Вы находитесь на странице: 1из 19

Struktur Organ dan Mekanisme Kerja Sistem Kemih Laki- Laki

Nur Adibah binti Zukelfali


102012488 / C3
Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran, Universitas Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara, No
6, Jakarta 11510
Emel: adibahzukelfali@gmail.com
Abstrak
Sistem kemih laki- laki merupakan sistem yang penting untuk mengekskresi bahan yang tidak
terpakai dan dalam masa yang sama mereabsorpsi bahan yang masih dibutuhkan oleh tubuh.
Dalam sistem ini, terdapat banyak organ yang berperan untuk mengekskresikan bahan kumuh
dan membantu dalam proses pembentukan urin. Antara organ yang berperan adalah ren, ureter,
vesica urinaria dan urethra. Antara bahan kumuh yang diekskresikan adalah urea, kreatinin dan
asam urat manakala bahan yang direabsorbsi adalah air, glukosa dan asam amino. Setiap organ
dalam sistem kemih laki- laki mempunyai peran yang berbeda dan saling berkait antara satu
sama lain. Oleh itu, organ- organ ini haruslah dalam berada dalam keadaan normal untuk
memastikan proses perkemihan berjalan dengan lancar.
Kata Kunci: sistem kemih laki- laki, urin, ren, ureter, vesica urinaria, urethra.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

Abstract
Male excretion system is an important system which helps to excrete waste products and at the
same time reabsorbs things that are needed for our body. In this system, there are many organs
that are responsible to excrete waste products and help in the formation of urine. Organs that are
responsible in this system are kidneys, ureter, urinary bladder and urethra. Excretion products
are urea, creatinine and uric acid while things that are being reabsorbed are water, glucose and
amino acid. Every organ in this system has their own function and are related to each other. For
this reason, these organs have to be kept in normal condition to ensure that excretion can occur
smoothly.
Keywords: male excretion system, urine, kidneys, ureter, urinary bladder, urethra.

Pendahuluan
Makalah ini ditulis adalah untuk membahaskan tentang sebuah kasus di mana seorang lelaki
bernama Tn Ali berumur 35 tahun, minta ijin ke toilet sewaktu rapat. Diketahui bahawa sebelum
rapat minum tiga gelas air putih.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

Sistem Kemih Laki- laki

Mekanisme Pembentukan Urin


Anatomi Makroskopik dan mikroskopik

Ginjal

Hormon yang mempengaruhi

Ureter

Faktor Eksternal
Filtrasi

Vesica Urinaria

Ginjal

Reabsorbsi

Sekresi

Urethra

Gambar 1: Gambaran Mind Map untuk Menganalisis Sistem Kemih Laki- laki
Dalam kasus ini, rumusan masalahnya dianalisa agar topik yang dibahaskan mampu menarik
kesimpulan pada akhir makalah ini. Analisis masalah yang akan dibahas adalah seperti mind map
pada Gambar 1. Hipotesis yang dirancang adalah Tn Ali berumur 35 tahun ke toilet sewaktu
rapat setelah minum 3 gelas air putih sebelum rapat. Setelah berhasilnya makalah ini, diharapkan

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

agar pembaca dapat mengetahui dengan lebih jelas tentang organ- organ yang terkait dalam
sistem kemih laki- laki asecara makroskopik dan mikroskopik. Organ- organ yang akan
difokuskan dalam pembahasan adalah ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretha. Pada pembahasan
ini juga, dibahaskan juga tentang sistem persarafan yang terkait dengan sistem kemih laki- laki.
Selain itu, diharapkan juga pembaca dapat memahami mekanisme . Diharapkan juga pembaca
dapat memahami tentang mekanisme pembentukan urin di ginjal, hormon yang berpengaruh
dalam sistem kemih dan faktor eksternal yang mempengaruhi sistem kemih laki- laki.

