Вы находитесь на странице: 1из 20

MAKALAH

PERAWATAN LUKA

Disusun oleh :
MURNIATI RAHMAN
NIM : 315020113067

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
POLEWALI MANDAR
2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini
kami membahas masalah Perawatan Luka . Dalam menulis makalah ini, kami
mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam
mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR ISI

Halaman judul......................................................................................................... 1
Kata Pengantar ........................................................................................................ 2
Daftar Isi ................................................................................................................. 3
Pendahuluan ............................................................................................................ 4
Pembahasan.............................................................................................................. 6
Penutup .................................................................................................................... 19
Daftar pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan
juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka
ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka
ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi
penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi
tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan
yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil
yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan
dengan cost

effectiveness.

Manajemen

perawatan

luka

modern

sangat

mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi
terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Perawatan Luka: Luka
Bersih, Luka Basah. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Integumen
1.2.2

Tujuan Khusus

1. Pengertian Luka
2. Penyembuhan luka
3. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
4. Perawatan luka

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Luka


Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah
rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi:
superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan
lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis,
dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses
penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi
karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka
berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan
sekitarnya.
6

c. Delayed primary healing (tertiary healing)


Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan
infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan
yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah
segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari
4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan
berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga
dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed
healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2.2 Mekanisme Terjadinya Luka
1.

Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

2.

Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan
dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atau oleh kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian
ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
2.3 Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
1.

Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya
menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup
(misal; Jackson Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

2.

Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka


pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

2.4 Proses Penyembuhan Luka


1.

Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi
tumpang tindih (overlap)

2.

Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut

3. Fase penyembuhan luka :


a. Fase inflamasi :
Hari ke 0-5
Respon segera setelah terjadi injuri
Pembekuan darah
Untuk mencegah kehilangan darah
8

Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa


Fase awal terjadi haemostasis
Fase akhir terjadi fagositosis
Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b. Fase proliferasi or epitelisasi

Hari 3 14
Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan

granulasi pada luka


Luka nampak merah segar, mengkilat
Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi,

pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid


Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai

dengan

penebalan lapisan epidermis pada tepian luka


Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c. Fase maturasi atau remodeling
Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka

serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)


Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and
vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


1. Status Imunologi
2. Kadar gula darah (impaired white cell function)
3. Hidrasi (slows metabolism)
4. Nutriisi
5. Kadar albumin darah (building blocks for repair, colloid osmotic pressure
oedema)
6. Suplai oksigen dan vaskularisasi
9

7. Nyeri (causes vasoconstriction)


8. Corticosteroids (depress immune function)
2.6 Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam
perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh
Professor

G.D

Winter

pada

tahun

1962

yang

dipublikasikan

dalam

jurnalNature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.


Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana
lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat
oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses

penyembuhan

luka

untuk

membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen


tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,
monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
2.7 Perawatan Luka Bersih
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan
jaringan juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di
klinik atau rumah sakit biasanya luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka
secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya. Perawatan luka harus
10

memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya


mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.
A. PERSIAPAN
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley
Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup:

Pinset anatomis (2 buah)


Pinset chirurgis (2 buah)
Handscoon steril
Kom steril (2 buah)
Kassa dan kapas steril secukupnya
Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)

Alat Lain:

Gunting Verband/plester
Plester
Nierbekken (Bengkok)
Lidi kapas
Was bensin
Alas / Perlak
Selimut Mandi
Kapas Alkohol dalam tempatnya
Betadine dalam tempatnya
Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
Lembar catatan klien

3. Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien


B. MELAKUKAN PERAWATAN LUKA
1. Mencuci tangan
2. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien
untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
3. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian
luka dengan selimut mandi.
11

5. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)


6. Pasang alas/perlak
7. Dekatkan nierbekken
8. Paket steril dibuka dengan benar
9. Kenakan sarung tangan sekali pakai
10. Membuka balutan lama
- Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.
- Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan
ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah
balutan.
- Kemudian buang balutan ke nierbekken.
- Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin
0,5%
11. Kaji Luka:
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka,
fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak
drain,

kondisi

jahitan,

bila

perlu

palpasi

luka

denga

tangan

non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.


12. Membersihkan luka:
- Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1
- Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri
memegang pinset anatomis ke-2
- Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan
cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan
memerasnya dengan menggunakan pinset)

12

- Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke


pinset chirurgis
- Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah
untuk sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke
area terkontaminasi.
13. Menutup Luka
- Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang
diambil dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke pinset
chirurgis di tangan kanan.
- Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi
- Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung
ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis)
- Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal
- Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan
balutan yang tidak terlalu ketat.
14. Alat-alat dibereskan
15. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
17. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan
C. DOKUMENTASI
1. Hasil observasi luka
2. Balutan dan atau drainase
3. Waktu melakukan penggantian balutan
4. Respon klien

13

2.8 Perawatan Luka Basah


Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan
debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan
dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan
debridement
Tujuan :
1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3. Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
Persiapan alat :
1. Bak balutan steril :
- Kapas balut atau kasa persegi panjang
- Kom kecil 2 buah
- 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)
- Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan
- Sarung tangan steril jika perlu
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok 2 buah
-

Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas

Bengkok 2 untuk sampah

4. Larutan Nacl 0,9 %


5. Gunting plester dan sarung tangan bersih
6. Kayu putih dan 2 buah kapas lidi

Prosedur :
1.

Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan

2.

Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat

3.

Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran


14

4.

Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan
instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan

5.

Cuci tangan

6.

Pasang perlak pengalas di bawah area luka

7.

Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan
lidi kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan
menariknya dengan perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih
terdapat bekas plester di kulit bersihkan dengan kayu putih

8.

Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung


tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat
drain angkat balutan lapis demi lapis

9.

Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin
( NaCl 0,9 % )

10. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan


11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung,
lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan
desinfektan
12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil.
Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13. Kenakan sarung tangan steril
14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau
penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan
yang nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin.
Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau

15

kapas terpisah untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang
kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam
maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset.
Secara perlahan masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka
kontak dengan kassa lembab
17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada
luka. Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan
ketiga
18. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan
pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam
20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali
posisi yang nyaman
21. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon
klien
Perhatian :
-

Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat


menimbulkan rasa nyeri pada klien

Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan
puncak efek obat

Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular
seperti percikan dari luka

16

BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan

17

a.

suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah
rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek
akan muncul :
1.

Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2.

Respon stres simpatis

3.

Perdarahan dan pembekuan darah

4.

Kontaminasi bakteri

5.

Kematian sel

b.

Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka


dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat

c.

Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka


yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai
dengan kebutuhan pasien

d.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk


menunjang perawatan luka yang berkualitas

3.2. Saran
a.

Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan


luka modern

b.

Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing.

18

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

19

Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.


Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik
dan Bedah. Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi
Operasi. Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

20

Вам также может понравиться