Вы находитесь на странице: 1из 46

MATERI KULIAH

ELEMEN MESIN I

Disusun oleh :
SUPRIYONO

Disusun Oleh:
Achmad Risa Harfit, ST.

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
FEBRUARI

2009
BAB I
BEBAN DAN TEGANGAN
PENDAHULUAN
Elemen mesin (onderdil) dibagi menjadi 3 :
1.Komponen
2.Unit
3.Rakitan
KOMPONEN :Bagian terkecil dari suatu komponen mesin yang merupakan satu
kesatuan.
Contoh : Torak, blok silinder, katup, pasak, poros, dsb.
UNIT : Kumpulan dari beberapa komponen mesin yang tersusun sehingga menjadi
suatu bagian mesin.
Contoh : Kopling, presneling, rem, dsb.
RAKITAN (Assembling) : Kumpulan dari beberapa komponen dan unit mesin
sehingga terbentuk suatu alat pakai/mesin.
Contoh : Mesin mobil, sepeda motor, mesin perkakas
Elemen mesin menurut fungsinya :
1.GENERAL PURPOSE : Penggunaan secara umum
Seperti : Pegas, mur-baut, pasak, poros, dsb.
2.SPECIAL PURPOSE : Penggunaan secara khusus
Seperti : Sayap pesawat terbang, baling2 kapal, dsb.
Contoh fungsi elemen mesin :
1. FUNGSI MENYAMBUNG : Mengantarkan dan meneruskan gaya yang tidak
disertai gerakan.
Contoh : Samb. Keling, samb. Las, dsb.
2. FUNGSI MERANGKAI : Mengantarkan atau memindahkan gaya disertai
gerakan.
Contoh : Kopling-poros, roda gigi, sabuk, rantai, dsb.
3. FUNGSI MENDUKUNG : Meneruskan gaya tanpa disertai gerakan. Contoh :
Kerangka, pondasi, dsb.
4. FUNGSI MENUNTUN : Meneruskan gaya disertai gerakan .
Contoh : Bantalan luncur/gelinding, dsb.
5. FUNGSI MELUMAS : Bahan pelumas padat, cair dan gas.
6. FUNGSI MELINDUNGI : Lapisan cat, lapisan tahan aus .
Fungsi elemen hampir selalu bersifat mekanik, sering ditambah sifat termal, kimia,
elektrik, dsb.

1.1 BEBAN NOMINAL DAN BEBAN KERJA


BEBAN NOMINAL : Yaitu gaya atau kopel yang diperoleh lewat kalkulasi dari data
rencana yang diberikan. Selanjutnya beban nominal dikali faktor tambahan
berdasar pengalaman untuk menentukan BEBAN KERJA .
Faktor tambahan tersebut :
1. KETIDAK TELITIAN BEBAN
Yaitu jika tidak ada pola beban & perubahan periodik
a1 = 1,2 1,4

(selama periode kerja)

2. BEKERJANYA MESIN
Tergantung pada jenis serta cara kerja mesin . (a2), ada dalam tabel berikut :
Tabel 1 : Faktor Kerja
Jenis Mesin

Efek
Tumbuk
Mesin putar (turbin, kompresor sentrifugal, motor Ringan
listrik, mesin gerinda)

Faktor Kerja
(a2)
1,0 1,1

Mesin torak (uap, motor bakar, pompa, kompresor) Sedang


msn.ketam, instalasi keran pelabuhan, msn.celah

1,2 1,5

Mesin pres (tempa, tempa cetak, ulir skrup) Berat


msn.pres eksentris, msn.bengkok, gunting profil,
msn.pons, keran tangkap, dsb.

1,6 2,0

Mesin gilas, pemecah batu dan pemecah bijih Sangat


tambang
berat

2-3

3. RESIKO PATAH
Faktor keandalan mesin A3 = 1,2 1,5
Ketiga faktor tsb. FAKTOR TAMBAHAN KERJA (a) = a1.a2.a3
Untuk menentukan elemen mesin, maka digunakan hubungan dari ilmu
keelastikan, sbb :
U/ TARIKAN ATAU TEKANAN :
Tegangan normal nominal
F= Gaya geser (kg)

F
A

U/ LENTURAN :

A= Luas penampang (mm2)

4
Tegangan lentur nominal

b=

Mb
Wb

Mb= Momen lentur (kg.mm)


Wb= Tahanan lentur (mm3)

Harga tahanan lentur :


1. Penampang siku2
1
Wb = b.h 2
6
2. Lingkaran Wb =

3. Cincin

Dimana

: Tinggi (h)
Lebar (b)

D 3 0,1.D 3
32

Dimana : D = garis tengah

D4 d 4
D4 d 4
Wb =
0,1.
32 D
D

D = diameter luar
d = diameter dalam

U/ PUNTIRAN :
Tegangan puntiran normal

w=

Mw
Ww

Mw = Momen puntir (kg.mm)


Ww = Tahanan puntir (mm3)

Harga tahanan puntir :


1. Lingkaran

Wb =

3
D 0,2.D 3
16

2. Cincin

Wb =

D4 d 4
D4 d 4
0,2.
16 D
D

1.3 GARIS LENGKUNG DAN GAYA TARIK


Jika sebuah specimen baja dibebani gaya tarik, maka terjadilah perpanjangan dan
hasilnya dapat dilihat dalam diagram tegangan-regangan, sbb :

5
Keterangan :
O-A= Batas proporsional
L= Tegangan luluh/lumer
E= Tegangan elastis
P= Tegangan proporsional
C= Yield point
u= Tegangan ultimate (maks)
OB= Regangan elastis (0,2 %)

Dari daerah (O-A) regangan sebanding dengan tegangan, disebut daerah


proporsional dan berlaku HUKUM HOOKE :
1.

Dimana:

= Perpanjangan spesifik . =

L
Lo

= Regangan
= Tegangan . =
2.

l=

P Lo
F E

Dimana:

P
F

L =Pertambahan panjang (cm)


P = Beban (kg)
F = Luas penampang bahan (cm2)
Lo= Panjang batang mula2 (cm)

CATATAN :

Untuk bahan pada umumnya diberi batas regangan (Re) yang tetap
sebesar 0,2%.

Untuk pemilihan bahan dengan tujuan tertentu, maka harus tahu nilai
batas regang, kekuatan tarik & regangan (keuletan bahan).
1.4 PERUBAHAN TEGANGAN
Ketika membebani elemen mesin, tegangan bahan mempunyai nilai yang
berubah2 secara konstan atau periodik, yang dapat dibedakan menjadi 4 keadaan
tegangan tipikal :
1.
2.
3.

TEGANGAN KONSTAN
KEADAAN TEGANGAN I : Tegangan setelah diadakan beban bertambah
besar dari 0 - Maks, setelah itu konstan.
TEGANGAN LOMPAT
KEADAAN TEGANGAN II: Tegangan setelah diadakan beban berosilasi
antara 0 - Maks . Rata2 = 1/2 Maks = a
TEGANGAN TUKAR MURNI

4.

KEADAAN TEGANGAN III : Tegangan setelah diadakan beban berosilasi


sekeliling nilai nol antara Maks dan Min .
Rata2 = 0 .
a = Maks = Min
TEGANGAN OSILASI
KEADAAN TEGANGAN IV : Tegangan setelah diadakan beban berosilasi
antara nilai Maks dan Min.

Rata 2 =

Maks + Min
2

CATATAN :
Pada elemen mesin yang dibebani secara periodik, dapat terjadi patah (pada
tegangan yang jauh lebih rendah dari batas regangan), yang diiringi oleh
pembentukan retak gejala ini disebut KELELAHAN.