Isi Pembahasan
Anatomi Sistem Kemih Laki- laki
1. Ginjal
Ginjal atau ren terletak retroperitoneal, yaitu di antara peritoneum parietale dan fascia transversa
abdominis, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra terletak setinggi costa
XI atau vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebral
lumbal 3-4. Jarak antara extremitas superior rend extra dan sinistra adalah 7 cm, sedangkan jarak
antara ekstremitas inferior ren dextra dan sinistra adalah 11 cm. Sedangkan jarak dari ekstremitas
inferior ke crista iliaca adalah 3-5. Ren berbentuk seperti kacang dan memiliki dua polus/
ekstremitas, yaitu ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Kedua ekstremitas superior
ditempati oleh glandula suprarenalis, yang dipisahkan dari ren oleh lemak perirenalis. Selain iu,
ren memiliki dua margo, yaitu margo medialis yang berbentuk konkaf dan margo lateralis yang
berbentuk konveks. Pada margo medialis terdapat suatu pintu yang disebut hilus renalis, dan
merupakan tempat masuknya pembuluh- pembuluh darah, lymphe, saraf dan ureter. Umumnya
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

susunan pembuluh pada hilus renalis dari ventral ke dorsal adalah vena renalis, arteri renalis dan
ureter. Hilus renalis membuka dalam suatu ruangan yang disebut sinus renalis. Di dalam sinus
renalis dapat dijumpai pembuluh- pembuluh darah, saraf, lymphe dan pelvis renis. Ren juga
mempunyai dua facies, yaitu facies anterior yang berbentuk cembung dan facies posterior yang
agak datar. Facies anterior dan posterior merupakan bagian ren yang berhubungan dengan organ
sekitarnya sehingga masing- masing facies anterior ren memiliki karakteristik masing- masing.
Ginjal dibungkus oleh capsula fibrosa, capsula adipose dan fascia renalis (Gerota). Capsula
fibrosa melekat pada ren dan mudah dikupas. Capsula fibrosa hanya menyelubungi ginjal dan
tidak membungkus glandula suprarenalis. Capsula adiposa mengandung banyak lemak dan
membungkus ginjal dan glandula suprarenalis. Capsula adiposa di bagian depan relatif lebih tipis
dibandingkan di bagian belakang. Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh fascia adiposa.
Pada keadaan tertentu capsula adiposa sangat tipis sehingga jaringat ikat yang menghubungkan
capsula fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal turun, yang disebut nephroptosis.
Nephroptosis sering terjadi pada ibu yang sering melahirkan (grande multipara). Selain itu, ginjal
dibungkus oleh fascia renalis. (Gerota). Fascia renalis terletak di luar capsula fibrosa dan terdiri
dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis di bagian depan dan fascia retrorenalis di bagian belakang.
Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah, ke cranial bersatu, sehingga kantong ginjal
terbuka ke bawah, oleh karena itu sering terjadi ascending infection.
Ginjal dapat dibagi menjadi bagian cortex renis dan medulla renis. Cortex renis terdiri dari dari
glomerulus dan pembuluh darah. Di dalam glomerulus, darah disaring dan disalurkan ke dalam
medulla. Pada medulla, saluran- saluran tersebut akan bermuara pada papilla renalis sehingga
tampak garis- garis pada medulla yang disebut processus medullaris (FERHEINI). Pada medulla
renis dapat dijumpai papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segi tiga, yang disebut
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

pyramid renalis (malphigi), saluran- saluran yang menembus papilla yang disebut ductuli
papillares (Bellini), tempat tembusnya berupa ayakan yang disebut area cribriformis, papilla
renalis menonjol ke dalam calix minor dan di antara pyramis- pyramis terdapat columna renalis
(Bertini). Beberapa calyx minor (2-4) membentuk calyx major, manakala beberapa calyx major
bergabung menjadi pyelum atau pelvis renis, kemudian menjadi ureter. Ruangan tempat calyx
disebut sinus renalis1.

