Вы находитесь на странице: 1из 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kepadatan penduduk di indonesia telah lama terjadi. Hal ini
juga dapat dibuktikan dengan Indonesia menempati urutan keempat dalam
jumlah penduduk terbanyak setelah Cina, India, dan Amerika. Pertumbuhan
penduduk

yang

terus

meningkat

berkaitan

dengan

kemiskinan

dan

kesejahteraan masyarakat, pengetahuan tentang aspek dan komponen


demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan,
perkawinan, aspek keluarga, dan rumah tangga.
Kepadatan (density) merupakan fenomena yang akan menimbulkan
permasalahan bagi setiap negara di dunia di masa yang akan datang. Hal ini
dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah
manusia di dunia tidak terbatas (Hasnida,2012).
Masalah kependudukan atau lebih tepatnya lagi masalah kepadatan
penduduk yang melanda hampir semua negara di dunia dewasa ini, sebenarnya
adalah akibat menurunnya tingkat kematian tanpa disertai menurunnya tingkat
kesuburan. Negara-negara berkembang pada umumnya sudah mampu
menurunkan tingkat kesuburannya, sedangkan di negara yang sedang
berkembang belum mampu menurunkan tingkat kematian dan tingkat
kesuburannya (Hasnida, 2012).
Berdasarkan hal tersebut kajian tentang Biosfer secara umum dan
masalah kependudukan beserta solusinya sangat penting untuk dibahas. Oleh
karena itu, disusun makalah dengan judul Biosfer, Dinamika Populasi, dan
Kepadatan Penduduk untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan hal
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antaralain.
1. Apakah pengertian dan komponen biosfer?
1

2. Apa yang dimaksud dengan dinamika populasi?


3. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini antara lain.
1. Untuk mengetahui pengertian dan komponen dalam Biosfer.
2. Untuk mengetahui dinamika populasi.
3. Untuk mengetahui solusi masalah kepadatan penduduk.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biosfer
Setelah bola Bumi mengalami pendinginan dan terbentuknya benua,
danau, sungai, dan lautan pada kira-kira 2250 juta tahun lalu, terbentuklah
wahana bakal biosfer, yaitu suatu tempat tinggal tempat makhluk hidup
melangsungkan kehidupannya. Dalam kehidupan makhluk terbentuk sistem
hubungan antar makhluk hidup tersebut dengan materi dan energi yang
mengelilinginya. Tempat dan sistem itulah yang disebut biosfer.
Pengertian biosfer dikemukakan Mcknight (1984) dalam susanto
sebagai berikut.
The biosphere consists of the incredibly numerous and diverse
array of individual organism plant and animal that
populate our planet.
Dalam bahasa Indonesia berarti bahwa biosfer terdiri atas individu organisme
tumbuhan dan hewan dan jumlahnya di planet ini yang sangat banyak
dan beraneka ragam.
Biosfer merupakan jenjang kehidupan tertinggi di Bumi Secara lebih
terperinci, jenjang kehidupan atau tingkatan organisasi makhluk hidup adalah
sebagai berikut.
1. Individu
Individu merupakan organisme tunggal yang termasuk dalam spesies
tertentu. Contoh, seekor ayam, seekor kucing, sebatang pohon pisang, sebatang
pohon kelapa, dan seorang manusia. Untuk mempertahankan hidupnya, satu
jenis organisme dihadapkan pada masalah-masalah yang cukup rumit. Seperti
untuk mempertahankan diri dari musuh atau untuk mendapatkan makanan.
2. Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang berkumpul dan hidup
pada suatu daerah dan waktu tertentu. Contoh, populasi ayam di desa Jati
Makmur pada tahun 2000 berjumlah 5.555 ekor. Ukuran populasi dapat
berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi tersebut disebut
dinamika populasi.
3

