Вы находитесь на странице: 1из 23

POLA KERJA SISTEM SARAF SENSORIK

Dinda Ayu Setiya Ningrum


dindaayu077@gmail.com
NIM : 130153600724

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini


Kependidikan Sekolah Dasar Dan Prasekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang

Abstract: Sensory nerve is the nerve cells that function to receive and deliver
impulses or stimulation of receptors (sensory organs) to the central nervous
system, ie the brain (ensefalon) and spinal cord (spinal cord). Sensory receptors in
the form of specialized cells or the cells that provide information about the
conditions inside and outside the body to the central nervous system. The sensory
nervous system receptors assisted by five different parts of the body, which is able
to deliver stimuli leading to sensory nerves and deliver them to the brain. In
normal conditions the nervous system is able to deliver stimuli from outside the
body to the brain. Kinds of senses that play a role in the regulation of the sensory
nervous system, namely the sense of sight to light stimuli; sense of hearing to
sounds; sense of smell to smell; foretaste senses to sip or taste; sense of touch to
touch. The sensory system has a working patterns, functions, and duties system to
transfer each sensory stimuli to the nerve center and forwarded kesyaraf causing a
reaction in the form of action or response / gerakan.Kesimpulan: normal working
pattern sisitem sensory nerve impulses will facilitate information leading to the
sensory nervous system and can be forwarded to a system to be converted into the
central nervous response / motion corresponding to a given stimuli.
Keyword: Five Senses, Work Pattern, Sensory Nerve System
Neurosains kelompok 4 2015

Page 1

Abstrak: Saraf sensorik yaitu sel saraf yang berfungsi menerima dan menghantar
impuls atau rangsangan dari reseptor (alat indera) ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Reseptor sensoris berupa selsel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi didalam
dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Reseptor sistem syaraf sensorik ini
dibantu oleh lima macam bagian tubuh, yang mampu menghantarkan rangsang
menuju ke syaraf sensorik dan menghantarkannya ke otak. Dalam kondisi yang
normal sistem syaraf ini mampu menghantarkan rangsang dari luar tubuh ke otak.
Macam indra yang berperan dalam pengaturan sistem syaraf sensorik yaitu indra
penglihatan untuk rangsang cahaya; indra pendengaran untuk suara; indra
penciuman untuk bau; indra pencecapan untuk mencecap atau rasa; indra peraba
untuk sentuhan. Sistem indra ini memiliki pola kerja, fungsi, sistem dan tugasnya
masing-masing untuk mentransfer rangsang kepada syaraf sensorik dan diteruskan
kesyaraf pusat sehingga menimbulkan aksi atau reaksi berupa
respon/gerakan.Kesimpulan: Pola kerja yang normal pada sisitem syaraf panca
indra akan memudahkan impuls informasi menuju ke sistem syaraf sensorik dan
dapat diteruskan kesistem syaraf pusat untuk dirubah menjadi respon/gerak yang
sesuai dengan rangsang yang diberikan.
Keyword:Panca Indra, Pola Kerja, Sistem Syaraf Sensorik
Manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya jika ia tidak tahu adanya
bahaya yang mengancam atau menimpa dirinya. Adanya bahaya dapat diketahui
dengan jalan melihat, mendengar, mencium, dan merasakan rasa-nyeri, rasa-raba,
rasa-panas, rasa-dingin, dan sebagainya. Kegiatan ini berkaitan dengan Neuron
sebagai dasar dari sistem syaraf manusia. Setiap neuron terdiri dari sel syaraf dan
seratnya. Sel syaraf berfariasi dalam bentuk dan ukuran berdasarkan fungsi yang
berbeda-beda. Seperti sel saraf sensorik atau sistem syaraf yang fungsinya
menghantarkan rangsang ke otak atau syaraf pusat. Sistem syaraf pusat secara
terus menerus mendapatkan informasi tentang dunia luar tubuh, tentang keadaan
organ dan jaringan di dalam tubuh. Kesemua rangsang yang diterima oleh syaraf
pusat itu diberikan oleh sistem syaraf sensorik. Sistem ini menerima ribuan
informasi kecil dari berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikan

Neurosains kelompok 4 2015

Page 2

untuk menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Sebagian besar kegiatan
sistem saraf berasal dari pengalaman sensoris atau reseptor sensoris, baik berupa
reseptor visual, reseptor auditorius, reseptor raba di permukaan tubuh, atau jenis
reseptor lain.
Pengalaman sensoris ini dapat menyebabkan suatu reaksi segera, atau
kenangannya dapat disimpan di dalam otak selama bermenit-menit, bermingguminggu, atau bertahun-tahun dan kemudian dapat membantu menentukan reaksi
tubuh di masa yang akan datang. Dari penjelasan diatas akan dibahas mengenai
sistem atau pola kerja syaraf sensorik, anatomi syaraf sensorik, fungsi reseptor
dan sensibilitas saraf sensorik bagi tubuh manusia.
Anatomi Dan Fisiologi Sistem Sensorik

Gambar 1 sistem syaraf sensorik


Saraf sensorik yaitu sel saraf yang berfungsi menerima dan menghantar
impuls atau rangsangan dari reseptor (alat indera) ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Ujung akson dari
saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet). Sistem sensoris
menempatkan atau memungkinkan individu berinteraksi atau berhubungan
dengan lingkungannya. Setiap sensasi yang diterima tergantung pada kuatnya
stimulasi yang diterima oleh reseptor atau target organ. Sel saraf sensoris disebut
Neurosains kelompok 4 2015

Page 3

juga sel saraf indera, karena berfungsi membawa rangsangan(impuls) dari indera
ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Berikut Jalannya proses
sensori hingga di persepsikan : Rangsanganreseptorsaraf sensorisumsum
tulangbelakang dan otaksaraf motorisefektorpersepsi. Proses kerja sistem
syaraf sensorik ada yang langsung dan ada yang tidak langsung menuju ke otak
untuk dipersepsikan menjadi gerak. Kerja utama dari sistem saraf yang berfungsi
menghantarkan impuls listrik yang terbentuk Setiap neuron terdiri dari akibat
adanya suatu stimulus (rangsang).
Rangsangan sensoris dapat kita interpretasikan melalui frekuensi-frekuensi
basis setelah terjadi potensial aksi. Datangnya informasi atau rangsangan pada
kulit kita itulah yang dinamakan sensasi, dan saat kita mengenal rangsangan yang
datang dari kulit kita inilah yang dinamakan persepsi.Adapun indera-indera
khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada lidah,
keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang datang pada tubuh kita diterima
oleh reseptor khusus yang strukturnya lebih komplek daripada reseptor pada kulit.
Reseptor indera ini terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga
dimana reseptornya dilindungi oleh jaringan-jaringan di sekitarnya. Dari
penjelasan tadi akan dibahas lebih khusus pada anatomi panca indra yang
berperan besar dalam sel saraf sensorik beserta sistem dan pola kerjanya.
Anatomi dan Fisiologi sistem penglihatan (mata)
Sepasang mata sebagai alat indra penglihatan. Mata berfungsi sebagai
fotoreseptor yaitu reseptor yang mendeteksi atau mengenali stimulus berupa
cahaya.
AnatomiMata
Mata terletak dirongga mata dan dihubungkan oleh otot penambat mata
pada tulang tengkorak. Mata dilindungi oleh alis mata, kelopak mata (atas,bawah),
bulu mata, dan kelenjar air mata.
Gambar 2 anatomi mata

Neurosains kelompok 4 2015

Page 4

Kelopak mata terdiri atas 2 bagian, yaitu kelopak mata atas dan kelopak
mata bawah. Di bagian dalam kelopak mata terdapat selaput lendir yang berfungsi
melapisi bagian dalam kelopak mata. Otot yang mempengaruhi gerak kelopak
mata adalah otot orbikularis okulis. Gerak berkedip mata berfungsi untuk
melindungi mata dari benda asing yang akan masuk ke dalam mata dan
menghindarkan mata dari kekeringan. Kelenjar air mata terletak di bagian kelopak
mata bagian atas. Kelenjar air mata disebut juga grandula raklimalis,berfungsi
menghasilkan air mata untuk membasahi bola mata dan membersihkan benda
asing dalam mata. Bola mata tersusun atas tiga lapisan yaitu 1) Sklera, merupakan
lapisan pembungkus bola mata yang tersusun atas jaringan ikat yang kuat
berwarna putih buram dan tidak tebus cahaya. Berfungsi untuk melindungi dan
mempertahankan bentuk bola mata. 2) Koroid, merupakan lapisan tengah yang
memiliki banyak pembuluh darah. Bagian depan koroid terdapat iris atau selaput
pelangi yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata. Bagian iris
berlubang disebut pupil. Pupil dapat melebar dan menyempit oleh pengaruh
cahaya. 3) Retina, merupakan lapisan bagian dalam yang peka terhadap cahaya.
Dalam retina terdapat reseptor cahaya (foto reseptor) dan serabut saraf.
Fotoreseptor dibagi menjadi 2, yaitu sel batang untuk cahaya dengan intensitas
rendah tetapi tidak dapat membedakan warna dan sel kerucut untuk peka terhadap
warna dan cahaya dengan intensitas tinggi.