Gambar 2: Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Ren2

2. Ureter
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, panjangnya 25-30 cm berjalan kea rah distal untuk
bermuara di vesica urinaria. Menurut letaknya, ureter dibedakan menjadi pars adbominalis
ureteris dan pelvis pelvina ureteris. Perjalanan ureter dalam cavum abdomen (pars abdominalis
ureteris) pada laki- laki dan wanita tidak berbeda. Pars abdominalis ureteris di sebelah ventral
berbatasan peritoneum, a.v. colica, dan menyilang a.v. spermatica interna (pada laki-laki) atau
a.v. ovarica (pada wanita). Di sebelah ventral, pars abdominalis ureteris dextra juga berbatasan
dengan pars descendens duodeni di bagian atas, ileum di bagian bawah, dan tepi lateral v. cava
inferior. Sedangkan pars abdominalis ureteris sinistra berbatasan dengan colon sigmoideum dan
mesocolonnya (serta recessus intersigmoideus). Di sebelah dorsal, pars abdominalis ureteris
dextra dan sinistra disilang oleh m. psoas dan n. genito femoralis.
Perjalanan ureter dalam cavum pelvis (pars pelvina ureteris) pada wanita berbeda dengan lakilaki karena perbedaan alat-alat panggul wanita dan laki-laki. Mula-mula pars pelvina ureteris
pada laki-laki dan wanita menyilang apertura pelvis superior di ventral a. iliaca communis,
kemudian berjalan ke arah dorsocaudal di ventral a. iliaca interna menuju ke daerah spina
ischiadica. Dari spina ischiadica, pars pelvina ureteris pada laki-laki membelok ke ventral dan
medial untuk bermuara ke dalam vesica urinaria pada sudut lateral atasnya. Pada saat hendak
memasuki vesica urinaria, pars pelvina ureteris laki-laki menyilang ductus deferens di sebelah
lateral. Sedangkan pada wanita, setelah mencapai spina ischiadica maka pars pelvina ureteris
akan berjalan ventromedial di bawah ligamentum latum uteri dan menyilang a. uterine di sisi
medial. Kemudian pars pelvina ureteris akan berjalan ke arah ventral, di sebelah lateral fornix
lateralis vagina dan kemudian masuk ke dalam vesica urinaria. Muara ureter pada vesica urinaria
berupa garis miring sepanjang kira-kira 1,9 cm. Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami
penyempitan di beberapa tempat, yaitu pada ureteropelvic junction, saat ureter menyilang vassa
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

iliaca communis (flexura marginalis) dan saat ureter masuk ke dalam vesica urinaria. Di bagianbagian ureter yang sempit tersebut dapat menyebabkan sangkutan batu ureter. Ureter dipersarafi
oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron-neuron simpatis.
3. Vesica Urinaria
Vesica urinaria disebut juga bladder atau kandung kemih dan berfungsi sebagai reservoir urine
dengan kapasitas 200-400 cc. Pada anak-anak, vesica urinaria terletak di atas aperture pelvis
superior. Setelah dewasa, rongga panggul akan membesar dan vesica urinaria turun ke dalam
rongga panggul. Bila terisi, bagian atas vesica urinaria akan terletak di daerah hypogastrica dan
berbentuk ovoid atau menyerupai telur. Sedangkan vesica urinaria yang kosong, seluruhnya
terletak di belakang symphisis ossis pubis dalam rongga panggul dan berbentuk seperti limas,
sehingga dapat dibedakan menjadi apex vesica urinaria, dasar vesica urinaria, dinding vesica
urinaria dan collum vesica urinaria.
Apex atau puncak vesica urinaria terletak tepat di belakang tepi atas symphisis ossis pubis.
Semasa janin, apex dihubungkan ke umbilicus oleh urachus (sisa kantong allantois). Setelah
lahir, urachus menutup dan berubah menjadi ligamentum umbilicalis medialis. Apex ditutupi
oleh peritoneum dan berbatasan langsung dengan ileum dan colon sigmoideum. Dasar vesica
urinaria dibentuk oleh permukaan dorsal dan berbentuk segi tiga. Pada sudut laterosuperior
dextra dan sinistra dapat dijumpai muara ureter sedangkan pada sudut inferior dapat dijumpai
orificium urethrae internum. Dinding vesica urinaria terdiri dari satu dinding superior dan dua
dinding lateroinferior. Dinding lateroinferior berhubungan dengan m. obturator internus di
sebelah cranial dan m. levator ani di sebelah distal. Pertemuan kedua dinding lateroinferior di
caudal disebut dengan cervix vesicae. Collum vesica urinaria pada laki-laki berbatasan dengan