1.5 DIAGRAM WOHLER


Kekuatan lelah baja diperoleh dengan menerapkan perubahan tegangan sinus
pada batang, dengan diameter (6,5 15 mm) dan dipoles sampai patah.
Ternyata u/ material baja, potong. Mendatar wohler terjadi pada 10 7 siklus
tegangan atau Maks (kekuatan lelah).
Selain pengujian lengkung (b) juga dilakukan pengujian kelelahan tarik (t) dan
puntir (w) .
1.6 DIAGRAM LELAH SMITH
KETERANGAN :

Garis batas atas : merupakan jalannya tegangan maks.


Maks = Rata2 + A (sebagai fungsi teg. Rata2)

Garis batas bawah : yaitu jalannya tegangan minimum. Diperoleh dengan


dengan mengukur nilai turunan amplitudo (A) vertical ke bawah pada garis
Rata2.

Jalannya Rata2 dengan skala yang sama, yaitu sebuah garis di bawah
45 dengan sumbu-X Rata2.

Ordinat ttk. Potong garis Rata2 dengan garis Maks , menggambarkan


kekuatan tarik (Rm) u/ batang baja yang diuji.

Sebelah atas dibatasi oleh grs. Untuk kekuatan regang (Re), sehingga
dihindari perubahan bentuk plastik .

Garis I : Keadaan tegangan konstan (Teg. I)


Garis II : Keadaan tegangan lompat (Teg. II)
Garis II : Keadaan tegangan tukar murni (Teg. III)
Garis IIIII : Daerah kekuatan tukar
Garis II..I : Daerah kekuatan osilasi
Garis IV
: Keadaan tegangan umum U/ teg. Osilasi
Dimana kekuatan osilasi =Maks= Rata2 + A
Dan Min = Rata2 - A

BAB II
SAMBUNGAN PAKU KELING
2.1 TIPE SAMBUNGAN

Sambungan paku keling dibagi menjadi 2 tipe :


1. Sambungan tumpang (lap joint)
2. Sambungan temu : - Keling tunggal
- Keling ganda

Sambungan tekanan : Tipe samb.keling dimana biasanya terdiri dari


beberapa baris kelingan dengan samb.temu, dimana plat utama luar lebih kecil
dari plat tutup dalam.

Penampang pemisah : Panjang pola pemisah pada suatu jenis


sambungan paku keling = jarak panjang untuk menetapkan kekuatan paku
keling.

Effisiensi
samb.keling
menunjukkan
kesempurnaan
rancangan
sambungan

Effisiensi.samb.keling =

kekua tan .sambungan


kekua tan . plat . padat

2.2 KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPANG SEDERHANA


Sambungan keling dianggap sebagai contoh tegangan merata, dimana persamaan
umumnya P = A .
Tipe kerusakan sambungan keling :
1.Beban rusak dalam geser (Gambar 12-3)

Ps = As. =

2
d .
4

..

dimana : d= Diameter lubang & paku keling .


2.Beban rusak dalam tarik (Gambar 12-4)

Pt = At. t = ( p d )t. t

9
Dimana :

p
= Lebar plat atau panjang penampang pemisah
T
= tebal
(p-d) = lebat netto plat

3.Kerusakan dukung (Gambar 12-5)

Dimana terjadi pergerakan relatif antara plat utama, yaitu dari perubahan
bentuk tetap atau pembesaran lubang paku keling yang disebabkan oleh
kelebihan tekanan dukung (paku keling bisa rusak).
Pada prakteknya kerusakan dukung (b) dianggap merata di sepanjang
luas persegi lubang paku keling.
Kerusakan beban dukung : Pb = Ab. b = (t.d ) b
4. *
*

Koyakan sisi belakang plat lubang paku keling


(Gambar 12-6a).
Kerusakan plat geser belakang lubang (Gbr. 12-6b),
atau gabungan keduanya .

2.3 SAMBUNGAN PAKU KELING BEBAN EKSENTRIS


BEBAN EKSENTRIS : Beban pada sambungan paku keling melalui ttk.berat
kelompok paku keling, dimana distribusi beban tdk. merata disemua beban
(gbr.12-13a).

10

Agar stabil dipasang 2 paku keling dengan arah berlawanan yaitu gaya
kolinier (P1 & P2), sehingga beban eksentris (Po) diganti beban terpusat (P)
dan kopel torsi (T = P.e), (Gambar 12-13b) .

Efek beban terpusat (P) ditahan oleh beban langsung ( Pd =

P
), (Gbr 12n

14a).

Kopel torsi (T) ditahan oleh beban torsi (Pt) (Gbr.12-14b) yang bekerja
tegak lurus jari2 pusat kelompok paku (P).

Resultante beban setiap paku= jumlah vector beban langsung dan torsi
paku keling (Gambar 12-14c).

11

Rumus torsi :
Dimana :

T
=
J

= Tegangan geser rata2 tiap paku


= Jarak radial dari pusat ke ttk.berat
kelompok paku
T = Kopel torsi

J = A

Karena (A) = sama untuk semua paku,


Dan () bisa dinyatakan dalam 2 sumbu,
(Gambar 12-14b)

= X2 + Y2

Sehingga : J = A( X 2 + Y 2 )
Dan rumus torsi menjadi :

Beban torsi : Pt =

T
A X2 + Y2

T
.dimana: Pt = A.
X + Y2
2

Resultante beban paku keling diperoleh dari jumlah vector (Pd) dan (Pt)
(Gambar 12-14c)

Ptx = Pt.sin = Pt

dan

Pty = Pt. cos = Pt

Dengan mensubstitusikan harga (Pt) ke rumus (Ptx) didapatkan :

Ptx =

T
.y
X2 + Y2

dan

Pty =

Resultante beban paku keling :

Pr =

( Pdx +

Ptx ) + ( Pdy + Pty )


2

T
.x
X2 + Y2

12
BAB III
BEJANA TEKAN
3 .1 TEKANAN PADA VESSEL BERDINDING TIPIS

Bentuk paling umum dari vessel dengan sambungan dikeling atau dilas
adalah silinder, seperti :pada ketel, tangki kompresor udara, tangki air bola (U/
vessel preasure).

U/ fluida gas : maka tekanan diseluruh vessel konstan


U/ fluida cair : Tekanan terkecil pada puncak dan naik secara kasar 0,5 psi-per
kaki ke dalam cairan.

Bila tekanan disebabkan oleh air (spt.pada tangki air terbuka), tekanan
pada tiap titik = berat kolom air pada setiap titik tegak sampai tinggi permukaan
air bebas. (jarak tegak ini disebut tinggi tekan atau h)
Misal :
Berat air 62,5 pcf,
maka tekanan (p) pada tiap ttk.menjadi = 62,5. h (psf)
atau 62,5 h/144 = 0,434. h (psi) .
Jika tinggi tekanan air (h) = 10 ft akan menimbulkan tekanan = 0,434 (10) = 4,34
(psi)

Agar sambungan pada vessel ini dirancang dengan baik, maka dalam
arah longitudinal (keliling), maka gaya yang ditahan per-sat. panjang kampuh
harus diketahui dulu.

Jika tebal dinding tdk.melampaui 10% diameter vessel, maka dianggap


dinding tipis (u/ silinder & bola). Dan pada vessel spt. ini intensitas tegangan
permukaan luar dan dalam mendekati konstan.

Tegangan kampuh longitudinal silinder dinding tipis, mengalami tekanan


dalam fluida (gambar 3-19a), hukum mekanika fluida menyebutkan :
Tekanan fluida pada setiap ttk. sama ke semua arah, dan arahnya selalu
tegak lurus permukaan tahanan .

Uap & air mengalami tekanan (gbr.3-19b) : Tekanan uap melawan


permukaan silinder bagian atas ketel dan juga terhadap tinggi permukaan air
bag. Bawah (tegak lurus permukaan tahanan).

