Melakukan analisis tenaga rumah sakit yang ada saat ini dan

bagaimana kecukupan tenaga dimasa yang akan datang


Analisa persedian tenaga di rumah sakit
Analisa kebutuhan tenaga rumah sakit dimasa yang akan datang
Analisa kesenjangan tenaga yang ada saat ini dibandingkan tenaga
rumah sakit di masa datang.
Ada dua metoda yang dapat digunakan dalam penentuan jumlah

tenaga kerja (Panggabean, 2002):


Analisa beban kerja
Analisa beban kerja adalah suatu proses penentuan jumlah jam kerja
orang (man hours) yang dipergunakan atau yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu beban kerja tertentu dalam waktu tertentu.
Jumlah jam kerja setiap karyawan akan menunjukkan jumlah
karyawan yang dibutuhkan.

Analisa tenaga kerja


Analisa tenaga kerja adalah suatu proses penentuan tenaga kerja yang
dipergunakan untuk dapat mempertahankan kontinuitas jalannya
perusahaan secara normal. Karena itu pada dasarnya selain jumlah
karyawan yang telah ditentukan dengan menggunakan analisis beban
kerja ,juga harus dipertimbangkan persediaan tenaga kerja, tingkat
absensi dan tingkat perputaran karyawan.
3.4.1 Tujuan Perencanaan Sumber Daya Manusia
Tujuan perencanaan sumber daya manusia adalah :
Menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang akan mengisi

semua jabatan dalam perusahaan.


Menjamin tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan,

sehingga setiap pekerjaan ada yang mengerjakan.


Menghindari terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih dalam

pelaksanaan tugas.
Mempermudah koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS) sehingga

produktivitas kerja meningkat.


Menghindari kekurangan dan/atau kelebihan karyawan.
Menjadi pedoman dalam menetapkan program penarikan, seleksi,
pengembangan,

kompensasi,

pengintegrasian,

pemeliharaan,

kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.


Menjadi pedoman dalam melaksanakan mutasi (vertikal atau

horizontal) dan pensiun karyawan.


Menjadi dasar dalam melakukan penilaian karyawan.
3.5 SUMBER DAYA MANUSIA FARMASI RUMAH SAKIT
Personalia pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya
manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang
termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan terdaftar
di Kementerian Kesehatan, terdaftar di asosiasi profesi, mempunyai izin
kerja, dan mempunyai SK penempatan.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga


farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang,
memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan,
kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam
rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio
kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan cakupan
pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
3.5.1 Jenis-jenis ketenagaan SDM
A. Untuk pekerjaan, kefarmasian dibutuhkan tenaga:
Apoteker
Sarjana farmasi
Asisten apoteker ( AMF, SMF)
B. Untuk pekerjaan administrasi, dibutuhkan tenaga :
Operator komputer / teknisi yang memahami kefarmasian
Tenaga administrasi
C. Pembantu pelaksanaan
3.5.2 Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu :
Kapasitas tempat tidur dan BOR
Jumlah resep atau formulir per hari
Volume perbekalan farmasi
Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian)
3.5.3 Jadwal sumber daya manusia/ waktu pelayanan
Pelayanan 3 shift ( 24 jam)
Pelayanan 2 shif
Pelayanan 1 shift
3.6 Metode WISN dalam Perencanaan Kebutuhan SDM IFRS
Salah satu metode perencanaan kebutuhan SDM adalah Workload
Indicator Of Staffing Need (WISN), yaitu metode perhitungan kebutuhan
SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan
oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan

kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan,


secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis (Depkes, 2004).
Langkah-langkah penerapan metode WISN dalam merencanakan
kebutuhan SDM IFRS adalah sebagai berikut:
1. Memilih kategori staf untuk pengembangan WISN
Metodologi WISN dapat digunakan untuk menghitung susunan
kepegawaian yang dibutuhkan bagi seluruh kategori staf di semua jenis
fasilitas kesehatan.
2. Menghitung waktu kerja tersedia
Langkah berikutnya dalam metodologi WISN adalah menentukan
banyaknya waktu yang dimiliki seorang tenaga kesehatan dalam suatu
kategori staf tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Tenaga kesehatan
tidak bekerja setiap hari. Mereka berhak atas cuti tahunan serta libur
nasional. Mereka juga mungkin sakit atau memiliki alasan pribadi
sehingga tidak bekerja selama beberapa hari kerja.
Cara penghitungan waktu kerja yang tersedia:
Catatlah jumlah hari kerja yang tersedia dalam setahun. Satu tahun
kalender terdiri dari 52 minggu. Hari kerja yang mungkin dalam
setahun dihitung dengan mengalikan 52 dengan jumlah hari kerja

dimana seseorang bekerja.


Hitung jumlah hari dimana tenaga kesehatan tidak bekerja.
Catatlah jumlah hari libur yang menjadi hak tenaga kesehatan
disamping setiap alasan untuk tidak masuk yang sah. Dalam jumlah
hari cuti tahunan pegawai negeri sipil di Indonesia sudah termasuk

cuti tahunan, jadi janganlah mencatat Cuti Bersama secara terpisah.


Kalau data yang memadai tentang jumlah hari ketidak hadiran yang

sesungguhnya tidak ada, anda perlu melakukan perkiraan.


Untuk menghitung WKT, jumlahkan semua hari-hari ketidak hadiran
karena berbagai alasan lalu kurangkan jumlah tersebut dari
keseluruhan hari kerja yang mungkin dalam setahun.

3. Menetapkan komponen beban kerja


Komponen beban kerja adalah mengidentifikasi kegiatan-kegiatan kerja
yang menyita sebagian besar waktu kerja harian tenaga kesehatan.
4. Menetapkan standar kegiatan
Suatu standar kegiatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja yang terdidik dan terlatih dengan baik, terampil, dan berdedikasi
untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan standar profesional
dalam keadaan setempat.
5. Menyusun beban-beban kerja standar
Beban kerja standar adalah banyaknya kerja (dalam satu kegiatan
pelayanan utama) yang dapat dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan
dalam setahun.
Rumus beban kerja standar apabila standar pelayanan dinyatakan dalam
unit waktu:
Beban kerja standar = WKT setahun : unit waktu untuk bagian tertentu
Rumus beban kerja standar apabila standar pelayanan dinyatakan dalam
kecepatan kerja:
Beban kerja standar = WKT setahun dikali kecepatan kerja
6. Menghitung faktor-faktor kelonggaran
7. Menentukan kebutuhan staf berdasarkan WISN
Menentukan kebutuhan total staf untuk kegiatan Pelayanan Utama
- Bagi beban kerja setahun dari setiap kegiatan dengan Beban Kerja
Standar yang bersangkutan. Kemudian akan didapatkan jumlah
-

tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut.


Jumlahkan semua kebutuhan bagi setiap kegiatan

untuk

mendapatkan jumlah total kebutuhan staf untuk semua kegiatan

pelayanan utama.
Menentukan kebutuhan total staf untuk kegiatan penunjang penting:
kalikan kebutuhan staf bagi kegiatan-kegiatan pelayanan utama

dengan Faktor Kelonggaran Kategori. Hasil perkalian ini akan


menghasilkan jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan bagi semua

kegiatan pelayanan utama dan penunjang penting.


Menentukan kebutuhan total staf untuk kegiatan Pelayanan Utama:
tambahkan Faktor Kelonggaran Individu (FKI) kepada kebutuhan
staf. Kemudian akan diperoleh jumlah total kebutuhan staf

berdasarkan WISN.
8. Meneliti hasil WISN dan menggunakannya untuk memperbaiki susunan
kepegawaian.
3.7 PERHITUNGAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA
Perhitungan jumlah pegawai atau SDM yang dibutuhkan berdasarkan
beban kerja di lingkungannya. Tujuan pedoman perhitungan ini untuk
meningkatkan kualitas perencanaan pegawai, khususnya penyusunan formasi
yang rasional dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan proses kerja yang
efektif dan efisien.
Dalam menghitung formasi pegawai terdapat 3 (tiga) aspek pokok
yang harus diperhatikan. Ketiga aspek tersebut adalah:

1. Beban kerja
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk perhitungan.
Beban kerja perlu ditetapkan melalui program-program unit kerja yang
selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan.

2. Standar Kemampuan Rata-rata

Standar kemampuan rata-rata dapat berupa standar kemampuan yang diukur


dari satuan waktu yang digunakan atau satuan hasil.
Norma Waktu adalah standar kemampuan dari satuan waktu, rumusnya
adalah:

Norma Waktu =

Orang x Waktu
Hasil

Contoh:
Seorang Asisten Apoteker dalam waktu 30 menit dapat dapat melayani 3
lembar resep.
Norma Waktu =

1 Orang Asisten Apoteker x 30 menit


3lembar resep

Dari contoh tersebut dapat ditetapkan bahwa rata-rata standar kemampuan


seorang asisten apoteker adalah 30 menit menghasilkan 3 lembar resep.
Norma hasil adalah satu satuan hasil dapat diperoleh dalam waktu berapa
lama. Rumusnya adalah:
Norma Hasil =

Hasil
Orang x Waktu

Contoh:
Analisis jabatan untuk menghasilkan 1 uraian jabatan diperlukan waktu
berapa lama untuk menyelesaikannya (misalnya 90 menit).
Norma Hasil =

1 Uraian Jabatan
1 Analis Jabatan x 90 menit

Dari contoh tersebut dapat ditetapkan bahwa rata-rata standar kemampuan


seorang analis Jabatan untuk menghasilkan 1 uraian jabatan diperlukan waktu
90 menit.
3. Waktu kerja
Waktu kerja yang dimaksud di sini adalah waktu kerja efektif, artinya
waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja Efektif
terdiri atas

Hari Kerja Efektif


Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan
cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Catatan:
Hari libur dapat berupa hari libur nasional dan hari libur kedaerahan. Oleh
karena itu, bagi tiap-tiap daerah dapat menghitung sendiri hari libur

kedaerahannya.
Jam Kerja Efektif
Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu
kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance) seperti buang air, melepas
lelah, istirahat makan, dan sebagainya. Allowance diperkirakan rata-rata

sekitar 30 % dari jumlah jam kerja formal. Dalam menghitung jam kerja
efektif sebaiknya digunakan ukuran 1 minggu.
Contoh menghitung jam kerja efektif :

Untuk menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan kita terlebih dahulu
harus mengetahui :
1.
2.
3.

Menentukan jabatannya
Uraikan apa saja pekerjaan yang dilakukan
Waktu kerja perhari atau peratahun
Hari kerja
: 312 hari
Cuti tahunan
: 12 hari
Pendidikan/pelatihan/izin/sakit : 10 hari
Hari libur nasional
: 14 hari
Waktu kerja efektif
: 5 jam
Hari kerja tersedia
: 276 hari
= hari kerja - (cuti tahunan/bersama + pendidikan/plthan/izin/sakit + libur

nasional)
Waktu kerja tersedia
:1380 jam
= hari kerja tersedia x waktu kerja efektif
4. Susun standar beban kerja/tugas
5. Tentukan standar kemampuan kerja
6. Hitung waktu penyelesaian tugas/pekerjaan
3.7.1

Perhitungan Kebutuhan SDM Apotek Rawat Inap

A. Perhitungan Jumlah Apoteker Apotik Rawat Inap A


N
o
1.

Uraian Tugas
Mengawasi

pelaksanaan

Beban Tugas

SKR

WPT

59 pasien /

0,5 menit /

29,5 menit

pelayanan
2.

3.

Farmasi

di

hari

pasien

Apotik Rawat Inap A


Mengawasi
Kegiatan

59 pasien/

0,5 menit

29,5 menit

Pencatatan dan Pelaporan

hari

Apotik Rawat Inap A


Memantau
Persediaan

59 pasien /

1 menit / hari

59 menit

Obat dan Alat kesehatan

hari

Habis Pakai di Apotik


4.

Rawat Inap setiap hari. A


Menyusun
laporan

60 menit

bulanan persediaan dan


kegiatan
5.

pelayanan

di

apotek Rawat Inap A


Membuat daftar dinas

30 hari

3 menit / hari

90 menit

10

15 menit /

150 menit

petugas Apotik Rawat


6.

Inap A
Melakukan kegiatan
pelayanan farmasi klinik

hari

sesuai uraian jabatan


apoteker muda
WPT
Jumlah Apoteker yang dibutuhkan :
418 menit
1 orang=1,393 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 2 orang).
Jumlah apoteker yang dibutuhkan dalam setahun :

418 menit

Untuk pertahun = 418 menit/hari x 276 hari = 115.358 menit/tahun


115.358 menit
1 orang =1,393 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 2 orang).
Berdasarkan jumlah tempat tidur 1 Apoteker = 30 tempat tidur
Jumlah tempat tidur = 68 tempat tidur

Apoteker yang dibutuhkan :

68 tempat tidur

= 2,26 Apoteker

30 tempat tidur/apoteker

Dibulatkan menjadi 3 orang apoteker

B. Perhitungan Jumlah Kepala Tim Apotek Rawat Inap A


N
o
1.

