Вы находитесь на странице: 1из 11

40

Ghina Mujahidah Fadllan

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai data-data hasil penelitian dan
pembahasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya
pengghunaan metode kontrasepsi jangka panjang di Desa Lengkong Kecamatan
Cipeundeuy Kabupaten Subang Tahun 2014
Hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data dari responden
langsung, kemudian data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dari tiap variabel penelitian.
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya
pengghunaan metode kontrasepsi jangka panjang di Desa Lengkong Kecamatan
Cipeundeuy Kabupaten Subang Tahun 2014 sebagai berikut :

41
Ghina Mujahidah Fadllan

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Hubungan Antara Umur Dengan Rendahnya Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
Tabel 4.6
Hubungan Antara Umur Dengan Rendahnya Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Lengkong Kec. Cipeundeuy
Kab. Subang Tahun 2014
Jenis Kontrasepsi
Umur

MKJP

Total

Non MKJP

Umur < 20 tahun

100

100,0

Umur 20-35
tahun

5,6

67

94,4

71

100,0

Umur> 35 tahun

64

90,1

71

100,0

9,9

P Value

0,614

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang berumur


< 20 tahun yang memakai kontrasepsi non-MKJP sebanyak 1 orang
(100%), sementara responden yang berumur 20-35 tahun sebanyak 67
orang (94,4%), sementara yang berumur > 35 tahun yang menggunakan
non-MKJP sebanyak 64 orang (90,1%). Hal ini menunjukan proporsi usia
20-35 tahun dan memilih kontrasepsi non-MKJP lebih tinggi namun tidak
jauh berbeda dibandingkan responden yang berumur

> 35 tahun dan

menggunakan kontrasepsi non-MKJP, sedangkan pengguna MKJP 7 dari 11


orang berumur > 35 tahun. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,614 ( p >
0,05), maka dapat disimpulkan bahwa secara uji statistik tidak ada
hubungan antara umur akseptor dengan penggunaan metode kontrasepsi
jangka panjang.

42
Ghina Mujahidah Fadllan

4.1.2

Hubungan Antara Paritas Dengan Rendahnya penggunaan Metode


Kontrasepsi Jangka Panjang
Tabel 4.7
Hubungan Antara Paritas Dengan Rendahnya Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Lengkong Kec. Cipeundeuy
Kab. Subang Tahun 2014
Penggunaan Metode
Kontrasepsi
Paritas

Anak 2 orang

MKJP

Total

Non-MKJP

P
Value

4,2

115

95,8

120

100,0
0,001

Anak > 2 orang

26,1

17

73,9

23

100,0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa yang memiliki anak 2 orang


dan menggunakan Non-MKJP sebanyak 115 orang (95,8%), sedangkan
responden yang memiliki anak > 2 orang dan menggunakan Non-MKJP ada
17 orang (73,9%). Hal ini menunjukan bahwa akseptor yang telah memiliki
anak 2 orang presentasenya lebih tinggi dibanding akseptor yang memiliki
anak > 2 orang dan menggunakan Non-MKJP. Sementara pengguna MKJP
antara yang memiliki anak 2 orang dan > 2 orang hanya selisih 1 orang.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001

(p < 0,05), maka secara statistik

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pemilihan


metode kontrasepsi di Desa Cipeundeuy Kabupaten Subang tahun 2014.

43
Ghina Mujahidah Fadllan

4.1.3

Hubungan Antara Pendidikan Dengan Rendahnya Penggunaan Metode


Kontrasepsi Jangka Panjang.
Tabel 4.8
Hubungan Antara Pendidikan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang di Desa Lengkong Kec. Cipeundeuy
Kab. Subang Tahun 2014

Pendidikan

Penggunaan Metode
Kontrasepsi
MKJP
Non MKJP

Total

SMP

7,0

106

95,5

114

100,0

>SMP

10,3

26

81,2

32

100,0

P Value

0,834

Berdasarkan tabel di atas responden yang berpendidikan SMP yang


menggunakan non-MKJP sebanyak 106 orang (95,5%), lebih tinggi
dibandingkan dengan yang pendidikan > SMP 26 orang (81,2%). Begitu
pun pada responden MKJP sebagian besar berpendidikan SMP. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,0834 ( p > 0,05), maka secara statistik dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
penggunaan metode kontrasepsi.