3. Komunitas
Komunitas adalah suatu kumpulan dari berbagai populasi pada suatu
kawasan tertentu yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.
Komunitas memiliki komponen yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan
individu dan populasi. Dalam komunitas, semua komponen saling berinteraksi
dengan pola yang beraneka macam.
4. Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu kumpulan dari komunitas yang berbeda
yang memiliki ciri khas yang berbeda dan memiliki hubungan yang saling
memengaruhi. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan
hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan decomposer atau
pengurai (mikroorganisme).
5. Bioma
Beberapa ekosistem yang terdapat pada suatu wilayah geografis dengan
iklim dan kondisi yang sama disebut biom. Semua biom di Bumi dengan
berbagai macam dan ragamnya membentuk tingkatan tertinggi pendukung
kehidupan yang disebut biosfer.
Pembahasan tentang Biosfer juga mengenai pembagian wilayah
persebaran hewan. Pada abad ke-19 A. W. Wallace membagi 6 wilayah
persebaran hewan, diantaranya yaitu:
1. Region Ethiopian atau Paleotropik
Wilayah ini terdiri dari Afrika selatan termasuk gurun sahara sampai
semenanjung Arab . Pada kawasan tropik dan subtropik ini kaya akan jenis
fauna.
2. Region Oriental
Wilayah ini meliputi kawasan Asia yang beriklim tropis, kepulauan
yang tergabung dalam India Timur dan Filiphina. Kawasan ini
tersebar dari sebagian Asia yang dilalui gunung berapi. Jenis fauna
di daerah ini hampir sama dengan tipe region Ethiopian. Pada region
ini terdapat jenis fauna dan flora endemik (hanya dijumpai tempat
tertentu saja) dan beberapa hewan peralihan dari region Paleartik
dan Australian.

3. Region Paleartik
Region Paleartik terdiri dari sebagian Asia, seluruh Eropa dan
Afrika Utara. Pada region ini sangat miskin akan jenis faunanya. Hal
ini dikarenakan letaknya berada pada lintang atas dengan iklim yang
dingin.
4. Region Neartik
Region Neartik meliputi Amerika utara. Jenis fauna pada kawasan
ini relatif sedikit. Fauna yang dominan adalah jenis ikan.
5. Region Neotropik
Region Neotropik meliputi Amerika Selatan dan sebagian Amerika
utara yang beriklim tropis.
6. Region Australian
Region Australian meliputi benua Australia dan beberapa kepulauan
seperti Papua Nugini. Jenis fauna pada region ini begitu berbeda
dibandingkan dengan region lainnya (McKnight,1984 dalam Susanto,
2000).
Persebaran hewan disajikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 1. Persebaran hewan di dunia (Sumber: Susanto, 2000) .

Persebaran bioma juga dipengaruhi beberapa faktor seperti halnya pada


persebaran fauna, yaitu jenis tanah (soil), iklim (climate), dan topografi.
Pembagian bioma dinamakan sesuai dengan vegetasi yang dominan.
Persebaran bioma dibagi menjadi berikut:

1. Hutan hujan tropis (tropical rain forest)


2. Hutan gugur (tropical deciduous forest)
3. Sabana (savana)
4. Gurun (desert)
5. Tundra
6. Taiga (boreal forest) (McKnight,1984 dalam Susanto, 2000).

B. Dinamika Populasi
1. Pengertian Dinamika Populasi
Populasi merupakan kumpulan dari kelompok organisme terdiri dari
spesies tertentu dalam suatu daerah, suatu populasi terdiri dari unit-unit yang
membangun populasi. Dinamika adalah suatu kumpulan dari dua atau lebih
individu dimana perubahan individu satu dapat mempengaruhi individu
lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dinamika populasi adalah perubahan
populasi dari waktu ke waktu (Naughton, 1990).
Contoh dinamika populasi pada hewan, misalnya pada lemming.
Lemming merupakan binatang pengerat yang kecil ini hidup di wilayah yang
sangat dingin dibelahan bumi utara. Setiap tiga atau empat tahun jumlah
lemming menjadi sangat banyak, kemudian terlihat binatang ini melakukan
migrasi besar-besaran.peristiwa ini terjadi diduga karena persediaan makanan
yang ada telah habis. Cerita mengenai lemming yang bunuh diri muncul
berdasarkan fakta bahwa binatang ini akan menyeberangi sungai untuk mencari
makan. Ketika lemming mencapai laut, mereka juga mencoba menyeberangi
laut tersebut dan akibatnya mereka mati tenggela (Susanto, 2000).
Populasi dalam suatu daerah selalu bersifat dinamis, mengalami
perubahan baik penambahan ataupun pengurangan. Penambahan terhadap
populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya individu lain yang berasal
dari daerah lain (imigrasi) dan kelahiran (natalitas). Pengurangan terhadap
populasi dapat disebabkan oleh adanya kematian (mortalitas) atau keluarnya
individu dari daerah tersebut (Saputra, 2007).