Neurosains kelompok 4 2015

Page 5

Fisiologi Mata
Proses melihat dimulai dari masuknya cahaya kedalam mata dan mengenai
retina. Secara berturut-turut cahaya masuk melalui aquoeus humour, pupil, lensa
mata, vitreous humour, dan akhirnya sampai pada sel fotoreseptor. Dari sel
fotoreseptor impuls dibawa ke otak melalui saraf penglihatan dan munculah
persepsi melihat.
Proses penglihatan terjadi secara bertahap. Saat mata melihat benda,
kumpulan cahaya bergerak dari benda menuju mata. Cahaya menembus lensa
mata yang selanjutnya membiaskannya dan menjatuhkannya diretina. Sinar yang
jatuh diretina diubah menjadi sinyal listrik dan diteruskan oleh syaraf neuron
kesebuah obintik kecil dibagian belakang otak yang disebut pusat penglihatan.
Dalam pusat penglihatan sinyal diterima sebagai sebuah bayangan. Dan dalam
bintik kecil ini terjadi proses penglihatan.
Anatomi dan Fisiologi indra peraba (kulit)
Bagian tubuh yang merupakan indra peraba adalah kulit. Didalam kulit terdapat
ujung-ujung sel saraf sensorik sehingga kulit merupakan alat indra peraba yang
dapat merasakan panas, dingin, sentuhan, nyeri, atau tekanan. Selain sebagai alat
indra peraba, kulit juga berfungsi melindungi tubuh dari luka dan infeksi,
membuat tubuh tahan air, dan mengatur suhu tubuh. Reseptor kulit berkontribusi
untuk posisi dan gerakan rasa tangan (Edin dan Abbs 1991). Secara umum, ada
empat jenis mechanoreceptors tangan gundul, masing-masing dengan fungsi
sensorik yang berbeda, yang bertanggung jawab untuk proprioception tangan.
Beradaptasi lambat Tipe I reseptor penting untuk transmisi informasi mengenai
bentuk dan tekstur, sedangkan kulit reseptor beradaptasi cepat yang penting
dalam pengendalian pegangan. Sistem Pacinian berkaitan dengan deteksi kejadian
jauh dengan getaran melalui benda-benda di tangan. Akhirnya, sistem yang lambat
beradaptasi tipe II reseptor relay informasi mengenai konformasi tangan dan
persepsi gaya yang bekerja pada tangan.

Neurosains kelompok 4 2015

Page 6

Anatomi Kulit
Gambar 3 anatomi kulit

kulit tersusun atas lapisan epidermis disebelah luar dan lapisan dermis disebelah
dalam.1) Lapisan epidermis merupakan lapisan yang mati karena tidak memiliki
pembuluh darah ataupun sel saraf. Lapisan epidermis tersusun atas 4 lapisan sel
(dari dalam keluar), yaitu stratum germinatifum yang berfungsi membentuk
lapisan disebelah atasnya, stratum granulosum yang berisi sedikit keratin dan
menghasilkan pigmen hitam (melanin), stratum lusidum yang merupakan lapisan
transparan, serta stratum korneum yang merupakan lapisan tanduk. Stratum
germinatifum berbatasan langsung dengan lapisan dermis. 2)Lapisan dermis
mengandung kelenjer keringat (glandula sudorifera) dan akar rambut. Didalam
lapisan dermis juga terdapat sebagian besar sel-sel reseptor yang sejajar dengan
pembuluh darah dan kelenjer minyak (glandula sebesea). Pada bagian bawah
dermis terdapat hipodermis yang banyak mengandung lemak. Lemak tersebut
berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan
penahan panas tubuh.
Fisiologi Indera Peraba Kulit
Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas,
dingin, tekanan, dan nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang
tersebut diterima oleh sel-sel reseptor. Selanjutnya, rangsang akan diteruskan
ke otak melalui urat saraf. Oleh otak, rangsang akan diolah. Akibatnya, kita
merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun memerintahkan tubuh untuk