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

permukaan atas glandula prostate. Collum vesica urinaria difiksasi oleh lig. puboprostatica pada
laki-laki.
Lapisan dinding vesica urinaria dapat dibedakan menjadi lapisan mukosa dan lapisan otot. Pada
saat vesica urinaria kosong, permukaan mukosa tampak berlipat- lipat. Tetapi pada saat terisi
penuh, lapisan mukosa menjadi sangat tipis dan lipatan- lipatan mukosa menghilang. Di dalam
vesica urinaria, dapat dijumpai trigonum vesica (Liutaudi) yang dibentuk oleh orificium ureteris
dextra, orificium ureteris sinistra, dan orificium urethrae internum. Trigonum vesicae bekerja
sebagai katup untuk mencegah aliran balik urine ke ginjal. Selain itu dapat dijumpai juga uvula
vesica, berupa tonjolan kecil di belakang orificium urethrae interna yang disebabkan oleh lobus
medial glandula prostata. Lapisan otot vesica urinaria merupakan lapisan otot yang kuat dan
terdiri dari tiga lapis otot yang saling menutupi yaitu musculus detrusor, musculus trigonal dan
musculus sphincter vesica. Musculus detrusor terdapat pada lapisan dalam dan berfungsi
mengeluarkan isi vesica urinaria. Musculus trigonal terdapat dalam segitiga Liutaudi (di fundus
vesica urinaria), ikut membentuk uvula dan berfungsi membuka orificium urethra interna.
Musculus sphincter vesica pula terdapat pada daerah collum vesica urinaria dan berfungsi
menahan urine.
Vesica urinaria dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yang berisi serabutserabut post ganglioner simpatis gll. paravertebrale L1-2 pada truncus simpaticus melalui plexus
hypogastricus inferior ke vesica urinaria. Selain itu, serabut- serabut preganglionerparasimpatis
dari medulla spinalis segmen sacra 2,3,4 melalui n. splanchnicus dan plexus hypogastricus
inferior akan mencapai dinding vesica urinaria. Pada dinding vesica urinaria, serabut
preganglioner akan membentuk ganglion dan memberikan serabut- serabut postganglioner untuk
vesica urinaria. Vesica urinaria juga dipersarafi oleh serabut- serabut sensoris visceral afferent
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

melalui n. splancnicus. Serabut- serabut afferens mengikuti serabut- serabut simpatis pada plexus
hypogastricus dan berakhir pada medulla spinalis segmen lumbal 1-2.
4. Urethra
Urethra pada laki- laki (masculina) berbeda dengan wanita (femina). Urethra masculine
merupakan pipa fibromusculair dengan panjang 18- 22 cm dan mempunyai fungsi menyalurkan
urine dari vesica urinaria sampai ke dunia luar dan tempat lewatnya semen/ sperma. Urethra
masculina terdiri dari 4 bagian, yaitu urethra pars intramuralis (preprostatica), urethra pars
prostatica, urethra pars membranacea dan urethra pars spongiosa. Panjang urethra pars
intramuralis adalah 0,5- 1,5 cm. Panjang urethra pars prostatica kira- kira 3 cm, membentang dari
collum vesica urinaria sampai sedikit ventral apex gl. prostata. Pada dinding posteriornya dapat
dijumpai crista urethralis yang merupakan rigi yang memanjang, sinus prostaticus yang
merupakan lekukan di sisi kiri dan kanan crista urethralis dan muara ductus excretorius
prostaticus. Selain itu, dapat dijumpai juga colliculus seminalis yang merupakan tonjolan di
tengah- tengah crista urethralis dan memiliki lubang yang disebut utriculus prostaticus (uterus
masculinus). Di sini juga terdapat muara ductus ejaculatorius di kanan dan kiri utriculus
prostaticus. Jadi dapat disimpulkan bahawa urethra pars prostaticus merupakan pertemuan
saluran urine dan reproduksi.
Urethra pars membranacea merupakan bagian yang paling pendek, sepanjang 1-2 cm, dan
membentang apex prostat sampai bulbus penis. Bagian paling sempit urethra pars membranacea
disebabkan oleh otot yang melindungi urethra yaitu m. sphincter urethrae. Urethra bagian ini
seluruhnya terletak dalam diaphragma pelvis/ diaphragma urogenitale. Selain pendek dan sempit,
urethra bagian ini susah diregangkan dan sangat tipis di bagian distalnya sehingga mudah robek