Tegangan pada dinding dari kulit tangki (gbr.3-19c) : Vessel dipotong pada
garis air & bagian bawah sebagai benda bebas, maka tekanan (P) total ke
bawah harus diimbangi oleh kedua gaya (T).

13

Tegangan pada irisan longitudinal dari silinder (gbr.3-20): Intensitas


tekanan (p) adalah konstant disepanjang luas dl, maka P = p.d.L dan T =
St.t.L .
Sehingga pdl = 2 St.t.L

Tegangan tarik satuan pada dinding

Dimana :

St =

p.d
2.t

p = Tekanan dalam (psi, Mpa)


D = Diameter dalam silinder (inchi, mm)
T = Ketebalan bahan dinding (inchi, mm)
St = Tekanan dalam dinding (Psi, Mpa)

Tegangan pada kampuh longitudinal adalah tegangan keliling (karena arah


tegangan mengelilingi diameter vessel), demikian juga sebaliknya.

Pada rancangan kampuh vessel yang dikeling atau dilas maka :


* Gaya tiap penampang longitudinal L= St.t.L
* Gaya per-in panjang
dimana :

Tl =
St =

St.t.L
= St .t
L

P.d
2.t

* Sehingga gaya per-in kampuh longitudinal

Tl =

* Ketebalan min dinding silinder yg dibutuhkan

P.d
2

t=

P.d
2.St

Effisiensi kampuh yang dilas bisa mencapai 100% dan yang dikeling (65
85%). Maka plat yang lebih tebal harus digunakan pada silinder yang dikeling.

14

Tegangan pada kampuh keliling silinder atau bola, menunjukkan bahwa


gaya (Te) per-in linier dari kampuh keliling hanya dari kampuh longitudinal
(gambar 3-21).

Anggap silinder diisi dengan cairan, dengan tekanan (p) per-in, maka :

* Luas potong penampang silinder


* Gaya total terhadap ujung

2
d
4

P. 2
d (yaitu gaya tahanan total yang diberikan
4

bahan dinding silinder sekitar kampuh keliling).


* Jika Te= Gaya tahanan per-in linier keliling (.d), maka gaya tahanan total =
Te..d
dan Te..d

P. 2
d
4

* Jadi gaya per-in kampuh keliling

Te =

P.d
4

* Tegangan pada kampuh keliling

St =

Te
P.d
=
t
4.t

Tabel 3-2: Tegangan batas dan tegangan izin, kode ketel ASME disarankan untuk
ketel dan tangki
Jenis
tegangan

Simbol

Kekuatan
batas,Psi (Mpa)

Faktor
Keamanan

Tegangan
Izin,Psi (Mpa)

15
Tarik

St

55.000 (380)

11.000 (76)

Geser

Ss

44.000 (300)

8.800 (60)

Dukung

Se

95.000 (650)

19.000 (130)

BAB IV
SAMBUNGAN LAS
PENGELASAN : adalah metode mengikat logam dengan leburan, dengan panas dari
busur listrik atau semburan oxiacetyline logam pada sambungan dilebur dan difuses
dengan logam tambahan dari batang las.
Untuk melindungi lasan dari kelebihan oksidasi, dipakai batang las yang dilapis (guna
menghilangkan gas mulia yang menyelubungi busur arus), disebut proses busur
perisai (shielded arc process).
4.1 METODE PENGELASAN
Metode pengelasan dibagi menjadi 2 :
1. PENGELASAN TEKAN : Bagian yang hendak disambung ditekan satu sama lain
dalam keadaan panas tanpa dicairkan dan tanpa bahan tambahan.
2. PENGELASAN CAIR : Ruangan antara bagian yang disambung (kampuh) diisi
sedemikian rupa dengan bahan cair, sehingga tepi bagian yang berbatasan
mencair (Dimana kalor yang diperlukan dibangkitkan dengan jalan kimia dan
jalan listrik).
METODE LAS TEKAN :
1. PENGELASAN API (pengelasan tempa) : Kedua bagian dipanaskan sampai
temperatur cair, lalu disambung dengan pukulan atau dipres.
Contoh : mata rantai .
2. PENGELASAN GAS AIR : Pengelasan dilakukan dengan membakar gas air, lalu
kampuh digiling rapat.
Contoh : pabrik baja (u/ pipa dengan diameter besar, silinder api ketel) .
3. PENGELASAN TERMIT TEKAN : Kalor dari reaksi eksoterm dalam campuran
halus serbuk aluminium dengan oksida besi. Temperatur sekitar 2800C
sehingga saling melumer dan bagian yang disambung ditekan dengan gaya
besar.
Contoh : Rel, reparasi bag. Mesin berat.
4. PENGELASAN OTOGEN TEKAN : Luasan dipanaskan dengan oksigen asetelin
sampai cair. Lalu saling ditekan (temperatur api 3000 C)
Contoh : Pengelasan tumpul pipa.

16
5. PENGELASAN TAHANAN LISTRIK : Dengan arus tinggi & voltase rendah
dihantarkan lewat 2 bagian yang disambung sampai cair, karena tekanan
maka terjadi sambungan, dibedakan menjadi sbb :
5.1 PENGEL.TEMU TEKAN (butt welding) : Selama menghidupkan arus
saling ditekan, menyebabkan penebalan setempat.
Contoh : besi-beton, rantai jangkar.
5.2 PENGEL.TEMU BUNGA API : Kedua bagian disinggungkan berulang
kali, sehingga diperoleh busur dan setelah cair keduanya ditekan dg
keras.
Contoh : rantai, poros engkol .
5.3 PENGELASAN TITIK : Dua elektroda mengapit benda kerja yg
bertumpang tindih, sehingga kerapatan arus tinggi setempat, sampai
benda kerja saling melekat. Cocok untuk baja, paduan non ferrous (tebal
plat = 0,5 5 mm).
Contoh : pada karoseri, mebel baja, perkawatan.
5.4 PENGEL. PRESS (proyeksi) : Sejumlah pengelasan titik dibentuk
serentak, salah satu plat ada tonjolan untuk ditekan dengan elektroda
datar sampai menyambung.
5.5 PENGEL.ROL KAMPUH TUMPANG TINDIH : Kedua elektroda dibuat rol
tekan berkali2 arus dihidup matikan sampai terjadi seri pengelasan titik.
Contoh : pembuatan (mobil, ember, kaleng susu, radiator) .
5.6 PENGEL.ROL KAMPUH TUMPUL : Kedua elektroda dibuat rol tekan
berkali2 dihidup matikan dan plat ditekan tumpul oleh rol vertical.
METODE LAS CAIR :
1. PENGEL.LEBUR OTOGEN : Kalor dari gas (kebanyakan asetelin) dengan
oksigen, bahan isi berbentuk batang las. Penerapan yang penting ; memotong
plat, profil & pipa dengan otogen.
Contoh : plat baja tipis & pipa kecil, paduan non ferrous, las reparasi besi cor.
2. PENGEL.LEBUR TERMIT : Kalor dari reaksi eksoterm dalam campuran halus
serbuk aluminium dengan oksida besi. Temperatur sekitar 2800C sehingga
saling melumer, tapi tanpa penekanan benda kerja. Termit sangat banyak
sehingga terjadi penangas lebur besar.
Contoh : Penampang besar (rol giling, dll).
3. PENGEL.BUSUR LISTRIK : Kalor dari busur yang dipertahankan antara
elektroda, dibedakan menjadi :
3.1 PENGEL.CELUP : Pena/baut ditarik jauh dari benda kerja sehingga
terjadi busur sampai cair, lalu pena tadi dicelup dengan cepat ke
bawah.
3.2 PENGEL.BENAM (union melt) : Busur tertutup oleh serbuk las (flux)
sehingga penangas lebur tertutup dari udara luar.
Contoh : bangunan kapal, pembuatan jembatan dan kapal.
3.3 PENGEL.BUSUR GAS LINDUNG : Busur dari elektroda wolfram
yang tidak mencair & benda kerja dalam atmosfer gas netral.
Contoh : plat baja tipis, baja tahan karat

17
*
*

Nama kumpulannya pengel.TIG (Tungsten arc Inert Gas) = gas


lamban busur tungsten.
MIG (Metal Inert Gas) = pengelasan gas lamban
logam. Gas netral (argon/helium) diganti asam
carbon (Co2) atau campuran O2 asam karbon
argon.
MAG (Metal Active Gas) = pengelasan aktif logam.