Uraian Tugas
Mengkoordinir pekerjaan

Beban Tugas

SKR

WPT

30 menit

30 menit

60 menit

60 menit

4 pasien / hari

6 menit /

24 menit

pelayanan farmasi di apotek


2.

rawat inap
Mengkoordinir pengisian
kartu stok dan pelaksaanan
entry data resep SIM RS
pasien Umum dan BPJS

3.

rawat inap
Ikut melaksanakan visite ke
ruangan Anak dan Mata dan

pasien

melaksanakan pelayanan
farmasi untuk pasien ICU dan
Anak dan Mata sesuai
Prosedur Tetap Pelayanan
Farmasi rawat inap dan
4.

pelayanan obat emergency


Mencatat pemakaian obat dan

3/hari

4 menit

12 menit

4 resep / hari

5 menit /

20 menit

alkes habis pakai BPJS pada


5.

kartu catatan
Menyiapkan obat dan alkes
habis pakai untuk satu hari

6.

resep

pemakaian
Menyerahkan obat dan alkes

2 menit

habis pakai kepada perawat


ruangan beserta CPO untuk
pasien Askes dan buku tanda
7.

terima untuk pasien umum


Melaksanakan pencatatan dan

30 menit

30 menit

20 menit

20 menit

pemeriksaan obat emergency


ruangan anak,mata,bedah dan
bedah saraf,serta melengkapi
stok obat emergency bila ada
kekurangan sesuai protap
8.

pengelolaan obat emergency


Membuat laporan mutasi obat
BPJS dan umum serta bahan
dan alat kesehatan habis pakai

9.

Apotek rawat inap


Melaksanakan pengambilan

30 menit

30 menit

obat dan alkes habis pakai


untuk Apotek rawat inap ke
gudang farmasi
WPT

228 menit

Keterangan : SKR : Standar Kemampuan Rata-rata


WPT : Waktu Penyelesaian Tugas
Kebutuhan :
228 menit
1 orang = 0,76 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang).
Untuk pertahun :
= 228 menit/hari x 276 hari = 62.928 menit/tahun
62.928 menit
1 orang = 0,76 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 1orang).

C. Perhitungan Jumlah SDM Apotek Rawat Inap A (Bangsal Neurologi)


Kebutuhan SDM Asisten Apoteker Apotek Rawat Inap (Bangsal
Neurologi) - shift pagi
N

Uraian Tugas

Beban Tugas

SKR

WPT

o
1.

Ikut melaksanakan visite ke

25 pasien /

7 menit /

175menit

hari

pasien

ruangan Rawat Inap


Neurologi dan
melaksanakan pelayanan

farmasi untuk pasien rawat


inap Neurologi sesuai
Prosedur Tetap Pelayanan
Farmasi Rawat Inap dan
2.

Pelayanan Obat Emergency.


Mencatat pemakaian obat dan

25 CPO /

3 menit /

alkes habis pakai Askes pada

hari

CPO

(CPO).
Menyiapkan Obat dan Alkes

36 resep /

5 menit /

Habis Pakai untuk satu hari

hari

resep

75menit

kartu Catatan Pemakaian Obat


3.

4.

pemakaian.
Menyerahkan Obat dan Alkes

180 menit

5 menit

Habis Pakai kepada perawat


ruangan beserta Catatan
Pemakaian Obat (CPO) untuk
pasien BPJS dan buku tanda
5.

terima untuk pasien umum


Melaksanakan Pencatatan dan

5 pasien /

4 menit /

pemeriksaan obat emergency

hari

pasien

3 pasien /

4 menit /

hari

pasien

20 menit

ruangan Neurologi serta


melengkapi stok obat
emergency bila ada
kekurangan sesuai protap
6.

pengelolaan obat emergency


Melaksanakan Entry kartu
Catatan Pemakaian Obat

12 menit

(CPO) bagi pasien UMUM


Neurologi setiap hari
berkoordinasi dengan petugas
SIM RS untuk dibuatkan
7.

klaimnya
Membuat catatan harian

15 / hari

4 menit

60 menit

pengeluaran obat BPJS untuk


pasien Neurologi dan
8.

membuat laporan bulanannya.


Melaksanakan pengisian kartu

20 menit

stok dan pemeriksaan stok


harian obat sirup dan Tablet di
Apotek Rawat Inap dan
membuat laporan bulanannya.
WPT

547
menit

Jumlah waktu kerja rata-rata pershift yang ditetapkan sebagai waktu efektif adalah
300 menit ( setelah dikurangi dengan waktu bersih-bersih dan istirahat), shift pagi
mulai dari jam 08.00-14.00 WIB, shift sore mulai dari jam 14.00-20.00

Kebutuhan :
547 menit
1 orang = 1,823 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 2 orang).
Untuk pertahun :

547 menit/hari x 276 hari = 150.972 menit/tahun


150.972 menit
1 orang = 1,823 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 2 orang).
Kebutuhan Asisten Apoteker Apotek Rawat Inap A Bangsal Neuro - shift
sore
N

Uraian Tugas

Beban Tugas

SKR

WPT

o
1.

Ikut melaksanakan visite

5 pasien / hari

7 menit /

35 menit

ke ruangan Rawat Inap

pasien

Neurologi dan
melaksanakan pelayanan
farmasi untuk pasien
rawat inap Neurologi
sesuai Prosedur Tetap
Pelayanan Farmasi Rawat
Inap dan Pelayanan Obat
2.

Emergency.
Mencatat pemakaian obat

5 CPO / hari

3 menit / CPO

15 menit

30 resep / hari

2 menit /

60 menit

dan alkes habis pakai


Askes pada kartu Catatan
3.

Pemakaian Obat (CPO).


Menyiapkan Obat dan
Alkes Habis Pakai untuk

4.

satu hari pemakaian


Menyerahkan Obat dan

resep
5 menit

Alkes Habis Pakai kepada


perawat ruangan beserta
Catatan Pemakaian Obat
(CPO) untuk pasien BPJS
dan buku tanda terima
5.

untuk pasien umum


Pengisian dan pemeriksaan

30 / hari

4 menit

120 menit

stok harian obat infus dan


injeksi dan membuat
laporan bulanan
WPT

235 menit

Keterangan : SKR : Standar Kemampuan Rata-rata


WPT : Waktu Penyelesaian Tugas

Shift sore :
235 menit
1 orang = 0,783orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang)
Untuk pertahun :
235 menit/hari x 276 hari = 64.860 menit/tahun
64.860 menit
1 orang = 0,783 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang).
i. Perhitungan Kebutuhan SDM Apotek Rawat Inap Bagian Bangsal
Interne

Kebutuhan SDM Asisten Apoteker Apotek Rawat Inap Bagian Bangsal


Interne - shift pagi
N

Uraian Tugas

Beban Tugas

SKR

WPT

o
1.

Ikut melaksanakan visite

22 pasien /

7 menit /

154 menit

ke ruangan Rawat Inap

hari

pasien

22 CPO / hari

3 menit /

Interne dan
melaksanakan pelayanan
farmasi untuk pasien
rawat inap Interne
sesuai Prosedur Tetap
Pelayanan Farmasi Rawat
Inap dan Pelayanan Obat
2.

Emergency.
Mencatat pemakaian obat
dan alkes habis pakai

66 menit

CPO

Askes pada kartu Catatan


3.

4.

Pemakaian Obat (CPO).


Menyiapkan Obat dan

22 resep /

5 menit /

Alkes Habis Pakai untuk

hari

resep

satu hari pemakaian.


Menyerahkan Obat dan
Alkes Habis Pakai
kepada perawat ruangan
beserta Catatan
Pemakaian Obat (CPO)

110 menit

5 menit

untuk pasien BPJS dan


buku tanda terima untuk
5.

pasien umum
Melaksanakan Pencatatan
dan pemeriksaan obat

3 pasien /

4 menit /

hari

pasien

3 pasien /

4 menit /

hari

pasien

2 pasien /

4 menit /

hari

pasien

8 / hari

4 menit

12 menit

emergency ruanga Interne


serta melengkapi stok obat
emergency bila ada
kekurangan sesuai protap
pengelolaan obat
6.

emergency
Melaksanakan Entry kartu
Catatan Pemakaian Obat

12 menit

(CPO) bagi pasien BPJS


Unit Stroke setiap hari
berkoordinasi dengan
petugas SIM RS untuk
7.

dibuatkan klaimnya
Melaksanakan Entry kartu
Catatan Pemakaian Obat

8 menit

(CPO) bagi pasien


UMUM Unit Stroke setiap
hari berkoordinasi dengan
petugas SIM RS untuk
8.

dibuatkan klaimnya
Membuat catatan harian

32 menit

pengeluaran obat BPJS


untuk pasien unit stroke
dan membuat laporan
bulanannya.
WPT

399 menit

Kebutuhan Shift Pagi :


399 menit
1 orang=1,33 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 2 orang)
Untuk pertahun :
399 menit/hari x 276 hari = 110.124 menit/tahun
110.124 menit
1 orang = 1,33 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 2 orang)
Kebutuhan SDM Asisten Apoteker Apotek Rawat Inap Bagian Bangsal
Interne - shift sore
N

Uraian Tugas

o
1.

Mengecek obat

2.

Menyerahkan Obat dan

Beban Tugas

SKR

WPT

22 resep / hari

3 menit /

66 menit

resep
Alkes Habis Pakai kepada
perawat ruangan beserta
Catatan Pemakaian Obat
(CPO) untuk pasien BPJS

5 menit

dan buku tanda terima


3.

untuk pasien umum


Pengisian dan pemeriksaan

22 / hari

4 menit

88 menit

stok harian obat infus dan


injeksi dan membuat
laporan bulanan
WPT
Kebutuhan shift sore :

159 menit

159 menit
1 orang=0,53 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang)
Untuk pertahun :
159 menit/hari x 276 hari = 43.884 menit/tahun
43.884 menit
1 orang = 0,53 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang)
ii. Perhitungan Kebutuhan SDM Apotek Rawat Inap Bagian Bangsal
Anak
Kebutuhan SDM Apotek Rawat Inap Bagian Bangsal Anak
N

Uraian Tugas

Beban Tugas

SKR

WPT

o
1.

Ikut melaksanakan visite

9 pasien / hari

7 menit /

63 menit

ke ruangan Rawat Inap


Neurologi dan
melaksanakan pelayanan
farmasi untuk pasien
rawat inap Neurologi

pasien

sesuai Prosedur Tetap


Pelayanan Farmasi Rawat
Inap dan Pelayanan Obat
2.

Emergency.
Mencatat pemakaian obat

9 CPO / hari

3 menit / CPO

27 menit

9 resep / hari

5 menit /

45 menit

dan alkes habis pakai


Askes pada kartu Catatan
3.

Pemakaian Obat (CPO).


Menyiapkan Obat dan
Alkes Habis Pakai untuk

4.

resep

satu hari pemakaian.


Menyerahkan Obat dan

5 menit

Alkes Habis Pakai kepada


perawat ruangan beserta
Catatan Pemakaian Obat
(CPO) untuk pasien BPJS
dan buku tanda terima
5.

untuk pasien umum


Melaksanakan Entry kartu

2 pasien / hari

Catatan Pemakaian Obat

4 menit /

8 menit

pasien

(CPO) bagi pasien BPJS


setiap hari berkoordinasi
dengan petugas SIM RS
6.

untuk dibuatkan klaimnya


Melaksanakan Entry kartu
Catatan Pemakaian Obat
(CPO) bagi pasien UMUM

2 pasien / hari

4 menit /
pasien

8 menit

Unit Stroke setiap hari


berkoordinasi dengan
petugas SIM RS untuk
7.

dibuatkan klaimnya
Membuat catatan harian

4 / hari

4 menit

16 menit

9 / hari

4 menit

36 menit

pengeluaran obat BPJS dan


UMUM untuk dan
membuat laporan
8.

bulanannya.
Pengisian dan pemeriksaan
stok harian obat infus dan
injeksi dan membuat
laporan bulanan
WPT

208 menit

Kebutuhan Shift pagi :


208 menit
1orang=0,693 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang)
Untuk pertahun :
208 menit/hari x 276 hari = 57.408 menit/tahun
57.408 menit
1 orang = 0,693orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang).

iii. Perhitungan Kebutuhan SDM Apotek Rawat Inap Bagian ICU +


HCU, Petugas Entri dan Klaim BPJS
N

Uraian Tugas

Beban Tugas

SKR

WPT

o
1.

Ikut melaksanakan visite

9 pasien / hari

ke ruangan ICU dan HCU

8 menit /

72 menit

pasien

serta melaksanakan
pelayanan farmasi untuk
pasien sesuai Prosedur
Tetap Pelayanan Farmasi
Rawat Inap dan Pelayanan
2.