44
Ghina Mujahidah Fadllan

4.1.4

Hubungan Antara Peranan Pasangan Dengan Rendahnya Penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
Tabel 4.9
Hubungan Antara Peranan pasangan Dengan Rendahnya Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Desa Lengkong Kec.
Cipeundeuy Kab. Subang Tahun 2014
Penggunaan Metode
Kontrasepsi
MKJP
Non MKJP

Peranan
Pasangan dalam
pengambilan
keputusan

Ya

11

12,1

80

87,9

91

100,0

Tidak

52

100

52

100,0

Total

P Value

0,022

Dari hasil penelitian di atas responden yang menggunakan non-MKJP


yang mengatakan ya bahwa pasangan berperan dalam pengambilan
keputusan sebanyak 80 orang (87,9%), presentasenya lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang menjawab bahwa pasangan tidak
berperan dalam pengambilan keputusan ber-KB sebanyak 52 orang (100%).
Sementara pada peserta MKJP 100% pasangan berperan dalam pengambilan
keputusan. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p = 0,022 ( p < 0,05),

maka dapat disimpulkan secara statistik ada hubungan antara peranan


pasangan dalam pengambilan keputusan dalam ber-KB dengan pemilihan
metode kontrasepsi.

45
Ghina Mujahidah Fadllan

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan

Antara

Umur

Dengan

Penggunaan

Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang


Dari hasil analisis hubungan antara umur akseptor dengan
Penggunaan Metode kontrasepsi jangka panjang, diperoleh data
meskipun proporsi pemakaian MKJP lebih rendah disetiap kelompok
umur, namun wanita yang berusia > 35 tahun proporsinya lebih tinggi
yaitu sebanyak 7 dari 11 orang yang memakai MKJP atau sebesar
9,9% lebih banyak dibandingkan dengan umur 20-35 tahun yaitu
sebesar 5,6%. Dan yang tidak menggunakan MKJP, usia

< 20 tahun

hanya ada 1 orang dan proporsi umur baik yang > 35 tahun dengan
umur 20-35 tahun hasilnya hampir seimbang. Hasil uji statistic
diperoleh nilai p= 0,614 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara umur akseptor dengan
penggunaan Metode Konrasepsi jangka panjang.
Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Anggraeni,
Desiyana (2004) dalam penelitiannya dengan judul Hubungan
Karakteristik,

Pengetahuan

Dan

Sikap

Terhadap

Pemilihan

Kontrasepsi Pada Peserta Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di


Kecamatan Pedurungan Kota Semarang Tahun 2004, menunjukan
bahwa hasil dari uji statistik ada hubungan bermakna antara umur dan
pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.(6)

46
Ghina Mujahidah Fadllan

Tidak Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Huclok dimana


semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.(10)
Nampak dari hasil penelitian di segala usia metode kontrasepsi
non-MKJP masih banyak diminati hal ini dapat disebabkan oleh
fasilitasi terhadap provider yang kurang optimal, belum meratanya
promosi dan KIE yang menjangkau ke seluruh masyarakat,
berkurangnya/terbatasnya tenaga KIE di lini lapangan belum
optimalnya

advokasi

kepada

SKPD-KB

dalam

pengelolaan

ketersediaan di Fasyankes, jenis yang beredar di masyarakat masih


terbatas, dan meningkatnya kampanye penggunaan kontrasepsi
hormonal (pil dan Suntik) oleh swasta.(3)

4.2.2

Hubungan

Antara

Paritas

Dengan

Penggunaan

Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang


Dari hasil analisis hubungan antara paritas dengan Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang didapatkan hasil responden yang
memiliki anak 2 orang ada 115 orang (95,8%), walaupun hasilnya
tinggi namun responden yang menggunakan MKJP cenderung telah
memiliki anak > 2 orang. hasil uji statistic diperoleh nilai p = 0,001
(p< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna

47
Ghina Mujahidah Fadllan

antara paritas akseptor dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang.
Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imelda
Erman, Yeni Elviani dalam penelitiannya dengan judul Hubungan
Paritas Dan Sikap Akseptor Kb Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Jangka Panjang Di Kelurahan Muara Enim Wilayah