4. PENGEL.DENGAN ELEKTRODA BUNGKUS : Logam yang cair harus dilindungi


dari O2 dan nitrogen, yaitu dengan membungkus elektroda.

18

4.2 MAMPU LAS


Tipe utama las :

1. Las temu (Gambar 12-16)


2. Las sudut
Kekuatan las temu= Teg. izin x panjang las x tebal plat
Kekuatan las sudut sisi/melintang = Ditetapkan dengan tahanan geser leher las
dengan mengabaikan arah beban terpasang.

Pada las sudut 45 (gambar 12-17)


Luas geser leher . A = Lt sin 45 = L (0,707 t) mm2

19
Dimana :

L= Panjang las (mm)


T= Lebar leher (mm)

Contoh :
Elekroda E-70 untuk mengelas baja A36.
Te gangan geser ijin ()= 145 Mpa
Hitung : Kekuatan las sudut 45 ?
Penyelesaian :
P = .A
= (145x106)(0,707 t.L x10-6) = 103 t L
Biasanya kekuatan las sudut dinyatakan dalam terminologi gaya izin (q) per (mm)
panjang las :

q=

P
= 103.t
L

Dimana : Q = Kekuatan las (N/mm), p = Beban (N), L = Panjang las (mm)


Berdasarkan rekomendasi AISC (American Institut of Steel Construction), ukuran
las sudut maks. :
T 6 (mm) : ukuran las sudut maks.
= t-2 (mm)
T < 6 (mm) : ukuran las sudut maks. t (mm)
Faktor2 yg penting dalam mengukur kemampuan las :
1. Sifat fisik & kimia bahan, termasuk prasejarah (cara pengolahan, metode
pemberian bentuk perlakuan panas).
2. Tebal, bentuk & konstruksi yg akan dibuat.
3. Metode las, sifat & susunan elektroda, urutan pengelasan, perlakuan
panas (sebelum, selama & sesudah pengelasan), temperatur sekitar,
keahlian juru las .
4. Sifat beban (statis, dinamis, tumbukan), dan keadaan pekerjaan
selanjutnya (temperatur, pengaruh korosif).
CATATAN :
1. Sedapat mungkin yg dilas adalah baja bukan paduan, dengan kadar carbon
(0,15 0,17% C) termasuk baja konstruksi biasa Fe 360 (profil, pipa, batang,
plat).
2. Semakin tinggi kadar C (0,2 025% C) akan timbul gejala pengerasan setelah
pengelasan.
4.3 SAMBUNGAN LAS DENGAN BEBAN EKSENTRIS
Bila resultante gaya P tidak melalui titik berat (las tidak dibebani merata per-mm
panjangnya) mengakibatkan terjadinya variasi deformasi elastis dalam las.
PROSESNYA :

20

Kita tambah sepasang gaya kolinier (P) besarnya sama, arahnya


berlawanan pada ttk berat C (garis putus2 gambar 12-21a).

Beban eksentris (P) diubah menjadi beban terpusat P (gbr.12-21b) dan


kopel torsi T= P.e (gbr.12-21c).

Gambar 12-21: Analisa sambungan las dibebani eksentris. Bagian (a) adalah
jumlah vector bagian (b) dan (c)
Dalam gambar 12-21b : beban terpusat P ditahan gaya langsung (qd) per-mm las,
terbagi merata sepanjang las.

qd =

P
L

L = Panjang total las

Dalam gambar 12-21c : kopel torsi ditahan oleh variable gaya torsi (qt) per-mm las.
Dengan memisalkan kerja las elastis tetapi plat kaku dan memuntir terhadap pusat
C, maka intensitas gaya torsi dengan menggunakan rumus torsi (dg.menukar
harga J) bisa didapatkan.
Y

y
~

Untuk panjang las (L), harga ttk.berat (J) = Penjumlahan momen inersia
empat persegi panjang terhadap sumbu melalui pusatnya sepanjang & arah
tegak lurus panjangnya. ( 0 1/12 L3).

J = J + L.d 2

Dimana : J= Momen inersia


J= Titik berat

21

1 3
1 3
L + L.2 =
L + L(x2 + y2 )
12
12

J=

Sehingga modifikasi J dari rumus torsi menjadi :

1
J = L( L2 + x2 + y2 )
12

Rumus torsi untuk menghasilkan gaya torsi (qt), yang tegak lurus lokasi
radial () adalah :

T .

qt =

1
L( L2 + x2 + y2 )
12
qt diuraikan menjadi qtx dan qty :

qtx =

T.y
1
L( L2 + x2 + y2 )
12

qty =

T .x
1
L( L2 + x2 + y2 )
12

Intensitas maksimum gaya las terjadi pada titik qdx maks. (qdy dan qty
maks.).
Sehingga secara vector :

q=

(qdx + qtx ) 2 + (qdy + qty ) 2

BAB V
SAMBUNGAN MUR BAUT
Fungsi mur baut (skrup) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PENGUATAN : U/ samb. Yang dapat dipisahkan.


PENEGANG : U/ proses penegang.
PENUTUP : U/ menutup lobang.
DUDUKAN : U/ dudukan atau menyetel kembali goyahan atau keausan.
SEKRUP PENGUKUR : U/ jarak dekat (micrometer).
PEMINDAH GAYA : U/ membuat gaya memanjang yang besar dari yang kecil (press
ulir, tanggem).
7. SEKRUP PENGGERAK : U/ berputar menjadi memanjang (tanggem, ulir pengarah)
atau sebaliknya (ulir pengebor).
8. SEKRUP DIFFERENSIAL : U/ menimbulkan lintasan yang kecil dalam putaran yang
besar.
KEKURANGAN :

Effisiensi dan umur pemakaian rendah


Keausan dari sisi ulir
Kelonggaran ulir dan kerusakan sentries ulir
Efek momen dalam terhadap fungsi

22

23

24
PROSES PEMBUATAN :
Dalam pembuatan alur ulir dengan pengepresan atau pengerolan, yang tidak
dipotong (tdk.ada penyerpihan bahan) dari alur ulir dan pencetakan kepala sekrup.
Proses snei dan tap, dengan pemutaran atau penggilingan dengan profil gigi
penggerus secara manual atau dengan bantuan alat pemutar.
5.1 SEKRUP, MUR DAN PERLENGKAPANNYA
SEKRUP BIASA : Dalam konstruksi mesin sekrup dengan kepala segi enam
dan murnya, paling banyak digunakan dan punya penerapan penting.
Macamnya :
- Sekrup tembus (baut skrup)
- Sekrup kepala (tanpa mur)
- Stud (tanpa kepala dan mur)

SEKRUP KHUSUS :
- Untuk plat baja tipis & plastik sering pakai sekrup plat.
- Dengan kepala mur & sekrup silindris.
- U/ pengerjaan penguncian digunakan sisi yang diratakan
atau dilobang radial, alur memanjang / lekukan bergigi.