Obat Emergency.
Mencatat pemakaian Obat

9 CPO / hari

dan Alkes Habis Pakai

3 menit /

27 menit

CPO

Askes pada kartu Catatan


3.

Pemakaian Obat (CPO).


Menyiapkan obat dan

9 resep / hari

alkes habis pakai untuk


4.

5 menit /

40 menit

resep

satu hari pemakaian


Menyerahkan obat dan

5 menit

alkes habis pakai kepada


perawat ruangan beserta
CPO untuk pasien BPJS
dan buku tanda terima
5.

untuk pasien umum


Melaksanakan entry kartu
CPO bagi pasien BPJS
KU,Neonatus dan OB
yang telah pulang dan
telah ditanda tangani oleh

4 pasien /

4 menit /

hari

pasien

16 menit

Kepala Ruangan untuk


dibuatkan klaim
6.

bulanannya.
Melaksanakan Entry kartu

4 pasien/ hari

Catatan Pemakaian Obat


7

(CPO) bagi pasien UMUM


Membuat catatan harian

4 menit/

16 menit

pasien
1

20 menit

20 menit

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

pengeluaran obat BPJS


untuk pasien ICU dan
HCU serta membuat
laporan bulanannya ICU
dan HCU setiap hari dan
berkoordinasi dengan
petugas SIMRS untuk
8

dibuatkan klaimnya.
Melaksanakan pengisian
kartu stok dan
pemeriksaan stok harian
alkes habis pakai apotek
rawat inap dan membuat

laporan bulanannya
Melaksanakan pencatatan
dan pemeriksaan obat
emergency ruangan
neurologi serta melengkapi
stok obat emergency bila

ada kekurangan sesuai


protap pengelolaan obat
emergency
WPT

256 menit

Kebutuhan Shift :
256 menit
1 orang = 0,853 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang)
Untuk pertahun = 256 menit/hari x 276 hari = 70.656 menit/tahun
70.656 menit
1 orang =0,853 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang).

D. Perhitungan
2.2. Jumlah Kebutuhan SDM Apotek Rawat Jalan
Perhitungan Jumlah Apoteker Apotek Rawat Jalan
Beban
No
1.

2.

Uraian Kegiatan

SKR
Tugas
Mengawasi dan melaksanakan 250 pasien 0,5 menit /
pelayanan Farmasi di Apotik

/ hari

pasien

Rawat Jalan
Mengawasi

Kegiatan

250

0,5 menit

Pelaporan

pasien/

Pencatatan

dan

Apotik Rawat Jalan

hari

WPT
125 menit

125 menit

3.

Memantau Persediaan Obat dan

60 menit

Alat kesehatan Habis Pakai


Umum dan BPJS Rawat Inap A
dan B dan Irna C serta Rawat
Jalan setiap hari melalui SIM
4.

RS.
Membuat daftar dinas petugas

5.

Apotik Rawat Jalan.


Menyusun laporan

bulanan

persediaan

kegiatan

6.

dan

3 menit /

90 menit

hari

pelayanan di apotek rawat jalan


Melakukan kegiatan pelayanan
kefarmasian

30 hari

sesuai

uraian

60 menit

30 pasien

5 menit /

150 menit

hari

jabatan apoteker pertama


WPT

610 menit

Kebutuhan :
610 menit x 1 orang = 2,03 orang
300 orang
(dibulatkan menjadi 2 orang).
Untuk pertahun = 610 menit/hari x 276 hari = 168.360 menit/tahun
168360 menit x 1orang = 2,03 orang
82800 menit
(dibulatkan menjadi 2 orang).
Perhitungan Jumlah Kepala Tim Apotek Rawat Jalan
No
1.

Uraian Tugas
Mengkoordinir

Beban Tugas

SKR

WPT
60 menit

250 / resep

0,5 menit

125 menit

30 menit

30 menit

60 menit

60 menit

pelayanan Farmasi oleh


petugas apotik BPJS &
2.

UMUM Rawat jalan


Melaksanakan
pelayanan farmasi untuk
pasien

BPJS,

BPJS

Poliklinik Karyawan &


UMUM pada shift pagi
sesuai
3.

dengan

pelayanan
Mencatat

Obat

Protap
dan

Alkes Habis Pakai yang


hampir
4.

habis

dalam

buku tersendiri.
Merapikan penyimpanan
Obat dan Alkes Habis

Pakai

sebelum

dan

setelah pelayanan.
5.

Membuat laporan mutasi

45 menit

45 menit

obat Apotek rawat jalan


setiap bulan
WPT

320 menit

Kebutuhan Shift :
320 menit
1 orang = 1,067 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang)
Untuk pertahun = 320 menit/hari x 276 hari = 88.320 menit/tahun
88.320 menit
1 orang =1,067 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 1 orang).

Pehitungan Jumlah Kebutuhan SDM Asisten Apoteker BPJS Rawat Jalan


No
1

Uraian tugas
Melaksanakan

Beban tugas SKR


WPT
pelayanan 150 resep
5 menit/resep Resep non

farmasi untuk pasien BPJS

non

racikan racikan 130

poliklinik karyawan pada

dan 10 menit
5

pagi hari sesuai dengan

resep

protap pelayanan

(perbandingan
resep

racikan
menit=650,

non sedangkan

racikan dengan resep


resep

racikan racikan 10

130:20)
20
menit

200 menit.
TOTAL =
2

Mengawasi
serta

stok

harian

45 menit

850 menit
45 menit

30 menit

30 menit

1menit/kartu

150 menit

menyusun

permintaan obat dan BPJS


habis pakai ke gudang
3

farmasi
Merapikan
Obat

penyimpanan

dan Alkes

habis

pakai sebelum dan setelah


4

pelayanan
Membantu melaksanakan
pengisian kartu stok

WPT

150

stok
1075 menit

Jumlah waktu kerja rata-rata perhari yang ditetapkan sebagai waktu efektif
adalah 300 menit (setelah dikurangi dengan waktu bersih-bersih di pagi hari dan
istirahat siang), mulai dari jam 08.00-14.00 WIB (shift pagi), jam 14.00-20.00
WIB (shift sore)

1075 menit
1 orang=3,58 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 4 orang)
Untuk pertahun = 1075 menit/hari x 276 hari = 296.700 menit/tahun
296.700 menit
1 orang =3,58 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 4 orang).

Pehitungan Jumlah Kebutuhan SDM Asisten Apoteker UMUM Rawat Jalan


No Uraian tugas
1
Melaksanakan
farmasi

untuk

Beban tugas SKR


WPT
pelayanan
100 resep
5 menit / resep Resep non
pasien

Umum Rawat Jalan dan

non

racikan racikan 90

dan 10 menit
5

IGD pagi hari

resep

racikan

(perbandingan

menit

resep

biasa 450,

dengan

resep sedangkan

anak 90:10)

resep
racikan 10
10
menit

100 menit.
TOTAL =

550 menit

Merapikan

penyimpanan

30 menit

30 menit

1 kali

45 menit

45 menit

100 resep
1 kali

1 menit/resep
20 menit

100 menit
20 menit

100

1 menit/kartu

100 menit

pengisian

stok

Obat dan Alkes habis pakai


sebelum
3

dan

pelayanan
Mengawasi

setelah

stok

serta

harian

menyusun

permintaan obat dan Alkes


habis

pakai

keperluan

apotek rawat jalan umum


4
5

ke Gudang Farmasi
Membantu entri resep
Melaksanakan permintaan
ATK

dan

perlengkapan

apotik lainnya ke gudang


6

umum
Mengkoordinir
melaksanakan

dan
pengisian

kartu stok apotek rawat


jalan

umum

mengawasi
harian

untuk

serta

stok

obat

dibuatkan

stok

amprahnya

WPT

845 menit

Kebutuhan :
845 menit
1 orang=2,81 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 3 orang)
Untuk pertahun = 845 menit/hari x 276 hari = 233.220 menit/tahun
296.700 menit
1 orang =2,81 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 3 orang).

Perhitungan Jumlah Kebutuhan SDM Administrasi Apotek Rawat Jalan


Beban
No
1.

Uraian Tugas
Melaksanakan

entry

Tugas
250 resep

SKR

WPT

3 menit

750 menit

5 menit

5 menit

20 menit

20 menit

data resep umum dan


DO Bill pada shift
2.

pagi
Memprint
Bulanan

Rekap
Penjualan

Apotek Rawat Jalan


3.

Umum
Membukukan
pengeluaran

obat

4.

5.

harian
Melaksanakan

entry

mutasi

obat

dari

apotik

BPJS

atau

UMUM
Membukukan

10

3 menit

faktur

Obat

Umum

dari

setiap

obat

yang

masuk

ke

30 menit

20 menit

Apotik

Rawat Jalan dalam


6.

buku faktur.
Membuat daftar harga

30 menit

Obat dari setiap faktur


obat yang baru masuk
sekaligus memeriksa /
mencek daftar harga
obat yang lama.
WPT

835 menit

Kebutuhan :
835 menit
1 orang=2,78 orang
300 menit
(dibulatkan menjadi 3 orang)
Untuk pertahun = 835 menit/hari x 276 hari = 230.460 menit/tahun
260.460 menit
1 orang =2,78 orang
82.800 menit
(dibulatkan menjadi 3 orang).

BAB IV
STERILISASI
4.1. STERILISASI

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang


bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba, termasuk
endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Dalam
melakukan proses sterilisasi, terdapat beberapa metode yaitu, sterilisasi uap
(panas-basah), sterilisasi panas kering, sterilisasi etilen oksida, sterilisasi
plasma, dan sterilisasi uap formaldehid.
4.1.1

Sterilisasi uap
Metode sterilisasi yang paling efektif dan efisien adalah sterilisasi uap
karena uap merupakan pembawa (carrier) energy termal paling efektif dan
semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga
memungkinkan terjadinya koagulasi dan denaturasi beberapa protein
esensial.Untuk dapat menghasilkan barang yang steril, maka perlakuan presterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan serta pengemasan yang baik)
dan pascasterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan.
Terdapat beberapa fase yang dilalui untuk menyelesaikan satu siklus
sterilisasi uap, meliputi fase pemanasan, fase pemaparan uap, fase
pembuangan, dan fase pengeringan.Fase pemanasan merupakan fase awal
sterilisasi uap. Pada fase ini, selain terjadi proses pemvakuman chamber,
jaket chamber juga mengalami pemanasan. Uap akan terus masuk ke dalam
chamber pada kondisi ruang yang tertutup rapat. Tekanan dan suhu akan
naik hingga suhu sterilisasi yang diharapkan dapat tercapai. Kemudian,
sistem pengontrolan pemaparan uap bekerja mempertahankan suhu dan
tekanan ruangan, dimana pada fase inilah proses sterilisasi terjadi. Suhu
yang biasanya digunakan adalah 121C dan 134C. Setelah waktu

pemaparan pada suhu tertentu tercapai, katup drainase akan terbuka


sehingga terjadi penurunan kembali tekanan dalam chamber. Baru
kemudian udara masuk secara bertahap hingga tercapai tekanan atmosfer
dan terjadi proses pengeringan alat yang disterilisasi.
4.1.2

Sterilisasi Panas Kering


Sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana
panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu
merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk
sterilisasi tercapai. Metode ini biasa digunakan untuk alat-alat atau bahan
yang tidak memungkinkan uap untuk berpenetrasi secara mudah, seperti
peralatan yang terbuat dari kaca.Metode ini memerlukan waktu yang lebih
panjang dan temperature yang lebih tinggi.Dilakukan pada temperature
160-170C dengan waktu 1-2 jam.Keuntungan metode ini adalah dapat
mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus uap, seperti
serbuk kering dan bahan minyak, tidak memiliki sifat korosif terhadap
logam, dan dapat mencapai seluruh permukaan alat yang tidak dapat
dibongkar pasang.Sementara itu, kelemahan metode ini adalah penetrasi
terhadap material berjalan sangat lambat dan tidak merata, diperlukan
waktu pemaparan panas yang lama untuk mencapai kondisi steril, serta
dapat merusak bahan dari karet dan beberapa bahan kain. Prinsip sterilisasi
ini adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai
kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga

4.1.3

menyebabkan mikrobanya mati.


