Вы находитесь на странице: 1из 10

____________________

Tinjauan Pustaka
____________________
Penanggulangan HIV/AIDS pada Kaum Gay dan Waria
Christian Hasiholan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.1Manusia memiliki kemampuan
terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa
ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari
sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam
sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, KamiSama dan lain-lain. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri
kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:

Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal
dari Tuhan.

Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga
unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama. 1
Negara kita pun negara yang bertuhan dimana Tuhan kita adalah Satu yaitu
Tuhan Yang Maha Esa, lepas apapun penyebutannya dalam masing- masing penganut
agama dan kepercayaannya. Indonesia meyakini hadir enam agama yang ada di Negara
ini sebagai bentuk kesatuan dalam Bhineka Tunggal Ika. Enam agama besar yang paling
banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk
Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No.
6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut. Tetapi sampai kini
masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari
pejabat-pejabat pemerintah. Ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme
dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit. Meskipun demikian bukan
berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan
agama-agama tersebut. Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui
atau agama resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena
adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang pengisian
kolom agama pada KTP yang hanya menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK
(Surat Keputusan) tersebut telah dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid
karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang
Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia. Selain itu, pada masa pemerintahan Orde
Baru juga dikenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada

sebagian orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu
dari agama mayoritas.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lainlain).2 Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus
sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Para
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini
AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta
orang di seluruh dunia.3,4 Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang
sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981.4 Dengan demikian, penyakit ini
merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah
menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan
lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.4 Sepertiga dari jumlah kematian
ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan

menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus


sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun
akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara. Hukuman sosial bagi
penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita
penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut
tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat
orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Kata homoseksual adalah hasil pernikahan bahasa Yunani dan Latin dengan
elemen pertama berasal dari bahasa Yunani homos, 'sama' (tidak terkait dengan
kata Latin homo, 'manusia', seperti dalam Homo sapiens), sehingga dapat juga berarti
tindakan seksual dan kasih sayang antara individu berjenis kelamin sama, termasuk
lesbianism dan gay.5 Homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau
seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai
orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada "pola berkelanjutan atau disposisi
untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama atau
secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, Homoseksualitas juga mengacu
pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada
ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu.
Gay umumnya mengacu pada homoseksualitas laki-laki, tetapi dapat digunakan secara
luas untuk merujuk kepada semua orang LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan
transgender). Gay adalah istilah untuk laki-laki yang memiliki kecenderungan seksual
kepada sesama pria atau disebut juga pria yang mencintai pria baik secara fisik, seksual,
emosional atau pun secara spiritual.5 Mereka juga rata-rata agak memedulikan
penampilan, dan sangat memperhatikan apa-apa saja yang terjadi pada pasangannya.
Biasanya mereka melakukan hubungan sesama jenis melalui seks oral atau seks anal.
Hubungan melalui anal seks disebut juga sodomi.

Pandangan agama dalam masalah hubungan homoseksual (gay) ini secara garis
besar melarang dengan tegas. Kristen dan Katolik sebagai agama terbesar didunia ini
menjelaskan dengan rinci penolakan terhadap hubungan ini, terbukti dengan ada ayat
yang melarang itu dalam Kejadian 19, Imamat 18:22, Imamat 20:13, Roma I: 26-27,
Korintus 6: 9-10, 2 Timotius 1: 9-10, dan Yudas 1:7. Dalam Injil tercatat juga
bagaimana Tuhan menghukum Sodom dan Gomora terkait kegiatan sama jenis ini.
Sama dengan Kristen, Islam juga mengambil tindakan yang sama terkait masalah ini.
Para ahli-ahli agama didunia masih mengadakan perbincangan yang mendalam kaitan
masalah ini, terutama Katolik Roma yang menolak tegas tindakan terhadap pihak
Amerika serikat yang mengambil keputusan mengesahkan wilayah California dalam
pernikahan sama jenis ini.6 Lebih tegas lagi Yahudi membahas tentang hal ini dalam
kitab sucinya. Umumnya agama-agama didunia ini menolak dengan gamblang kegiatankegiatan sama jenis ini, dimana hal ini dapat membawa dampak yang buruk terkait
kesehatan.
Penularan HIV dalam hubungan sesama jenis yang dilakukan oleh kaum gay
dalam melakukan kegiatan sex-nya (sodomi, oral dan anal sex) merupakan faktor
terbesar perantara penyebaran virus ini. Penularan melalui kontak langsung hubungan
sex.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan agar semakin banyak pengenalan serta dilanjutkan dengan
pengaplikasian konsep berpikir kritis. Masalah yang dikuakan ialah kental prilaku
beragama dan tindakan yang secara agama sendiri ditentang menjamur dikehidupan
masyarakat yang beragama. Disamping itu akibat medis yang jelas didepan mata
sebagai resiko kegiatan sex yang tidak aman khususnya terhadap data dikatakan bahwa
gay dan waria sebagai faktor penular terbesar HIV dewasa ini.

