Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Fikrul Umam MS
Pengantar:
Prof. Dr. KH. M. Tholhah Hasan
Wakil Rais Aam PBNU 2004-2010
@Fikrul Umam MS
Pengantar: Prof. Dr. KH. M. Tholhah Hasan
Editor: MD & Jokowa
Cetakan: 1, 2015
Penerbit:
Aswaja Press Yogyakarta bekerjasama dengan
Madrasah Mazroatul Ulum Suwaduk Wedarijaksa Pati
Kata Pengantar
Mengapa Remaja Akrab dengan Kenakalan?
di
era
modern
yang
ditandai
dengan
pesatnya
demikian?
Itulah
kekurangan
dalam
buku
ini
adalah
murni
Penulis,
10
BAB I
Kenakalan Remaja dan Tantangan Pendidikan Madrasah
kata
dasar
"nakal",
kenakalan
merujuk
pada
suatu
11
pelecehan
seksual,
seks
bebas,
penyalahgunaan
12
perlakuan
kasar
dan
tidak
menyenangkan
dari
Mereka
kesulitan
mempelajari
dan
membedakan
Mereka
adalah
penderita
cacat
mental
yang
13
yang
bersifat
melanggar
hukum
dengan
yang
seperti
menjurus
pada
mengendarai
pelanggaran
mobil
tanpaSIM,
14
dan
3. Kenakalan khusus
hubungan
seks
seperti
penyalahgunaan
diluar
nikah,
narkotika,
pergaulan
bebas,
menjadi
ukuran
kenakalan
remaja
dalampenelitian.
Sosiolog Emile Durkheim dalam Rules of Sociological Method
pernah mengemukakan bahwa perilaku menyimpang atau jahat
kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial
yang normal, maka kenakalan itu adalah normal karena tidak
mungkin
menghapusnya
secara
tuntas.Artinya,
perilaku
yang
disengaja
meninggalkan
keresahan
pada
masyarakat.4
5John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, terj Juda Damanik dan Achmad
Chusairi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 24.
15
1. Faktor Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukan Erikson
(1968), masa remaja ada pada tahap di mana krisis
identitas versus difusi identitas harus diatasi. Erikson
percaya bahwa delinkuensi pada remaja terutama ditandai
dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang
kedua, yang melibatkan aspek-aspek peran identitas.
Beberapa dari remaja yang tidak mampu memenuhi
tuntutan yang dibebani pada mereka untuk setiap masa
perkembangan yang mereka lewati, mungkin akan memilih
perkembangan identitas yang negatif. Remaja seperti ini
mungkin akan ambil bagian dalam tindak kenakalan,
membuat diri mereka sendiri terperangkap dalam arus
zaman yang paling negatif dalam dunia muda yang mereka
hadapi.
2. Kontrol diri lemah
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai
kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup
dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam
mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah
dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Santrock
16
tingkah
laku
mereka.
Remaja
pelaku
menghambat
kecenderungan
untuk
melakukan
standar krisis
mengembangkan
menahan
diri
terhadap diri
kontrol
dari
diri
tindakan
yang
sendiri biasanya
diperlukan
melanggar
hukum
untuk
atau
antisosial.
17
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
baru-baru
ini
pada
menurunnya
tingkat
kenakalan remaja.7
3. Usia Penampakan awal
Perilaku anti-sosial berkaitan dengan pelanggaranpelanggaran serius di kemudian hari pada masa remaja.
Akan tetapi tidak semua anak yang bertindak berlebihan
menjadi anak nakal. Munculnya tingkah laku anti sosial di
usia
dini
berhubungan
dengan
penyerangan
serius
18
seringkali
memiliki
harapan
yang
rendah
timbulnya
kenakalan
remaja.
Kurangnya
19
faktor
keluarga
yang
penting
dalam
dengan
kenakalan.
Faktor
genetik
juga
20
21
dengan
tingkat
kriminalitas
tinggi
ini
sering
ditandai
dengan
kemiskinan,
factor,
lemahnya
pertahanan
22
diri,
kurangnya
kemampuan
penyesuaian
diri,
dan
lemahnya
keadaan
ekonomi
orangtua
kurangnya
secara
pelaksanaan
konsekuen,
memperoleh
ajaran-ajaran
masyarakat
pendidikan,
yang
kurangnya
agama
kurang
pengawasan
manusia
Indonesia.
Rendahnya
kualitas
karakter
23
tersebut.
