Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
on twitter
Reaksi antigen antibody
Demam
1.1.4. Klasifikasi
Menurut Fukuyama menjadi 2 golongan
1) Kejang demam sederhana
Ciri :
(1) Sebelumnya tidak ada riwayat keluerga yang menderita epilepsy
(2) Sebelumnya tidak ada riwayat cidera otak oleh penyebab lain
(3) Serangan demam (kejang demam) terjadi antara lain 6 bulan 6 tahun
(4) Lama kejang 15 menit
(5) Tidak didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang
(6) Tidak didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan
(7) Kejang tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat
2) Kejang demam kompleks
Cirri :
(1) Kejang fokal
(2) Kejang > 15 menit
(3) Kejang berulang
(Lumbantobing , 4)
1.1.5. Menifestasi Klinis
Menurut liringstone kejang demam dibagi :
1) Kejang demam sederhana (simple febrik Covulsion)
2) Epilipsi yang diprorikasi oleh demam (epilipsi Inggered of Fever)
Diagnosa kejang demam sederhana (Liringstone) menurut FKUI RSCM
1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 4 tahun
2) Kejang berlangsung sebentar, (< 15 menit)
BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV
BB 10 kg : 5 mg
BB 10 kg : 10 mg
a.
a.
Fenobarbital
Femition
(2) Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
(3) Perubahan dalam berhubungan
4) Eliminasi
(1) Inkontinensia epirodik
5) Makanan atau cairan
(1) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang
6) Neurosensori
(1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma kepala, anoreksia,
dan infeksi serebal
(2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
(3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
7) Kenyamanan
(1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
(2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
8) Pernafasan
(1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi mulus
(2) Fase posektal : Apnea
9) Keamanan
(1) Riwayat terjatuh
(2) Adanya alergi
10) Interaksi Sosial
(1) Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya
(2) Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.1.2. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
(1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
(2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
2) Integritas Ego
(1) Pelebaran rentang respon emosional
3) Eleminasi
(1) Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah
pada fase area.
Tonik klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil dilatasi,
inkontineusia urine
Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan anesia
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15 menit tdak ada
penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif
(4) Kenyamanan
-
(5) Keamanan
-
Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas tubuh dan memberikan rasa
nyaman
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris 2,5 cc/hari
R:
1.2.2.2 Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada otak
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi aktual
2) Kriteria hasil :
(1) Tidak terjadi kejang
(2) Tidak terjadi cedera saat kejang
3) Intervensi :
(1) Menganjurkan orang tua untuk memberikan pengaman pada sisi tempat tidur pasien
R:
(2) Menganjurkan orang tua untuk membersihkan saliva yang keluar dari mulut
R:
(3) Menganjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk digigit saat kejang
R:
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Depaken tab
R:
Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan nutrisi
1.2.2.4 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kebutuhan oksigen otak kurang ( Hipoksemia
berat ) sekunder terhadap terjadinya kejang
1) Batasan Karakteristik
Mayor:
(1) Perubahan frekuensi pernafasan
(2) Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
Minor:
(1) Takipnea, hipernea, hiperventilasi
(2) Irama pernafasan tidak teratur
(3) Pernapasan yang berat
2) Tujuan
(1) Perawat dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD
dan ekspresi wajah.
3) Kriteria Hasil
Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat
menurunkan beratnya gejala
Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi
atau menurunnya permukaan alveolar paru
3) Intervensi
(1) Pantau tanda dan gejala DKA ( GD > 300 mg / dl, aceton darah positif, bau napas keton,
hipotensi, Na, K menurun,, takikardi )
R
: Bila insulin tidak tersedia, glukosa darah akan meningkat dan tubuh akan
memetabolisme lemak untuk kebutuhan energi dan menghasilkan benda benda keton.
(2) Pantau status hidrasi pasien, tanda tanda dehidrasi.
R : Mencegah hidrasi berlebihan / kekurangan hidrasi.
(3) Pantau status neurologis pasien.
R : Fluktuasi kadar glukosa, asidosis dan keadaan cairan dapat mempengaruhi fungsi neurologis
karena sirkulasi yang tidak adekuat.
(4) Pantau sirkulasi pasien.
R : Dehidrasi berat menyebabkan penurunan curah jantung dan terjadi vasokontriksi sebagai
kompensasi tubuh.
(5) Kolaborasi dalam pemberian glukosa
R : Memenuhi kebutuhan glukosa dalam darah
1.2.2.6 Defisit pengetahuan tentang penatalaksanaan di rumah
1) Batasan Karakteristik
Mayor
(1) Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari hari.
(2) Memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis ( misal : ansietas, depresi ) yang
mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.
