Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Konseling merupakan proses bantuan untuk mengentaskan masalah yang terbangun dalam
suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang mengahadapi masalah
dengan konselor yang memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan). Bantuan dimaksud
diarahkan agar klien mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu tumbuh
kembang ke arah yang dipilihnya, sehingga klien mampu mengembangkan dirinya ke arah
peningkatan kualitas kehidupan sehari-hari yang efektif (effektive daily living). Hubungan
dalam proses konseling terjadi dalam suasana profesional dengan menyediakan kondisi yang
kondusif bagi perubahan dan pengembangan diri klien.
Konseling profesional merupakan layanan terhadap klien yang dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh dan dapat dipertanggungjawabkan dasar keilmuan dan teknologinya.
Penyelenggaraan konseling profesional bertitik tolak dari pendekatan-pendekatan yang
dijadikan sebagai dasar acuannya. Secara umum, pendekatan konseling hakikatnya
merupakan sistem konseling yang dirancang dan didesain berdasarkan teori-teori dan terapanterapannya sehingga muwujudkan suatu struktur performansi konseling. Bagi konselor,
penggunaan pendekatan konseling merupakan pertanggung jawaban ilmiah dan teknologis
dalam menyelenggaraan konseling.
Persoalannya adalah, dalam kondisi riil, kebanyakan praktik konseling, baik dalam setting
sekolah maupun di berbagai lembaga/instansi yang ada di masyarakat, belum dilaksanaan
secara profesional, dalam arti belum bertitik tolak dari pendekatan-pendekatan yang secara
ilmiah dan teknologis dapat dipertanggungjawabkan. Prayitno (2005 :1) menyatakan bahwa
dalam praktiknya di masyarakat, tampak ada lima tingkatan keprofesionalan konseling, yaitu
tingkat pragmatik, dogmatik, sinkretik, eklektik, dan mempribadi. Tingkat konseling
pragmatik adalah penyelenggaraan konseling yang menggunakan cara-cara yang menurut
pengalaman konselor pada waktu
meskipun cara-cara tersebut sama sekali tidak berdasarkan pada teori tertentu. Dalam praktik
konseling dogmatik konselor telah menggunakan pendekatan tertentu, bahkan pendekatan
tersebut dijadikan dogma untuk segenap permasalahan dari semua klien. Dalam
penyelenggarakaan konseling sinkretik konselor telah menggunakan sejumlah pendekatan
konseling, namun penggunaan pendekatan tersebut bercampur aduk tanpa sistematika
ataupun pertimbangan yang matang.
A. TUJUAN KONSELING
1.
2.
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik
a. Diinginkan oleh klien
b. Konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut
c. Klien dapat mencapai tujuan tersebut
3.
4.
2.
Konselor aktif :
a.
b.
c.
klien
(untuk
mengungkapkan
kesuksesan
dan
dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling.
Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
2) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai
hasil konseling
3) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :
a) apakah
merupakan
tujuan
yang
benar-benar
dimiliki
dan
diinginkan klien
b) apakah tujuan itu realistik
c) kemungkinan manfaatnya
d) kemungkinan kerugiannya.
4) Konselor dan klien membuat keputusan apakah :
a) melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan
dilaksanakan
b) mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai
c) melakukan referal
c
C. TEKNIK KONSELING
Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah
dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan
demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
1.
b.
c.
d.
e.
2.
Latihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini
terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak
mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan
tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang
digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor.
Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
b.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang
memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang
dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini
adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi
sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk
menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya
merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan
dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
c.
Pengkondisian Aversi
1)
kemunculannya.
Pengkondisian
ini
diharapkan
Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan top dog dan
keberadaan under dog. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut,
mengancam. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya,
lemah, pasif, ingin dimaklumi.
2.
Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apaapa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).
3.
4.
5.
6.
7.
TUJUAN KONSELING
1.
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi
berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini
mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan
terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih
banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
2.