Neurosains kelompok 4 2015

Page 7

menanggapi rangsang tersebut. Tiap ujung sel saraf sensori mendeteksi rasa yang
berbeda. Reseptor untuk sentuhan dinamakan korpuskel meissner. Terletak didekat
permukaan kulit di dalam lapisan dermis. Korpuskel meissner dapat ditemukan di
daerah ujung jari, bibir, kelopak mata, dan alat kelamin. Respon untuk tekanan
dinamakan korpuskel pacini, terletak di lapisan epidermis. Respon ini dapat juga
ditemukan pada pankreas. Ujung saraf ruffini merupakan reseptor ujung panas
terletak pada dermis dan dapat juga ditemukan pada jaringan subkutal, ligamen,
tendon dan kapsul persendian tulang. Ujung saraf krause adalah reseptor untuk
dingin terletak dilapisan dermis. Ujung saraf bebas meliputi reseptor nyeri
(nosiseptor), reseptor panas yang berfungsi menerima rangsang berupa suhu yang
terus meningkat, dan reseptor dingin yang berfungsi menerima rangsang berupa
suhu yang terus turun.
Anatoni dan fisiologi indera pengecap (lidah)
Anatomi Lidah
Lidah merupakan organ yang tersusun atas otot dan terdapat dalam rongga
mulut. Selain di lidah sel reseptor pengecap juga terdapat di langit-langit mulut.
Sel reseptor pengecap merupakan sel yang terspesialisasi menjadi reseptor dan
memiliki mikrofili pada ujungnya. Rangsangan pada indera pengecap berupa
molekul zat kimia, maka reseptor di lidah termasuk kemoreseptor. Di permukaan
lidah terdapat ribuan tonjolan kecil yang disebut papilae. Beberapa macam
papilae, yaitu: 1) Papila filiformos, berbentuk benang halus pada bagian depan
lidah dan bagian sisi lidah yang bertanggungjawab untuk mengetahui tekstur suatu
makanan. 2) Papila foliate, berbentuk seperti bukit terletak di bagian sisi lidah. 3)
Papila fungiform, berbentuk seperti jamur memiliki 3 kuncup perasa yang
berlokasi di bagian puncak dan tersebar di seluruh bagian lidah. 4) Papila
sirkumvalata, berbentuk bulat tersusun seperti V terbalik. Masing-masing papila
dikelilingi oleh parit yang banyak terdapat dibagian belakang lidah. Jumlahnya
sekitar 7-12. Jumlah kuncup perasa mencapai 250 buah.
Diantara papilae terdapat sel kuncup reseptor pengecap yang disebut
kuncup pengecap terletak di sela-sela papila. Tiap kuncup terdiri atas 2 macam
sel, yaitu sel penyokong dan pengecap. Sel penyokong berfungsi sebagai

Neurosains kelompok 4 2015

Page 8

penopang. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor yang memiliki tonjolan seperti
rambut disebut mikrofili.

Gambar 4 macam-macam papila yang ada di lidah

Gambar 5 didalam papila terdapat beberapa kuncup pengecap


Fisiologi pengecap (lidah)
Proses pengecap dapat terjadi karena mikrofili pada sel pengecap
mengandung protein reseptor untuk molekul-molekul tertentu. Jika molekul yang
terlarut dalam air terikat protein reseptor akan timbul impul saraf yang dikirim ke
otak dan menafsirkan rasa yang dikecap lidah, yaitu manis, asin, asam, pahit, atau
pedas.

Anatomi dan fisiologi indra pembau (hidung)

Neurosains kelompok 4 2015

Page 9

Anatomi indra pembau


Hidung merupakan salah satu organ penyusun sistem pernapasan.
Penciuman memberikan informasi tentang bahan kimia yang ada di udara
merangsang reseptor yang terletak di bagian atas rongga hidung. Molekul bau
yang masuk bersama udara kedalam lubang hidung akan ditangkap oleh reseptor
pembau yang terdapat di selaput lendir hidung. Reseptor ini mampu menerima
rangsang merupa bau dari zat kimia yang menguap. Reseptor ini tergolong
sebagai kemoreseptor. Struktur indra pembau terdiri atas sel epitel dan sel pembau
(sel olfaktori) yang berupa neuron sebagai reseptor (penerima rangsang). Sel
pembau dilengkapi dengan silia (rambut lahus) serta dilapisi selaput lendir sebagai
pelembab.

