Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN TEORITIS
ditandai
dengan
bakterimia,
perubahan
pada
sistem
2.1.3 Patofisiologi
Kuman Salmonella typi masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan
oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai
jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami
Gejala-
gejala yang timbul amat bervariasi. Perbedaaan ini tidak saja antara
berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke
waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan
yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan
komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang
sudah sangat berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan membuat
diagnosis klinis demam tifoid (Brusch, 2010).
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai
cara, yang dikenal dengan 5F yaitu food (makanan), fingers (jari
tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan
muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
retikuloendotelial.
Sel-selretikuloendotelial
ini
kemudian
oleh
endotoksemia.Tetapi
berdasarkan
penelitian
b. Minggu II
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan
demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi
dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma,
delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang
Indonesia (Suddarth & Brunner, 2001).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang.
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
penanganan khusus.
c. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat
adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat
antibodi (aglutinin) yaitu:
Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari
tubuh bakteri
Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari
flagela bakteri
Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari
simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya
semakin besar kemungkinan menderita demam tifoid (Suddarth &
Brunner, 2001).
2.1.6 Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perporasi usus
Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan
sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
Komplikasi pada
tulang
osteomyolitis,
:
delirium,
osteoporosis,
meningiusmus,
Berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan
kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama
masa inkubasi).
c. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama
3 minggu,
2.2.2
Diagnosa keperawatan
Menurut Nursalam, (2005. Hal 154), Diagnosa keperawatan yang
mungkin akan didapat pada penyakit demam tifoid adalah sebagai
berikut :
a. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit.
b. Gangguan suhu tubuh.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman.
d. Resiko tinggi komplikasi.
e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakitnya.
2.2.3
Nafsu
makan
meningkat,
Pasien
mampu
untuk
mengimplentasikan
intervensi
keperawatan.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat
harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami
respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.