Sterilisasi etilen oksida

Etilen oksida merupakan sterilan umum pilihan yang digunakan untuk


sterilisasi alat-alat yang sensitive terhadap panas dan uap. Senyawa ini
berada dalam fase gas pada suhu diatas 10,75C pada tekanan 1 atm.
Etilen oksida membunuh mikroorganisme dengan cara bereaksi terhadap
DNA mikroorganisme melalui mekanisme alkilasi. Pada reaksi ini, terjadi
penggantian gugus atom hidrogen pada sel mikroorganisme dengan gugus
alkil (-CH2-CH2-OH). Akibatnya, proses metabolisme dan reproduksi sel
mikroba akan terganggu.Keuntungan metode ini adalah dapat dilakukan
pada suhu rendah, yaitu 72-135 F serta memiliki daya penetrasi yang
4.1.4

sangat baik.
Sterilisasi plasma
Plasma secara umum didefinisikan sebagai gas yang terdiri dari electron,
ion-ion, maupun partikl-partikel netral. Plasma dari beberapa gas seperti
argon, nitrogen, dan oksigen menunjukkan aktivitas sporisidal. Pada plasma
yang terbentuk dari hidrogen peroksida, proses pembentukan plasma
mengalami dua fase yaitu fase difusi hidrogen peroksida dan fase plasma.
Aktivitas mematikan mikroorganisme hidrogen peroksida belum diketahui
secara pasti, tetapi pada proses pembentukan plasma, terbentuk spesies
reaktif seperti radikal bebas, radiasi ultraviolet, maupun hidrogen peroksida
itu sendiri yang mempunyai kemampuan menginaktivasi mikroorganisme.

4.1.5

Sterilisasi uap formaldehid


Gas formaldehid bekerja membunuh mikroorganisme melalui mekanisme
alkilasi. Namun, formaldehid tidak dapat digunakan untuk sterilisasi alat
rentan panas, khususnya dengan lumen kecil, karena daya penetrasi dan
aktivitas sporisidalnya yang lemah. Namun demikian, bila dikombinasikan

dengan uap dibawah tekanan atmosfer, daya penetrasinya meningkat


sehingga sterilisasi dapat dicapai dengan cepat.
Gas dan cairan formalin berbau tajam dan dapat mengiritasi mata, saluran
pernafasan, dan kulit. Bahan ini juga bersifat mutagenic walaupun buktibukti masih sedikit pada manusia. Oleh karena itu, formalin harus ditangani
dengan hati-hati untuk meminimalkan risiko pemaparan.
4.2 INSTALASI PUSAT STERILISASI
Instalasi pusat sterilisasi (Central Sterile Supply Department/CSSD)
merupakan unit pelayanan non struktural yang berfungsi memberikan
pelayanan sterilisasi yang sesuai standar/pedoman dan memenuhi kebutuhan
barang steril di rumah sakit. Instalasi Sterilisasi Pusat mempunyai fungsi
menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan, serta
mendistribusikan instrumen medis yang telah disterilkan ke berbagai ruangan
di rumah sakit untuk kepentingan perawatan dan pengobatan pasien.
4.2.1

Tujuan
Tujuan pendirian instalasi pusat sterilisasi antara lain:
1) Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril
untuk mencegah terjadinya infeksi
2) Menurunkan angka kejaidan infeksi serta membantu mencegah dan
menanggulangi infeksi nosokomial
3) Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien
4) Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadpa produk

4.2.2

yang dihasilkan
Struktur organisasi
Instalasi ini ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan
serta dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan rumah sakit. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi
Pusat Sterilisasi dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional atau non medis.

Untuk dapat memberikan pelayanan sterilisasi yang baik, Kepala Instalasi


Pusat Sterilisasi dibantu oleh sekurang-kurangnya:
Penanggung jawab administrasi
Sub Instalasi Dekontaminasi, Sterilisasi, dan Produksi
Sub Instalasi Pengawasan Mutu, Pemeliharaan Sarana dan Peralatan,

4.2.3

K3 dan Diklat
Sub Instalasi Distribusi

Gambar 1. Bagan struktur organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi


Tugas
Tugas utama instalasi pusat sterilisasi adalah:
1) Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien
2) Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
3) Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,
kamar operasi, maupun ruangan lainnya.
4) Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang yang aman
dan efektif serta bermutu
5) Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan
perawatan pasien
6) Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
7) Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi, maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.
8) Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan
dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi
nosokomial.

9) Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah


sterilisasi.
10) Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat

4.2.4

sterilisasi baik yang bersifat intern maupun ekstern.


11) Mengevaluasi hasil sterilisasi.
Aktivitas fungsional
Alur aktivitas fungsional pusat sterilisasi secara umum dapat digambarakan
sebagai berikut:
1) Pembilasan. Pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan
di ruang perawatan.
2) Pembersihan. Semua peralatan yang dapat dipakai ulang harus
dibersihkan dengan baik sebelum dilakukan proses deinfeksi dan
sterilisasi.
3) Pengeringan. Proses pengeringan dilakukan hingga peralatan benarbenar kering.
4) Inspeksi dan pengemasan. Setiap alat bongkar pasang harus diperiksa
kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan
densitas maksimumnya.
5) Pelabelan. Setiap kemasan harus memiliki label yang menjelaskan isi
kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan kadaluarsa proses
sterilisasi.
6) Pembuatan. Bahan yang dibuat dan dipersiapkan adalah kapas dan kasa
balut untuk kemudian disterilkan.
7) Sterilisasi. Proses ini sebaiknya diserahkan kepada tenaga yang terlatih.
8) Penyimpanan. Penyimpanan harus diatur dengan memperhatikan kondisi
penyimpanan yang baik.
9) Distribusi. Dapat dilakukan dengan berbagai sistem distribusi sesuai

dengan rumah sakit masing-masing.


4.2.5 Sarana fisik dan peralatan
1. Bangunan
Luas bangunan instalasi pusat sterilisasi yang disyaratkan berbeda-beda,
bergantung pada tipe/kapasitas rumah sakit.
1) 200 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 130 m2

2) 400 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 200 m2


3) 600 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 350 m2
4) 800 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 400 m2
5) 1000 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 450 m2
2. Lokasi
Lokasi Instalasi CSSD sebaiknya memiliki akesibilitas pencapaian
langsung dari Instalasi Bedah Sentral, ICU, Ruang Isolasi, Laboratorium
dan Instalasi Pencucian Linen) dan terpisah dari sirkulasi pasien. Untuk
rumah sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada
dekat/di wilayah kamar operasi sesuai fungsinya dan diupayakan lokasinya
dekat dengan laundry.
3. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada prinsipnya, ruang sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor
yang didesain sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang. Pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang pusat
sterilisasi dibagi menjadi 5 ruangan yaitu:
1. Ruang dekontaminasi
Pada ruang ini, dilakukan proses penerimaan barang kotor,
dekontaminasi, dan pembersihan. Ruangan ini harus direncanakan,
dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi
dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan
infeksi, racun, dan hal-hal berbahaya lainnya.
Lokasi ruang dekontaminasi harus terletak di luar lalu lintas utama di
rumah sakit. Ruangan ini dirancang sebagai area tertutup dengan izin
masuk terbatas. Secara fungsional, ruangan ini terpisah dari area lainnya.
Sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa agar udara di
ruangan ini tidak mencemari udara di ruangan bersih, baik dengan cara

penghisapan udara ke sistem sirkulasi udara yang memiliki filter, mengatur


tekanan udara ruangan menjaid negatif, dan tidak menggunakan kipas
angin. Suhu yang disarankan adalah 18 - 22C dan kelembaban udara
berkisar antara 35% sampai 75%. Untuk menjaga kebersihan, setidaknya
sekali sehari dilakukan proses pembersihan yang mencakup pengepelan;
pembersihan dan disinfeksi bak cuci, meja kerja, dan peralatan;
pembersihan dan disinfeksi tumpahan darah sesuai ketentuan; pembersihan
rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit, AC, dan peralatan lain seperti
kipas exhaust, lampu, sprinkler, dan dueling; kontrol terhadap hewan
perusak; pembuangan sampah sekali sehari, penggantian bahan/barang
yang kotor, serta pemisahan sampah infectious dan non infectious.
2. Ruang pengemasan alat
Di ruangan ini, dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar
pasang, maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada
ruangan ini, dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.
3. Ruang produksi dan processing
Di ruangan ini, dilakukan pemeriksaan, pelipatan, dan pengemasan
linen untuk persiapan sterilisasi. Pada daerah ini, sebaiknya juga terdapat
tempat penyimpanan barang tertutup. Selain linen, pada ruang ini juga
dilakukan persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas, cotton swabs,
dan lain-lain.
4. Ruang sterilisasi
Di ruang ini, dilakukan proses sterilisasi alat dan bahan. Untuk
sterilisasi etilen oksida, sebaiknya dibuat ruang khusus yang terpisah tetapi
masih berada dalam satu unit pusat sterilisasi dan dilengkapi dengan
exhaust fan.
5. Ruang penyimpanan bahan steril

Ruang ini sebaiknya dekat dengan ruang sterilisasi. Bila digunakan


mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang sebaiknya langsung
berhubungan dengan ruang penyimpanan. Di ruangan ini, penerangan
harus memadai, suhu dan kelembapan sama seperti ketentuan ruang
dekontaminasi, ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan
efisiensi filtrasi partikular antara 90 95%. Dinding dan lantai ruangan
harus terbuat dari bahan yang halus, sehingga mudah dibersihkan. Alat
steril disimpan pada jarak 19 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari
langit-langit serta 5 cm dari dinding untuk menghindari penumpukan debu
pada kemasan. Alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran
pipa lainnya. Lokasi ruang penyimpanan bahan steril harus jauh dari lalu
lintas utama serta jendela dan pintu sesedikit mungkin serta terisolasi.
4. Peralatan
Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari, terutama
recording charts dan jarum penunjuk, gasket pintu, bagian dalam chamber,
dan permukaan luar lainnya. Pemeliharaan alat dapat dilakukan oleh
personel rumah sakit yang terlatih, produsen alat, atau perusahaan pemberi
jasa pemeliharaan yang berkualifikasi.
5. Kalibrasi alat
Secara periodik, kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual
dari produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah
pengukur suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi
ulang harus dilakukan bila komponen-komponen ini mengalami perbaikan.
Kalibrasi mesin sterilisasi dilakukan minimal sekali dalam setahun oleh
Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kemenkes atau agen
tunggal pemegang merek alat.
6. Dokumentasi

Setiap

mesin

yang

ada

harus

memiliki

dokumentasi

riwayat

pemeliharaan/perawatan mesin. Dokumentasi ini harus tersedia pada


supervisor mesin sterilisasi, teknisi rumah sakit, atau pihak yang telah
melakukan perawatan mesin. Informasi yang harus tersedia meliputi
tanggal permohonan servis mesin, model dan nomor seri mesin sterilisasi,
nama pemohon dan pemberi izin servis, alasan permohonan servis,
deskripsi servis yang dilakukan (misal kalibrasi), jenis dan kuantitas suku
cadang yang diganti, nama orang yang melakukan servis, dan tanggal
perbaikan dilakukan.
7. Alat pelindung diri
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri
seperti apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang
tahan terhaap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala, masker highfiltration, dan tight-fittinggoogle yang digunakan oleh staf khususnya pada
saat melakukan prosedur yang memungkinkan terjadinya percikan atau
kontaminasi cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya.
Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan
google harus dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung
4.2.6

tangan, apron, dan google harus dicuci setiap hari.


PelayananInstalasi Pusat Sterilisasi
Dalam melaksanankan tugas sehari-hari pusat sterilisasi selalu
berhubungan dengan:
Laundry
Instalasi pemeliharaan sarana
Intalasi farmasi
Sanitasi
Perlengkapan/logistic
Rawat inap, rawat jalan, IGD, OK, dll
Tatalaksana pelayanan penyediaan barang steril terdiri dari:

1) Perencanaan dan penerimaan barang:


- Linen
- Instrumen
- Sarung tangan dan bahan habis pakai (kasa/pembalut dan kapas)
2) Pencucian
- Linen, dilakukan di bagian laundry
- Instrumen
- Sarung tangan
3) Pengemasan dan pemberian tanda
- Linen
- Instrumen
- Sarung tangan
4) Proses sterilisasi
- Linen
- Instrumen
- Sarung tangan, bahan plastik, dan sebagainya.
5) Penyimpanan dan distribusi.
6) Pemantauan kualitas sterilisasi, yang meliputi:
- Pemantauan proses sterilisasi : indikator fisika, kimia, dan biologi.
- Pemantauan hasil sterilisasi: sterilisasi dengan tes mikrobiologi.
7) Pencatatan dan pelaporan.

Gambar 1. Alur pelayanan instalasi pusat sterilisasi

Tahap-tahap sterilisasi alat/bahan medik


1. Dekontaminasi
Merupakan proses fisik atau kimia untuk membersihkan bendabenda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya.
- Menangani, mengumpulkan, dan transportasi benda-benda kotor
- Pembuangan limbah
Limbah harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang ditempat
-

pemakaian.
Mencuci/cleaning
Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use
Pembersihan alat-alat pakai ulang yang terkontaminasi harus

dimulai sesegera mungkin setelah dipakai.


2. Pengemasan
Termasuk semua material yang tersedia unuk fasilitas kesehatan yang
didesain untuk membungkus, mengemas, dan menampung alat-alat yang
dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan, dan pemakaian.
Prinsip-prinsip pengemasan:
1. Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh
permukaan kemasan dan isinya.
2. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
3. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi.
Persyaratan bahan pengemas:
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus seuai dengan
proses sterilisasi yang dipilih:
-

Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban,

tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.


Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar

Sterilan pada proses uap, EO, atau panas-kering harus dapat menyerap
dengan baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan

kemasan.
Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
Tipe-tipe kemasan:
Kertas
Kriteria kertas yang dapat dipakai:
Memiliki karakteristik repellent/tidak menyerap air
Memiliki tensile strength yang baik/ tidak mudah robek
Merupakan penahan bakteri yang baik
Bebas dari bahan beracun
Bahan kertas hanya digunakan 1 kali saja.
Film plastic
Kain/linen
Linen adalah material paling tradisional yang digunakan sebagai

pembungkus steril.
Keunggulan:
Kuat
Relatif murah
Nyaman
Kelemahan:
Tidak memiliki kemampuan menahan bakteri yang baik.
Tidak memiliki konsistensi kualitas yang baik.
Mudah menyerap air
Banyak terdapat lint
- Kain campuran
4.2.7 Monitoring Dan Evaluasi Proses Sterilisasi
a. Kontrol kualitas sterilisasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Pemberian nomor lot pada setiap kemasan mencakup nomor mesin
sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa
dari mesin sterilisasi.
- Data mesin sterilisasi
- Waktu kadaluarsa
b. Jenis-jenis indikator sterilisasi
- Indikator mekanik, merupakan bagian dari instrument seperti gauge,
-

table, dan indicator suhu maupun tekanan.


Indikator kimia, merupakan indicator yang menandai terjadinya
paparan sterilisasi (misalnya:uap panas atau gas etilen oksida) pada

objek yang distrilkan dengan adanya perubahan warna. Dapat dalam


-

berbagai bentuk seperti strip, tape, kartu, vial.


Indikator biologi, merupakan sediaan berisi populasi mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa
parameter yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi

tertentu.
4.3 PEMBAHASAN
Di RS Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi, proses sterilisasi
dilakukan oleh Unit Sterilisasi yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi.
Tugasnya memenuhi setiap kebutuhan alat atau bahan steril yang dibutuhkan
bagi setiap instalasi yang ada diantaranya: instalasi rawat inap A, instalasi
rawat inap B, instalasi rawat inap C, Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang
operasi, ICU, dan lain-lain. Alat/bahan yang akan disterilkan antara lain
adalah:

Alat-alat ruang OK set lamirektomy, korentang, sikat, set preparasi,


buaya/keriso, caspar set, suction+disctor minor, set cranioctomy, Dub

Lobang Besar, Dub Lobang Kecil, set jas, set kain, dan alas meja.
Alat-alat bangsal, VIP, ICU oral hygiene, set TV, kassa, handscoon,

dan prangko.
NaCl 0,9 %untuk keperluan pencucian luka.
Tahap pertama alur pelayanan instalasi pusat sterilisasi adalah

penerimaan. Barang yang diterima akan dicatat. Setelah itu, dilakukan proses
pencucian, pengeringan, pengemasan, dan pelabelan, sebelum nantinya
proses sterilisasi dilakukan. Namun, pada unit sterilisasi RSSN Bukittinggi,
proses pencucian, pengeringan, pengemasan, dan pelabelan telah dilakukan di
ruang rawat yang membutuhkan jasa sterilisasi seperti kamar operasi, IGD,

ICU, dan ruang rawat inap. Alat-alat yang akan disterilisasi sudah berada
dalam bentuk set instrumen yang telah dikemas dan diberi label, sehingga
penerimaan barang langsung dilakukan di ruang sterilisasi. Hal tersebut juga
berlaku untuk bahan habis pakai, seperti kasa dan kapas yang telah dibentuk
dan dikemas sesuai keperluan, serta telah diberi label. Berbeda halnya dengan
linen yang diterima dalam keadaan kotor, sehingga proses dekontaminasi
hingga pengemasan dilakukan di bagian laundry, dan nantinya akan
diserahkan ke ruang sterilisasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa unit

sterilisasi RSSN belum memenuhi kriteria instalasi pusat sterilisasi karena


kegiatan pelayanan belum dilakukan secara tersentralisasi pada satu unit.
Setelah alat dan bahan kesehatan selesai dikemas kemudian diberi
label / indikator. Penggunaan indikator sterilisasi diperlukan untuk memantau
proses sterilisasi. Terdapat beberapa jenis indikator yaitu indikator mekanik,
kimia, dan biologi. Indikator mekanik merupakan bagian dari instrumen
mesin sterilisasi, seperti pengukuran temperatur dan tekanan. Namun,
indikator ini tidak dapat menunjukkan tercapainya keadaan steril. Kelemahan
lainnya adalah informasi yang diberikan tidak tepat bila kalibrasi alat tidak
dilakukan.
Jenis indikator lainnya adalah indikator kimia. Indikator yang
direkomendasikan oleh beberapa organisasi seperti Association for the
Advancement

of

Medical

Instrumentation

(AAMI), Association

of

periOperative Registered Nurses (AORN), dan Centers for Disease Control


(CDC) adalah indikator eksternal dan internal. Kelebihan indikator kimia
adalah dapat memberikan informasi dengan segera bahwa suatu benda telah

melewati proses sterilisasi dan kondisi yang diperlukan untuk proses


sterilisasi telah terpenuhi. Namun, indikator kimia belum menjamin
tercapainya keadaan steril.
Selain indikator mekanik dan kimia, terdapat indikator biologi.
Indikator ini memiliki keterbatasan antara lain memerlukan tenaga yang
terlatih, terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi saat memindahkan
spora ke dalam media pertumbuhan, serta prosedur dan interpretasi hasil yang
rumit.
Indikator sterilisasi yang digunakan pada Unit Sterilisasi RSSN
Bukittinggi adalah indikator eksternal (Comply Indicator Tape TM). Indikator
ini ditempelkan pada kemasan alat/bahan kesehatan yang akan disterilisasi.
Pada indikator, juga ditulis tanggal dilakukannya sterilisasi. Setelah proses
sterilisasi berakhir, indikator eksternal yang awalnya memiliki garis diagonal
berwarna putih akan berubah warna menjadi hitam. Keuntungan indikator ini
adalah selain memberikan bukti visual bahwa suatu benda telah melewati
proses sterilisasi, juga dapat digunakan sebagai segel kemasan. Namun,
indikator eksternal memiliki keterbatasan karena hanya memberikan
informasi pada kemasan bagian luar sehingga penetrasi sterilan ke bagian
dalam

kemasan

tidak

dapat

dibuktikan. AAMI

merekomendasikan

penggunaan indikator eksternal pada setiap kemasan, kecuali bila indikator


internal dapat terlihat dari luar. Sementara itu, indikator internal
direkomendasikan untuk diletakkan dalam setiap kemasan atau pada daerah
yang paling sulit ditembus oleh sterilan.

Setelah barang yang akan disterilsasi telah di beri label maka proses
sterilisasi siap untuk dilakukan. Metode sterilisasi yang digunakan adalah
sterilisasi uap dengan autoklaf. Autoklaf yang digunakan memiliki 2 tipe
yaitu horizontal (Jericho JE-356 dan Tuttnaur 5596 IVEP) dan vertikal
(Automatic Autoclave S2D). Dalam pengoperasiannya, operator telah
melaksanakan sterilisasi sesuai dengan prosedur tetap.
Peralatan sterilisasi harus dipelihara dan diperhatikan secara rutin.
Harus dilakukan perwatan harian, bulanan, dan tahunan. Perawatan harian
dapat dilakukan oleh tenaga sterilisasi sendiri dengan petunjuk dari supplier,
dan untuk perawatan tahunan dilakukan oleh supplier salah satunya adalah
kalibrasi alat sterilisasi.Perawatan autoclave Jericho yang dilakukan
diantaranya mengisi air aquadest sampai tanda batas pada tabung kaca,
membuka pintu jika tekanan nol, chamber selalu dibersihkan, mengganti air
pada generator uap minimal sekali seminggu, dan tarik hanle safety valve
beberapa kali setelah pemakaian satu bulan. Kalibrasi terhadap autoklaf
dilakukan satu kali dalam setahun, terakhir November 2011 yang dilakukan
oleh teknisi/supplier.
Setelah proses sterilisasi selesai, barang yang telah steril disimpan
dalam ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan alat steril sebaiknya berada
dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu,
maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.Di
ruang ini penerangan harus memadai, suhu antara 18-22C dan kelembaban
35-75%, ventilasi menggunakan system tekanan positif dengan efisiensi
filtrasi particular antara 90-95% (untuk particular berukuran 0,5 mikron).

Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga
mudah dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan
minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan
untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat
steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya.
Barang yang disimpan di ruang penyimpanan Unit Sterilisasi RSSN
Bukittinggi adalah bahan linen berupa set kain untuk operasi. Sementara itu,
alat dan bahan habis pakai diletakkan di atas meja kerja pada ruang sterilisasi
karena biasanya akan dijemput pada hari yang sama. Untuk menghindari
penumpukan barang dan kontaminasi barang yang telah disterilkan, maka
barang-barang tersebut paling lama diambil 1 minggu setelah tanggal
sterilisasi. Bila lewat dari 1 minggu, akan dilakukan sterilisasi ulang. Dengan
alasan tersebut, penyiapan set kain untuk operasi biasanya dilakukan bila ada
jadwal operasi saja. Namun, letak ruang sterilisasi yang memiliki akses
langsung dengan udara dari luar ruangan akan menyebabkan kemungkinan
terjadinya kontaminasi. Karena itu, sebaiknya alat dan bahan yang telah
sterilisasi tetap disimpan di ruang penyimpanan dan nantinya dikeluarkan bila
petugas yang menjemput barang-barang tersebut sudah datang. Selain itu,
penataulangan ruangan juga perlu dilakukan agar udara di dalam ruangan unit
sterilisasi tidak terkontaminasi udara dari luar.
Barang-barang yang telah steril selanjutnya akan didistribusikan
dengan troli tertutup ke ruangan yang membutuhkan oleh petugas sterilisasi
sentral. Petugas akan melakukan pencatatan alat dan bahan kesehatan yang
telah didistribusikan. Lalu, petugas pengirim barang akan menandatangani

buku pengeluaran. Lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan


ruangan pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah sakit. Pemilihan lokasi
yang tepat akan berdampak pada efisiensi kerja dan meminimalkan risiko
terjadinya kontaminasi silang serta lalu lintas transportasi alat dan bahan
steril.
Pada Unit Sterilisasi RSSN Bukittinggi, proses distribusi dilakukan
dengan cara yang sedikit berbeda. Proses distribusi tidak dilakukan oleh
petugas unit sterilisasi, tetapi oleh petugas pengirim barang. Petugas pengirim
barang akan menjemput barang yang telah diantarkan ke unit sterilisasi.
Pencatatan tetap dilakukan oleh petugas unit sterilisasi pada buku laporan
khusus, dimana laporan alat dan bahan yang telah disterilisasi ditulis pada
buku yang berbeda. Penggunaan troli terbuka untuk pengangkutan barang
serta jarak antara unit sterilisasi dan ruangan yang membutuhkan instrumen
steril cukup jauh

memungkinkan terjadinya kontaminasi silang selama

proses distribusi. Karena itu, sebaiknya barang-barang didistribusikan dalam


troli tertutup bila relokasi bangunan unit sterilisasi sulit dilakukan.
Bangunan dan lokasisebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai
alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit dan sebaiknya berada dekat
kamar operasi serta berdekatan dengan londri. Tujuannya adalah mencegah
kontaminasi terhadap alat-alat yang telah disterilkan. Pusat sterilisasi RSSN
Bukittinggi berdekatan dengan instalasi laundri, namun jauh dari ruang
operasi, sehingga distribusi alat steril ke ruang operasi harus melewati
koridor dan rawat inap pasien. Hal ini yang dapat mengkontaminasi kembali
alat atau bahan yang sudah steril, begitu juga dengan distribusi alat atau

bahan steril ke instalasi lain. Alur distribusi seperti ini akan meningkatkan
infeksi nosokomial di rumah sakit.
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri
seperti apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan, penutup kepala,
masker, dan google. Alat pelindung diri ini khususnya dipakai oleh staf saat
melakukan prosedur yang memungkinkan terjadinya kontaminasi cairan yang
mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Selain itu, alas kaki khusus
harus ada untuk memasuki ruang dekontaminasi. APD harus dilaundry setiap
hari dan penggunaan APD sekali pakai dapat mengurangi terjadinya
kontaminasi.
Penggunaaan alat pelindung diri lengkap ini belum ditemui di Unit
Sterilisasi RSSN Bukittinggi. Petugas di bagian laundry telah menggunakan
apron dan masker saat bertugas, tetapi belum dilengkapi google dan penutup
kepala. Alas kaki yang digunakan pada bagian laundrytidak dibedakan,
sementara itu, petugas dari luar unit sterilisasi bebas masuk ke dalam unit
sterilisasi. Petugas di ruang sterilisasi belum menggunakan alat pelindung diri
yang sebenarnya dibutuhkan untuk meminimalkan risiko luka bakar saat
mengoperasikan autoklaf maupun saat mengeluarkan barang dari dalam
autoklaf. Untuk memudahkan dalam mengeluarkan barang yang telah steril
dari autoklaf, petugas sterilisasi menggunakan kantung kain yang dapat
melindungi tangan dari suhu autoklaf yang tinggi. Kantung ini sebaiknya juga
dibersihkan setiap pemakaian dan diletakkan di tempat khusus.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari pelaksanaan praktek kerja di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
dapat disimpulkan:
1. Sistem distribusi yang diterapkan di apotek rawat jalan adalah IDD
(Individual Dose Dispensing).
2. Sistem distribusi yang diterapkan di apotek rawat inap adalah UDD (Unit
Dose Dispensing).

3. Apotek RSSN mengelola penyimpanan, pelayanan, informasi obat dan alat


kesehatan serta mendistribusikannya kepada masyarakat yang dilakukan
secara optimal, merata dan teratur.
4. Apotek dipimpin oleh seorang apoteker, dimana apoteker memberikan
informasi yang berkaitan dengan pengobatan dan obat pasien
5. Perencanaan perbekalan farmasi di RSSN menggunakan metode
konsumsi. Dilakukan setahun sekali, kemudian dipecah menjadi 6 bulan
sekali, dan 3 bulan sekali.
6. Pengadaan dilakukan dengan dua system :
a) Pembelian langsung untuk pengadaan 50juta rupiah, diproses oleh
pejabat pengadaan, pembayarannya dilakukan berdasarkan rekapan
faktur yang dibuat oleh farmasis.
b) Sistem kontrak, jika pengadaan bernilai 50juta 200juta rupiah
dilakukan dengan sistem pengadaan langsung, tetapi jika pengadaan
bernilai 200juta rupiah maka sistem yang digunakan adalah tender 1
pemenang,

diproses

oleh

Unit

Layanan

Pengadaan

(ULP),

pembayarannya baru dilakukan jika semua barang yang dipesan sudah


diterima.
7. Penerimaan dilakukan oleh 2 pihak yang berbeda, sesuai jenis pengadaan
yang digunakan, yaitu :
a) Oleh pejabat pemeriksa hasil pekerjaan yang terdiri dari 1 orang, untuk
pengadaan yang diproses oleh pejabat pengadaan.
b) Oleh panitia penerimaan yang terdiri dari 5 orang, untuk pengadaan
yang diproses oleh ULP.
8. Penyimpanan dilakukan dengan membagi perbekalan farmasi tersebut
menjadi 7 kelompok, yaitu : (1) obat umum, (2) obat BPJS, (3) suku
cadang medis, (4) alat kedikteran, (5) laboratorium, (6) alkes habis pakai
dan (7) obat paket. Setelah itu di bagi sesuai bentuk sediaan, kemudian

untuk obat BPJS disusun berdasarkan kelas terapi sedangkan untuk obat
umum disusun berdasarkan alfabetis. Selain itu penyimpanannya juga
disesuaikan dengan stabilitas sediaan itu sendiri. Penyimpanan perbekalan
farmasi di RSSN menggunakan prinsip FEFO dan FIFO.
9. Pendistribusian dilakukan berdasarkan permintaan dari tiap unit yang
memerlukan (apotek rawat jalan umum dan BPJS ataupun apotek rawat
inap baik A, B maupun C). Sedangkan dari apotek ke pasien untuk apotek
rawat inap dilakukan dengan metode Unit Dose Dispensing (berdasarkan
pemakaian sehari pagi, siang dan malam). Untuk apotek rawat jalan
pendistribusian dari apotek ke pasiennya adalah berdasarkan resep.
10. Pelaporan dilakukan tiap bulan.
11. Penghapusan dilakukan tiap 15 tahun sekali.
12. Semua kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan secara
komputerisasi, dimana instalasi farmasi merupakan bagian dari SIMRS.
13. Perhitungan SDM di RSSN Bukittibggi

No
1
2
3
4
5

7
8
9

Jabatan
Apoteker Ruang Rawat Inap A
Kepala Tim Apotek Rawat Inap A
Asisten Apoteker (Bangsal Anak-shift pagi)
Asisten Apoteker (Neurologi-shift pagi)
Apotek Rawat Inap A
Asisten Apoteker (Neurologi-shift sore)
Apotek Rawat Inap A
Asisten Apoteker (Interne-shift pagi) Apotek
Rawat
Inap A
Asisten Apoteker (Intrne-shift sore) Apotek Rawat
Inap A
Apoteker Apotek Rawat Jalan
Kepala Tim Apotek Rawat Jalan

Pehitungan

SDM yang

SDM
(orang)
2
1
1

ada
(orang)
1
1
1

Kurang
Sudah Sesuai
Sudah Sesuai

Sudah Sesuai

Sudah Sesuai

Sudah Sesuai

Sudah Sesuai

2
1

1
1

Kurang
Sudah Sesuai

Keterangan

10

Administrasi
Asisten Apoteker Apotek Rawat Jalan UMUM

Kurang

(pagi)
Asisten Apoteker Apotek Rawat Jalan BPJS (pagi)

3
4

3
4

Sudah Sesuai
Sudah Sesuai

11
12

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode WISN diperoleh :


Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa tenaga SDM untuk apoteker
di apotek rawat inap A dan apotek rawat jalan kurang sehingga dapat
mengganggu kinerja. Dan untuk tenaga administrasi juga kurang memadai
untuk pasien BPJS dan UMUM yang sangat ramai.
14. Dalam melaksanakan kegiatannya, Unit Sterilisasi RS Stroke Nasional
Bukittinggi bekerja sama dengan ruangan yang membutuhkan jasa
sterilisasi, seperti kamar operasi, IGD, ICU, dan ruang rawat inap.
15. Distribusi alat dan bahan di Unit Sterilisasi RS Stroke Nasional
Bukittinggi menggunakan sistem satu pintu (one-door) dimana alat dan
bahan yang belum dan telah disterilisasi melewati pintu yang sama.
16. Proses sterilisasi di Unit Sterilisasi RS Stroke Nasional Bukittinggi
dilakukan berdasarkan prosedur tetap pengoperasian alat.
5.2 Saran
Dari pembahasan di atas disarankan:
1. Sebaiknya pihak apotek menyediakan waktu dan tempat untuk
memberikan informasi pada pasien mengenai obat yang didapatnya.
2. Sebaiknya waktu pelayanan obat lebih efisien dan efektif.
3. Memaksimalkan peran Apoteker di apotek rawat inap dan apotek rawat
jalan sesuai fungsi klinik dan menejerialnya untuk memberikan pelayanan
kefarmasian berupa konseling, informasi dan edukasi tentang obat. Serta
pemanfaatan SDM yang seefisien mungkin untuk dipekerjakan.

4. Sebaiknya jumlah tenaga Apoteker di rawat inap dan rawat jalan sebaiknya
ditambah mengingat beban kerjanya banyak.
5. Sebaiknya perlu penambahan jumlah tenaga administrasi untuk apotek
rawat jalan.
6. Sebaiknya dilakukan pengaturan ulang ruangan untuk mencegah
kontaminasi silang dari luar unit sterilisasi.
7. Distribusi alat dan bahan steril sebaiknya dilakukan dalam troli tertutup,
bila penggunaan sistem tertutup tidak memungkinkan.
8. Petugas Unit Sterilisasi perlu menggunakan alat pelindung diri untuk
meminimalkan risiko kecelakaan kerja.
9. Perlu ditetapkan waktu penerimaan barang agar proses sterilisasi dapat
dilakukan dengan efisien.
10. Desain ruangan sterilisasi dan ruangan penyimpanan alat/bahan yang telah
disterilkan dipisah dan harus memenuhi kriteria.
11. Alur distribusi alat/bahan yang telah disterilkan melalui ruang rawatan
seharusnya ditutup dengan beberapi lapisan kain/linen yang steril, dimana
setiap lapisan tersebut dibuka satu persatu hingga alat/bahan steril sampai
diruangan.
12. Sarung tangan sebagai perlindungan terhadap panas yang digunakan
petugas seharusnya dicuci setiap hari oleh petugas laundry.
13. Sebaiknya dilakukan juga pengujian mutu dengan indiator biologi.

Lampiran 1. Alur Pelayanan Farmasi Pasien di Apotek Rawat Inap


Pasien rawat inap BPJS dan non BPJS

Pasien dan keluarga menandatangani


pernyataan kesediaan membayar obat
(biaya obat diluar BPJS)

Pasien dirawat

AA mengikuti visite dokter dan mencatat


terapi pada kartu instruksi obat

Dokter menulis resep sesuai dengan


instruksi obat

BPJS

UMUM

AA mencatat instruksi dokter ke


kartu instruksi obat (KIO)

Keluarga pasien diinformasikan


untuk mengambil obat di apotek
RJ umum

AA meracik atau menyiapkan


obat dalam kemasan 1x pakai
untuk keperluan 1 hari

Pasien menebus obat di apotek


rawat jalan

AA menyerahkan obat ke
perawat untuk diserahkan kepada
pasien

Obat diambil keluarga pasien di


apotek, diserahkan ke petugas
rawat inap

Petugas apotek RI membagi obat


dalam kemasan 1x pemberian untuk
1 hari pemakaian sesuai dengan
instruksi obat
Sewaktu pasien
akan pulang
CPO Farmasi di Apotek Rawat Jalan RSSN
Lampiran
2. Alur
Pelayanan
direkap dan ditanda tangani oleh
Bukittingi
kepala ruangan tempat pasien dirawat
Petugas apotek rawat inap
ruangan tempat pasien dirawat. CPO
obat kepada perawat
Pasien rawat jalan umum, IGD danmemberikan
Rawat
di entri dan di klaim
untuk
diberikan
kepada pasien
inap BPJS dan non BPJS
Pasien menerima obat

RESEP

Pasien menebus resep di apotek rawat jalan

UMUM

BPJS/INHEALTH

Pegawai apotek menerima &


memeriksa harga resep secara
komputerisasi. Total biaya
diinformasikan kepada pasien.

Pegawai apotek menerima


mengecek stok yg tersisa.

K AS I R
AA meracik &
mengambilkan pesanan
obat & alkes sesuai resep
dokter

AA meracik & mengambilkan


pesanan obat & alkes sesuai
resep dokter
Pasien kembali ke
apotek rawat jalan
dgn membawa bukti
pembayaran

Pesanan obat dan alkes diserahkan


beserta kwitansinya, sambil AA
kembali mengecek obat apakah sudah
sesuai dengan resep dan memberikan
informasi tentang obat yang terdapat
Lampiran
3. Etiket untuk Obat Minum
pada resep

Untuk obat dalam atau obat minum

Pesanan obat dan alkes diserahkan


beserta kwitansinya, sambil AA kembali
mengecek obat apakah sudah sesuai
dengan resep dan memberikan informasi
tentang obat yang terdapat pada resep

Etiket untuk tablet, kapsul dan serbuk

Lampiran 4. Etiket Untuk Obat Luar

Lampiran 5. Bungkus Obat/Embalase

Lampiran 6. Copy Resep RSSN Bukittinggi

Lampiran 7. Contoh Kartu Stok

Lampiran 8. Kartu Instruksi Obat (KIO)

Lampiran 9. Catatan Pemberian Obat dan Alkes (CPO)

Lampiran 10. Alur Managemen Perbekalan Farmasi di RSSN Bukittinggi


ANGGARAN DARI PUSAT
(untuk semua kebutuhan RS)

Lampiran 11. Perencanaan Obat


DIREKTUR (sebagai kuasa
pengguna anggaran / KPA

Perhitungan Perencanaan Obat BPJS Tahun Anggaran 2014


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (yang akan membagibagi dana tersebut 1. Untuk farmasi, 2. Untuk umum)

ACTAPIN 10 MG TAB
Bulan
Satuan
Awal
Masuk
Keluar
Akhir
UNIT LAYANAN PENGADAAN
PEJABAT PENGADAAN
Januari
Tablet
0
1500>Rp. 50jt) 1050
(Pengadaan
(Pengadaan
<Rp. 50jt) 2550
Februari
Tablet
1050
0
900
150
Maret
Tablet
150
0
150
0
April
Tablet
3000 KONTRAK (50-200jt
900 : penunjukan
2100
PEMBELIAN
LANGSUNG 0
langsung &
>200jt : tender) 1800
Mei
Tablet
2100
0
300
Juni
Tablet
1800
600
0
2400
Juli
Tablet
2400
1200
900
2700
REKANAN/SUPPLIER
Agustus
Tablet
2700
0
0
2700
September
Tablet
2700
1680
990
3390
PENERIMAAN0
Oktober
Tablet
3390
1590
1800
November
Tablet
1800
30
1830
0
Desember
Tablet
0
0
0
0
PEJABAT
PENERIMAAN
TotalPEMERIKSA HASIL
6510 PANITIA9060
PEKERJAAN (U/ Pengadaan o/ P.P)