Tujuan
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien demam /
peningkatan suhu tubuh.
ama Mahasiswa
IM
A1.07.50
anggal Pengkajian
1 April 2010
o. Register
662132
uang
An. T
Jenis Kelamin
Perempuan
Kediri, 21 1 2009
Umur
13 bulan
Anak ke
Nama Ayah
Tn. J
Nama Ibu
Ny.Y
Pekerjaan Ayah
Guru
Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ayah
Perguruan Tinggi
Pendidikan Ibu
SMU
Agama
Islam
Suku / Bangsa
Alamat
Jawa / Indonesia
:
Tanggal MRS
Diagnosa Medis
Febris konvulsi
ma
2.2.2
1. Prenatal
Kehamilan pertama, pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan dan melakukan kunjungan (ANC)
sebanyak 6x. ibu juga imunisasi TT 1x, ibu rutin olah raga dengan jalan jalan pagi, selama
hamil ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu jamuan tradisional.
Natal
Pasien lahir secara spontan vertex dengan ditolong bidan. BB lahir 3300 gram, panjang badan =
55 cm, bayi langsung menangis saat lahir.
Post Natal :
Pasien lahir tanpa kelainan kongenital, ASI ibu lancar.
2. Luka / Operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi.
3. Alergi
Ibu pasien mengatakan An.T tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau debu.
4. Pola Kebiasaan
Ibu pasien mengatakan
Saat dirumah anak terbiasa makan sendiri, makan teratur dengan menu makan biasa ( nasi, lauk,
pauk, sayur ), di RS anak sulit makan dan makan pagi habis 5 sendok makan.
Di rumah anak terbiasa minum ASI cukup dan kadang kadang minum susu formula Indomilk
An.T terbiasa tidur siang 1 2 jam / hari dan tidur malam 7-8 jam / hari.
Ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu penting ?
5. Tumbuh Kembang
An.T mampu berjalan maju mundur, berlari lari, dan membuka pakaian dengan sedikit
bantuan, berbicara 1 2 kata.
Imunisasi
An.P sudah mendapat imunisasi BCG,DPT 1 3, Polio 1 5, Hep I III, Campak. di Posyandu /
bidan.
Status Gizi
BB
: 8,3 kg
TB
: 72,2 cm
( TB normal : 73 77 cm )
Lingkar kepala
: 45 cm
LILA
: 15 cm
2.2.3
1. Komposi Keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang anak.
2. Lingkungan rumah dan komunitas
Rumah berada di pedesaan dengan kehidupan masyarakatnya lebih bersosialisasi satu dengan
lainnya dibuktikan dengan banyaknya kunjungan dari tetangga sekitar ketika anak dirawat di
Ruang Anak
3. Kultur dan kepercayaan
Ibu pasien mengatakan percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga kesehatan keluarga dan
kesehatan adalah anugerah dari Tuhan.
Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat saat anak panas karena
yakin kalau kompres dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi.
Ayah pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak panas?
Ibu pasien mengatakan anak sangat aktif bermain tetapi sulit makan.
1. Pernafasan ( B1 : Breathing )
Respirasi : 24 x / menit
Pada auskultasi suara nafas baik pada trachea, bronchovesikuler dan vesikuler tidak terdapat
suara nafas tambahan.
Pasien pilek
BB
: 8,3 kg
TB
: 72,2 cm
( TB normal : 73 77 cm )
2. Cardiovascular ( B2 : Bleeding )
Nadi
Suhu
: 36 4 0C
3. Persyarafan ( B3 : Brain )
GCS (15) : E : 4; V : 5; M : 6.
Anak rewel.
Pada mata, pupil isokor dengan diameter 3 / 3 mm, reaksi terhadap cahaya + / +
Bladder lunak.
BAK spontan.
MMT
5
5
5
5
7. Sistem Endokrin
Tidak ada riwayat penyakit DM
2.2.5
Nilai Normal
4.1 10.9 K/uL
0.6 4.1
10.0 58.5%L
0.0 1.8
0.1 24.0%M
2.0 7.8
37.0 92.0%G
4.20 6.30 M/uL
12.0 18.0 g/dl
37.0 51.0 %
80.0 97.0 fL
26.0 32.0 pg
31.0 36.0 g / dl
11.5 14.5 %
140 440 K/uL
I
Norm
Norm
Norm
Men
Norm
Men
Men
Men
Men
Norm
Men
Norm
Nilai Normal
76 110 mg/dl
136 145 mEq/L
3.6 5.0 mEq/L
3.4 4.7 mmol/L
I
Men
Norm
Norm
Norm
: 4,98 mg/dl
Hasil
112 mg/dl
139 mEq/L
4.2 mEq/L
4,6 mEq /L
4. Rontgen
Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Terapi
Biokid 5 cc QH
Fres 2,5 cc QH
IV Kaen 4B 25 cc / jam
Kediri, 1 4 2011
Mahasiswa,
Data Penunjang
Etiologi
DS: Virus, bakteri
DO :
S ; 36 4 O C
Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
S tanggal 31-3-2009 jam 12 am :
38 8 O C
Reaksi antigen antibody
Pasien MRS karena kejang 2 X
Pe
2.