Kerja

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau Tahun 2012. Hasil analisa


bivariat menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang.(20)
Sesuai dengan program pemerintah dalam akselerasi yang
dilakukan BKKBN, utamanya untuk mencapai target RPJMN dan
pembangunan millennium (MDGs) yaitu Kelompok yang saat ini
menjadi sasaran penggarapan, salah satunya yaitu pasangan usia
4.2.3

muda dan memiliki dua anak.(18)


Hubungan Antara Pendidikan Dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
Dari

hasil

analisis

hubungan

antara

pendidikan

dengan

penggunaan Metode Kontrasepsi jangka Panjang yang memiliki


pendidikan SMP dan menggunakan metode non-MKJP sebanyak 106
orang (95,5%), lebih tinggi dibandingkan dengan responden Nonmetode kontrasepsi yang memiliki pendidikan > SMP. Namun tidak
jauh berbeda dengan pengguna MKJP 8 dari 11 orang yang

48
Ghina Mujahidah Fadllan

berpendidikan SMP. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,834


(p>0,05), dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan
bermakna

dengan

pendidikan

terhadap

penggunaan

Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang.


Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni, Desiyana
(2004) dalam penelitiannya dengan judul Hubungan Karakteristik,
Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pemilihan Kontrasepsi pada Peserta
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang Tahun 2004 Hasil uji statistik menunjukkan pada variabel
pendidikan tidak berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi MKJP.(6)
Namun tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Notoatmodjo dimana semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka
semakin baik pengetahuan dan lebih luas dibandingkan dengan tingkat
pendidikan rendah Begitu juga sebaliknya pendidikan ibu rendah
mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi
masalah, sedangkan ibu yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi
umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna
memelihara kesehatannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki.(15)
Begitupun dalam pemilihan metode kontrasepsi akseptor yang
jenjang pendidikannya tinggi akan lebih luas pengetahuannya tentang

49
Ghina Mujahidah Fadllan

KB jika sesuai dengan teori Notoatmodjo tentu akan lebih memilih


kontrasepsi yang efektif dan rasional.
Ketidaksesuaian antara teori dan hasil penelitian ini adalah bukti
bahwa walaupun dengan pendidikan yang tinggi akseptor tidak
cenderung lebih memilih MKJP karena beberapa faktor disebabkan
oleh fasilitasi terhadap provider yang kurang optimal, belum
meratanya promosi dan KIE yang menjangkau ke seluruh masyarakat,
berkurangnya/terbatasnya tenaga KIE di lini lapangan belum
optimalnya

advokasi

kepada

SKPD-KB

dalam

pengelolaan

ketersediaan di Fasyankes, jenis yang beredar di masyarakat masih


terbatas, dan meningkatnya kampanye penggunaan kontrasepsi
hormonal (pil dan Suntik) oleh swasta.(3)

4.2.4

Hubungan Antara Peranan Pasangan Dengan Penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Dari hasil analisis hubungan antara peranan pasangan dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang yang memiliki
peranan pasangan dalam pengambilan keputusan ber-KB dan
menggunakan non-MKJP sebanyak 80 orang (87,9%),sementara yang
menggunakan MKJP 100% pasangan berperan dalam pengambilan
keputusan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,022 (p<0,05), maka

50
Ghina Mujahidah Fadllan

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara peranan


pasangan dalam pengambilan keputusan terhadap penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang.
Sesuai dengan hasil analisis penelitian Dra. Leli Asih dan Dra.
Hadriah Oesman, MS pada tahun menurut SDKI tahun 2007
memperlihatkan peranan pasangan dalam penggunaan alat kontrasepsi
terlihat cukup besar, dimana 74 persen dari seluruh responden
mengatakan kesertaan mereka dalam ber-KB mendapat dukungan dari
pasangannya baik yang memilih MKJP maupun non MKJP.(2)
Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Hartanto mengenai peranan pasangan dalam ber-KB yaitu keadaan
yang paling ideal adalah bahwa suami isteri harus bersama-sama:
a. Memilih kontrasepsi terbaik.
b. Saling kerjasama dalam kontrasepsi.
c. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi.
d. Memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian kontrasepsi.(14)
Pentingnya peranan pasangan dalam pengambilan keputusan berKB iyalah Karena pemakaian kontrasepsi berpengaruh terhadap
lembaga perkawinan akseptor, untuk itu sangat penting dalam
pengambilan keputusan harus bersama-sama.

Вам также может понравиться