MUR KHUSUS : Mur tarik u/ meningkatkan kekuatan


dinamis sambungan, contoh :
- Mur plat jepit (dengan efek pengaman)
- Mur kapsul (u/ sekrup elastis)
- Mur spindle, dsb.

25

PENGAMANAN : Pengamanan yang paling sederhana terhadap pemutaran


kendor sendiri dari sekrup adalah pemanfaatan gesekan dalam ulir dan di
bawah dudukan kepala, contoh :
- U/ menghindari pemutaran kendor sekrup : bentuk bilah, plat pengaman
sirip, ulir yg dibor melintang.
- U/ mengurangi penegangan : dari cincin pegas, plat gerigi .
- Mur yang mengamankan sendiri : mur kontra.
- Resin cair (loktite) sering digunakan u/ pengaman skrup.

Gambar 10/2: Pengaman skrup, Pengaman yang didapat dari bentuk : a) Mur
mahkota dg bilah melintang; b) Plat pengaman; c) Kawat pengaman; Pengamanan
yg didapat dari gaya: d) Cincin pegas; e)Plat pegas; f)Plat gerigi; g) Dududkan
kerucut; h)Mur yg mengamankan sendiri; i) Mur mahkota; j) Mur pengamanan;
k) Cincin pengaman plastik

MACAM SAMBUNGAN SEKRUP :


- Samb. Flens - Sekrup batang pemutar
- Baut penahan (connecting rod)
- Sekrup stud - Penguatan selubung penutup
- sekrup differensial - Dengan beban melintang
NB : Pada sekrup penguatan, penegang yang benar adalah sampai 70% dari
batas elastisitas.

5.2 SAMBUNGAN BAUT DALAM TARIKAN

Untuk menahan beban tarik & beban geser dari luar atau gabungan
keduanya, maka yang baik digunakan sambungan baut dengan cincin penahan
yg diperkeras.

Jika beban terbesar jenis geseran, maka disarankan menggunakan


kelingan (sebab kelingan mengisi penuh lobang).

Pengaruh beban-awal pada sambungan baut :


1. U/ menempatkan anggota komponen yg dibautkan dalam tekanan.
2. Agat tahanan lebih baik terhadap beban titik luar.

26
3.

U/ menciptakan gaya gesekan antara bagian2 untuk menahan beban


geser (gambar 8-7).

Konstanta pegas (spring constant) atau konstanta kekakuan (stiffnes


constant) adalah :
Gaya yang bekerja
Lendutan yang dihasilkan

Lendutan batang yg menerima beban tarik atau tekan sederhana adalah :

F .L
A.E

Dimana :

= Lendutan
F = Gaya
A = Luas
E = Modulus Elastisitas

k=

Konstanta Kekakuan :

F
A.E
=

Bila beban luar (P) diberikan pada baut yang telah menerima beban awal,
maka ada perubahan deformasi baut dan anggota2 yang disambungkan.
Penambahan deformasi baut :
Dimana :

b =

Pb
kb

P = Beban luar total


Fi = Beban awal
Pb = Bagian P yg diterima baut
Pm = Bagian P yg diterima anggota2 yg disambung
Fb = Resultante gaya baut
Fm = Resultante gaya anggota

Penurunan deformasi dari anggota2nya

(akibat beban luar) :

m =

Pm
km

27

Dengan asumsi anggota2 tidak terpisah, penambahan deformasi baut


sama dengan pengurangan deformasinya:

Pb Pm
=
kb
km
kb.P
km

Dan P = Pb+Pm maka : Pb =

Maka Resultante beban pada baut :

Fb = Pb + Fi =

kb.P
+ Fi
kb + km

Dan Resultante beban pada anggota2 yg disambungkan :

Fm =

km.P
Fi
kb + km

CATATAN : Bila gaya luar cukup besar untuk menghilangkan gaya tekan
awal ini sama sekali, maka anggota2 tersebut akan terpisah & seluruh beban
akan diterima baut.

Gambar 8.8 Perilaku Gaya-Lendutan


- Garis km = kekakuan anggota
- setiap beban (seperti beban awal, Fi) akan menyebabkan
deformasi tekan, m pada anggota.
- Gaya yg sama menyebabkan deformasi tarik, b pada baut.
- Bila beban luar diberikan, maka m akan berkurang m,
dan b bertambah sejumlah b = m . Jadi beban pada
baut naik dan beban pada anggota akan turun.

28
CONTOH SOAL :
Suatu sambungan mur-baut (lihat
gbr. 8-7)
Ambil km= 8 kb
Beban awal (Fi) = 1000 lb
Beban luar (P) = 1100 lb
Berapakah Resultante gaya tarik
dalam baut (Fb) dan gaya tekan
anggotanya (Fm)?

Resultante beban tarik baut (Fb) :

kb.P
kb(1100)
+ Fi =
+ 1000
kb + km
kb + 8kb

Fb =
=

1100
+ 1000 = 122,2 + 1000 = 1122lb
9

Resultante beban tekan anggotanya (Fm) :

Fm =

km.P
8kb(1100)
Fi =
1000
kb + km
kb + 8kb
=

8800
1000 = 22lb
9

29
BAB VI
SAMBUNGAN SUSUT TEKAN
Bila 2 bagian berbentuk silinder disambung secara pengerutan atau penekanan,
maka tekanan kontak akan terjadi antara kedua bagian tersebut.
Tekanan kontak (p) yg timbul pada radius (b) menyebabkan tegangan radial (r =
-p) pada masing2 permukaan kontak tersebut.
Tegangan tangensial pada permukaan sebelah luar dari silinder dalam (it).

b2 + a 2
it = p 2
b a2

Tegangan tengensial pada permukaan sebelah dalam dari silinder luar (ot)

ot = p

c2 + b2
c2 b2

Untuk mendapatkan samb.kerut, diameter silinder dalam dibuat lebih besar dari
diameter silinder luar. Perbedaan ukuran dimeter tersebut = RINTANGAN .
Sehingga kedua silinder tersebut akan mengalami deformasi.
Perpanjangan tangensial dari silinder luar pada radius sebelah dalam

( ot ) =

Perubahan.keliling
Keliling .mula mula

ot =

2 .(b + o) 2 .b o
=
2 .b
b

Dimana :
o = Penambahan radius dari lubang silinder luar
I = Pengurangan radius dari silinder dalam
Sehingga (o = b ot) dan

ot =

ot . or

Eo
Eo

Jadi penambahan radius lubang silinder luar :

bp c 2 + b 2
2

o =
+

Eo c b 2

Pengurangan radius silinder dari silinder dalam (I) :

bp b 2 + a 2
2
i =

2
Ei b a

Maka deformasi total () :

bp b 2 + a 2

bp c 2 + b 2
2

= o i =
+

Ei b 2 a 2
Eo c b 2

Sehingga jika kedua silinder tersebut dari bahan yang sama maka (Eo = E1 =E)

E
p=
b

(c 2 b 2 )(b 2 a 2 )

2
2
2
2
b
(
c

a
)