Pembahasan
2.1 Identifikasi Kondisi
Upaya penanggulangan HIV/AIDS gencar dilakukan dewasa ini. Banyak sekali
LSM, Organisasi Kesehatan, dan Persekutuan keagamaan melakukan kegiatan
penanggulangan HIV/AIDS dengan juga upaya penjelasan tentang bagaimana
berhubungan bermasyarakat menghadapi para penderita yang telah terinfeksi oleh HIV
dan mwngindap AIDS ini. Berkaitan dengan konteks terhadap data yang didapat tentang
besarnya angka kaum gay/waria sebagai faktor penyebaran penyakit ini. Kaum Gay dan
Waria dewasa ini hadir dalam kehidupan bermasyarakat dengan nilai atau angka yang
besar dibanding dengan kaum homoseksual lainnya. Meningkatnya jumlah kaum ini
membuat pandangan kedepan terhadap HIV/AIDS juga akan meningkat. Alasannya
karena seluruh kegiatan seksual yang dilakukan oleh kaum ini seperti sodomi, oral dan
anal sex dapat menyebarkan HIV dengan mudah.5
Kaum gay diidentifikasi terhadap kondisinya dibagi menjadi 3 bagian yaitu,
kondisi ekonomi, kondisi sosial, dan kondisi psikologi. Kondisi Sosial sering kali
menjadi faktor yang besar terkait dengan penyimpangan orientasi seksual seseorang.
Lingkungan merupakan faktor terbesar pembentukan karakter seseorang. Orientasi
Homoseksual terjadi setelah lahir yaitu melalui indentifikasi proses waktu masih kanak
kanak atau karena pengalaman( kejadian) hidup terutama waktu masa pubersitas.
Sigmund Freud, Psikoanalisis dari Austria 1905 menyatakan bahwa setiap manusia lahir
biseksual, di mana dengan terjadinya pengaruh perkembangan hidupnya bisa hetero atau
menjadi homoseksual karena Indentitas sosial dan psikologi setiap manusia dipengaruhi
oleh lingkungan hidup pengalamannya.5 Identitas ini dapat terjadi dalam lingkungan
antar sesame maupun lingkungan keluarga. Pola lingkungan ini dikenal dengan pola
pembelajaran. Seseorang yang hidup ditengah-tengah kaum ini sangat besar menjadi
sama dengan kaum ini. Karena pergaulan seseorang menjadikan seorang tersebut

sebagai model dan sekaligus observer. Dia akan mengamati untuk meniru dan diamati
untuk ditiru. Kecendrungan ini dalam dunia psikologis dikatakan sebagai sifat mutlak.
Selain kondisi lingkungan kondisi ekonomi juga berpengaruh. Kondisi ekonomi
ini timbul dikarenakan kondisi keuangan yang buruk. Banyak orang yang melakukan
apapun untuk keberlangsungan kehidupannya salah satunya ialah dengan menjual
dirinya. Prilaku ini menimbulkan asumsi public mengenai orang-orang seperti ini, tidak
hanya berbeda jenis (Pelacur), sesama jenis (Gigolo), bahkan heteroseks (Waria).
Prilaku ini bila dikerjakan terus menerus dapat berpengaruh pada orientasi seksualnya.
Psikologi turut membahas terbentuknya pola seperti ini. Pola kehidupan
masyarakat seperti ini bukanlah gangguan jiwa dan bukan pula penyimpangan seksual.
melainkan orientasi seks. Ini adalah normal karena disebabkan faktor genetis sedangkan
lingkungan hanya pemicu dan pelengkap "bakat" orientasi seks yg sudah bawaan lahir
tersebut. Pandangan ilmu kejiwaan menyangkut perbedaaan ini lebih terbuka dan lebih
menghargai kehadiran mereka dengan apa adanya. Pembinaan dapat dilakukan namun
pembinaan konseling yang tidak mengarah pada perubahan kepribadian, namun
mengarahkan pada realita yang ada dengan tidak boleh dikaitkan dengan agama sama
sekali.
2.2 Prioritas Masalah
Dari semua konteks kondisi dalam kaitan penyebab kaum ini hadir di
masyarakat, kondisi sosiallah yang paling tepat membahas penyebab timbulnya
orientasi seksual yang menyimpang ini. Kondisi sosial lebih jelas lagi dibagi atas 2
klasifikasi yaitu kaitan bhubungan masyarakat dan hubungan keluarga. Keluarga bisa
menjadi salah satu faktor terjadinya penyimpangan ini. Kegagalan hubungan dalam
keluarga serta ketidakharmonisan penyajian hubungan dalam keluarga secara psikologis
juga menjadi faktor yang besar dalam pembentukan orientasi seksual seseorang anak

nantinya.