Sementara,
pendidikan
belum
mampu
medium
untuk
kemanusiaan,agama,
produktivitas,
penanaman
pengembangan
berpikir
kritis-analitis,
nilai-nilai
daya
moral-
kreativitas,
bertanggung
jawab,
mengenal
pembutaan
realitas
kesadaran
yang
diri
dan
disengaja
dunianya,
dan
melainkan
terencanayang
menutup proses perubahan dan perkembangan. Teori stimulusrespon yang sudah bertahun-tahun dianut dan digunakan dalam
kegiatan
pembelajaran,
tampak
sekali
mendukung
sistem
24
Menurut Tim Dosen FIP IKIP Malang yang dikutip oleh Dra.
cipta
dan
budi
nurani)
dan
jasmani
(panca
indera
dan
ketrampilanketrampilan).12
25
26
27
termasuk
kesadaran
dan
dalam
keinginan
jenjang
untuk
ini
misalnya
menerima
ialah
stimulus,
(responding)
mengandung
arti
adanya
yang
dimilikioleh
seseorang
untuk
(valuing)
yang
dimaksudkan
ialah
sehingga
apabilakegiatan
itu
tidak
dikerjakan,
28
yang
mempengaruhipola
kepribadian
dan
tingkah lakunya.
Apabila kita melihat struktur kawasan afektif tersebut ternyata tidak sejelas seperti
struktur pada kawasan kognitif. Dimana kawasan kognitifmasing-masing
unsurnya bisa dikatakan hierarkis artinya unsur yang satumerupakan syarat
mutlak bagi unsur yang lain. Namun dalam ranah afektifmasing-masing unsur
tersebut saling tumpang tindih, maka tidaklahmengherankan apabila dalam
pendidikan lebih mengorientasikan tujuannyapada ranah kognitif karena lebih
mudah dirumuskan dan dievaluasi.Sedangkan ranah afektifnya terbengkalai
artinya ranah afektif hanya dipasangdalam tujuan, kalaupun itu ada, namun tidak
pernah diupayakan aplikasinya.
Meskipun demikian bukan berarti bahwa unsur-unsur afektif itu tidak
dapatdiwujudkan dalam proses belajar mengajar, tetapi untuk mewujudkan unsur-
29
unsur tersebut diperlukan kondisi yang kondusif artinya adanya usaha untuk
menciptakan kondisi belajar mengajar yang mampu menumbuhkan sikap,minat,
nilai, apresiasi dan penyesuaian terhadap suatu fenomena kognitif.
Posisi
unsur-unsur
sangatberpengaruh
afektif
terhadap
seseorang
proses
terhadap
pengambilan
fenomena
keputusan
kognitif
dalam
diri
30
tersebut
merugikan
perkembangan
peserta
didik
secara
31
Wedarijaksa
Kabupaten
Pati
dalam
afektif
yang
meliputi
pendidikan
sikap,
etika,
32
Bertitik tolak dari penjelasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian atas Implementasi Pembelajaran Afeksi Siswa di MTs.
Mazroatul Ulum Suwaduk Wedarijaksa Pati Tahun Pelajaran
2011/2012
BAB II
Kupas Tuntas Konsep Pembelajaran Afeksi
33
pendidikan
memiliki
pemahaman
yang
berbeda-beda
Hamalik
kombinasi
yang
mendefinisikan
tersusun
pembelajaran
meliputi
unsurunsur
ialah
suatu
manusiawi,
34
ke
arah
yang
baik. 23
lebih
S.
Nasution
bahwa
siswa
dengan
tujuan
untuk
memperoleh
pengertian di
atas
berkembang
sesuai
dengan
maksud
dan
tujuan
35
belajar
mengajar.
Dalam
kegiatan
belajar
mengajar
guru
berhasilnya
bersifat
kegiatan
theacher
belajar
oriented.
mengajar,
Seiring
kurang
maka
proses
dalam
belajar.
Dalam
menciptakan
kondisi
belajar
36
1) Memberi penguatan
Penguatan (reinforcement) ialah segala bentuk respon
apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan
bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah
laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi
atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun
koreksi
atau
berulangnya
tersebut
penguatan
kembali
tingkah
dimaksudkan
membesarkan
hati
meningkatkan
laku
untuk
siswa
agar
kemungkinan
tersebut.
Tindakan
mengganjar
mereka
lebih
atau
giat
37
Dalam
proses
belajar
mengajar,
bertanya
memainkan
sendiri
sesungguhnya
ialah
bertanya.
Ketrampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun
dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan baik isi pertanyaan
maupun teknik bertanyanya. Dasar bertanya yang baik antara
lain:
a) Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa
b) Memberikan informasi yang cukup kepada anak
c) Difokuskan
pada
suatu
masalah
atau
tugas
tertentu
d) Berikan respon yang ramah dan menyenangkan
sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab
dan bertanya.