30
BAB VII
POROS
7.1 MACAM-MACAM POROS
Menurut fungsinya dibedakan menjadi 2 :
1. POROS (shaft) : - Untuk mendukung beban
- Untuk meneruskan daya
Contoh : Straight shaft, crank shaft, flexible shaft
2. GANDAR (axle) : Untuk mendukung beban saja
Contoh : - Gandar berputar (revolving axle )
- Gandar tetap (fixed axle)
Menurut pembebanannya dibedakan menjadi 3 :
1. POROS TRANSMISI : Poros macam ini mendapat beban puntir murni dan
lentur. Daya ditransmisikan biasanya melalui (kopling, roda gigi, puli sabuk,
sproket rantai, dll).
2. SPINDEL : Poros transmisi yg relatif pendek seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utama berupa puntiran.
Syarat utama :
- Deformasinya kecil
- Bentuk & ukurannya teliti
3. GANDAR :Poros yg mana tidak mendapat beban puntiran, bahkan kadang2
tidak boleh berputar. Jadi hanya menerima beban lentur (kecuali jika
digerakkan oleh penggerak mula untuk beban puntir).
Contoh : Poros yg dipasang pada kereta, dll.
Menurut bentuknya :
- Poros lurus umum
- Poros engkol
- Poros luwes (u/ transmisi daya)
7.2 HAL PENTING DALAM PERENCANAAN POROS
1. Kekuatan poros : (faktor-faktornya)
Poros mengalami beban puntir, lentur atau gabungan dari keduanya
(seperti : poros transmisi).
Mendapat beban tarik atau tekan (seperti : poros baling-baling kapal,
turbin)
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan (bila poros
diperkecil atau mempunyai alur pasak).
2. Kekakuan poros :
Akibat lenturan dan defleksi puntir yg terlalu besar, maka akan mengurangi
ketelitian mesin perkakas, atau getaran & suara (pada turbin & kotak roda gigi).
3. Putaran kritis :
Bila putaran mesin dinaikkan pada harga tertentu, maka dapat terjadi getaran
yg luar biasa. Misalnya: pada turbin, motor bakar, motor listrik, dll.
4. Korosi :
Untuk poros propeller dan pompa, bila terjadi kontak dengan fluida maka
bahan harus dipilih yg tahan korosi

31
Juga untuk poros yg terancam kavitasi & poros mesin yg berhenti lama.
5. Bahan poros :
Poros untuk mesin umum biasanya dari baja batang yg ditarik dingin dan
difinis.
U/ konstruksi mesin adalah baja karbon (bahan S-C) yaitu dari ingot yg
dikill (= baja yg dioksidasikan dengan ferro silikon dan dicor).,(Tabel 1.1).
Tetapi bahan ini kelurusannya agak kurang tetap & mengalami deformasi
(karena adanya tegangan yg kurang seimbang dan adanya tegangan sisa
diterasnya.
U/ poros yg meneruskan putaran tinggi & beban berat, umumnya dari baja
paduan dengan pengerasan kulit yg tahan aus.
Seperti : baja krom nikel, baja krom nikel molibden, baja krom, baja krom
molibden. (Tabel 1.2)
U/ poros yg bentuknya sulit, seperti poros engkol (biasanya dari besi cor
nodul).
Gandar untuk kereta rel dari baja karbon (Tabel 1.3)
Baja dapat diklasifikasikan : (Tabel 1.4)
1. Baja liat (U/ poros)
2. Baja agak keras (U/ poros)
3. Baja lunak (umumnya agak kurang homogen ditengah)
4. Baja keras (umumnya berupa baja yg dikil).
7.3 POROS DENGAN BEBAN PUNTIR
Jika poros yg akan direncanakan hanya mendapat beban torsi, maka diameter
poros biasanya dapat lebih kecil dari yg diperkirakan, seperti : poros motor dg.
sebuah kopling.
Tetapi jika diperkirakan terjadi beban lenturan (tarikan atau tekanan), misalnya :
sabuk, rantai, roda gigi yg dipasang pada poros motor. Sehingga pembebanan
tambahan tersebut perlu perhitungan (dalam faktor tambahan yg diambil).
Tata cara perencanaan :
1. DAYA RENCANA (Pd) :
Pd = fc. P (kW) Dimana : fc= factor koreksi (tabel 1.6)
CATATAN :
Jika P adalah daya rata2 maka harus dibagi dengan eff. Mekanis () dari
sistem transmisi untuk mendapatkan daya penggerak mula.
Konversi satuan :
1 PS
= 0,735 KW
1 KW = 1 KJ/dt
= 0,986 HP
1 HP = 746 W
= 75 Kg.m/dt
2. MOMEN PUNTIR (Momen rencana), T :

Pd =

(T / 1000)(2 .n1 / 60)


120

32

Sehingga:

T = 9,74 x105

Pd
(Kg.mm)
n1

Dimana : n1= Putaran poros (Rpm)


3. TEGANGAN GESER () :

T
5,1.T
=
(Kg/mm2)
( .ds 3 / 16)
ds 3

Dimana :ds= diameter poros (mm)


4. TEGANGAN GESER YANG DIIJINKAN () :

a =

b
( Kg / mm 2 )
( Sf 1xSf 2)

Dimana :

b= Kekuatan tarik (Kg/mm2)


Sf1 = faktor keamanan bahan dari tegangan yg lain
= 5,6 (U/ bahan SF)
= 6,0 (U/ bahan S-C)
Sf2 = Angka keamanan dari alur pasak & bertangga,
kekasaran permukaan.
= 1,3 3,0

5. DIAMETER POROS (ds) :

5,1

ds =
Kt .cb.T
a

1/ 3

Kt= Faktor koreksi dari momen puntir


= 1,0 (U/ beban secara halus)
= 1,0-1,5 (U/ sedikit kejutan/tumbukan)
= 1,5-3,0 (U/ kejutan/tumbukan besar)

cb = Faktor kemungkinan adanya pemakaian beban lentur dimasa mendatang.


= 1,2 2,3
= 1,0 (Jika tidak terjadi beban lentur)

33
BAB VIII
PASAK
PASAK : adalah suatu elemen mesin yg dipakai untuk menetapkan bagain2
mesin (seperti : roda gigi, sproket, puli, kopling, dll) pada poros.
Fungsi yg serupa dg pasak adalah dilakukan oleh :
1. Seplain : dimana gigi pada seplain biasanya besar atau sedang .
2. Gerigi (serration) : gigi kecil2 dengan jarak bagi yg kecil juga .
Keduanya dapat digeser secara aksial saat meneruskan daya.
Menurut letaknya pada poros, pasak dibedakan :
1. Pasak pelana
4. Pasak singgung
2. Pasak rata
5. Pasak tembereng
3. Pasak benam
6. Pasak jarum
Umumnya berpenampang segi empat, dalam arah memanjang dapat berbentuk
prismatic atau tirus.

CATATAN :
Paling banyak dipakai adalah pasak benam, karena dapat meneruskan momen
yg besar.
Untuk momen dg tumbukan dapat dipakai pasak singgung

34

8.1 PERENCANAAN PASAK


Hal2 yg penting dalam perencanaan pasak :
1. Pasak benam kadang2 diberi kepala, dengan maksud untuk memudahkan
pencabutan.
2. Kemiringsn pasak tirus umumnya 1/100 dan dalam pengerjaan dijaga agar naf
tidak eksentrik.
3. Pada pasak rata sisi samping harus pas dengan alurnya.
4. Bahan pasak umumnya dipilih dengan kekuatan tarik (b) > 60 kg/mm2 (lebih
kuat dari porosnya).
(Lihat standar pasak dalam Tabel 1.8)

F=

GAYA TANGENSIAL PADA POROS (F) :

T
( Kg )
(ds / 2)

Dimana :

T= Momen rencana poros (kg.mm)


ds= Diameter pors (mm)

TEGANGAN GESER YG DITIMBULKAN (k) :

F
(kg / mm 2 )
b.l

k =

Dimana :

b= Lebar pasak (mm)


l= Panjang pasak (mm)
F= Gaya (kg)

TEGANGAN GESER YG DIIJINKAN (ka) :

ka

F
b.l1

atau

k =

b
Sfk1xSfk 2

35
Dimana : l1= Panjang pasak yg diperlukan
b= Kekuatan tarik
Sfk1= Umumnya 6
Sfk2= 1 1,5 (Beban secara perlahan)
1,5 3 (Beban tumbukan ringan)
2 5 (Beban tiba-tiba & tumbukan berat)

TEKANAN PERMUKAAN (p) :

p=

F
(kg / mm 2 )
L(t1.atau.t 2)

Dan harga tekanan permukaan yg diijinkan (pa) :

pa

F
L(t1.atau.t 2)

Dimana :

t1= Kedalaman alur pasak pada poros (mm)


t2= Kedalaman alur pasak pada naf (mm)
pa= 8 (Poros diameter kecil)
= 10 (Poros diameter besar)
= Dan untuk poros putaran tinggi,
harga pa = dari harga tersebut.