Gambar 6 anatomi indra pembau


Fisiologi indra pembau
Kerja indra pembau berhubungan dengan indra pengecap. Indera
penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap
rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap
molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau(smell
receptors). Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika
partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb
melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian
di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.
Ketika partikel bau receptor (rongga hidung) di kirim ke the
olfactory bulb melalui saraf olfactory (mendeteksi bau) sistem syaraf sensori

Neurosains kelompok 4 2015

Page 10

ke otak (di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita)
bau syaraf motorik aksi atau reaksi.
Anatomi dan fisiologi indra pendengar (telinga)
Anatomi
Terdiri atas 1) Telinga luar, terdiri atas daun telinga dan saluran telinga. Daun
telinga merupakan tulang rawan elastis yang dibungkus oleh kulit berfungsi
sebagai penangkap getaran suara yang akan diteruskan ketelinga tengah oleh
saluran telinga. Getaran suara tersebut akan dihantarkan menuju gendang telinga.
Didalam saluran telinga terdapat rambut-rambut halus yang berfungsi mencegah
benda-benda asing seperti debu. Terdapat pula kelenjer lilin yang menyekresi
cairan semacam lilin yang berfungsi menjaga agar permukaan saluran telinga
senantiasa lembab. 2) Telinga tengah, didalam telinga tengah terdapat membran
timpani, tulang-tulang pendengaran, dan saluran atau pembuluh eustachius.
Membran timpani (gendang telinga) merupakan selput yang berfungsi menerima
getaran suara/gelombang bunyi. Tulang-tulang pendengaran terdiri atas tulang
martil (malleus), tulang landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes). 3) Telinga
dalam (labirin)Merupakan ruangan yang berisi cairan dan terdiri atas beberapa
bagian, yaitu koklea, sakulus, dan utrikulus. Koklea merupakan alat pendengaran.
Adapun sakulus dan utrikulus merupakan alat keseimbangan.

Gambar 7 anatomi indra pendengar


Fisiologi pendengaran

Neurosains kelompok 4 2015

Page 11

Proses mendengar dimulai ketika ada getaran suara yang ditangkap


oleh daun telinga dan masuk kedalam saluran telinga. Kemudian getaran
suara itu mengenai membran timpani dan merambat ketulangtulang
pendengaran yang disampaikan ketingkap oval dan menggetarkn caran
endolimfa di dalam koklea dan tingkap bundar. Getaran itu mengenai
ujung-ujung saraf pendengaran dan dibawa ke otak oleh sistem syaraf
sensorik. Selanjutnya otak mengolah getaran itu sehingga timbullah
persepsi suara. Frekuensi bunyi atau suara yang dapat didengar oleh
manusia adalah 20-20.000 Hz.
Mekanisme transmisi pendengaran ada 2 macam, yaitu melalui
penghantaran suara dan penghantaran tulang. Mekanisme penghantaran
suara dimulai dengan adanya getaran suara yang menuju membran
timpani, tulang-tulang pendengaran, tingkap oval, dan akhirnya
menggetarkan cairan endolimfa dalam koklea. Di dalam koklea terdapat
sel-sl rambut (organ corti) yang akan terangsang dan akan menimbulkan
suara. Mekanisme penghantaran tulang terjadi melalui tulang tengkorak
yang bergetar dan mempengaruhi cairan endolimfa dalam koklea yang
menyebabkan organ corti terangsang dan timbullah persepsi suara.