27 Usman, 75
38
ketekunan
antusias
serta
penuh
partisipasi.
cara
menerima
pelajaran
yang
disenanginya.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode yang bervariasi,
antara lain:
1) Variasi
hendaknya
digunakan
sesuai
dengan
variasi
secara
lancar
dan
39
di
atas
merupakan
metode
yang
sering
pelajaran
40
Daryanto
mengetahui
evaluasi
usaha
yang
digunakan
dilakukan
guru
untuk
melalui
untuk
mendapatkan
informasi
yang
akurat
maka
sebaiknya
sedapat
mungkin
pertanyaan-pertanyaan baik
sehabis
menerangkan
guru
mengajukan
kelas
(classroom
management)
41
kegiatan
guru
harus
atau
aktivitas
bertanggung
mengajar,
jawab
dan
tua,
teman,
dan
nara
sumber,
mediator,
motivator,
ia
terlibat
dalam
berbagai
aktivitas
yang
kelas,
maupun
tugas
mandiri
supaya
Pengertian Afeksi
Dalam proses belajar mengajar, terdapat empat unsur utama
yaitu tujuan, materi, metode dan alat serta evaluasi. Tujuan pada
hakikatnya merupakan rumusan tingkah laku yang diharapkan
42
merupakan
seperangkat
pengetahuan
ilmiah
yang
terlepas
dari
keempat
unsur
utama
proses
belajar
43
pemahaman
sehingga
untuk
lebih
jelasnya,
kecakapan
kognitif
dan
juga
menghasilkan
Yusuf
dasarnya
merupakan
tingkah
laku
yang
mengandung
marah,
sedih,
menyayangi,
mencintai,
menerima,
44
atau
rasa
hormatnya
terhadap
guru
agama
45
46
47
atau
mengorganisasikan
(organization)
ialah
sistem
nilai
yang
telah
dimiliki
seseorang
yang
48
suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada
sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
Hal ini ialah merupakan tingkatan afeksi tertinggi, karena sikap
batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
philosophy of life yang mapan. Jadi, pada jenjang ini peserta
didik telah memiliki system nilai yang mengotrol tingkah lakunya
untuk suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk
karakteristik pola hidup tingkah lakunya menetap, konsisten
dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang
ini ialah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta
didik menjadikan perintah Allah SWT., yang tertera dalam alQuran surat al-Ashr sebagai pegangan hidupnya. Dalam hal
yang menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di
rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
49
pelajaran
tersebut
dengan
baik,
banyak
tentang
pelajaran
itu
dan
sebagainya.
Jadi
minat
memberikan
arah
kepada
individu
untuk
melakukan
50
soal
penghayatan
yang
dikehendaki
dan
tidak
Apresiasi.
Apresiasi
sering
diartikan
sebagai
apresiasi
berarti
suatu
pertimbangan
(judgment)
51
Kelima,
Penyesuaian
(adjustment).
Penyesuaian
merupakan
diartikan
sebagai
penguasaan;
yaitu
kemampuan
contoh,
siswa
melakukan
latihan
diri
dalam
atau
menggunakannya
dalam
praktek
kehidupannya.
terhadap
berlangsungnya
aspek
afektif
dilakukan
selama
di
dalam
52
skala
sikap
(attidute
scale).44
Muhibbin
Syah
Sehingga
akan
timbul
pada
diri
siswa
tersebut
53
Komitmen
(ikrar
setia
untuk
melakukan
atau
berusaha
dengan
segenap
kemampuannya
demi
54
differential.
Penggunaan
skala
ini
tidak
sekedar
untuk
mengetahui
penguasaan
siswa
psikomotor
yang
pengajaran khusus.
55
terkandung
dalam
tujuan
Penilaian
merupakan
serangkaian
kegiatan
untuk
berkesinambungan
sehingga
menjadi
informasi
yang
diarahkan
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi
56
b. Penilaian
menggunakan
acuan
kriteria
yaitu
menentukan
posisi
seseorang
terhadap
kelompoknya
c. Sistem yang direncanakan ialah sistem penilaian yang
berkelanjutan.
Berkelanjutan
dalam
arti
semua
Tindak
pembelajaran
lanjut
berupa
berikutnya,
perbaikan
program
proses
remedi
bagi
penilaian
harus
disesuaikan
dengan
Misalnya,
jika
pembelajaran
57
strategi
pembelajaran
sikap
pada
umumnya
baik.
Berikut
ini
disajikan
beberapa
model
consideration
modal)
Model Konsiderasi
Model
konsiderasi
(the
pengembangan
Pembelajaran
pembentukan
moral
kognitif
siswa
yang
menurutnya
rasional.
adalah
58
demikian,
adalah
pembelajaran
membantu
anak
sikap
agar
bisa
pada
dapat
hidup
59
tindakan
yang
diusulkan
siswa.