Hubungan lainya yang juga berpengaruh ialah hubungan lingkungan

pergaulan. Banyak sekali kejatuhan orientasi seksual dikarenakan gagal pergaulan. Baik
masalah drugs, free-sex, dan juga orientasi seksual seseorang dapat terbentuk
didalamnya.
2.3 Cara Penanggulangan
Penanggulangannya lewat terapi psikologis (konseling), pendekatan, dan tahap
edukasi, serta komitmen. Pada tahap konseling ini lebih banyak menjelaskan tentang
keberadaan manusia dan hakikatnya dalam dunia ini sesuai penjelasan konsep
kemanusiaan dalam kaitan agama. Lanjut tahap pendekatan, pada tahap ini narasumber
diharapkan memberikan penjelasan jelas tentang sensasi dalam tubuhnya . Pada tahap
edukasi dijelaskan tentang kaitan HIV/AIDS dan penyebarannya lewat hubungan sama
jenis (homoseksual). Lanjut pada tahap komitmen diharapkan narasumber menerima
apa yang dijelaskan padanya dan siap mengambil komitmen untuk berubah dan lanjut
pada tahap prilaku sehat.
2.4 Resiko yang Muncul
Dalam kehidupan beragama yang kental, kegagalan persepsi tentang timbulnya
kaum gay/waria yang secara jelas ditolak dalam ajaran agama yang mana hubungannya
dapat menimbulkan banyak resiko kesehatan satu didalamnya dan yang paling sering
muncul sebagai dampak ialah HIV/AIDS. Penyakit ini yang pada bagian awal
dijelaskan dengan jelas dapat menurunkan imunitas seseorang dan dapat menimbulkan
kematian. Selain itu bila gagal proses penganggulangan maka akan muncul juga
penilaian sosial yang akan memberi dampak pengucilan pada kaum-kaum homoseksual.
Serta banyak lagi dari hasil penyimpangan seksual ini dapat menimbulkan penyakitpenyakit seksual (PMS) seperti kencing nanah, gangrene, dan masih banyak lainnya.

2.5 Teori dan Realitas


Pada kaidahnya seseorang yang telah diberikan pembekalan rohani berupa
pendalaman sebuah agama yang diawal menolak tegas prilaku homoseksual sebagai
wujud orientasi yang menyimpang. Namun pada hakekatnya masih banyak muncul
kaum-kaum homoseksual pada daerah-daerah yang memegang teguh nilai keagamaan.
Ambil contoh Indonesia, enam agama yang diakui dalam konstitusi ini dianggap tidak
cukup menahan menanjaknya nilai penyebaran serta jumlah penderita HIV/AIDS di
Indonesia. Yang lebih mengerikan lagi sesuai data yang diterima hampir 50% terjadi
karena hubungan seksual homoseksual termasuk didalamnya gay/waria. Indonesia
seakan menjadi kantong virus ini di ASEAN. Pendalaman sebuah agama tidak cukup
dalam.

Kesimpulan
HIV/AIDS dapar ditularkan melalui kaum gay dan waria meskipun terjadi dalam
lingkungan beragama. Lingkungan beragama tidaklah menjadi patokan menjadikan
kehidupan sebuah daerah baik, keimanan pribadilah yang menjadi landasan kehidupan
baik sebuah Negara. Landasan telah jelas dibagikan dalam patokan agama masingmasing/ Kitab Suci, tinggal bagaimana manusia secara pribadi menyikapi keberadaan
agama dan mendalaminya sehinga terwujud kehidupan baik itu..

Daftar Pustaka
1.

Hanegraaff H. Christianity in Crisis. Oregon: Harvest House, 1993.

2.

Marx, J. L. (1982). "New disease baffles medical community". Science 217


(4560): 618621.

3.

UNAIDS (2006). "Overview of the global AIDS epidemic" (PDF). 2006 Report
on the global AIDS epidemic. Diakses pada 8 Juni 2006.

4.

Palella, F. J. Jr, Delaney, K. M., Moorman, A. C., Loveless, M. O., Fuhrer, J.,
Satten, G. A., Aschman and D. J., Holmberg, S. D. (1998). "Declining morbidity
and mortality among patients with advanced human immunodeficiency virus
infection. HIV Outpatient Study Investigators". N. Engl. J. Med 338 (13): 853
860.

5.

Brown, Lester B. (1997), Lester B. Brown, ed., Two spirit people: American
Indian, lesbian women and gay men, Routledge.

6.

Statement by the Catholic bishops of CA; for views by individual Catholics


opposing the ruling on moral as well as legal grounds see, for example, Patrick
J. Buchanan, Post-Christian America: Marriage ruling another streetlight on our
darkening path to perdition, WorldNetDaily, May 22, 2008; "Judicial
Usurpation, California Style," by Robert Struble, TeLL, June 2008.

10

Вам также может понравиться