Gambar 8 fisiologi atau cara kerja indra pendengaran

Neurosains kelompok 4 2015

Page 12

FungsiReseptor
Reseptor dalam kamus kesehatan merupakan sebuah sel sensoris khusus
yang merespon jenis stimulus tertentu seperti cahaya, suara, atau molekul bau, dan
mengirimkan informasi tersebut kesistem saraf pusat. Reseptor adalah bagian dari
sistem saraf yang berperan sebagai penerima rangsangan dan sekaligus sebagai
pengubah rangsangan yang diterimanya menjadi impuls sensoris. Impuls sensoris
ini akan dikirimkan ke sistem saraf pusat selanjutnya akan diolah dan diberikan
jawaban berupa pengaturan yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Reseptor
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu 1) Reseptor berdasarkan rangsangan yang
diterimanya, yaitu a) Kemoreseptor, merupakan reseptor yang berfungsi menerima
rangsang dari zat kimia, seperti bau, rasa dan komposisi cairan. b) Termoreseptor,
berfungsi untuk menerima rangsang berupa panas dan dingin. c) Nosireseptor,
berfungsi untuk menerima dan meneruskan rangsang berupa sakit, misalnya
karena terluka. d) Mekanoreseptor, berfungsi untuk menerima rangsang berupa
suara, sentuhan, tekanan, atau regangan (misalnya saat kita melakukan
peregangan sendi atau olahraga). e) Fotoreseptor, merupakan reseptor yang
menerima rangsang berupa cahaya. 2) Berdasarkan asal rangsangsangannya,
reseptor dibedaka menjadi a) Reseptor eksteroseptif, yang berespon terhadap
stimulus dari lingkungan eksternal, termasuk visual, auditoar, dan taktil. b)
Reseptor propioseptif, reseptor ini dapat memainkan peran dalam persepsi dan
kontrol gerakan anggota badan dan sudut sendimisalnya yang menerima informasi
mengenai posisi bagian tubuh atau tubuh di ruangan.c)Reseptor interoseptif,
mendeteksi kejadian internal seperti perubahan tekanan darah.
Pemeriksaansensibilitas
Sensasi (sensibilitas) dapat dibagi menjadi 4 jenis , yaitu 1) Pemeriksaan
Sensibilitas Eksteroseptif/ Superfisial / Protektif. Seperti Pemeriksaan Rasa Raba
berkaitan dnegan Stimulus: gumpalan kapas, kertas atau kain yang ujungnya
diusahakan sekecil mungkin. Dengan Teknik: Menyentuh pasien dengan alat
stimulus pada tubuh pasien dan bandingkan bagian-bagian yang simetris. Yang

Neurosains kelompok 4 2015

Page 13

dilakukan dengan Instruksi kepada pasien: beritahukan kepada saya setiap saat
anda merasakannya dan dimana anda merasakannya. Kami akan mengujinya
dengan mata anda dalam keadaan tertutup. Hal ini dapat diketauhi Hasil: Jika
sensasi abnormal, lakukan pemeriksan di bagian proksimal sampai batas
ketinggian gangguan sensorik ditentukan.. Kelainan korteks sensori akan
mengganggu kemampuan untuk melokalisasikan daerah yang disentuh. Kemudian
Pemeriksaan Rasa Nyeri. Dengan Stimulus: ujung yang tajam dari ujung swab
stick yang patah , jarum atau peniti, ujung tumpul menggunakan ujung swab stick
yang tidak patah. Biasanya menggunakan Teknik: rasa nyeri dibangkitkan dengan
menusuk dengan jarum atau dengan menggunakan benda tumpul pada tubuh
pasien dan bandingkan bagian-bagian yang simetris, jika bagian simetris
dibandingkan, tusukan harus sama kuat. Dengan Instruksi kepada pasien:
pejamkan mata anda, beritahukan saya setiap kali saya menyentuh anda, apakah
anda merasakan tajam atau tumpul dan dimana anda merasakannya.
Yang ke tiga yaitu Pemeriksaan Rasa Suhu dengan Stimulus berupa tabung
reaksi yang diisi dengan air es (10-200 celcius) untuk rasa dingin dan untuk rasa
panas dengan air panas (40-500 celcius). Suhu yang kurang dari 50C dan lebih
dari 500C akan menimbulkan rasa nyeri. Menggunakan Teknik: Diperiksa di
seluruh tubuh dan dibandingkan bagian-bagian yang simetris. Bagian proksimal
ekstremitas biasanya kurang peka terhadap rasa dingin, bila dibandingkan dengan
bagian distal ekstremitas. Bagian yang simetris harus diusahakan agar berada
dalam kondisi yang sama, dibuka pakaiannya secara bersamaan. Biasanya
dilakukan dnegan Instruksi kepada pasien: pejamkan mata anda, beritahukan
saya setiap kali saya menyentuh bagian tubuh anda, apakah anda merasakan rasa
dingin atau panas dan dimana anda merasakannya. Hal ini akan menunjukkan
Hasil: perubahan rasa suhu dinyatakan dengan kata anesthesia suhu.seperti
Therm-anesthesia dingin / panas : tidak merasa panas / dingin; Therm-hypesthesia
dingin / panas : kurang merasa panas / dingin; Therm-hyperesthesia dingin / panas
: lebih merasa panas / dingin; Hypesthesia suhu terhadap rasa dingin sering
dijumpai pada lesi talamik.