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

10

pada kateterisasi. Urethra pars spongiosa merupakan bagian urethra terpanjang yaitu kira- kira 15
cm, dan membentang dari bulbus penis sampai ujung glans penis. Seluruh bagian urethra pars
spongiosa dikelilingi corpus spongiosum/ corpus cavernosum. Pada glans penis terdapat bagian
yang melebar disebut fossa naviculare urethrae. Muara urethra pars spongiosa pada glans penis
disebut orificium externum urethrae dan pada bagian anterior bermuara gl. urethralis Littre1.
Mekanisme Pembentukan Urin
1. Pembentukan Urin di Ginjal
1.1 Filtrasi Glomerulus
Mekanisme filtrasi terjadi di glomerulus yang mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap
cairan plasma yang mana perlu melewati tiga lapisan membran glomerolus yaitu dinding kapiler
glomerulus, membrana basalis dan lapisan dalam kapsula Bowman. Hasil filtrasi di glomerulus
ini mengandung sejumlah plasma yang bebas protein. Plasma yang difiltrat itu mengandung
glukosa, air, vitamin, nutrien dan sebagainya. Protein yang relatif besar ukurannya tidak boleh
melewati ruangan yang kecil dan protein yang relatif kecil pula seperti albumin tidak boleh
melewati karena membrana basalis glomerulus terdiri daripada kolagen dan glikoprotein.
Kolagen memberikan kekuatan kepada struktur membran manakala glikoprotein pula menyekat
laluan protein berukuran kecil seperti albumin karena glikoprotein dan albumin ini sama-sama
bermuatan negatif dan saling menolak antara satu sama lain. Oleh karena itu, hasil filtrasi tidak
mengandung protein.
Proses filtrasi yang berlaku bergantung kepada gaya-gaya Starling yang terdiri daripada 3 jenis
tekanan. Tekanan yang pertama adalah tekanan hidrostatik kapiler glomerolus yang mendorong
filtrasi yang sebenarnya bergantung kepada kekuatan kontraksi otot jantung dan resistensi
(diameter) aliran darah arteriola afferent dan efferent. Kekuatan kontraksi otot jantung ini adalah
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