CATATAN :
Lebar pasak sebaiknya = 25 35% dari diameter poros
Panjang pasak = (0,75 1,5)ds.

36
BAB IX
PEGAS
9.1 MACAM-MACAM PEGAS
Menurut coraknya pegas dapat dibedakan :
1. Pegas tekan atau kompresi
2. Pegas tarik
3. Pegas puntir
Secara umum menurut jenis beban yg diterima, pegas dapat digolongkan, sbb :
a. Pegas tekan
f. Pegas piring :
- Paralel
b. Pegas tarik
- Seri
c. Pegas puntir
g. Pegas cincin
d. Pegas volut
h. Pegas batang ulir
e. Pegas daun
i. Pegas spiral/pegas jam

Fungsi pegas :
1. Pelunak tumbukan atau kejutan (exp. Pegas kendaraan)
2. Penyimpan energi (exp. Pegas pada jam)
3. Pengukur (exp. Pada timbangan)
4. Penegang atau penjepit
5. Pembagi rata tekanan

37
9.2 BAHAN PEGAS
Menurut pemakainnya pegasa dapat dibuat dari bebarapa jenis bahan (Tabel
7.11). Pegas dari baja dengan penampang lingkaran adalah yg paling banyak
dipakai.
Untuk pemakai umum :

Pegas dengan diameter s/d 9,2 mm= dibuat dari kawat tarik keras yg
dibentuk dingin (kawat yg ditemper minyak).

Untuk diameter > 9,2 mm= dibuat dari batang rol yg dibentuk panas.
Pada pegas dari kawat tarik keras, setelah dibentuk pegas maka tidak dilakukan
perlakuan panas.
KETERANGAN :
Diantara kawat tarik keras yg paling bermutu adalah kawat untuk musik/piano
(SWP).
Kawat baja keras (SW) dipakai u/ tegangan rendah atau beban statis (dg
mutu lebih rendah dari SWP).
Pegas dari baja yg paling umum dipakai adalah pegas yg dibentuk panas,
yaitu baja pegas (SUP).
Baja tahan karat (SUS) dipakai untuk keadaan lingkungan yg korosif.
Inconel dipakai untuk keadaan temperatur yg tinggi dan korosif.
Perunggu pospor (PBW) bahan yg anti magnet dan mempunyai daya
konduksi listrik yg baik.
Kawat yg ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas saat proses
pembuatan, untuk memperoleh sifat fisik yg ditentukan.
9.3 PERENCANAAN PEGAS ULIR
Tatacara perencanaan pegas diberikan dalam (diagram 30), pertimbangan lainnya
yg perlu diketahui (berhubungan dengan pemakaian adalah):
1.Besar lendutan yg diijinkan
2.Besar energi yg akan diserap
3.Apakah kekerasan pegas akan dibuat tetap atau bertambah (dengan
membesarnya beban).
4.Besar ruangan yg dapat disediakan.
5.Corak beban : berat, sedang atau ringan serta dengan kejutan atau tidak.
6.Lingkungan kerja : korosif, temperatur tinggi, dsb.

Hubungan antara lendutan dengan beban :


W1 = k .
Dimana :
W1 = Beban (kg)

= Lendutan (mm)
k
= Konstanta pegas (kg/mm)

* Kekakuan pegas ditentukan oleh besarnya tegangan


geser () atau tegangan lentur.
* Sedangkan kekakuannya ditentukan oleh modulus
elastisitas, E(kg/mm2) atau modulus geser, G(kg/mm2).

38

T=

Besarnya momen puntir (T) :

D
W 1(kg.mm)
2

Dimana : D = Diameter lilitan rata-rata (mm), yg diukur dalam sumbu kawat.

Besarnya tegangan geser () :

T
(k / mm 2 )
Zp

Dimana : Zp

= Momen tahanan puntir

3
.d
16
d = Diameter kawat (mm)
=

Sehingga:

8.D.W 1
.d 3

Tegangan maks. pada permukaan dalam lilitan pegas ulir

= K.

8.D.W 1
(kg / mm 2 )
3
.d

Sehingga :

= K.

8 D W1
d d2

. .d 3
W1 =
8 .K .D

Dimana: K= Faktor tegangan dari Wahl, yg merupakan fungsi indeks pegas


c=D/d
K=

4c 1 0,615
+
----4c 4
c

* Bisa dicari dari grafik 7.26


* Pada pegas ulir harga (D/d) = 4- 10

CATATAN :
* Dalam pegas kompresi, dimana: H= panjang lilitan
D= diameter rata-rata]
Untuk pemakaian umum harga (H/D) 4.
* Pegas ulir tekan ujung ulir harus rata dan tegak lurus
sumbu ulir (u/ tempat dudukan).
* Harga tegangan maks. yg diijinkan pada pegas ulir
tekan diberikan pada (gambar 7.27), untuk beban statis.
Dalam perencanaan besarnya tegangan diambil :
= 80% dari harga dalam (u/ kerja sedang)
= 65% dari harga dalam (u/ kerja berat). Hal ini untuk
menghindari kelelahan bahan karena beban ulang.

Keadaan pembebanan atau keadaaan kerja pada pegas :


= 1000 siklus.U/ kerja ringan (beban dikenakan pelan2)
= 10.000 100.000.U/ kerja rata2 (seperti kerja berat

39
dengan umur pendek).
Contoh: kopling, rem
1.000.000 siklus.U/ kerja berat (beban dengan
lendutan besar jangka panjang & berfariasi).
Contoh : Pegas katup motor bakar

Tegangan rencana yg diambil :


Tegangan mulur geser:
Dibagi 1,5 (u/ kerja ringan).
Dibagi 1,9= (1,5/0,8) (u/ kerja rata2).
Dibagi 2,3= (1,5/0,65)...(u/ kerja berat).

Tegangan yg diijinkan pada pegas tarik 20% lebih rendah dari pegas tekan
(sebab pegas ulir tarik dipandang kurang aman dibanding pegas ulir tekan).

N= n+(1,5 s/d 2)
Dimana:
N= Jumlah seluruh lilitan
n= jumlah lilitan aktif
= 3 atau lebih
Lendutan ():.

Dimana:

8.n.D 3 .W 1
=
( mm)
4
d .G

W1= Beban (kg)


D = Diameter lilitan rata-rata (mm)
d = diameter kawat (mm)
G = Modulus geser (kg/mm2)

Konstanta pegas (k):.

Hf Hs = o =

Dimana:

G.d 4
k=
8.n.D 3

Wo
k

Hf= Panjang pegas (mm)


Hs= Panjang terpasang (mm)
Wo= Beban awal terpasang (kg)
o= Lendutan awal terpasang (mm)

= Hf Hl = h + o =

Hs = Hl + = Hl +
Dimana:

(Wl Wo)
k

h
Wl
Hl

Wl
k

Wl = Wo + k .