Neurosains kelompok 4 2015

Page 14

Yang selanjutnya yaitu Pemeriksaan Sensibilitas Dalam / Propioseptif.


Seperti Pemeriksaan Rasa Gerak dan Rasa Sikap. Menggunakan Teknik: rasa
gerak dan rasa posisi diperiksa bersamaan. Dilakukan dengan menggerakkan jarijari secara pasif dan menyelidiki apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut
serta mengetahui arahnya. Juga dinilai derajat gerakan terkecil yang masih dapat
dirasakannya. Pada orang normal pasien sudah dapat merasakan arah gerakan bila
sendi-interfalang digerakkan sekitar dua derajat atau 1 mm. Selain itu juga
diselidiki apakah ia tahu posisi dari jari-jarinya.Selama pemeriksaan pasien
memejamkan mata, badan dan ekstremitas diistirahatkan dan dilemaskan, semua
gerakan volunteer dihindari. Kemudian pemeriksa menggerakkan bagian
ekstremitas pasien, misal jari kaki, pegang jari kaki pada bagian lateral dan
hindari bersentuhan dengan jari-jari lainnya.Cara kedua adalah dengan jalan
menempatkan jari penderita pada suatu posisi, kemudian ia disuruh mengatakan
posisi dari jari tersebut atau disuruh menempatkan jari sisi lainnya seperti posisi
jari yang kita periksa. Instruksi kepada pasien: Pejamkan mata anda, dan
rilekskan tubuh anda, beritahukan saya setiap kali saya menggerakkan jari kaki
anda, apakah anda merasakan gerakannya, katakan apakah bergerak ke atas atau
ke bawah. Pejamkan mata anda, dan rilekskan tubuh anda, saya akan
memposisikan jari tangan kanan anda pada posisi tertentu, kemudian tolong
gerakkan jari tangan anda pada tangan kiri dengan posisi yang sama seperti yang
saya lakukan pada jari tangan kanan anda. Sehingga dapat diketahui Hasil:
hilangnya rasa gerak dan sikap mengindikasikan gejala tabes dorsalis, multiple
sclerosis, atau defisiensi vitamin B12 atau peripheral neuropathy yang
berhubungan dengan diabetes.
Tes lain untuk tes rasa gerak dan sikap adalah tes tunjuk hidung dan tes
tumit-lutut serta tes Romberg. Seperti Tes Tunjuk Jari ke Hidung yaitu Tes tunjuk
jari ke hidung dilakukan dengan meminta pasien untuk menyentuh hidungnya dan
jari pemeriksa secara berganti-ganti secara cepat, setepat dan selancar mungkin.
Pemeriksa mempertahankan jarinya dengan jarak satu lengan dari pasien. Pasien
diminta menyentuh jari pemeriksa dan kemudian menyentuh hidungnya. Prosedur
ini diulang beberapa kali, setelah itu pasien diminta melakukan pemeriksaan ini
dengan mata tertutup. Dengan Hasil: Pasien dengan gangguan serebelum secara