11

tekanan darah sistemik yang mana kurang lebih 40% daripadanya adalah tekanan hidrostatik
kapiler glomerulus. Antara sebab tekanan hidrostatik kapiler glomerulus itu tinggi hingga
mencapai 55mmHg adalah karena diameter arteriola afferent adalah lebih besar berbanding
dengan arteriola efferent. Darah lebih mudah memasuki glomerulus melalui arteriola afferent
yang lebar dan kurang resistensinya dan meninggalkan glomerulus melalui arteriola efferent
yang lebih kecil. Oleh itu, glomerular filtration rate (GFR) meningkat. Jika diameter arteriola
afferent lebih kecil daripada arteriola efferent, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus akan
menurun karena resistensinya bertambah dan darah yang memasuki glomerulus berkurangan
menyebabkan GFR menurun.
Tekanan yang kedua adalah tekanan hidrostatik kapsula Bowman yang melawan filtrasi. Tekanan
ini bermula di awal tubulus dan diperkirakan mencapai sehingga 15mmHg. Tekanan ini adalah
usaha untuk kapsula Bowman menolak air keluar dan masuk ke dalam glomerulus yang melawan
filtrasi plasma dari glomerulus masuk ke dalam kapsula Bowman. Tekanan ketiga adalah
tekanan onkotik (koloid) yang berasal daripada protein plasma. Protein plasma yang tidak dapat
difiltrasi tertinggal didalam glomerulus dan kepekatan H2O di kapsula Bowman adalah lebih
tinggi daripada kepekatan air dalam glomerulus. Hal ini menyebabkan H2O mengalir mengikuti
kepekatan konsentrasinya daripada konsentrasi tinggi di kapsula Bowman ke konsentrasi yang
lebih rendah yaitu glomerulus. Tekanan osmotik yang menarik air ini sekitar 30mmHg. Tekanan
osmotik yang tinggi disebabkan oleh jumlah air yang difiltrasi masuk ke dalam kapsula Bowman
lebih tinggi dan konsentrasi protein plasma di glomerulus yang tinggi.
Tekanan filtrasi sentiasa berubah dari menit ke menit mengikut perubahan tekanan darah. faktor
utama yang menyebabkan perubahan tekanan filtrasi adalah berubahnya tekanan darah sistermik,
aliran darah dalam ginjal itu sendiri dan resistensi arteriola afferent sama ada berkontraksi
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

12

ataupun berdilatasi. Faktor lain yang menyababkan perubahan tekanan filtrasi adalah berubahnya
tekanan onkotik plasma dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman. Tekanan filtrasi yang berubahubah dapat diatasi dengan adanya autoregulasi yaitu proses regulasi yang terjadi secara
automatik. Faktor internal yang meregulasi adalah mekanisme miogenik dan tuboglomerular
feedback (TGF). Mekanisme miogenik berlaku jika tekanan darah meningkat, arteriola afferent
yang tadinya berdilatasi kini berkonstriksi, tetapi pengaruh perubahan terhadap daya filtrasi tidak
terlalu mempengaruhi walaupun turun sedikit. Selain itu, tubuloglomerular feedback (TGF)
melibatkan juxtaglomerulus yang terhasil akibat kombinasi dari tubulus dan pembuluh darah. Di
sini, macula densa berperan dalam mendeteksi perubahan konsentrasi garam dalam cairan yang
melalui tubulus3.
1.2 Reabsorpsi Tubulus
Cairan filtrasi mengandung sejumlah nutrien, elektrolit dan bahan-bahan yang diperlukan oleh
tubuh. Oleh itu, bahan-bahan tersebut diserap semula daripada tubulus masuk ke dalam
peritubular kapiler. Reabsorbsi ginjal berlaku pada dua bahagian yaitu pertama di tubulus
proximal di mana rebsorbsi berlaku secara obligat (tetap) yaitu tidak terkontrol manakala yang
keduanya berlaku pada tubulus distal yang berlaku secara fakultatif, boleh dikontrol mengikut
keperluan badan. Jika kebutuhannya tinggi maka reabsorbsinya pun bertambah. Antara bahanbahan yang direabsorbsi adalah air (99%), Na + (99.5%), K+ (100%), glukosa dan asam amino
(100%), urea (50%) dan phenol (0%). Di tubulus, berlakunya proses reabsorbsi secara pasif dan
aktif seperti glukosa, asam amino, nutrien, Na +, elektrolit, PO43+ dan sebagainya. Penyerapan
natrium di tubulus proximal mempengaruhi reabsorbsi bahan yang lainnya seperti glukosa, asam
amino, air, Cl- dan urea. Penyerapan natrium di ansa henle ascenden bersama Cl - membolehkan
ginjal menghasilkan urine yang berbeda kepekatan dan volumenya tergantung kepada kebutuhan
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