= Lendutan efektif (mm)


= Lendutan pada pembukaan katup
= Beban pada lendutan maks. (kg)
= Tinggi pegas pada lendutan maks. (mm)

40

Jika pegas dimampatkan hingga mampat, maka Panjang padat pegas


(Hc):

Hc = (n + 1,5)d .......atau.....Hc = (n + 2,3) d (mm)


Dimana: jumlah lilitan mati pada ujungnya= 1 atau 1,5 lilitan

Jika jumlah lilitan mati=1, maka kelonggaran kawat :

* Pada awal terpasang:

Pada lendutan maks. :

Cs =

Cl =

( Hs Hc)
(n + 1,5)

( Hl Hc)
(n + 1,5)

Untuk pegas katup bias diambil :

Cs
Cl

= 1,0 2,0 (mm)


= 0,2 0,6 (mm)

CATATAN :
1. Pada pegas yg cukup ramping, maka agar tidak terjadi tekukan :
* Untuk panjang bebas 6D, maka lendutan () 40% panjang bebas
* Untuk panjang bebas = 8D, maka () 20% panjang bebas
2. Pegas yg cenderung mengalami tekukan, seharusnya diberi batang atau pipa
penjaga (perlu diperhatikan keausan dan perubahan konstanta pegas).
3. Pada temperatur pegas yg tinggi maka modulus gesernya (G) akan berkurang,
demikian juga sebaliknya.
4. Suhu < 46 C di bawah nol (pada baja timbul kegetasan), maka harus dihindari
beban tumbukan (kecuali bahan pegas dari logam bukan besi).
5. Temperetur kerja maks. :
Untuk Pegas baja = 150C (asumsi tegangan yg diijinkan 80% pada temperatur
ruangan).
Untuk Pegas inconel = 370C
Untuk Pegas perunggu pospor = 75C
Untuk Pegas baja tahan karat = 260C
9.4 PEGAS DAUN
Pegas batang tekuk satu sisi dengan penampang segi empat mengecil :

.b.h 2
F=
(N )
6L

Gaya kemampuan:

q1.4 F .L3
Pemindahan pegas: f =
( m)
E.b.h3

41
Dimana:

= Tegangan pegas (N/mm2)


b= Lebar pangkal pegas (mm)
h= Tebal pangkal pegas (mm)
L= Panjang pegas (mm)
E= Modulus elastisitas bahan pegas
2,1x105 (N/mm2)

q 2.6 F .L2
tan =
E.b.h3

Kemiringan:

Kerja pegas: W = F

Nilai guna pegas: A =

f
2
4
q1
9 (1 + bo / b)(1 + ho / h)

42
BAB X
KOPLING
Klasifikasi kopling:
1. Kopling tetap: suatu elemen mesin yg berfungsi untuk penerus putaran dan
daya dari poros penggerak ke poros yg digerakkan tanpa slip, dimana kedua
poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau sedikit berbeda sumbunya dan
selalu dalm keadaan terhubung.
2. Kopling tidak tetap : elemen mesin dimana proses penghubungan poros
dengan putaran yg sama serta dapat melepaskan hubungan kedua poros
tersebut baik dalam keadaan diam atau berputar.
Macam-macam kopling tidak tetap :
1. Kopling kaku:
- Kopling bus
- Kopling flens kaku
- Kopling flens tempa
2. Kopling luwes :
- Kopling flens luwes
- Kopling gigi
- Kopling karet ban
- Kopling rantai
- Kopling karet bintang
3. Kopling universal:
- Kopling universal hook
- Kopling universal kecepatan tetap

KETERANGAN :
Kopling kaku: Tidak mengijinkan ketidaklurusan kedua poros
Kopling luwes (flexible): Mengijinkan sedikit ketidaklurusan sumbu poros.
Kopling universal: Bila kedua poros akan membentuk sudut yg cukup
besar.

Macam-macam kopling tidak tetap:


1. Kopling cakar: meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan
perantara gesekan) hingga tidak dapat slip.
2.

Kopling plat: meneruskan momen dengan perantara gesekan berupa plat


sehingga beban berlebih bias dihindari.

3.

Kopling kerucut: menggunakan bidang gesek yg berbentuk kerucut.

4.

Kopling friwil: hanya dapat meneruskan momen dalam satu arah putaran.

43

44
10.1

KOPLING KAKU
Kopling kaku digunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu yg
segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrikpabrik.
Jika bahan ditentukan, misalnya dari baja liat maka kadar C= (0,2-0,3)%,
jika diambil 0,2% C maka harga kekuatan tarik (b) = (0,2x100)+20 (kg/mm2)
Bagian yg perlu diperiksa adalah baut, biasanya dalam perhitungan
dianggap hanya 50% dari keseluruhan baut (n) yg menerima beban secara
merata.
Momen pada baut (T) :

T =

B
.db 2 . b.ne. (kg.m)
4
2

Dimana:

db= Diameter baut (mm)


Ne= Jumlah baut efektif yg. Menanggung beban
B = Jarak baut atas & bawah (mm), (tabel 2.1)

Tegangan geser baut (b):

b =

2.T
(kg / mm 2 )
2
.db .ne.B

[b ba] .. Dimana: ba= Tegangan geser baut yg diijinkan


b
=
(kg / mm 2 )
Sfb
Jika ada tumbukan, maka :

ba =

b
Kb.Sfb

Momen pada flens (T) :

T = .C.F . F .

C
( kg.mm) .Dimana: C dan F (lihat tabel 2.1)
2

Tegangan geser flens (F):

F =

Dimana: Kb= 1,5 - 3

2T
.C 2 .F

dan

[F Fa]

Tegangan geser yg diijinkan u/ flens (Fa):

Fa =

b
. KF
KF .Sfb

= Faktor koreksi dari tumbukan


=2-3

CATATAN:

45
Ada juga flens yg ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros, disebut
poros flens tempa. Keuntungannya diameter flens bias kecil sehingga tidak perlu
naf.
DAFTAR ISI
BAB I

BEBAN DAN TEGANGAN .


1.1 PENDAHULUAN ..
1.2 BEBAN NOMINAL DAN BEBAN KERJA ....
1.3 GARIS LENGKUNG DAN GAYA TARIK
1.4 PERUBAHAN TEGANGAN
1.5 DIAGRAM WOHLER
1.6 DIAGRAM LELAH SMITH ...

1
1
2
3
4
5
5

BAB II

SAMBUNGAN PAKU KELING ...


2.1 TIPE SAMBUNGAN
2.2 KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPANG SEDERHANA ....
2.3 SAMBUNGAN PAKU KELING BEBAN EKSENTRIS ..

6
6
7
8

BAB III

BEJANA TEKAN
3.1 TEKANAN PADA VESSEL BERDINDING TIPIS

.....

11

BAB IV

SAMBUNGAN LAS ..
4.1 METODE PENGELASAN ....
4.2 MAMPU LAS .
4.3 SAMBUNGAN LAS DENGAN BEBAN EKSENTRIS ...

14
14
17
18

BAB V

SAMBUNGAN MUR BAUT ...


5.1 SEKRUP, MUR DAN PERLENGKAPANNYA
5.2 SAMBUNGAN BAUT DALAM TARIKAN .

20
22
23

BAB VI

SAMBUNGAN SUSUT TEKAN .

27

BAB VII

POROS .
7.1 MACAM MACAM POROS
7.2 HAL PENTING DALAM PERENCANAAN POROS
7.3 POROS DENGAN BEBAN PUNTIR

28
28
28
29

BAB VIII

PASAK ....
8.1 PERENCANAAN PASAK .

31
32

BAB IX

PEGAS
9.1 MACAM MACAM PEGAS ...
9.2 BAHAN PEGAS ...
9.3 PERENCANAAN PEGAS ULIR ....
9.4 PEGAS DAUN

34
34
35
35
38

BAB X

KOPLING .. 40
10.1 KOPLING KAKU .. 42

46

Вам также может понравиться