Dalam
wawasan
sikap
agar
tertentu
mereka
dengan
dapat
nilai
yang
dimilikinya.
7) Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan
yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya
berdasarkan pertimbangannya sendiri.
b.
kognitif
yang
berlangsung
secara
60
1) Tingkat Prakonvensional
Pada tingkatan ini setiap individu memandang
moral
didasarkan
pada
pandangannya
secara
dibuat
oleh
masyarakat.
Pada
tingkat
hukuman.
peraturan
harus
Dengan
dipatuhi
demikian,
agar
tidak
rasa
adil
berdasarkan
aturan
61
yang
demikian,
berlaku
pemecahan
di
masyarakat.
masalah
bukan
Dengan
hanya
62
Pada
tingkat
ini
perilaku
bukan
hanya
secara
individu.
Seperti
tingkat
Kesadaran
individu
untuk
prinsip-prinsip
sosial.
Dengan
pada
prinsip
universal.
tindakan
bukan
hanya
Segala
didasarkan
63
terjadi
secara
bertahap,
maka
strategi
hanya
memperoleh
melainkan
pengertian
juga
saja
dapat
menjalankannya/mengamalkannya.
Hal
ini
penginternalisasian
tercermin
dalam
sikap
nilai-nilai
dan
ini
tingkah
lakunya.51
c.
64
proses
sebelumnya
analisis
dalam
menyelaraskannya
nilai
diri
dengan
yang
dilakukan
sudah
siswa
nilai-nilai
ada
kemudian
baru
yang
mengukur
atau
mengetahui
tingkat
65
mengambil
keputusan
terhadap
sesuatu
muslim
merupakan
tujuan akhir
setiap
usaha
yang
mempengaruhi
dalam
perjalanan
hidup
hubungannya
dengan
perjalanan
hidup
seseorang,
66
di
dalam
teknologi
yang
mempermudah
kehidupan manusia
b.
c.
67
kokoh,
terombang
dengan
ambing
dasar
oleh
Islam,
arus
maka
zaman
ia
akan
mudah
sehingga
untuk
transfer
atau
pemberian
ilmu
pengetahuan
agama
54 Muhaimin, 169
68
sesuai
dengan
nilai-nilai
yang
telah
ditanamkan
dalam
pribadinya.
Dengan
kata
lain
pembelajaran
afeksi
berperan
dalam
dalam
membentuk
kepribadian
siswa
selain
minimal
dengan
prinsip
69
manajemen
berbasis
Tsanawiyah
(MTs)
Mazroatul
Ulum
Suwaduk
berdinya
Madrasah
Tsanawiyah
ini,
dimana
mereka
70
mempunyai
tujuan
agar
generasi
muda
masyarakat
desa
didukung
oleh
semua
anggota
Yayasan
Madrasah
simpatisan,
Madrasah
ini
berkembang
pesat
sampai
sekarang.
Adapun tokoh tokoh yang berjasa dalam pendirian MTs.
Mazroatul Ulum adalah: H. Mahfudz, H. Shobirin, H. Nur Hasan,
H. MA Rubai, dan H. Slamet, M.Ag. Sedangkan Kepala Madrasah
56 Amin Musthofa, Komite MTs Mazroatul Ulum, Wawancara, 10
Mei 2011
71
Letak Geografis
Madrasah Tsanawiyah Mazroatul Ulum Suwaduk Wedarijaksa Pati
merupakan lembaga pendidikan Islam menengah pertama yang
terletak di Desa Suwaduk Kec. Wedarijaksa Kab. Pati, yang
dibangun diatas tanah seluas 1.600 m2. Adapun letak Desa
Suwaduk yang merupakan lokasi berdrinya Madrasah Tsanawiyah
Mazroatul Ulum, dapat dijelaskan batas teritorialnya dengan
desa lain sebagai berikut:
Sebelah
Selatan
berbatasan
dengan
Desa
Panggungroyom
72
Iman
dan
Taqwa
(IMTAQ)
serta
dalam
Ilmu
kependidikan
sesuai
dengan
73
Kreatif
dan
Menyenangkan
dan
Contextual
perilaku
Islami
di
lingkungan
74
Tabel 4.1
Keadaan Guru dan Karyawan MTs. Mazroatul Ulum
Tahun Pelajaran 2011/201257
N
o.