13

badan. Penyerapan natrium di tubulus distal dan duktus kolagen pula dirangsang oleh rangsangan
hormonal yang penting dalam mengawal cairan ekstrasellular. Ianya penting dalam mengontrol
tekanan darah dalam jangka masa yang panjang dan berkaitan dengan sekresi ion K + dan H+.
Penyerapan air juga berlaku sebanyak 65% di tubulus proximal manakala di ansa henle
descendens air diserap kembali secara berperingkat-peringkat sehingga urin menjadi pekat empat
kali ganda4.
1.3 Sekresi Ginjal
Sekresi bahan daripada peritubulus kapiler masuk ke dalam tubulus adalah berperan untuk
menyingkirkan bahan yang berlebihan dalam tubuh dan bersifat toksik. Contoh bahan-bahan
yang disekresikan adalah ion hidrogen, ion kalium, anion dan kation yang bersifat organik dan
bahan asing yang terdapat dalam tubuh. Sekresi ion hidrogen penting dalam keseimbangan asam
basa dalam tubuh. Jika cairan tubuh kita terlalu asam, maka sebagian asam perlu dibuang dengan
menyingkirkan ion hidrogen dalam kuantiti yang tinggi. Manakala sekresi ion hidrogen
berkurangan jika kepekatan cairan amat rendah. Ion kalium disekresikan pada tubulus distal dan
disekresikan hasil daripada pompa natrium kalium yang mereabsorbsikan natrium dan
mensekresikan ion kalium. Perangsangan sekresi ion kalium ini diregulasi oleh hormon
aldesteron. Dengan perangsangan aldesteron, ion kalium akan disekresikan manakala ion natrium
akan direabsorbsikan, oleh yang demikian jumlah ion kalium yang dieksresikan dalam urin
meningkat4.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

14

Gambar 3: Proses Pembentukan Urin5


2. Hormon yang Mempengaruhi Pembentukan Urin
2.1 Hormon Antideuritik (ADH)
Pengaruh hormon merupakan faktor internal dalam pembentukan urin di ginjal. Antara hormon
yang mempengaruhi adalah hormon antideuritik (ADH). Pelepasan ADH diatur oleh
hipotalamus. Terdapat sensor tertentu di bagian otak yang sensitif terhadap perubahan
konsentrasi garam cairan tubuh, khususnya darah. Contohnya, jika seseorang berkeringat dan
kehilangan sejumlah besar air, kepekatan natrium dalam darah menjadi lebih tinggi. Hipotalamus
dapat merasakan kepekatan natrium dan kemudian menghantar sinyal ke lobus posterior hipofisis
untuk melepaskan ADH. ADH dibawa oleh darah ke ginjal menyebabkan tubulus ginjal untuk
menyerap kembali lebih banyak air ke dalam aliran darah untuk mengencerkan natrium. Sebagai

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

15

akibat dari efek ini, kurang urin diproduksi. Tindakan ini membantu menghemat air dalam tubuh.
Mekanisme ini menunjukkan bahawa ADH membuat tubulus distal dan ductus koligen di nefron
lebih permeabel terhadap air. Jika seseorang mengkonsumsi air yang berlebihan, natrium dalam
cairan tubuh, termasuk darah menjadi lebih encer dan pelepasan ADH dihambat. Kurangnya
ADH akan mengakibatkan tubulus distal dan ductus koligen menjadi tidak permeabel terhadap
air dan sedikit atau tidak ada air yang direabsorpsi. Akibatnya, ginjal mengekskresikan urin lebih
banyak sehingga konsentrasi air dalam cairan tubuh kembali normal6.
2.2 Aldosteron
Hormon ini bertindak terutama melalui ginjal untuk mempertahankan homeostasis ion natrium
dan kalium. Lebih khusus, aldosteron menyebabkan ginjal untuk menghemat ion natrium (Na +)
dan untuk mengeluarkan ion kalium (K+). Pada saat yang sama, aldoseron membantu konservasi
air dan mengurangi output urin. Mekanisme yang mengontrol sekresi aldosteron terutama
responsif terhadap konsentrasi ion kalium (K+) dalam cairan tubuh. Mekanisme ini berfungsi
sebagai umpan balik negatif untuk mendeteksi kadar K+ yang tinggi dan melepaskan aldosteron
sehingga kadar K+ dapat dikurangi kembali. Jika kadar K+ terlalu rendah, sedikit aldosteron akan
dilepaskan supaya K+ dapat menumpuk. Ketika konsentrasi K + meningkat, sensor dalam tubuh
mendeteksi peningkatan ini dan sinyal dihantar ke korteks adrenal untuk melepaskan lebih
banyak aldosteron ke dalam aliran darah, darah membawa aldosteron pada ginjal yang kemudian
berhenti mereabsorpsi K+ kembali ke dalam aliran darah, menyebabkan lebih banyak K+
diekskresikan ke dalam urin. Sekresi aldosteron juga dirangsang sebagai respon terhadap
perubahan dalam natrium pada (Na+) konsentrasi dalam darah. Dalam hal ini, jika kadar Na+
yang rendah terdeteksi oleh tubuh, korteks adrenal dirangsang untuk melepaskan aldosteron.
Kehadiran aldosteron merangsang tubulus mereabsorbsi garam natrium ke dalam darah pada
Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