Seiring dengan hal tersebut, jumlah penduduk di suatu wilayah dari


waktu ke waktu selalu mengalami perubahan, dan keadaan inilah dikenal
sebagai dinamika penduduk.
2. Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Populasi
Adapun faktor yang mempengaruhi dinamika populasi adalah:
kelahiran, kematian, penduduk baru serta penduduk pindah. Faktor-faktor
tersebut akan menentukan dinamika penduduk di suatu wilayah.
a. Kelahiran (natalitas)
Kelahiran bayi akan menambah jumlah penduduk. Pertambahan jumlah
dalam tiap tahun dinyatakan sebagai angka kelahiran (natalitas). Angka
kelahiran kasar diartikan jumlah kelahiran hidup dari tiap 1.000 orang
penduduk dalam waktu satu tahun. Untuk menghitung angka kelahiran
(natalitas) digunakan rumus.
Jumlah bayi lahir dalam 1 tahun
N (natalitas) = ------------------------------------------------ x 1.000
Jumlah penduduk dalam tahun tersebut

Berdasarkan hal di atas, maka dapat dikategorikan sebagai berikut.


1) angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran > 30 per tahun.
2) angka kelahiran dikatakan sedang jika angka kelahiran 20-30 per tahun.
3) angka kelahiran dikatakan rendah jika angka kelahiran < 20 per tahun.
Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain.
a) Fertilitas
Tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi,
dan tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan
atau jumlah anak yang dilahirkan.
b) Fekunditas
Tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
Faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) adalah:
1) Kawin usia muda.
2) Pandangan banyak anak banyak rezeki.
3) Anak menjadi harapan bagi orang tua sebagai pencari nafkah.
4) Anak merupakan penentu status soaial.
5) Anak merupakan penerus keturunan terutama anak laki-laki.

Faktor penghambat kelahiran (anti natalitas) adalah:


1) Pelaksanaan Program Keluarga Berencana.
2) Penundaan usia perkawinan alasan menyelesaikan pendidikan.
3) Semakin banyak wanita karier.
b. Kematian (mortalitas).
Kematian penduduk akan mengurangi jumlah penduduk. Kematian
penduduk dapat dinyatakan dengan angka kematian (mortalitas).
Jumlah kematian dalam 1 tahun
M (mortalitas) = ---------------------------------------------- x 1.000
Jumlah penduduk dalam tahun tersebut
Mortalitas dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:
1) Mor talitas dikatakan tinggi jika angka kematian > 18 per tahun.
2) Mortalitas dikatakan sedang jika angka kematian antara 14-18 per tahun.
3) Mortalitas dikatakan rendah jika angka kematian antara 9-13 per tahun.
Faktor yang menunjang angka kematian adalah:
1) Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
2) Fasilitas kesehatan yang belum memadai.
3) Keadaan gizi penduduk rendah.
4) Terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, banjir dan gunung meletus.
5) Peperangan, wabah penyakit, pembunuhan.
Faktor penghambat kematian (anti mortalitas) adalah:
1) Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan.
2) Fasilitas kesehatan yang memadai.
3) Meningkatnya keadaan gizi penduduk.
4) Memperbanyak tenaga medis, seperti dokter dan bidan.
5) Kemajuan di bidang kedokteran.
c. Perpindahan penduduk
Penduduk pindah terdiri dari perpindahan dari desa ke kota (urbanisasi),
perpindahan penduduk dari yang padat ke daerah/pulau yang kurang padat di
dalam suatu negara (transmigrasi), dan perpindahan penduduk dari dalam
negeri ke luar negeri (emigrasi). Penduduk pindah umumnya disebut emigran.

Penduduk baru dapat berasal dari perpindahan ke negeri atau tempat


asalnya (remigrasi) atau perpindahan penduduk dari luar negeri ke dalam
negeri (imigrasi). Penduduk baru umumnya dikenal dengan istilah imigrasi.
Penduduk baru umumnya disebut dengan imigran.

C. Masalah Kepadatan Penduduk


1. Pengertian kepadatan penduduk
Adapun definisi kepadatan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut.
a. Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu
sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
b. Sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan
lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols
dalam Schmidt dan Keating, 1978).
c. Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada
suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas
ruangannya (Sarwono, 1992).
2. Macam kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Kepadatan aritmatik

Kepadatan arithmatik adalah jumlah penduduk rata-rata per kilometer


persegi daerah tanpa memperhitungkan kualitas daerah maupun kualitas
penduduk. Jenis kepadatan ini merupakan kepadatan tradisional, paling
mudah perhitungannya.
b. Kepadatan fisiologis

Kepadatan fisiologis adalah jumlah penduduk setiap kesatuan wilayah


luas dari tanah produktif suatu daerah. Yang dimaksud tanah produktif
dalam hal ini adalah tanah yang digarap.
c. Kepadatan agraris

Kepadatan agraris adalah jumlah penduduk yang bertani dari setiap


kesatuan tanah yang dikerjakan untuk pertanian.