Pendidika
n
Nama Guru
Jabatan
S1
Kepala
S1
Wakakur
Suwadi, S.Pd
S1
Bendahara
Sudardi, S.Pd.I
S1
Wakasis
S1
Ka. TU
S1
S1
Anshori, S.Pd.I
S1
Wali Kelas IX
Aris Supriyono,S.P
S1
BP
10
Ahmad Thoyyib
SLTA
Guru
11
S1
Guru
12
S1
Guru
13
S1
Guru
14
Muhsin, SPd.I
S1
Guru
15
H. Abdul Kholiq
S1
Guru
16
Ismail NH
SLTA
Guru
17
18
19
S1
Komite
Fikrul Umam
SLTA
Staf TU
Siti Mardliyah
SLTA
Pustakawan
75
Keadaan Siswa
Selain komponen-komponen tersebut di atas, siswa merupakan
unsur
pokok
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
di
sebuah
Kelas
Laki-laki
Peremp
uan
Jumlah
VII
22
13
35
VIII
16
14
30
IX
14
19
33
Jumlah
52
46
98
76
berorganisasi
melalui
kegiatan
OSIS,
intrakurikuler,
Struktur Organisasi
Untuk memperlancar mekanisme kerja suatu lembaga termasuk
di MTs. Mazroatul Ulum Suwaduk sebagai suatu lembaga
pendidikan,
sangat
dibutuhkan
adanya
kejelasan
struktur
Gambar 4.1
Struktur Organisasi MTs. Mazroatul Ulum
Suwaduk Wedarijaksa Pati Tahun Pelajaran
2011/201259
Kepala Madrasah
Nur Sahid, S.Ag
Wakil Kepala
59 Dokumentasi MTs. Mazroatul Ulum, dikutip tanggal 15 Mei
2011
77
Kurikulum
Ali Syaroni, S.Pd.I
Kesiswaan
Sudardi, S.Pd.I
Komite Madrasah
Tata Usaha
Ah. Syaroni,
S.Pd.I
Amin Musthofa,
S.Pd.I
Wali Kelas
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Arsyad Adhari,
S.Pd
Anshori, S.Pd.I
Guru BP
Aris Supriyono,
S.P
Guru Mapel
Siswa-siswi
Agar tidak terjadi kerancuan dalam menjalankan tugas, maka
masing masing jabatan mempunyai tugas tugas yang
berbeda beda. Adapun uraian tugas (job description) organisasi
MTs. Mazroatul Ulum Suwaduk tahun pelajaran 2011/2012
adalah sebagai berikut :
a. Kepala Madrasah
1) Mengkoordinir
dan
mengarahkan
78
penyusunan
2) Mengkoordinir
dan
mengarahkan
pelaksanaan
dan
mengarahkan
administrasi
madrasah
4) Memonitor dan supervise pelaksanaan program
kerja madrasah.
5) Menegvaluasi hasil pelaksanaan program kerja.
6) Mengkoordinir
perbaikan
program
kerja
sesuai
79
9) Mengarahkan
dan
mengkoordinir
penyusunan
bimbingan,
pengarahan,
dan
pengendalian siswa.
3) Memberikan pengarahan dalam pemilihan ketua
OSIS
4) Melakukan
pembinaan
pengurus
OSIS
dalam
berorganisasi
5) melaksanakan
pemilihan
siswa
teladan
dan
penerimaan beasiswa
6) Mengadakan
pemilihan
siswa
untuk
mewakili
laporan
kegiatan
kesiswaan
secara
berkala.
d. Waka Hubungan Masyarakat
1) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah
dengan orang tua / wali murid dan masyarakat
secara umum.
2) Membina
hubungan
Yayasan
80
sekolah
dengan
pengurus
jawab
sepenuhnya
terhadap
rencana
kebutuhan,
pengadaan,
81
penyediaan,
pengisian
administrasi
perkantoran
maupun
data,
baik
administrasi
dan
mengatur
setting
perangkat
sepenuhnya
terhadap
penyetoran
3) Melakukan penyetoran dan mengadakan rekapitulasi
bulanan bersama dengan bendahara yayasan
82
sama
dengan
bendahara
yayasan
dan
meminta
persetujuan
(acc)
83
b.
c.
1 Ruang Perpustakaan
d.
1 Ruang Komputer
e.
1 Ruang Koperasi
f.
1 Ruang Musholla
g.
1 ruang Gudang
h.
1 ruang UKS
i.
j.
84
k.
1.
Mesin Ketik
1 buah
Keterang
an
Baik
2.
6 buah
Baik
3.
50 pasang
Baik
4.
Almari Kelas
3 buah
Baik
5.
Loker Guru
1 buah
Baik
6.
Komputer
10 buah
Baik
7.
Alat Olahraga
- Meja Tenis Meja
1 buah
Baik
- Bola Sepak
3 buah
Baik
- Bola Kasti
5 buah
Baik
- Bola Takraw
3 buah
Baik
No
Nama Barang
Jumlah
85
Bab IV
Pembelajaran Afeksi dan Kerja Cerdas MTs.
Mazroatul Ulum Mewujudkan Generasi yang Disiplin,
Berkarakter, dan Kompetitif di Tengah Globalisasi
Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan
pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh faktor yang paling pokok yaitu kedisiplinan,
disamping faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Perencanaan
63 Bambang Irianto, Kurikulum Berbasis Kompetensi Salah satu
Solusi Dalam Memenuhi Tuntutan Global dan Lokal (makalah),
(Bandung : Makalah, 2003) 2.
86
Hal
memperhatikan
ini
tata
diterapkan
tertib
agar
tersebut
siswa
sebagai
senantiasa
bagian
dari
kedisiplinannya.
Tata tertib siswa Madrasah Tsanawiyah Mazroatul Ulum Suwaduk
Wedarijaksa Pati tahun pelajaran 2011/2012 adalah sebagai
berikut :64
1. Umum
a. Mentaati semua peraturan madrasah yang telah ditentukan
b. Menjunjung tinggi dan menjaga nama baik almameter kapan dan
dimana saja berada.
c. Menghormati Bapak / Ibu guru kapan dan dimana saja berada.
2. Khusus
a. Datang / sampai di Madrasah 30 menit sebelum jam pelajaran
dimulai bagi yang piket dan 20 menit bagi yang tidak piket.
b. Mengatur dan merawat ruang kelas.
c. Berpakaian seragam :
87
1) Pramuka lengkap
88
89
Suatu contoh ketika seorang siswa tidak masuk tanpa izin selain mendapatkan
denda sesuai dengan sanksi di atas juga akan mendapatkan score 1. Ketika hal
tersebut diulangi sampai 5 kali maka anak tersebut mendapatkan score 5 dengan
sanksi yang diberikan adalah pemanggilan orang tua ke sekolah sebagai bentuk
tanggung jawab orang tua ketika di rumah. Kalau hal tersebut masih tetap
dilakukan sampai mencapai score 10, maka siswa tersebut akan mendapatkan
sanksi paling akhir yakni dikembalikan kepada orang tuanya atau drop out.
Suatu contoh ketika anak terlambat atau bolos sekolah maka sesuai dengan
peraturannya yakni kebijaksanaan guru, anak tersebut dikenai sanksi berupa
teguran lisan dan hukuman langsung berupa membersihkan musholla dan
sebagainya. Sanksi yang diberikan berbeda beda sesuai tingkat ringan dan
beratnya pelanggaran tersebut. Sanksi tersebut mulai dari teguran lisan, teguran
tertulis dan pemanggilan orang tua siswa sampai dikeluarkan secara hormat atau
tidak hormat dari madrasah. Semua ini diberikan sebagai bentuk pengajaran bagi
anak didik agar mereka terlatih untuk disiplin yang baik di dalam ataupun di luar
sekolah.
Fakta yang penulis temukan dilapangan ketika Guru BP yaitu Bapak Aris
Supriyanto, S.P memberikan sangsi kepada beberapa murid dari kelas VIII MTs.
Mazroatul Ulum Suwaduk karena terlambat masuk sekolah.
Mereka yaitu : Moh. Rifki, Haikal Aliem alam, Ivan Alfi Anggih. Sanksi yang
diberikan sesuai dengan tertulis pada tata tertib siswa siswi MTs. Mazroatul
Ulum Suwaduk yakni kebijaksanaan guru, maka anak tersebut
diberikan sangsi berupa berdiri menghadap matahari ketika
90
diterapkannya
pembelajaran
yang
mengarah
pada
91
didik
dalam
belajar
adalah
membuat
rencana
cara
melakukan
sesuatu),
92
dan
metode
simulasi
pembelajaran
alat
peraga
semakin
yang
hidup
tersedia
di
juga
beliau
UKS
(usaha
93
MTs.
94
diikuti oleh semua siswa dari mulai kelas VII sampai dengan IX
kecuali yang udzur dan dilaksanakan di musholla MTs. Mazroatul
Ulum Suwaduk Wedarijaksa Pati dengan diikuti pula oleh semua
guru yang hadir pada hari tersebut sebgai bentuk peneladanan
bagi siswa.67 Tidak ketinggalan pula penulis juga mengikuti
kegiatan sholat berjamaah tersebut sebagai bentuk observasi
langsung.