16

kadar yang lebih cepat sehingga natrium dapat tetap berada dalam tubuh. Jika kadar K + dalam
aliran darah terlalu tinggi, aldosteron akan dilepaskan sehingga lebih banyak K+ diekskresikan ke
dalam urin. Jika kadar Na+ dalam darah terlalu rendah, aldosteron akan dilepaskan sehingga lebih
sedikit Na+ yang akan diekskresikan dalam urin. Jika kadar air dalam darah terlalu rendah,
aldosteron akan dilepaskan sehingga hanya sedikit air diekskresikan dalam urin6.
3. Faktor Eksternal dalam Pembentukan Urin
3.1 Jumlah Air yang Diminum
Jumlah air yang diminum akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika seseorang
meminum banyak air, konsentrasi air dalam darah tinggi, dan konsentrasi protein dalam darah
menurun sehingga filtrasi menjadi berkurang. Akibatnya, keadaan seperti ini menjadikan darah
lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya filtrasi dan berkurangnya ADH
akan mengakibatkan menurunnya penyerapan air sehingga urin yang dihasilkan akan meningkat
dan bersifat lebih encer.
3.2 Suhu Lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan cara
meminimalkan jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak menuju
organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal semakin bertambah
jumlahnya, maka pengeluaran urin pun akan bertambah banyak.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

17

3.3 Gejolak Emosi dan Stress


Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak
darah menuju ginjal. Selain itu, pada saat seseorang berada dalam kondisi emosi, maka kandung
kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.

Kesimpulan
Sistem kemih laki- laki terdiri daripada organ- organ yang saling bergantung antara satu sama
lain. Ginjal merupakan organ terpenting dalam pembentukan urin yang akhirnya disalurkan ke
dunia luar melewati urethra. Bahan- bahan yang masih dibutuhkan oleh tubuh direabsorbsi ke
dalam darah untuk digunakan.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

18

Daftar Pustaka
1. Inggriani Y. Traktus urogenitalis. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida;
2010.hal 24-43
2. Cut Section of Sydney. Diunduh dari http://www.tumblr.com/tagged/kidney. 16
September 2013.
3. Sherwood L. Human physiology from cells to system. 7th edition. Canada: Brooks/Cole
Cengage Learning; 2010.p.303-338
4. Guyton C, John E. Textbook of medical physiology. 11th edition. Canada: Elsevier
Saunders; 2006.p.307-310
5. Energy, control and continuity. Diunduh dari
http://www.mrothery.co.uk/module4/webnotes/Mod4Notes2ndhalf.htm. 16 September
2013.
6. Control of Urine Volume. Diunduh dari http://www.nsbri.org/humanphysspace/focus4/ep-

urinecontrol.html. 16 September 2013.

Nur Adibah binti Zukelfali. B8.

19

Вам также может понравиться