Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis Vegetasi
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama
pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat,
baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi
dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individuindividu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya
saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan
(Soerianegara dan Indrawan, 1978).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Perkembangan analisis vegetasi dimulai dari ekologi
tumbuhan. Ekologi tumbuhan membicarakan individu tubuhan dan jenis tumbuhan dalam
suatu wilayah (flora) yang memperlihatkan pola distribusi dalam ruang dan waktu. Wujud
dari vegetasi adalah pencerminan penampakan luar interaksi tumbuhan, hewan dan
lingkungannya. Hasil analisis dapat membantu pengembangan bidang kehutanan, pertanian,
peternakan (pegelolaan padang rumput) (Suhadi, 2003).
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) yang dimaksud analisis vegetasi atau
studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Fauziah dalam Hastuti (2012) menyatakan bahwa struktur komunitas vegetasi
ditentukan oleh kerapatan, dominansi, frekuensi dan keanekaragaman vegetasi. Struktur
komunitas vegetasi dipengaruhi secara fisiologis oleh kondisi kualitas lingkungan, atmosfer
dan hidrologis seperti cahaya matahari, kelembaban, dan faktor lainnya.
Menurut Suhadi (2003), analisis vegetasi mengkaji tentang struktur vegetasi dan
sistematik vegetasi. Pengetahuan ini banyak digunakan dalam penelitian komposisi jenis dan
interaksi jenis dalam suatu komunitas.
Analisis vegetasi mempelajari :
1. Keadaan geografi pada tingkat komunitas tumbuhan dari formasi tundra, savana,
gurun, sampai pada pola floristik.
2. Hubungan antara lingkungan dengan vegetasi yang disebabkan formasi komunitas.
2.2 Macam-Macam Metode Analisis Vegetasi
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif, metode nondestruktif,
metode floristik, dan metode nonfloristik.
2.2.1
Metode destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat
dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa diproduktivitas primer,
maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan penuain atau
berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan
untuk bentuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu

meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar
materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas
suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus
menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara
floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2.2.2 Metode nondestruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan
organisme hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal
dengan pendekatan non floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan
organism tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
2.2.2.1 Metode non-floristica
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat
dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variabel yang dipakai bisa berupa produktivitas
primer maupun biomassa. Metode ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan tidak berdasarkan taksonominya.
Telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer
(1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh Eiten (1968) dan Unesco
(1973). Danserau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup,
ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap
karakteristika di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya
dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.
Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta
vegetasi dengan skala kecil sampai sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran
vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya
(Syafei,1990).
2.2.2.1 Metode floristic
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari
berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk
masyarakat tumbuhan tersebut, sehingga pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara
taksonomi adalah sangat dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristic ini sangat ditunjang
dengan variable-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun
komposisi vegetasi, diantaranya adalah:
1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.
2. Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu
kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi
tertentu atau dominasinya.
3. Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan.
Variabel-variabel merupakan salah satu dari beberapa macam variable yang
diperlukan untuk menjelaskan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi, periodisitas, dan
vitalitas. Berbagai metodelogi telah dikembangkan oleh para pakar untuk sampai pada hasil
seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan tujuannya.
2.3 Metode Sampling Komunitas
2.3.1 Metode Kuadrat
Kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi
dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau

lingkaran. Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan
metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Syafei, 1990).
Sistem Analisis dengan metode kuadrat:
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam
area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi
jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan
dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel
yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Syafei, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang
ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks
nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,
1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari
sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi
relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Berikut langkah-langkah kerja jika anda akan melakukan penelitian/analisis vegetasi metode
kudrat:
1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang
memiliki nilai penting terbesar.
2.3.2 Metode Titik
Metode titik merupakan variasi dari metode kuadrat. Metode ini sangat efektif untuk
sampling yang bentuk vegetasi rendah, rapat dan membentuk anyaman yang tidak jelas
batasnya satu dengan lainnya. Kawat yang disusun dalam kerangka kayu yang diberi lubang
sebanyak 10 titik lobang dengan jarak 10 cm. Kerangka kayu diletakkan secara acak pada

sutu tegakan, kawat yang ditusukkan ke bawah pada saat tersebut menyentuh tumbuhan
pertama kali. Kelemahan metode ini adalah densitas tidak dapat diukur, sedangkan frekuensi
yang diukur merupakan frekuensi cover (Suhadi, 2003).
Besaran yang dapat dihitung :
Frekuensi =

Dominansi =

jumla h petak conto h yang memuat jenis tumbu h an


jumla h tusukan conto h
Jumla h tusukan yang menyentu h jenis
Jumla h tusukan

Frekuensi relatif =

Dominansi relatif =

Frekuensi mutlak jenis


Frekuensi seluru h nya
Dominansi mutlak jenis
Dominansi seluru h nya

Nilai penting suatu jenis = frekuensi relatif + dominansi relatif


2.3.3 Metode Line Intercept
Metode line intercept atau garis merupakan suatu metode yang menggunakan
cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang
digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan
sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5
m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang
digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang
akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah
individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat
(Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001). Metode ini cocok untuk semak atau perdu
(Suhadi, 2003).
Langkah untuk melakukan metode line intercept atau garis adalah sebagai berikut.
1. Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis.
2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar.
2.3.4 Metode Point Centered Quarter