3.
b.
c.
d.
D.
Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan klien
sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh
karena itu tugas konselor adalah mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan
yang ada pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu
diarahkan agar klien mau belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk
itu klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, ia akan menolak kenyataan yang
ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi
pada dirinya sekarang.
2.
untuk
melakukan
diagnosis,
interpretasi
maupun
memberi nasihat.
3.
Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi
matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien
tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini, fungsi konselor adalah membantu klien
untuk melakukan transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi
percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan
membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
4.
Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya
terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak
berdaya, bodoh, atau gila, maka tugas konselor adalah membuat perasaan klien
untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat
berkembang lebih optimal.
5.
Fase pertama,
yang harus
dipecahkan.
b.
2)
c.
Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaanperasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami
kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini
dan saat ini. Kadang-kadang klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya
kepada konselor. Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celahcelah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat
diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.
d.
E.
TEKNIK KONSELING
Hubungan personal antara konselor dengan klien merupakan inti yang perlu diciptakan
dan dikembangkan dalam proses konseling. Dalam kaitan itu, teknik-teknik yang
dilaksanakan selama proses konseling berlangsung adalah merupakan alat yang penting
untuk membantu klien memperoleh kesadaran secara penuh.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt
1.
2.
3.
dan
masalah-masalahnya,
sehingga
dengan
demikian
klien
d. klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau
tingkah lakunya
Teknik-teknik Konseling Gestalt
1.
Permainan Dialog
a.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
2.
menerima
perasaan-perasaannya
dari
pada
memproyeksikan
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan
dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat :
...dan saya bertanggung jawab atas hal itu.
Misalnya : Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan
itu Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya
Bermain Proyeksi
a. Proyeksi :
1)
2)
Teknik Pembalikan
a.
b.
5.
hati
yang
tidak
menyenangkan
atau
ia
sangat
ingin
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini
konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau
kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
c.
perasaan-perasaan
yang
ingin
dihindarinya
tetapi
PENUTUP
Penyelenggaraan konseling profesioanal bertitik tolak dari pendekatan-pendekatan yang
dijadikan sebagai dasar acuannya. Secara umum, pendekatan berdasarkan teori-teori dan
terapan-terapannya sehingga mewujudkan ssuatu struktur performansi konseling. Bagi
konselor,
Pendekatan konseling Behavioral, dan pendekatan Konseling rasional-Emotif. Masingmasing pendekatan akan ditelaah dari komponen : (1) konsep dasar, (2) asumsi tingkah laku
bermasalah, (3) tujuan konseling, (4) deskripsi proses konseling, dan (5) teknik-teknik
konseling.
Asumsi tingkah laku bermasalah menurut pendekatan konseling Behavioral adalah tingkah
laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tetap, yitu tingkah laku
yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Sehubungan dengan asumsi tersebut maka
tujuan konseling Behavioral adalah penghapus/menghilangkan tingkah laku adaptif (masalah)
untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
Menurut pendekatan konseling Gestalt tingkah laku bermasalah terjadi pertentangan antara
kekuatan top dog dan keberadaan under dog. Top dog adalah kekuatan yang
memgharuskan, menuntut, mengancam. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri,
tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi. Tujuan utama konseling Gestalt adalah
membantu klien agar berani menghadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang
harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari
ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya diri, dapat berbuat banyak
untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Dalam persepektif pendekatan konseling
rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan
pada cara berfikir yang irrasional, dengan ciri-ciri tidak dapat dibuktikan, menimbulkan
perasaan tidak enak (kecemasan, kekhowatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu, dan
menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
DAFTAR PUSAKA
Corey, Gerald.2004. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Monterey,
California : Brooks/Cole Publishing Company
May Rollo. 2003. The Art of Counseling. New Jersey : Prentice Hall, Inc
Prayitno. 2005. Konseling Pancawaskita. Padang : FIP Universitas Negeri Padang
Surya, Mohamad. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy