Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul
kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolism setiap organism, yang
tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin merupakan suatu molekul organic
yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolism dan pertumbuhan
yang normal. Vitamin - vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam
jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan
panganan yang dikonsumsi (Rhina Abdullah.2011). Setiap vitamin memiliki
peranan dan fungsinya masing-masing. Tanpa vitamin, manusia tidak akan
dapat melakukan aktivitasnya. Jika tubuh kekurangan vitamin akan
mengakibatkan
penyakit
defisiensi
atau
avitaminosis.
Namun
perlu
diperhatikan agar tidak mengkonsumsi vitamin lebih atau kurang dari yang
dibutuhkan tubuh. Jika kelebihan, maka akan mengakibatkan perubahan pada
bagian-bagian tubuh, tergantung dari vitamin yang dikonsumsi tersebut
(Abdul Hadi. 2013).
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai
silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui. Pada
tahun 1995 The International Mineralogical Association telah mengajukan
derfinisi baru tentang definisi material: Mineral adalah suatu unsur atau
senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk
dari hasil proses geologi. Klasifikasi modern telah mengikutsertakan kelas
organik ke dalam daftar mineral (Dodi. 2012).
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit,
kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100
B. Rumusan Masalah
a. Mengetahui dan memahami fisiologi dan famakologi obat golongan
vitamin
b. Mengetahui dan memahami fisiologi dan famakologi obat golongan
mineral
c. Mengetahui dan memahami fisiologi dan famakologi obat golongan anti
anemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Vitamin
a. Pengertian Vitamin
Kata Vitamin berasal dari kata vital yang artinya hidup,dan amin yang
artinya
senyawa
yang
mengandung
gugus
N.Dari
berbagai
hasil
Vitamin B1,
Vitamin B2
kulit.
Vitamin B5, vitamin ini banyak terdapat pad sayuran hijau, serealia,
ragi,hati, ginjal, daging,dan kuning telur. Vitamin ini berfungsi untuk
bahan pelengkap koenzim A yang penting dlam pembentukan
berat
badan,
dan
kegagalan
eritroblas
menjadi
sayuran, ragi, biji gandum, daging sapi, pisang, lemon, dan polongan.
Vitamin B12, Vitamin ini juga dikenal sebagai vitamin antianemia
pernisiosa. banyak terdapat dalam hati,daging , unggas, ikan, telur,
susu, keju, udang, dan kerang.Vitamin B12 dapat disimpan di dalam
hati. fungsi vitamin B12 yaitu untuk metabolisme sel dalam
di
hati
metabolismenya
dan
sangat
diekskresikan
lambat,
dosis
melalui
yang
feses.
berlebihan
Karena
dapat
sendiri
berasal
dari
turunan
senyawa
7-
melindungi membran sel darah merah yang kaya akan asam lemak
tidak jenuh ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Gejala defisiensi
vit.E antara lain anemia, hemolitik, degenerasi retina, kelemahan otot
dan gangguan neurologis.
Vitamin E diabsopsi baik melalui saluran cerna. Dalam darah
terutama terikat dengan beta-lipo protein dan disdsitribusikan ke
semua jaringan. Kadar plasma sangat bervariasi di antara individu
normal, dan berfluktuasi tergantung kadar lipid. Nilai di bawah 0,8
mg/g menunjukkan keadaan defisiensi. Pada umunya kadar tokoferol
plasma nampaknya lebih berhubungan dengan asupan dan gangguan
absorpsi lemak pada usus halus daripada pada ada tidaknya penyakit.
Vitamin E diekskresikan secara lambat ke dalam empedu, sedangkan
sisanya diekskresi melalui urin sebagai glukuronida dari asam
tokoferol atau metabolit lain. Vitamin E dosis besar 50-200 mg/hari,
diberikan secara oral. Penyesuaian dosis tergantung rasio vitamin E
terhadap lipid total. Bila secara oral tidak memberikan hasil dapat
diberikan d,1--tokoferol dengan dosis 1-2 mg/kg BB per hari secara
IM.
Vitamin K
kimia
vitamin
ini
adalah
turunan
2-metil-1,4-
10
residu
-karboksilglutamil.
Defisiensi
vitamin
pembekuan
darah,
sehingga
waktu
pembekuan
darah
hematuria,
pendarahan
saluran
cerna,
pendarahan
B. Anti Anemia
a. Pengertian Anemia
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin plasma lebih
rendah dari normal akibat penurunan jumlah sel darah merah yang
beredar atau total hemoglobin yang abnormal lebih rendah per unit
volume darah. Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan darah kronik,
kelainan sum sum tulang, peningkatan hemolisis, infeksi, keganasan,
11
makanan
(misalnya
besi,
asam folat,
vitamin
B12
12
hemoglobin +- 66%
2.
mioglobin 3%
3.
dan hemosiderin sebanyak 25%, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5%.
Cadangan Fe pada wanita hanya 200-400 mg, sedangkan pada pria kirakira 1 gram.
b. FARMAKOKINETIK
1. Absorpsi
Absorpsi Fe mulai saluran cerna terutama berlangsung di
duodenum dan jejunum proksimal,makin ke distal absorpsinya makin
berkurang. Zat ini lebih mudah diabsorpsi dalam bentuk fero. Transpornya
melalui sel mukosa usus terjadi secara transporaktif. Ion fero yang sudah
diabsorpsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion
feri akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin,atau diubah
menjadi feritin dan disimpan dalam sel mukosa usus. Secara umum,bila
cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah,maka
lebih banyak Fe diubah menjadi feritin. Bila cadangan rendah atau
kebutuhan meningkat,maka Fe yang baru diserap akan segera diangkut
13
14
15
16
Tablet
325 mg
325 mg
Elemen besi
tiap tablet
dewasa(
65 mg
36 mg
tablet/hari)
3-4
3-4
17
Fero fumarat
Fero fumarat
200 mg
325 mg
66 mg
106 mg
3-4
2-3
2. Sediaan parental
Penggunaan sediaan untuk suntikan IM dalam dan IV hanya diberikan bila
pemberian oral tidak mungkin, misalnya pasien bersifat intoleran terhadap
sediaan oral atau pemberian oral tidak mungkin menimbulkan respons
teraupetik.
Iron-dextran (imferon) mengandung 50 mg Fe setiap mL (larutan
5%)untuk penggunaan IM atau IV. Respons teraupetik terhadap suntikan IM
ini tidak lebih cepat daripada pemberian oral. Dosis total yang diperlukan
dihitung berdasarkan berat anemia,yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram
kekurangan Hb.
Untuk memperkecil reaksi toksik pada pemberian IV, dosis permulaan
tidak boleh melebihi 25 mg, dan diikuti dengan peningkatan bertahan untuk 2-3
hari sampai tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus diberikan parlahan-lahan
yaitu dengan menyuntikkan 25-50 mg/menit. Pasein dengan riwayat alergi dan
pasien yang sebelumnya pernah mendapat preparat besi secara suntikan lebih
besar kemungkinannya untuk mengalami reaksi hipersensivitas.
2. VITAMIN B12
Vitamin B12 (sianokobalamin) nerupakan satu-satunya kelompok
senyawa lain yang mengandung unsur Co dengan struktur yang mirip
dengan derivate porfirin alami lain. Molekulnya terdiri atas bagian-bagian
cincin porfirin dengan satu atom Co, basa dimetilbenzimidazol, ribose dan
asam fosfat. Umumnya senyawa dalam kelompok ini dinamakan
kobalamin. Penambahan gugus-CN pada kobalamin menghasilkan
sianokobalamin, sedangkan Penambahan gugus-OH menghasilkan zat
yang dinamakan hidroksokobalamin. Sianokobalamin yang aktif dalam
tubuh manusia adalah deoksiadenosil kobalamin dan metilkobalamin.
a) FUNGSI METABOLIK
Vitamin B12 bersama-sama folat sangat penting untuk
metabolisme intrasel. Vitamin B12 dan asam folat dibutuhkan untuk
sintensis DNA yang normal,sehingga defisiensi salah satu vitamin ini
18
di ileum.
vitamin
B12
adalah
langsung.
2) Absorpsi dengan perantaraan FIC
Absorpsi dengan perantaraan FIC sangat penting,dan sebagian
besar anemia megaloblastik disebabkan oleh gangguan mekanisme ini.
Setelah dibebaskan dari ikatan protein vitamin B12 dari makanan akan
20
21
2.
3.
22
Secara garis besar cara penggunaannya dibagi atas terapi awal yang intensif da
terapi penunjang.
Sebelum pengobatan dimulai dapat dilakukan percobaan terapi untuk
memastikan diagnosis anemia pernisiosa. Untuk ini hanya dibutuhkan dosis 1-10
g sehari yang diberikan selam 10 hari. Jumlah sekecil ini akan menimbulkan
respons hematologik berupa reaksi retikulosit pada anemia pernisiosa tanpa
komplikasi.
Pada terapi awal diberikan dosis 100 g sehari parenteral selama 5-10
hari. Dengan terapi ini respons hematologik baik sekali, tetapi respons dapat
kurang memuaskan bila terdapat keadaan yang menghambat hematopoesis
misalnya infeksi, uremia atau penggunaan kloramfenikol. Respon yang buruk
dengan dosis 100 g/hari selama 10 hari, mungkin juga disebabkan oleh salah
diagnosis atau potensi obat yang kurang.
Terapi penunjang dilakukan dengan memberikan dosis pemeliharaan 100200 g sebulan sekali sampai diperoleh remisi yanh lengkap yaitu jumlah eritrosit
dalam darah +- 4,5 juat/mm3 dan morfologi hematologik berada dalam batas-batas
normal. Kemudian 100 g sebual sekali cukup untuk mepertahankan remisi.
Pemberian dosis pemeliharaan setiap bulan ini penting sebab retensi vitamin B12
terbatas, walaupun diberikan dosis sampai 100 g.
3. ASAM FOLAT
Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian
pteridin,asam paraaminobenzoat dan asam glutamate. PMGA bersama-sama
dengan konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamate,
membentuk suatu kelompok yang dikenal sebagi folat. Folat terdiri dalam
hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun
hijau yang segar.
a) FUNGSI METABOLIK
PmGA merupakan prekursor inaktif dari beberapa koenzimyang
berfungsi pada transfer unit karbon tunggal (single karbon unit ). Mula-
23
mula
folat
reduktase
mereduksi
PmGA menjadi
THFA (asam
b.
c) DEFISIENSI FOLAT
Defisiensi folat sering merupak komplikasi dari (1) gangguan di
usus kecil;(2) alkoholisme yang menyebabkan asupan makanan buruk;(3)
efek toksik alkoholpada sel hepar;dan (4) anemia hemolitik yang
menyebabkan laju malih eritrosit tinggi. Obat-obat yang dapat
menghambat
enzim
dihidrofolat
reduktase
(misalnya
metotreksat,
B12 adalah bahwa pada yang pertama tidak terdapat kerusakan sarung
myelin sehingga tidak ada gangguan neurologik. Hal ini dapat diterangkan
dengan sifat folat yang secara selektif dapat menumpuk dalam cairan
serebrospinal,tetapi akibat gangguan metabolisme otak pasien dapat
menunjukan gejala insomnia, pelupa dan iritabilitas.
e) FARMAKOKINETIK
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali terutama 1/3 bagian
proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan
energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secara
difusi. Walaupun terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat
biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama sabagai PmGA.
Ekskresi berlangsung melalui ginjal,sebagian besar dalam bentuk
metabolit. Pada orang dengan diet normal, jumlah yang diekskresi hanya
sedikit sekali dan akan meningkat bila folat dalam jumlah besar.
f) INDIKASI
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan
pengobatan defisiensi folat. Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita
hamil, dan dapat menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau kurang
mendapatkan asupan asam folat dan makanannya. Beberapa penelitian
mendapatkan adanya hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu
dengan insidens defek neural tube seperti spina bilfida dan anensefalus
pada bayi yang dilahirkan. Wanita hamil membutuhkan sekurangkurangnya 500g asam folat per hari.
Dosis yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan
komplikasi yang ada. Umumnya folat diberikan per oral, etapi bila
keadaan tidak memungkinkan, folat diberikan secara IM dan SK. Untuk
tujuan diagnostic digunakan dosis 0,1 mg per oral selama 10 hari yang
hanya menimbulkan respons hematologik pada pasien defisiensi folat. Hal
ini membedakannya dengan defisiensi vitamin B12
yang baru
memberikan respons hematologik dengan dosis 0,2 mg per hari atau lebih.
Terapi awal pada defisiensi folat tanpa komplikasi dimulai dengan
0,5-1 mg sehari secara oral selama 10 hari. Dengan adanya komplikasi
dimana kebutuhan folat meningkat disertai pula dengan supresi
25
hematopoesis,dosis
perlu
lebih
besar.
Setelah
perbaikan
cukup
anemia,
ternyata
riboflavin
dapat
memperbaiki
anemia
27
mengambil
Mineral
dari
struktur
tulang,
untuk
memastikan
28
adalah karena Muntah, Diare, Berkeringat dan Buang Air kecil. Penting untuk
diingat adalah: Bahwa kondisi kesehatan tergantung oleh banyaknya CAiran
dan Mineral yang digantikan setiap hari.
Mineral yang mudah larut ini erat kaitannya dengan kesehatan dan
vitalitas setiap sistem di dalam tubuh manusia. Tubuh manusia memiliki
sistem Elektrik sendiri, Mineral dan Trace Mineral menjadi penghubung
Sirkuit Elektrik ini. Jadi karena tubuh manusia adalah Elektrik, maka manusia
memiliki medan magnetnya sendiri.
Proses BIO-ELEKTRIK dapat memegang Kunci untuk membuka
misteri beribu-ribu jenis penyakit, dan mungkin membuka rahasia tentang
hidup itu sendiri. Kemanapun arah yang diambil dari penelitian ini, Aku yakin
bahwa Mineral mempunyai peranan yang sangat penting sekali.
Secara umum, mineral terbagi menjadi 2 macam, yaitu makro mineral
dan mikro mineral.
1. Makro mineral adalah mineral yang ada di dalam tubuh lebih dari 0.01%
dari berat badan dan dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah lebih dari 100
mg/hari seperti Ca (kalsium), P (fosfor), Na (natrium), K (kalium), Cl
(klorida), dan S (sulfur).
2. Mineral mikro terdapat dalam tubuh kurang dari 0.01% berat tubuh dan
hanya dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg/hari seperti besi (Fe),
tembaga (Cu), iodine (I2), zinc (Zn), kobalt(Co), dan Se (selenium).
Masing-masing mineral memiliki fungsi yang penting untuk tubuh.
1. Kalsium (Ca)
Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak
didapatkan di dalam tubuh. Untuk absorpsinya diperlukan vitamin D.
Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi
dan pada wanita pascamenopause. Bayi yang mendapat susu buatan
memerlukan tambahan kalsium. Selain itu asupan kalsium juga perlu
29
gigi
,memungkinkan
30
Pembentukan
tulang
dan
gigi
serta
mengatur
31
merupakan
anion
keseimbangan
yang
elektrolit.
paing
penting
Alkalosis
dalam
metabolik
32
33
34
kesehatan
Farmakodinamik Obat
Absorpsi Zn dipercepat oleh ligand berat molekul rendah yang berasal
dari pancreas. Kurang lebih 20-30% Zn per oral diabsorpsi terutama pada
duodenum dan usus halus bagian proksimal. Jumlah Zn yang diabsorpsi
tergantung pada berbagai factor termasuk sumbernya. Zn yang berasal dari
hewan pada umumnya diabsorpsi lebih baik daripada yang berasal dari
tumbuhan. Hal ini disebabkan adanya fitat dan serat tumbuhan yang mengikat
Zn pada usus sehingga tidak dapat diabsorpsi. Fosfat, besi, Cu, Pb, cadmium,
35
Farmakokinetik Obat
Zn didistribusikan ke seluruh tubh dan kadar tertinggi didapatkan
pada koroid mata, spermatozoa, rambut, kuku, tulang, dan prostat. Di dalam
plasma sebagian besar Zn terikat pad protein terutama pada albumin,
α-2 makroglobulin, dan transferin. Ekskresi Zn terutama melalui feses
sejumlah kurang lebih dua pertiga dari asupan Zn. Sekitar 2% diekskresi di
urin. Kehilangan Zn dalam jumlah besar dapat terjadi akibat diare atau
keluarnya cairan dari fistula. Zn menghambat absorpsi dari tetrasiklin
(antibiotic) dan oleh karena itu sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan
antibiotic. Pasien harus menunggu dua jam setelah meminum antibiotic
sebelum mengkonsumsi Zn (Dewoto 2007).
Indikasi
Pemberian Zn secara rasional adalah pada pasien dengan defisiensi
Zn. Defisiensi ini terjadi akibat asupan yang tidak cukup misalnya pada oang
tua, alkoholisme dengan sirosis, dan gizi buruk; absorpsi yang kurang
misalnya pada sindrom malabsorpsi, fibrosis kistik; meningkatnya ekskresi
Zn pada pasien anemia sickle cell, luka bakar yang luas, fistula yan
mengeluarkan cairan; atau pada pasien dengan gangguan metabolisme
bawaan misalnya akrodermatitis enteropatik. Defisiensi Zn pada ibu hamil
mungkin dapat menyebabkan efek teratogenik. Disfungsi kelamin dan
impoten yang terjadi pada pasien penyakit ginjal sebagian dapat diatasi
dengan pemberian Zn.
36
makanan
hasil
laut,daging,hati,bawang,serealis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
37
Daftar Pustaka
Bakta, I Made. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia dalam Sudoyo, Aru W, et.al.
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
38
Bakta, I Made, dkk. Anemia Defisiensi Besi dalam Sudoyo, Aru W, et.al. 2006.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Baldy, Catherine M. Gangguan Sel Darah Merah dalam Price, Sylvia A. Wilson,
Lorraine M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Departemen Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Kamiensky M, Keogh J 2006. Vitamins and Minerals.In: Pharmacology
Demystified.Mc.Graw Hill Companies Inc.,USA.p.137-54.
Sadikin, Muhammad. 2002. Biokimia Darah. Jakarta: Widia Medika
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru
Siswono 2010. Mineral Mix Solusi Alternatif. Indonesian Nutrition Network
Gizi.Net. Cited on May 8th 2011 pkl 22.55http://gizi.net/2010/07/mineralmix-solusi-alternatif/
Soenarto. Anemia Megaloblastik dalam Sudoyo, Aru W, et.al. 2006. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Sunaryo, M.Kes. 2004. Vitamin dan Mineral Untuk Kesehatan. Jakarta: Penerbit
EGC
Sylvia, A. Price Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi Jilid I. Jakarta: EGC
http://www.gizi.net/lain/gklinis/spekminmix.pdf
http://www.scribd.com/doc/37220094/Obat-Anti-Anemia-Defisiensi
39
40
41