10

d. Kepadatan ekonomis

Kepadatan ekonomis adalah jumlah penduduk yang dapat dijamin


penghidupannya oleh tiap kesatuan wilayah tanah (kesatuan luas tanah).
Perhitungan ini tidak hanya tergantung dari sektor pertanian tapi juga sektor
industri dan perdagangan. Kepadatan jenis ini dipengaruhi oleh:
1) Kesuburan tanah,
2) Tingkat intensitas dalam bertani,
3) Jarak dengan kota-kota industri makmur,
4) Tingkat kebutuhan rohani penduduk, seperti hiburan dll (Kurnia, 2006).
Berdasarkan kepadatan penduduknya, tiap-tiap daerah dapat digolongkan
menjadi tiga macam yaitu :
a. Kelebihan Penduduk (over population)

Kelebihan penduduk adalah keadaan daerah tertentu selama waktu yang


terbatas, dimana bahan-bahan keperluan hidup tidak mencukupi kebutuhan
daerah tersebut secara layak. Daerah yang mengalami kelebihan penduduk
biasanya akan mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan pokok penduduk
(pangan, sandang dan tempat tinggal).
b. Kekurangan Penduduk (under population)

Kekurangan penduduk adalah keadaan suatu daerah tertentu, dimana


keadaan jumlah penduduk sudah sedemikian kecilnya, sehingga sumber
alam yang ada hanya sebagian yang mampu untuk dimanfaatkan.
c. Penduduk Optimum (optimum population)

Penduduk optimum adalah jumlah penduduk yang sebaik-baiknya


berdasarkan daerah tertentu. Penduduk dapat berproduksi maksimum
perkapita berdasarkan sumber alam yang tersedia dan teknologi yang
berkembang (Kurnia, 2006).
3. Faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk adalah:
a. Faktor lingkungan yang menguntungkan, seperti kesuburan tanah, iklim.
b. Faktor historis, pusat-pusat kegiatan penduduk pada jaman dulu.
c. Faktor sosio-kultural, kebudayaan atau adat istiadat daerah.

11

Misalnya saja, kepadatan penduduk di Indonesia yang lebih


terkonsentrasi tinggi di daerah Pulau Jawa. Ada beberapa asumsi penyebab
kepadatan tersebut yaitu :
a. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk,
b. Banyaknya migrasi nasional dari pulau lain ke Pulau Jawa, yang umumnya

bertujuan untuk mencari penghidupan yang lebih baik.


c. Kesadaran untuk bertransmigrasi masih rendah,
d. Tinjauan historis, kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu (yang memiliki

kejayaan besar) ada di Pulau Jawa, sehingga pusat kegiatan penduduk ada di
daerah tersebut (Kurnia, 2006).
4. Pengaruh kepadatan penduduk terhadap kehidupan
Jumlah manusia yang makin meningkat memiliki dampak dalam
berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.
a. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Ekonomi
Dampak kepadatan penduduk terhadap ekonomi adalah pendapatan per
kapita berkurang sehingga daya beli masyarakat menurun. Hal ini juga
menyebabkan kemampuan menabung masyarakat menurun sehingga dana
untuk pembangunan negara berkurang. Akibatnya, lapangan kerja menjadi
berkurang dan pengangguran makin meningkat.
b. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Bidang Sosial
Jika lapangan pekerjaan berkurang, maka pengangguran akan
meningkat. Hal ini akan meningkatkan kejahatan. Selain itu, terjadinya
urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak makin meningkatkan penduduk kota. Hal ini
berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.
c. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Lingkungan
Jumlah penduduk yang makin meningkat menyebabkan kebutuhannya
makin meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada lingkungan, yaitu:
1) Makin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan
karena lahan tersebut dipakai untuk pemukiman.
2) Makin berkurangnya ketersediaan air bersih. Manusia membutuhkan air
bersih untuk keperluan hidupnya. Pertambahan penduduk akan

