Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
motor adaptive), bahasa (language), dan pekembangan motorik kasar (gross motor).
Perkembangan moral dan dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini
sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun, bila tidak terdeteksi dan
tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak.
(Adriana, 2011).
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan
rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga hal ini
perlu mendapatkan perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya. Sementara itu, lingkungan
yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak. (Adriana, 2011).
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sering
ditemukan oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan (Glascoe FP, 1992
Jun) di Amerika Serikat (AS) tentang perkembangan anak dengan Denver II
dilakukan pada 104 anak-anak antara usia 3-72 bulan, ditemukan 17% dari anak-anak
mengalami gangguan perkembangan. Kepedulian orangtua terhadap perkembangan
anak serta diikuti pemeriksaan skrining perkembangan merupakan cara untuk
mendeteksi masalah perkembangan secara dini dan selanjutnya dapat melakukan
intervensi secara tepat. (Hartawan & Soetjiningsih, 2008).
Tujuh puluh persen anak dengan keterlambatan tidak teridentifikasi tanpa
skrining, sedangkan 70-80% anak dengan keterlambatan perkembangan teridentifikasi
dengan skrining perkembangan yang baik. American Academy of Pediatrics (AAP)
menyarankan skrining secara rutin dengan menggunakan instrumen yang valid dan
reliabel. Penelitian di Amerika Serikat (AS) mendapatkan hanya 23% dari 646 dokter
spesialis anak melakukan skrining perkembangan dan Instrumen yang paling umum
digunakan adalah Denver II. (Hartawan & Soetjiningsih, 2008).
Berdasarkan sensus demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, jumlah anak
usia dini (0-6 tahun) sebanyak 26,09 juta. Dari jumlah tersebut 12,6 juta diantaranya
berusia antara 4-5 tahun dan sekitar 7,2% anak usia 4-5 tahun mengalami
keterlambatan perkembangan personal sosial, dan sebanyak 10.700 orang (5,0%)
orang mengalami masalah kecerdasan interpersonal. Jumlah anak usia dini (0-6 tahun)
tahun 2012 di Provinsi Bali sebanyak 35.130 orang dari jumlah tersebut sebanyak
13.010 orang (37,1%) orang diantaranya berusia antara 4-5 tahun dan sekitar 1054
orang (8,1%) anak usia 4-5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan personal
sosial. (Dinkes Provinsi Bali, 2012).
Undang-undang no 20 tahun 2003 yang dikeluarkan oleh kementrian
pendidikan nasional tentang sistem pendidikan nasional mengatakan dengan tegas
bahwa perlunya penanganan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ditujukan pada
anak usia 0-6 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini yang memberikan jasa pendidikan
pada anak usia 0-6 tahun di Indonesia dapat diselenggarakan melalui jalur formal
(Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal) dan jalur nonformal (Taman Penitipan Anak,
Kelompok Bermain, dan bentuk lainnya yang sederajat).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rista Apriana tahun 2009
mengatakan bahwa sebanyak 13 responden (40,6%) dari 32 responden yang memiliki
IQ rata-rata (everage) mengikuti program PAUD dan 19 responden lainnya (59,4%)
tidak mengikuti program PAUD. Semua responden yang memiliki IQ dibawah ratarata (low normal) tidak mengikuti PAUD. Terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan anak usia dini dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah.
Penelitian diatas didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Maimon, dkk tahun
2013, dari hasil analisis diperoleh bahwa mengikuti kelompok bermain berpengaruh
pada luaran. Dari 172 subyek, subyek dengan perkembangan advanced lebih banyak
3
terdapat pada kelompok bermain 20,9%, sedangkan yang tidak mengikuti kelompok
bermain 9,3%. Pencapaian perkembangan anak lebih baik pada kelompok anak yang
mengikuti kelompok bermain dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti
kelompok bermain (p=0,003). Maka ada hubungan kelompok bermain dengan
pencapaian perkembangan anak dan bermanfaat untuk perkembangan anak.
Dampak seorang balita yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan
akan menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan pada perkembangan konsep
diri anak sehingga akan timbul gangguan mental dan perilaku bermasalah.
(Sukmawati, 2014). Perilaku bermasalah anak pada aspek personal sosial menyangkut
beberapa permasalahan yaitu pendiam, pemalu, minder, citra diri yang negatif, egois,
sulit berteman (bersosialisasi), menolak realitas (suka membuat kegaduhan) bersikap
kaku (tidak objektif) dan membenci guru tertentu. (Nirwana,dkk, 2014). Untuk
menghindari hal tersebut diatas maka perlu dilakukan stimulasi pada anak sejak dini.
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak yang datangnya dari
luar individu anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Salah satu
stimulasi yang dapat meningkatkan perkembangan personal sosial adalah Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). (Sukmawati, 2014).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menyediakan
lingkungan yang kaya akan stimulasi, dimana dalam lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) secara tidak sengaja telah terjadi interaksi yang sangat intens antara
anak didik, guru, dan orang tua. Pola interaksi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mengarahkan tumbuh kembang anak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah, sehingga
anak didik akan terjauh dari gangguan mental dan perilaku bermasalah. (Nirwana,dkk,
2014).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Dangin Puri
Kaja kecamatan Denpasar Utara terdapat anak usia prasekolah 244 anak. Peneliti
melakukan observasi perkembangan pada 10 anak dengan menggunakan lembar
Denver II, dimana 5 anak mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
5 lainnya tidak mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Diperoleh
data perkembangan berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Data
observasi pada 5 anak yang mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
4 diantaranya dengan perkembangan normal, hanya 1 dengan perkembangan suspect.
Sedangkan pada 5 anak yang tidak mengikuti program Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), terdapat 2 anak dengan hasil perkembangan suspect, 1 anak dengan
perkembangan untestable, dan 2 anak dengan perkembangan normal.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh PAUD terhadap perkembangan personal
sosial anak usia prasekolah di Desa Dangin Puri Kaja, Denpasar Utara guna
mengetahui seberapa pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terhadap
perkembangan personal sosial anak usia prasekolah.
Secara umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah Mengetahui
Pengaruh
Pendidikan
Anak
Usia
Dini
(PAUD)
terhadap
profesi
Praktis
1.4.2.1 Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini
supaya dalam pembelajaran tetap memperhatikan teori-teori tumbuh
kembang anak prasekolah.
6
Banguntapan Bantul
perkembangan
personal
sosial
anak
usia
kasar
(p=0,029),
perkembangan
motorik
halus
(p=0,013),
penelitian
tersebut
dengan
penelitian
yang
terdapat
hubungan
yang
signifikan
PAUD
dengan
dilakukan
adalah
variabel
bebas
sama-sama
10