(u/ Pengadaan o/ ULP)

Pemakaian Nyata Pertahun

RJA fast n slow moving. RJU


G.Farmasi : dibagi 7 kelompok, dipisah
PENYIMPANAN
G.nama dagang dan generik berlogo,
berdasarkan bentuk sediaan, umum
lalu disusun alfabetis. R.Inap Bntuk
alfavetis, BPJS kelas terapi.
(alfabetis.
stok awal tahun+ penerimaan)(sisa stok akhir tahun+ jumlah obat yang hilang/rusak /exp . date
sediaan dan
PENDISTRIBUSIAN

(RJU, RJA, LABOR, R.INAP

( 2550 tab+6510 tab )( 0+ 0 )=9060tab


A,B,C, R.Produksi)

Pemakaian Rata-Rata Perbulan

PENGENDALIAN

pemakaian nyata per tah unPENCACATAN & PELAPORAN


jumla h bulan obat ada

9060tab
=1007 tab
9 bln

PENGHAPUSAN

Kekurangan Obat
2

pemakaian rata per bulan jumla h bulan yg kosong


1007 3 bln=3020 tab

EVALUASI

Kebutuhan Sesungguhnya
pemakaian nyata +kekurangan obat

9060 tab+ 3020tab=12080 tab

Kebutuhan Obat Tahun Yang Akan Datang


kebutu h an sesunggu h nya+(kebutuh an sesunggu h nya A )

12080tab + ( 12080 tab 20 ) =14496tab

Kebutuhan Lead Time


pemakaian rata 2 per bulan waktu tunggu
1007 tab 3 bln=3020 tab

Buffer stok
( pemakaianrata 2 per bulan 4 ) stok pengaman
( 1007 tab 4 ) 5 minggu=1258 tab

Jumlah obat yang diprogramkan tahun depan


kebutu h an obat yg akan datang +lead time+buffer stok

14496+3020+1258=18774

Jumlah obat yang dianggarkan


jumla h obat yg dianggarkanstok ak h ir ta h un

187740=18774

Lampiran 12. Surat Pesanan Narkotika

Lampiran 13. Surat Pesanan Psikotropika

Lampiran 14. Kartu Stok

Lampiran 15. Data Stock Opname pertanggal 23 Mei 2014


NAMA OBAT BERDASARKAN KELAS

SISA FISIK DI

TERAPI
KEMASAN dan DOSIS
1. SISTEM SARAF PUSAT
1.1 NOOTROPIK & NEUROTONIK/NEUROTROPIK
a. Piracetam
800mg
b. Citicoline
inj. 125mg/mL

10 box @ 50 tablet
1340 box @ 5 ampul

1.2 ANTI PARKINSON


a. Sifrol (Pramipexole)
b. Trihexylphenidyl
c. Levazid (Levodopa Benserazide)

0.375mg
2mg

10 box @ 30 tablet
10 box @ 100 tablat
115 box @ 50 tablet

1.3 ANTI PSIKOTIK


a. Halloperidol
b. Halloperidol
c. Onzapin (Alanzapin)
d. Clozapin

5mg
1.5mg
5mg
25mg

4
2
4
5

1.4 ANSIOLITIK
a. Clobazam
b. Alprazolam

10mg
0.5mg

50 box @ 100 tablet


20 box @ 100 tablet

1.5 OBAT UNTUK NYERI NEUROPATIK


a. Alpentin (Gabapentin)

100mg

173 box @ 50 kapsul

1.6 ANTI KONVULSAN


a. Depakote (NaH Divalproat)
b. Diazepam
c. Stesolid (diazepam)
d. Na. Phenytoin (fenitoin na)
e. Stesolid rectal (diazepam)
f. Sibital
g. Depakene (Na.Valproat)
h. Valisanbe (diazepam)
i. CBZ (Carbamazepin)

250 mg
5 mg
inj. 10mg/2 ml
inj. 50mg/ml
Lar.rec 10mg/2,5ml
inj. 200mg/2 ml
250 mg
2 mg
200mg

26 box @100 tablet


1 box @ 250 tablet
7 box @ 5 ampul
6 box @10 ampul
4 box @ 5 tube
35 botol @ 100 tablet
10 botol @ 120ml
20 box @100 tablet
1341box @ 100 tablet

1.7 ANTI VERTIGO


a. Betahistin

6mg

250 box @ 30 tablet

1.8 ANALGETIK NON NARKOTIK & ANTIPIRETIK


a. Asam mefenamat
500mg
b. Paracetamol
500mg

GUDANG

box
box
box
box

@
@
@
@

50
50
28
50

tablet
tablet
tablet
tablet

59 box @100 table

c. Ketorolac
d. Tramadol
e. Dumin (paracetamol)
f. Ostarin (ibuprofen)
g.Trunal DX (tramadol)

Inj.30mg/ml
Inj.50mg/ml
500 mg
400mg
50mg

13 box @ 12 ampul
135 box @ 5 ampul
1 box @ 1000 kaplet
3 box @ 100 tablet
5 box @30 tablet

1.9 AINS
a. Kaltrofen (ketoprofen)
b. Kaltrofen (ketoprofen)
c. Moxam ( Meloxicam)
d. Na.diklofenak

100 mg
50mg
7,5 mg
50 mg

5 box @ 30 tablet
15 box @ 30 tablet
20 box@ 30 tablet
72 box @ 50 tablet

20mg

17 box @ 30 tablet
18 box @30 tablet

1.11 ANTI MIGREN


b. Sinral (flunarizin)

5 mg

20 box @ 30 tablet

2. SISTEM KARDIOVASCULAR
2.1 ANTAGONIS ANGIOTENSIN II
a. Micardis (telmisartan)
b. Candesartan cilexetil

80mg
8 mg

17 box @ 20 tablet
16 box @30 tablet

2.2 HEMOSTATIK
a. Nexa (Asam tranexamat)
b. Kalnex (Asam tranexamat)
c. Kalnex (asam tranexamat)
d. Kalnex (Asam tranexamat)
e. Vitamin K
f. Inviclot (Heparin Sodium)

500mg
250 mg
500mg
inj. 50mg/ml
inj. 10mg/ml
5000 IU / ml

1 box @ 100 tablet


8 box @ 100 tablet
1 box @ 100 tablet
80 box @ 10 ampul
17 box @ 100 ampul
3 box @ 10

2.3 ANTAGONIS KALSIUM


a. Nimotop (nimodipine)
b. Nifedipine
c. Adalat oros (Nifedipine)
d. Intervask ( Amlodipine)
e. Theravask (amlodipine)
f. Verapamile
g. Ceremax IV ( nimodipine)

30 mg
10 mg
20 mg
10 mg
10 mg
80 mg
inf.0,2mg/ml

3 box @ 50 tablet
29 box @ 100 tablet
5 box @ 30 tablet
95 box @30 tablet
163 box @ 30 table
3 box @ 100 tablet
2 botol @ 50 ml

2.4 BETA BLOKER


a. Farnormin (Atenolol)
b. Bisoprolol

50 mg
5mg

2 box @ 100 tablet


14 box @ 100 tablet

1.10 ANTI DEPRESAN


a. Kalxetin (Fluoxetin)
b. Erecaf (ergotamin+coffein)

c. Maintate (Bisoprolol hemifumarat)


d. Concor (Bisoprolol hemifumarat)
e. Concor (Bisoprolol hemifumarat)

5 mg
2,5 mg
5 mg

10 box @ 100 tablet


18 box @ 100 tablet
24 box @ 100 tablet

2.5 ACE INHIBITOR


a. Tanapres (imidapril HCl)
b. Tensiphar ( lisinopril)
c. Tensiphar (lisinopril)
d. Ramixal ( ramipril)

5 mg
5 mg
10 mg
10 mg

3 box @ 100 tablet


163 box @ 30 tablet
50 box @ 30 tablet
25 box @ 50 tablet

2.6 ANTI ANGINA


a. Herbesser ( diltiazem HCL)
b. Nitrokaf ( Nirogliserin)
c. Farsorbid ( Isosorbid dinitrat)

200mg
125 mg
inj.1mg/ml

4 box @ 10 tablet
3 box @ 100 tablet
8 box @ 2 ampul

FIBRINOLITIK (TROMBOLITIK)
a. Pradaxa (dabigatran etisilate)
b. Cilostazol
c. Aspilet ( asetosal)
d. Placta ( clopidogrel)
e. Clopidogrel
f. Inviclot (Heparin Sodium)

100 mg
80 mg
75 mg
75 mg
5000 IU/ml

5 box @ 30 tablet
3 box @ 30 tablet
4 box @ 100 tablet
150 box @ 30 tablet
71 box @ 30 tablet
3 box @ 10

2.8 DIURETIK
a. Spironolactone
b. Farsix (furosemid)
c. Furosemid
d. Furosemid

25 mg
inj. 10mg/ml
inj. 10mg/ml
40 mg

1 box @ 100 tablet


7 box @ 5 ampul
10 box @ 25 ampul
10 box @ 100 tablet

2.8 VASOKONSTRIKTOR
a. Vascon (noerepineprin)

inj. 1mg/ml

2 box @ 5 ampul

2.9 ANTIHIPERLIPIDEMIA
a. Simvastatin
b. Simvastatin
c. Trolip ( fenofibrat)

10 mg
20 mg
300 mg

310 box @ 100 tablet


10 box @ 50 tablet
100 box @ 30 tablet

2.10 ANTIHIPERTENSI GOLONGAN LAIN


a. Clonidine HCl

0,15 mg

11 box @ 100 tablet

3. SISTEM MUSKULOSKELETAL
3.1 OBAT HIPERURISEMIA DAN GOUT
a. Allopurinol

100mg

7 box @ 100 tablet

2.7 ANTIOAGULAN, ANTI PLATELET &

b. Allopurinol

300mg

30 box @ 100 tablet

4. NUTRISI
4.1 ELEKTROLIT
a. KSR
b. Meylon ( Na. Bicarbonate)

600mg
inj.8,4 %

12 box @ 100 tablet


15 infus

METABOLITE
5.1 HORMON TIROID
a. Euthyrox (levotiroxin)

100mcg

4 box @ 100 tablet

5.2 OBAT ANTITIROID


a.PTU

100 mg

3 box @ 100 tablet

5.3 ANTI DIABETES


a. Glimepiride 2
b. Acarbose
c. Metformin
d. Glibenclamide
e. Forbetes (metformin)

2 mg
100 mg
500 mg
5 mg
850mg

28 box @ 50 tablet
23 box @ 100 tablet
80 box @ 100 tablet
5 box @ 100 tablet
5 box @ 100 tablet

PREPARAT SINTETIKNYA
a. Norelut ( noretisteron)

5 mg

3 box @ 50 tablet

6.2 Kortikosteroid
a.prednisone
b. Somerol (methylprednisolon)
c. Dexamethasone
d. Dexamethasone
d. Hexilon
e. Methylprednisolone
e. Methilprednosolone
g. Motaderm (Momethason Furoat)
h. Prednisone

5 mg
125 mg
inj. 5mg/ml
0,5 mg
125mg
4 mg
inj. 500mg
1mg/g
50 mg

1 box @ 100 tablet


200 b0x @ 1 vial
3 box @ 100 vial
17 box @ 100 tablet
27 box @ 1 vial
79 box @ 100 tablet
349 box @ 1 vial
20 tube
1 box @ 1000 tablet

7. SISTEM KEMIH DAN KELAMIN


7.1 OBAT YANG BEKERJA PADA UTERUS
a. Hystolan (isosuprin HCl)

20 mg

2 box @ 50 tablet

5. SISTEM ENDOKRIN DAN

6. HORMON
6.1 ESTROGEN, PROGESTERON SERTA

7.2 ANTISEPTIK SALURAN KEMIH

a. Urinter (pipemidit acid)

400 mg

7 box @ 100 kapsul

8. SISTEM PERNAPASAN
8.1 PREPARAT ANTI ASMA DAN PPOK
a. Berotec ( fenoferol HBr)
b.eufilin (teofilin)
c. Efedrin HCl
d. Aminofilin

100 mcg
250 mg
25 mg
200 mg

9 box @ 1 dosis
3 box @ 100 tablet
5 box @ 250 tablet
12 box @ 100 tablet

8.2. OBAT BATUK DAN PILEK


a. OBH

10 botol @ 100 ml

9. VITAMIN DAN MINERAL


9.1 VITAMIN B KOMPLEKS
a.vitamin B12
b. Vitamin B1

50 mcg
50 mg

48 box @ 100 tablet


43 box @ 100 tablet

9.2 VITAMIN C
a. Vitamin c

inj. 100/ml

1 box @ 100 vial

10. ANTI INFEKSI


10.1 ANTI VIRUS
a. Aciclovir

400 mg

20 box @ 50 tablet

10.2 TETRASIKLIN
a. Doksisiklin

100 mg

8 box@ 100 tablet

500 mg

20 box @ 100 kaplet


40 botol

10.3 PENISILIN (BETA LAKTAM)


a. Amoxicilin
b. Amoxicilin syr
10.4 ANTI JAMUR
a. Enystin ( nistatin)
b. Ketokonazol