12

menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Hal ini menyebabkan


persediaan air bersih menurun.
3) Pertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas meningkat.
Akibatnya, kebutuhan alat tranportasi meningkat dan kebutuhan energi
seperti minyak bumi meningkat pula. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran udara dan membuat persediaan minyak bumi makin menipis.
4) Pertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya limbah
rumah tangga, seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan (Hendarti, 2013).
5. Solusi untuk mencegah kepadatan penduduk
Solusi untuk maslah kepadatan penduduk diantaranya adalah.
1. Progam KB (Keluarga Berencana)
Program KB jika berjalan dengan baik bisa sangat membantu dalam
mengatasi masalah kepadatan penduduk karena jika setiap keluarga hanya
mempunyai 2 anak maka ledakan penduduk akan berkurang dibandingkan
dengan keluarga yang memiliki anak lebih dari dua .
2. Batasan Umur Menikah
Jika batasan umur untuk menikah untuk laki-laki dan perempuan
diidealkan maka jumlah kelahiran juga akan berkurang. Karena jika
pasangan yang menikah terlalu muda atau masih muda maka penambahan
jumlah penduduk juga akan menjadi sangat pesat. Sehingga jika dapat
dilakukan pembatasan umur untuk menikah akan dapat menguranggi
angka kelahiran pada pasangan muda yang relative tinggi sekarang.
3. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya
kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan
akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir
dalam bidang kependudukan.
4. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan.
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang
tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut
mensukseskan gerakan keluarga berencana.

13

5. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi.


Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan
penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat
tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan
yang tersedia (Soemarwoto, 2007).

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh antara lain.
1. Biosfer dapat diartikan juga sebagai keseluruhan ekosistem di bumi,
meliputi semua bagian bumi yang mengandung kehidupan biosfer terdiri
atas individu organisme tanaman dan hewan dan jumlahnya di planet
ini yang sangat banyak dan beraneka ragam.
2. Dinamika Populasi adalah perubahan populasi dari waktu ke waktu dimana
populasi dalam suatu daerah selalu bersifat dinamis, mengalami perubahan
baik penambahan ataupun pengurangan. Penambahan terhadap populasi
dapat disebabkan oleh karena masuknya individu lain yang berasal dari
daerah lain (imigrasi) dan kelahiran (natalitas).
3. Solusi

untuk

memecahkan

masalah

kepadatan

penduduk

adalah

menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana, memeberikan batasan


umur minimal dalam pernikahan, menambah dan menciptakan lapangan
kerja,

meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan, dan

program transmigrasi.

B. Saran
Setelah pembahasan tersebut, disarankan sebagai berikut.
1. Wawasan tentang pentingnya pengeloaan penduduk seharusnya ditanamkan
sejak dini sehingga tidak terjadi masalah tentang kepadatan penduduk.
2. Masyarakat seharusnya senantiasa mendukung program pemerintah yang
bermanfaat untuk mencegah permasalahan kepadatan penduduk.
3. Pemerintah seharusnya memberikan ketegasan dalam mengatur pola
dinamika populasi yang terjadi di masyarakat.

14

15

DAFTAR RUJUKAN

Hasnida. 2012.Ekologi. Jakarta. PT Balai Pustaka Jakarta.

Hendarti, Sohibun, Kusuma, L.P., dan Sulistyaningsih, S. 2013. Permasalahan


Kependudukan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kurnia, Rahma. 2006. Kepadatan Penduduk. Lampung: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Mc. Naughton, S.J., dan Larry, W.F. 1990. Dinamika Populasi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Saputra, S.W. 2007. Bahan Ajar Mata Kuliah Dinamika Populasi. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Sarwono, S.W. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia.
Siregar, H.M., Sitepu, H.R., dan Ariswoyo, S. 2013. Analisis Faktor Penyebab
Kepadatan Penduduk Menurut Persepsi Masyarakat Di Kotamadya
Sibolga. Saintia Matematika. Vol. 1 (4) hlm. 349-358.
Soemarwoto, Otto. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

16

BIOSFER, DINAMIKA POPULASI, DAN KEPADATAN PENDUDUK

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pengetahuan Lingkungan
yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati, M.S.

Oleh Kelompok 1 Off.H:


Agatharia S.P.
120342422460
Eka Nurzalia
120342422462
Yuswo Purwodarminto
120342422453

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2015

Вам также может понравиться