Metode point centered quarter merupakan metode jarak yang banyak digunakan untuk pohon
dan semak. Parameter yang digunakan adalah frekuensi, densitas dan dominansi. Jumlah
individu dalam suatu area dapat ditentukan dengan mengukur jarak antara individu dalam
suatu area dapat ditentukan dengan mengukur jarak antara individu tumbuhan dengan titik
sampling. Titik sampling merupakan titik dalam garis transek, pada titik tersebutdibagi 4
kuadran yang masing-masing terdapat individu tumbuhan jarak terdekat dengan titik
sampling (Suhadi, 2003).
Sistem Analisis dengan metode kuadran:
Jarak pohon rata-rata (d) = jumlah semua jarak yang terukur
4 x jumlah titik pusat (n)
Kerapatan relatif = jumlah individu sejenis x 100%
4xn
Dominasi relatif = dominansi suatu jenis tumbuhan x 100%
Dominansi seluruh jenis tumbuhan
Frekuensi relatif = frekuensi suatu jenis tumbuhan x 100%
Total frekuensi jenis tumbuhan
Luas rata-rata penguasaan area oleh suatu pohon = d2
Jumlah individu pohon untuk luas tertentu (L) = L / d2
Luas dari total
= luas basal rata-rata x kerapatan
Nilai penting
= Kr + Dr + Fr
2.4 Pola Interaksi
Dalam ekosistem terdapat interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, serta
antar makhluk hidup itu sendiri. Pola interaksi tersebut dapat saling menguntungkan,
merugikan satu pihak tetapi pihak lain tidak diuntungkan maupun dirugikan, dua pihak saling
memperebutkan satu hal, serta pihak yang satu menghambat pihak yang lain. Adapun pola
interaksi antar makhluk hidup di antaranya simbiosis, alelopati, dan kompetisi.
Simbiosis merupakan interaksi atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup berbeda
jenis dalam satu tempat dan waktu tertentu yang hubungannya sangat erat. Simbiosis terdiri
dari beberapa macam tergantung pada interaksi atau hubungan timbal balik yang diberikan
dari masing-masing individu yang saling bersimbiosis, di antaranya simbiosis mutualisme,
komensalisme, parasitisme, protokooperatif, dan amensalisme. Simbiosis mutualisme
merupakan hubungan antara dua organisme berbeda spesies yang saling menguntungkaan
kedua belah pihak. Simbiosis komensalisme merupakan simbiosis yang menguntungkan satu
pihak sedangkan pihak lain tidak diuntungkan maupun dirugikan, contohnya tumbuhan sirih,
paku dan anggrek yang hidup epifit pada tanaman tinggi. Simbiosis parasitisme merupakan
simbiosis yang menguntungkan satu pihak sedangkan pihak yang lain dirugikan, contohnya
tali putri dan bunga Rafflesia yang hidup parasit pada tumbuhan yang ditumpanginya.
Simbiosis protokooperatif merupakan simbiosis antara dua makhluk hidup dimana jika kedua
organisme tersebut bersimbiosis akan menjadi lebih baik, contohnya bunga yang terbantu
penyerbukannya oleh hewan polinator, dan lichen. Simbiosis amensalisme merupakan
interaksi dimana satu pihak dirugikan dan pihak yang merugikan tidak diuntungkan maupun
dirugikan, disebut juga alelopati, contohnya pohon walnut yang menghasilkan senyawa
alelopati sehingga tumbuhan yang berada di sekitarnya tak bisa leluasa melakukan proses
perkecambahan, pertumbuhan juga proses yang melibatkan sistem metabolismenya.
Alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang
menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh
bersaing dengan tumbuhan tersebut (Odum, 1971 dalam Rohman, 2001). Alelopati juga

merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu
dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman, 2001). Contoh lain selain
tumbuhan walnut adalah tumbuhan alang-alang yang mampu mengeluarkan alelopati
sehingga menghalangi tumbuhan lain dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan
akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan
(survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990). Kompetisi
dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling
memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang
menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau
lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh
(Kastono, 2005). Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik
inter maupun intraspesies. Beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa
semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan
berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan tanaman
(Budiastuti , 2009). Kompetisi akan timbul jika individu tumbuhan mempunyai daur hidup
dan keperluan yang sama dengan individu tumbuhan lainnya baik untuk jenis yang sama
maupun berbeda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama
pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi
yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup
dalam vegetasi dan lingkungan tersebut.
Metode analisis vegetasi terdapat metode destruktif, non-destruktif, floristik dan nonfloristik.
Metode sampling komunitas terdapat metode kuadrat, garis, titik dan point centered
quarter.
DAFTAR RUJUKAN
Budiastuti. 2009. Foliar Triaconthanol Application and Plant Spacing on
Mungbean. Jakarta : UI Press.
Hastuti, Endah Dwi. 2012. Interaksi Struktur Komunitas Vegetasi Dengan
Kualitas Lingkungan di Kawasan Sempadan Pantai Semarang
Demak. GE Environmental Sciences. Universitas Diponegoro
Semarang.
Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Budidaya Pertanian. Yogyakarta :
UGM.

Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk


Laboratorium. Jakarta : UI Press.

Penyelidikan

Ladang

dan

Odum. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : UGM Press.


Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang : JICA.
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Suhadi. 2003. Analisis Vegetasi. Malang : Universitas Negeri Malang.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

Вам также может понравиться