200 mg

35 box @ 1 botol
2 box @ 100 tablet

10.5 CEFALOSPORIN
a. Cefadroxil
b. Cefadroxil
c. Broadced (Ceftriaxon)
d. Cefotaxime
e. Ceftazidime
f. Ceftriaxone
g. Tricefin (Ceftriaxon)

500 mg
inj.1000mg
serb. Inj 1000
serb. Inj 1000
serb. Inj 1000
serb. Inj 1000

50 botol @ 50 ml
2 box @ 100 kapsul
15 box @ 1 vial
50 box @ 10 vial
130 box @ 2 vial
960 box @ 2 vial
24 box @ 1 vial

mg
mg
mg
mg

10.6 ANTIBAKTERI KOMBINASI


a. Kotrimoxazol
b. Otoprim

20 botol@ 60 ml
10 box @ 100 tablet

10.7 KUINOLON
a. Pharoxin ( Ciprofloxasin)

500 mg

26 box @ 50 tablet

10.8 ANTELMINTIK
a. Pirantel

125 mg

4 box @ 100 tablet

10.9 AMINOGLIKOSIDA
a. Gentamicine
b. Amikacin ( amikasin sulfate)

inj 40mg/ ml
inj 250mg

9 box @ 5 ampul
25 vial

10.10 ANTITUBERKOLOSIS
a. Pyrazinamide

500 mg

93 box @ 100 tablet

10.11. ANTIAMUBA
a. Metronidazol
b. Metronidazol

500 mg
lar.inf 5mg/ml

3 box @ 100 tablet


8 botol @ 100 ml

10.12. TIPHOYD
a. Kloramphenikol
b. Chloramex

250 mg
1000 mg

3 botol @ 1000 kapsul


1 box @ 10 kapsul

25mg/mL
150 mg

40 mg
30mg
20 mg

455 box @10 ampul


835 box @ 100 tab
836 botol @ 100 ml
1 box @ 24 strip
200 botol @ 100 mL
50 box/ 1 vial
18 box @ 10 kapsul
6 box
1728/20 kapsul
230/30 kapsuul

10 mg

4 box @ 100 tab

11. SISTEM GASTROINTESTINAL DAN


HEPATOBILIER
11.1 ANTASIDA, ANTIREFLUKS DAN
ANTIULSERASI
a. Ranitidin injeksi
b. Ranitidin tablet
c. Dexanta
d. Acitral
* ulsafat (susp sukralfat)
e. Pantotis (pantoprazole)
* pepzol (Pantoprazol)
* panso (pantoprazole)
* lansoprazol
* omeprazol
11.2 ANTI EMETIK
a. Metolon (metoklopramid)

susp500mg/5mL
40 mg

b. Ra. Cnonid (metoklorpramid)


c. Primperan (Metoklorpramid)
c. *Narfoz (ondansentron)
* Nafroz (ondansetron)
*vometron (ondansentron)
* ondansentron injeksi

inj. 5mg/ml
5 mg / ml
4mg/2mL
8mg/4ml
4mg/2mL
4mg/2mL

11.3 LAKSATIF dan PENCAHAR


a. Laxandine

10 box @ 5ampul
7 box @ 10 ampul
6 box/5
6 box/5
5 box/5
47 box/5

8 botol @ 60 mL

11.4 ANTI SPASMODIK


a. Buscopan (hiosin n butil bromid)
injeksi
b. Atropin (Atropin sulfat)injeksi

20mg/mL
0,25mg/mL @ 1 mL

3 box @ 10 ampul
12 box @ 30 ampul

12. ALERGI DAN SISTEM IMUN


12.1 ANTI HISTAMIN dan ANTI ALERGI
a. *Cetrizin 10 mg
* Falergi (cetrizin)
b. CTM
c. Difenhidramin injeksi

10 mg
4 mg
10mg/mL, amp@1mL

3 box @ 50 tablet
15 box @ 60 tablet
40 box/100 tablet
3 box/30

13. SISTEM KARDIOVASKULAR


13.1 ANTAGONIS ANGIOSTENSIN II
a. Micardis (telmisartan)
b. Candesartan
c. Candesartan Cilexcetil

80mg
16 mg
16 mg

17 b0x @20 tablet


5 box @ 30 tablet
5 box @ 100 tablet

13.2 DIURETIK
a. Spironolakton
b. Furosemid
c. Furosemid injeksi
d. Farsix (furosemid) injeksi

25 mg
40 mg
10 mg/mL amp@2mL
10mg/mL

3 box/ 100 tablet


10 box/ 100 tablet
20 box/25 ampul
7 box/5 ampul

13.3 VASOKONTRIKSI
a. Vascon (nor epinephrine) injeksi

1mg/mL,amp @4mL

2 box/ 5

13.4 ANTI ANGINA


a. Farsorbid (isosorbid dinitrat) injeksi

1 mg/mL amp @ 10mL

2 box/ 2

13.5 ANTAGONIS KALSIUM


a. Ceremax IV (Nimodipine) inf

0,2mg/mL, btl @ 50 mL

14. MATA

14.1 ANTISEPTIK MATA DENGAN


KORTIKOSTEROID
a. Tobroson, tetes mata
(Tobramicyn3mg & dexamethason

3mg/tube, strip 5 tube @

1mg)

0,6 mL
tetes mata 2%, btl @ 5

2 box

b. convers (kromolin natrium)

mL

50 buah

0.50%

8 box @ 20 ampul
49

100mg/mL @ 10 mL
0,5mg/mL

1 box/24
4 box/5 ampul

14.2 DEKONGESTAN, ANASTESI DAN


INFLAMASI MATA
a. Pentacain (Lidocain & efineprin)
b. Triatimol 0,5% (trimolol) tetes mata
15. ANTI DOTUM dan DETOKSIFIKASI
a. Calcii Gluconas (kalsium glukonat)
injeksi
b. Prostigmin (neostigmin) injeksi

Lampiran 16. Laporan Pemakaian Narkotika

Lampiran 17. Denah ruangan sterilisasi

Keterangan:
= pintu
a

= ruang pembuatan aquadest

= ruang sterilisasi

= ruang penyimpanan sementara

= ruang packing

= meja

= ruang kepala instalasi

= toilet

= ruang laundry

Lampiran 18. Alur Kegiatan dibagian Instalasi Farmasi

Keterangan:
1a = alat kesehatan, sudah di-pack
1b = alat kesehatan
1c = bahan kesehatan
2b = packing
3a, 3b, 3b = distribusi alat dan bahan kesehatan ke tiap ruangan

Lampiran 18. Cara Membungkus dan Mengemas

Lampiran 19. Petunjuk pengoperasian Automatic Autoclave (S-2D)

Sterilisasi
1. Pastikan kran exhaust dan kran drain tertutup.
2. Buka penutup (lid) dan isi air 1,5 liter ke dalam bejana. Masukkan
alat/benda kemudian kunci dengan memutar handle yang kencang.
3. Aturlah waktu yang diinginkan pada timer. Aturlah tombol pemilihan
STR/DRY pada posisi STR.
4. Tekaan tombol utama ON (tombol hitam). Lampu hijau akan menyala
dan mengindikasikan bahwa heater sedang bekerja.
5. Katup evakuasi udara secara otomatis tertutup setelah udara menguap .
6. Tekanan akan naik sampai 1,2 kg/cm, sistem kontrol tekanan akan
mengatur secara otomatis (temperatur 121-123C).
7. Timer mulai bekerja setelah teknn yang diatur tercapai, tandanya lampu
merah menyala.
8. Setelah sterilisasi berakhir buzzer akan berbunyi. Dari supply PLN akan
terputus (lampu hijau dan merah padam) kemudian buka katup
pembuangan uap.
9. Pastikan tidak ada tekanan lagi/pressure gauge dalam kondisi 0 saat
penutup bejana dibuka. Tekan tombol utama OFF.
Pengeringan
1. Buka katup pembuangan air setelah proses sterilisasi selesai.
2. Pindahkan posisi tombol pemilihan STR/DRY ke DRY atur waktu 30-60
menit (lampu merah dan orange akan menyala).
3. Buzzer bunyi setelah proses sterilisasi.
4. Matikan tombol power ke OFF.

5. Buka bejana dan keluarkan alat yang telah disterilkan.

Lampiran 20. Prosedur pemakaian alat Autoclave Jericho JE-356

1. Buka kran exhaust, kran sterilizing, dank ran air masuk, isi autoklaf
dengan air sampai ketanda hijau ditabung kaca.
2. Masukkan alat-alat yang akan disterilkan kedalam autoklaf, kemudian
pintuchamber autoklaf ditutup dan dikunci.
3. Tutup semua kran.
4. Stel timer sesuai keperluan (mialnya 30 menit), kemudian tombol power
dihidupkan.
5. Jika tekanan meter pada jaket menunjukkan tekanan 1,2 kg/cm buka kran
sterilisasi.
6. Jika tekanan meter pada chamber mencapai 1,2 kg/cm dan suhu 121C,
hidupkan tombol timer (missal 30 menit), buzzer/bel akan berbunyi bila
tahap sterilisasi sudah selesai.
7. Tutuplah kran sterilizing, bukalah kran drying dank ran exhaust. Stel timer
untuk pengeringan (missal 30-45 menit), buzzer/bel akan berbunyi jika
tahap pengeringan selesai.
Waktu dan suhu sterilisasi
Bahan yang disterilkan
Bahan yang perlu

t = 1,2 kg/cm, T = 121C


30 menit

pengeringan:
Gauzze, linen, cotton
Bahan yang hanya perlu

20 menit

disterilkan saja:
Logam, instrument gelas
Lampiran 21. Perawatan Autoclave Jericho JE-356

Waktu pengeringan
30-45 menit

1. Jangan lupa untuk mengisikan air aquadest sampai ke tanda hijau pada
tabung kaca sebelum digunakan.
2. Membuka pintu hanya diperbolehkan jika tekanan/meter pada chamber
telah kembali nol.
3. Usahakan chamber selalu bersih agar alat awet.
4. Gantilah air pada generator uap (tempat merebus air/tangki) minimal
sekali seminggu.
5. Tariklah handle safety valve (terletak pada bagian paling atas) beberapa
kali setelah pemakaian selama 1 bulan.
Mesin dalam keadaan mati.

Lampiran 22. Petunjuk Pembuatan NaCl 0,9%


Untuk pembuatan 10 liter :

1. Buat larutan induk NaCl 0,9% sebanyak 1liter


Timbang 90 gram garam NaCl (merek) dengan timbangan analitik,
kemudian larutkan dengan aquadest hingga tanda batas dalam beaker glass
1 liter
2. Buat larutan NaCl 0,9% sebanyak 10 liter
Ambil 100 ml larutan induk NaCl 9% yang telah dibuat ke dalam botol
sterilisasi 1 liter. Encerkan dengan aquadest hingga tanda batas pada botol
tersebut. Larutan NaCl sudah mencapai konsentrasi 0,9%. Lakukan
pengenceran sebanyak 10x sehingga diperoleh 10 liter larutan NaCl 0,9%
3. Sterilisasi larutan NaCl 0,9%
Lakukan sterilisasi larutan NaCl 0,9% yang telah dibuat dengan autoclave
sesuai prosedur sterilisasi.

Larutan NaCl 0,9

Lampiran 23. Dokumentasi Ruang Unit Sterilisasi


1. Autoklave Jericho JE - 356

2. Autoclave Tuttnauer 5596

Autoclave (S 2D)

3. Destilator

Lampiran 24. Indikator Sterilisasi (Comply Tindicator Tapetm)

S
E
B
E
L
U
M
STERILISASI
SETELAH STERILISASI

Lampiran 25. Petunjuk Penggunaan Autoclave Tuttnauer5596 -1VEP

Pengaturan suhu sterilisasi, waktu sterilisasi, dan waktu pengeringan sterilisasi


berdasarkan pilihan proses sterilisasi yaitu :

No.

Pilihan Proses Sterilisasi

Waktu

Waktu

Sterilisasi

Pengeringan

1340

3 menit

1 menit

1340

7 menit

20 menit

1210

15 menit

1 menit

1210

20 menit

30 menit

1210

15 menit

20 menit

1340

7 menit

30 menit

Suhu sterilisasi

Instrument 134
1
(yang tidak dibalut kain)
Wrapped instrument 134
2
(dibalut kain)
Instrumen 121
3
(yang tidak dibalut kain)
Big package 121
4
(dibungkus paket besar)
Wrapped instrument 121
5
(dibungkus suhu 121)
Big package 134
6
(paket besar suhu 134)

Lampiran 26. Sertifikat Kalibrasi Autoklave

Вам также может понравиться