M.Y.P. Ardianingtyas SH LLM(*) dan Dr.Charles M. Tampubolon(**)
Kesalahan Diagnosis Dokter: Tergolong Malpraktek atau
Kelalaian Medik-kah?
‘ation rt argon dt fonda rmenchadap xs majratiet medi atskelataan edit senda
(@hadvokat di Jakarta:()Residen Program Spesialis sebuah Universitas Negeri di Moskowa, Ru
‘Mengamati pemberitan di media massa akhir-akhir ini, terlihat peningkatan dugaan kasus
‘malpaktek medik dan Kelalaian medik di Indonesia, terutama yang berkenaan dengan
kesalahan diagnosis dokter yang berdampak buruk terhadap pasiennya. Salan sat dugaan
malpraktek yang menonjol adalah kasus yang menimpa Augustianne Sinta Dame Marbun,
istri pengacara kondang lotman Paris Hutapea. la mengalami kerusakan ginjal yang
diduge diakibatkan pemakaian antibiotik dosis tinggi (Suara Pembarwan, 9 Desember
2003).
‘Anne, begitu Augustianne biasa disapa, divonis oleh seorang dokter spesialis kandungan
harus menjalani pengangkatan rahim, Sebelum dilakukan operas, ia harus meminum
antibiotik dosis tinggi tiga kali sehari selama tujah hari, Setelah meminum antibiotik
tersebut, kondisi Anne justru makin buruk. Karena cemas dengan kondist istrinya, Hotman
Paris membawanya ke rumah sakit untuk memperoleh second opinion, Disitu baru
terungkep bahwa antibiotik yang diminumnya ternyata membawa kerusakan pada
ginjalnya. Dosis yang diberikan kepada Anne dinilai terlalu tinggi. Akhimnya ia dibawa ke
Singapura untuk menjalani pengobatan, Nyatanya, setelah menjalani pemeriksaan di
salah satu rumah sakit terkernuke aii sana, Anne tak perlu menjalani operasi pengangkatan
rahim, Cukup dengan pengobatan sinar laser selama 10 merit.
asus di atas tentunya sangat mengejutkan masyarakat awam. Keterkejutan tersebut
semakin bertambah-apabila memang benar telah terjadi kesalahan diagnosis—mengingat
reputasi dokter ant Kandungan yang menengant kasus tersebut sangat baik dan
terpandang di Indonesia. Ironisnya lagi, kasus seperti ini bukan hanya sekali dua kali
terjadi, tapi sudah sangat sering terjaci di Indonesia, bahkan telah banyak memakan
korban jiwa. Banyak masyarakat yang berobat bukan menjadi sembuh, api malah
‘menjadi cacat seumur hidup, babkan meningeal dunia, Hal tersebut terjadi semata-mata
adalah akibat kesalahan diagnosis dokter dalam penanganan terhadap pasiennya.
‘Anne adalah salah satu deri sekien banyakpasien di Indonesia yang mengelami
pengalaman buruk akibat kesalahan diagnosis dokter. Kebetulan Anne sang pasien
tersebut adalah istri pengacara ternama, sehingga kesus ini demikian gamblang terangkat
Va mailld Vaneeel macvoralat: Uainat Kanuimena balai hel inf feriaatimedswacion Sane[NOISUITEN Neseslatatt GONESLA (LENNY, DIL aa StMMLAE Hye, saaN MLAgHSHS Dose ADU
malpraktek. Sebab, dari salah diagnosis bisa berakibat salah terapi, Salah terapi bisa
berakibet fatal. Banyak pasien meninggal ditangan dokter, dan ironisnya di Indonesia
belum ada hukum yang mengatur standar profesi Kedokteran dalam melakukan kesalahian
profes. Schingga, suit membedakan antara malpraktek dengan kelalaian, keeelakaan dan
egagalan. Apalagi pemahaman malpraktek pun masih belum seragam. Sehingga kerap
‘pasien menuding terjadi malpraktek, sedangkan dokter membantahnya (Gaéra, 13 Maret
2004).
Sementara itu Prof. dr Farid Anfasa Moeloek, Ketua fkatan Dokter Indonesia (D1)
berpendapat, batasan tegas tenaga medis melakukan melpraktek adalah jika tindakan
‘tenaga medis tersebut sudah melanggar standar prosedur. Masalahnya, setiap rumah sakit
memiliki Standar Operating Procedure SOP) yang berbeda beda, tergantung pada fasilitas
yang dimiliki rumah sakit. Sehingga mengenai tuntutan malpraktek harus dilihat kasus
perkasus. Tidak isa digeneralisasi hal seperti apa yang menjadi malpraktek, dan mana
yang bukan. (Kompas 23 Januari 2003)
“or rs
Di dalam arti kesengajaan’ tera ada suatu motif (mens rea, guilty mind, Sedanglan
arti Kelalaian lebih berintikan Ketidaksengajaan (cufpa), Kurang teliti, kurang hati-hati,
acuh tak acuh, sembrono, tak peduli terhadap kepentingan orang lain, namun akibat yang
timbul memang bukanlah menjadi tujuannya.
agg sina