Sedangkan untuk mengaji kitab kuning dengan kitab Talimul
Mutaallim menurut pengamatan penulis telah berlangsung
dengan baik yang dilaksanakan setiap Selasa malam Rabu pada
67 Berdasarkan Observasi tanggal 30 Mei 2012
95
Tabel 4.4
Jadwal Mengaji Kitab Kuning MTs. Mazroatul Ulum
Suwaduk
Tahun 2011/201268
No
Kelas
VII
VIII
IX
Pengampu
Bp. Ah.
Thoyyib
Bp. H. Ab.
Kholiq
Bp. Ismail NH
Waktu
Setelah
Maghrib
Setelah
Maghrib
Setelah
Maghrib
Tempat
Musholla B. Ah.
Thoyyib
Rumah H. Ab. Kholiq
Rumah Ismail NH
96
kepentingan
di
kantor
mereka
menngunakan
bahasa
97
tadzim
siswa
kepada
gurunya
sehingga
akan
yang
baik,
karena
mereka
akan
selalu
terbiasa
98
memiliki
istilahnya
power,
maksudnya
Mazroatul
Ulum
Suwaduk
99
sangat
bijak
dalam
dilakukan
guna
mengembangkan
dan
100
nilai-nilai
moral,
kemanusiaan,
mengembangkan
kreativitas,
bertanggungjawab,
memiliki
dan
religi,
serta
berpikir
kritis,
kemandirian,
berjiwa
observasi
yang
peneliti
lakukan
di
Madrasah
dapat
Transfer
Mazroatul
Ulum
suritauladan
of
knowledge
Suwaduk
yang
baik
maksudnya
juga
pada
memberikan
anak
guru
di
MTs.
contoh
atau
didiknya,
sekaligus
tersebut
di
atas
sudah
sesuai
dengan
kategori
101
uraian
di
atas
dapat
dijelaskan
bahwa
atau
sikap
siswa,
karena
melihat
proses
terbentuklah
kepribadian
atau
sikap
seorang muslim pada diri siswa sebagaimana yang dicitacitakan dalam pendidikan Islam.
102
dalam
mengimplementasikan
atau
menerapkan
MTs.
Mazroatul
Ulum
Suwaduk
dalam
menerapkan
pembelajaran afeksi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, kebanyakan dari tenaga
guru di MTs. Mazroatul Ulum Suwaduk hanya memahami
kurikulum sebagai produk. Akibatnya guru dalam mengajar
hanya memusatkan diri pada pencapaian target kurikulum dalam
mendomain kognitif semata. Persoalan sistem nilai, kreatifitas
dan kompetensi perilaku peserta didik kurang mendapatkan
perhatian secara proporsional. Padahal keberhasilan guru dalam
proses belajar mengajar (PBM) mestinya diukur dari tiga aspek
ayitu kogfnitif, afektif dan psikomotorik.
103
Suwaduk
dalam
mengajar
terkesan
hanya
sekedar
kurangnya
dalam
arti
perhatian
yang
guru
lebih
dalam
luas
merefleksikan
juga
terlihat
dari
saja
menyebankan
disamping
anak
kurang
dalam
104
105
berkembang
sesuai
dengan
maksud
dan
tujuan
mengajar.
Dalam
kegiatan
belajar
mengajar
guru
bersifat
kegiatan
theacher
belajar
oriented.
mengajar,
Seiring
kurang
maka
proses
106
dan kuantitas pengajaran. Oleh karena itu, dalam hal ini, seorang
guru harus mampu merencanakan dan meningkatkan kualitas
pengajaran.
Sejalan dengan pendapat di atas bahwa dalam menjawab problem problem yang
di temui dalam pengimplementasian Pembelajaran Afeksi Siswa di
MTs.
Mazroatul
Ulum
Suwaduk
Wedarijaksa
Pati,
penulis
107
guru
seringkali
harus
menerima
sikap
yang
kurang
menyenangkan dari guru lain. Langkah lain untuk mengatasi kendala ini
dilakukan juga melalui forum ataupun pendekatan personal. Melalui
pendekatan ini seorang guru dapat memberikan penjelasan dan rasional
kepada guru yang lain tentang pentingnya penanaman nilai sikap
kedisiplinan. Melalui langkah ini maka setiap strategi yang dilakukan
dalam rangka menanamkan nilai sikap kedisplinan secara perlahan akan
mendapatkan dukungan dari semua pihak dan menciptakan budaya
disiplin di sekolah.
3. Tentang
kurangnya
ketrampilan
yang
dikuasai
oleh
harus
pembelajaran
dikuasai
sesuai
oleh
seorang
dengan
guru
teori
di
dalam
yang
telah
108
suatu
tindak
dorongan
ataupun
koreksi
atau
proses
belajar
mengajar,
bertanya
sendiri
sesungguhnya
ialah
bertanya.
9) Menggunakan metode yang bervariasi
Variasi merupakan kegiatan guru dalam konteks
proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk
mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi
109
belajar
mengajar
siswa
senantiasa
menunjukkan
pelajaran
informasi
yang
akurat
tentang
kelas
(classroom
management)
110
tugas
mandiri
supaya
pembelajaran
dapat
Penutup
Implementasi Jangan Sekedar Basa-basi!
Penelitian penulis dalam buku menitahkan satu kalimat yang tegas:
implementasi jangan hanya basa-basi. Kalau sudah diteaskan, dan apalagi
111
mampu
mengimplementasikan
berbagai
konsep,
termasuk
di
MTs
Mazroatul
Ulum.
atau
sikap
siswa,
karena
melihat
proses
tingkah
laku
siswa
sehari-hari
mulai
dari
pencapaian
target
kurikulum
dalam
mendomain
pembelajaran
afeksi
kepada
siswa
dan
kurangnya
pembelajaran
afeksi
pada
siswa
di
MTs.
Mazroatul Ulum.
Dalam menjawab kendala kendala atau problem yang terjadi dalam
pengimplementasian Pembelajaran Afeksi Siswa Di MTs.
Mazroatul Ulum Suwaduk Wedarijaksa Pati, ada beberapa
solusi yang penulis tawarkan.
a. Kendala yang terjadi di internal Guru dapat diatasi dengan cara
melakukan upaya penyadaran bahwa guru memiliki peran sebagai
teladan. Karena hal tersebut maka guru harus selalu melakukan
introspeksi, dan terus untuk melakukan koreksi dengan cara
menyelaraskan apa yang disampaikan atau diucapkan di kelas
dengan apa yang dilakukannya di luar kelas.
113
guru
dalam
menciptakan
pembelajaran
yaitu:
memberi
penguatan,
menggunakan
114
Ulum
menjalankan sesuatu hal yang di larang oleh Agama. Insya Allah akan
terwujud lingkungan yang sakinah yang dihuni oleh siswa - siswi yang
sholeh-sholehah.
Di dalam lingkungan lembaga pendidikan MTs. Mazroatul
Ulum Suwaduk hampir seluruh siswa berusia remaja yang penuh dengan
problem atau masalah. Untuk itu bimbingan dan pembinaan yang berkaitan
dengan akhlakul karimah akan sangat penting bagi kehidupan di masa
mendatang.
115
DAFTAR PUSTAKA
Agus Irawan Sensus, Departemen pendidikan nasional Direktorat
jenderal peningkatan mutu pendidik Dan tenaga
kependidikan Pusat pengembangan penataran guru
tertulis 2006
Amirul Hadi, dkk., Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta :
Rineka Cipta, 2001
anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001
Ardiyan Sarutobi, Data primer dan data sekunder dalam skripsi,
28
September
2012,
http://ardiyansarutobi.blogspot.com/2010/10/data-primerdata-sekunder-skripsi.html
Bambang Irianto, Kurikulum Berbasis Kompetensi Salah satu
Solusi Dalam Memenuhi Tuntutan Global dan Lokal
(makalah), Bandung : Makalah, 2003
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999
Djalinus Syah, dkk., Kamus Pelajar (Kata Serapan Bahasa
Indonesia), Jakarta : Rineka Cipta, 1993
E. Mulyasa, Kurikulum Berbeasis Kompetensi, Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 2003
Gordon H. Bower dan Ernest R. Hilgard, Theories of Learning,
London: Prentice Hall International, 1981, p. 2
Handarani Nawawi, Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang
Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada Unversity Press, 1992
Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam
Islam, Bandung : Mandar Maju, 1989
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif
Remaja Rosdakarya, 2001)
116
(Bandung :
KTSP
MI,
MTs.,
dan
MA
dalam
117
Suatu
Tujuan
Dasar
Tentang Penulis
Fikrul Umam MS, adalah kader muda NU yang aktif dalam
berbagai diskusi, kajian dan penelitian. Selain mengajar di
Madrasah Mazroatul Ulum Suwaduk, juga aktif di Lakpesdam NU
Pati. Alumnus Madrasah Raudlatul Ulum Guyangan Pati ini juga
pernah aktif di PMII Rayon Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,
kontributor NU Online Jakarta, dan Kajian LTN NU DIY.
Selain menulis buku ini, penulis juga aktif menulis di media
massa, tulisannya pernah dipublikasikan di Kompas, Jawa Pos,
dan Suara Merdeka. Sekarang selain mengasuh musolla di
samping rumahnya, juga melanjutkan studinya di Program
Pascasarjana STAIN Kudus.
119