DS :
Ayah
pasien
mengatakan
mempunyai budaya memberi
kompres hangat saat anak panas
karena yakin kalau kompres dingin
akan membuat demam anak
semakin bertambah tinggi.
Ibu pasien mengatakan saat badan
panas anak sulit minum.
DO :
Ibu pasien bertanya tentang
apakah pemberian minum saat
anak panas itu penting ?
Ayah pasien bertanya tentang cara
pemberian compres saat anak
panas?
Demam
ten
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan demam sekunder terhadap
metabolisme tubuh meningkat yang ditandai dengan S ; 36 4 O C , Suhu tanggal 31-3-2009 jam
12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas,
reflek patella + / +.
2.4.2 Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah berhubungan dengan proses
informasi tentang penatalaksanaan saat di rumah yang ditandai dengan ayah pasien
mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin
kalau kompres dingin akan membuat demam anak semakin bertambah tinggi, ibu pasien
mengatakan saat badan panas anak sulit minum, ibu pasien bertanya tentang apakah
pemberian minum saat anak panas itu penting ?, ayah pasien bertanya tentang cara pemberian
kompres saat anak panas?
2.5 PERENCANAAN
No
Diagnosa
1.
Risiko hipertermi /
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan
dengan
demam
sekumder
terhadap metabolisme
tubuh meningkat yang
ditandai dengan S ; 36 4
O C
, Suhu tanggal 31-31.
2009 jam 12 am : 388OC
, pasien MRS karena
2.
kejang 2 X, tidak
3.
terdapat
kelumpuhan
ekstremitas,
reflek
4.
patella + / +.
Tujuan
Tujuan :
Intervensi
1. Ukur TTV ( suhu dan nadi )
1.
Tidak terjadi
Meman
metabolisme
yang dapat m
2. Bangkitan k
2.
Pantau adanya / terjadinya terjadi apab
suhu mend
kejang berulang
tingkat adap
3.
Observasi KU pasien, akral
pasien / perfusi
4.
Keadaan
menunjukka
4. Antipiretik
pusat pen
hipotalamus
Kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi
terjadinya
pemberian terapi :
tubuh mele
tubuh.
Antipiretik.
Antikonvuls
Antikonvulsi
letupan
aktifitas asa
Steroid
atau mengu
dari neuron
Steroid seb
infeksi tetap
sistem imun
2.6.1
Diagnosa Keperawatan
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan demam sekumder terhadap
metabolisme tubuh meningkat yang ditandai dengan S ; 36 4 O C , Suhu tanggal 31-3-2009 jam
12 am : 38
8 O C
reflek patella + / +.
Tujuan
1. S : 36 37 O C
2. Anak tidak kejang
3. Akral hangat
4. Nadi 90 110 x / menit.
Implementasi Keperawatan :
Tanggal
Jam
1 4 2009
8 am
Implementasi Keperawatan
1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik
2. Mengukur suhu dan nadi
8 am
3.
9 am
4.
10 am
2.6.2
Diagnosa Keperawatan
Keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan saat di rumah saat
anak panas dan kejang.
Kriteria hasil :
1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian peningkatan suhu tubuh.
2. Keluarga dapat menjelaskan dampak peningkatan suhu tubuh
3. Keluarga dapat menjelaskan fugsi penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas.
4. Keluarga dapat menjelaskan penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas. dan kejang
Implementasi Keperawatan :
Tanggal
Jam
1 4 2009
9 am
Implementasi Keperawatan
1.
2.7 EVALUASI
Tanggal / Jam
1 4 2009
Diagnosa
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu:-
12 am
Evaluasi
: 38
8OC
X,
tidak
terdapat
kelumpuhan
S : 36 2 O C
Nadi : 100 X / menit
Tidak terjadi kejang berulang
Akral hangat
A : Masalah tidak menjadi aktual
1 4 2009
12 am
Antipiretik.
Antikonvulsi
Steroid
Dfisit
pengetahuan
tentang
penatalaksanaan
saat
di
rumah
mengatakan
mempunyai
budaya
memberi kompres hangat saat anak
panas karena yakin kalau kompres
S:
mulut,
melindungi
anak