Neurosains kelompok 4 2015

Page 15

terus menerus melewati sasarannya, suatu keadaan yang disebut dengan past
pointing. Disamping itu mereka juga mungkin mengalami tremor ketika jari
mendekati sasarannya.
Yang kedua Tes Tumit ke Lutut yaitu Tes tumit ke lutut dilakukan pada
pasien dalam posisi berbaring terlentang. Pasien disuruh menggeserkan tumit kaki
kanan menuruni tulang kering kaki kiri, dengan dimulai dari lutut. Lakukan pada
kaki sebaliknya. Dengan Hasil: dalam keadaan normal akan terlihat suatu gerakan
yang halus dan lancar, dengan tumit tetap berada di tulang kering. Pada pasien
dengan penyakit serebelum, tumitnya bergoyang-goyang dari sisi ke sisi. Yang
ketiga yaitu Tes Romberg merupakan Tes dilakukan dengan menyuruh pasien
berdiri di depan pemeriksa, dengan kaki dirapatkan sehingga kedua tumit dan jarijari kaki saling bersentuhan. Pemeriksa menyuruh pasien merentangkan
lengannya dengan telapak tangan menghadap ke atas dan menutup matanya. Jika
pasien dapat mempertahankan sikap ini tanpa bergerak, tes ini disebut negative.
Tes Romberg positif jika pasien mulai bergoyang-goyang dan harus
memindahkan kakinya untuk menjaga keseimbangan. Dengan Hasil: penemuan
lazim adalah salah satu lengan melayang ke bawah dengan fleksi jari-jari tangan.
Gerakan ini disebut melayang pronator, dijumpai pada pasien dengan hemiparese
ringan. Jika tes Romberg positif menandakan gangguan kolumna posterior.
Yang selanjutnya adalah Pemeriksaan Rasa Getar. Biasanya menggunakan
Stimulus: garputala 128 Hz. Dengan Teknik: Menempatkan garputala yang sedang
bergetar pada ibu jari kaki, maleolus lateral dan medial kaki, tibia, spina iliaka
anterior superior, sacrum, prosesus spinosus vertebra, sternum , klavikula,
prosesus stiloideus radius dan ulna dan jari-jari.Garputala kita ketok dan
ditempatkan pada ibu jari kaki atau tulang maleous, pasien ditanya apakah ia
merasakan getarannya, dan ia disuruh memberitahukan bila ia mulai tidak
merasakan getarnnya. Bila getaran mulai tidak dirasakan garpu tala kita pindahkan
ke pergelangan atau sternum atau klavikula atau kita bandingkan dengan jari kaki
kita sendiri. Dengan demikian kita dapat memeriksa adanya rasagetar dan sampai
berapa lemah masih dapat dirasakan, dengan jalan membandingkan dengan bagian
lain dari tubuh atau dengan rasa getar pemeriksa. Pengamat memberikan Instruksi

Neurosains kelompok 4 2015

Page 16

kepada pasien: pejamkan mata anda,anda akan merasakan sebuah getaran,


beritahukan pada saya apabila anda sudah tidak merasakan getarannya
lagisehingga diketahui Hasil: kehilangan rasa sensasi getar merupakan tanda
awal gangguan peripheral neuropathy akibat factor diabetes dan alkoholik.
Kemudian yang selanjutnya Pemeriksaan Rasa Raba Kasar ( Rasa Tekan).
Dengan Stimulus: Tekanan menggunakan jari tangan pemeriksa atau benda
tumpul pada kulit pasien, atau memencet otot tendon dan serabut syaraf. Biasanya
menggunakan Teknik: tekan kulit pasien atau dengan jalan memencet otot tendon,
namun jangan terlalu kuat karena kan terasa rasa nyeri. Pengamat memberikan
Instruksi pada pasien: pejamkan mata anda, beritahu pada saya jika anda
merasakan tekanan pada tubuh anda, dan katakana dimana lokasinya.
Pemeriksaan yang lebih lanjut yaitu Pemeriksaan Rasa Nyeri Dalam
Stimulus: dengan jalan memencet otot atau tendon, menekan serabut syaraf yang
terletak dekat permukaan, memencet testes atau biji mata. Dengan Teknik: kita
pencet otot lengan atas, lengan bawah, paha , betis dan tendon Achilles, juga dapat
dengan jalan menekan biji mata, laring, epigastrium dan testes. Perhatikan apakah
pasien peka terhadap rasa nyeri dalam. Pengamat biasanya memberikan Instruksi
pada pasien: Pejamkan mata anda, beritahukan pada saya apabila anda
merasakan nyeri pada tubuh anda.
Kemudian dilanjutkan dengan Pemeriksaan Sensibilitas Interoseptif yaitu
Rasa interoseptif merupakan perasaan dari visera (organ dalam tubuh), yaitu rasa
yang hilang timbul dari organ-organ internal. Pasien mungkin mengemukakan
gangguan perasaan berupa rasa nyeri, mules, atau kembung. Nyeri visceral ini
biasanya difus, tidak tegas lokalisasinya. Pada pemeriksaan neurologi rasa
interoseptif ini sukar dievaluasi dan sukar diperiksa. Selain lokalisasinya yang
difus, kita tidak dapat melakukan tes pada organ yang letaknya di dalam
tubuh.Bersamaan dengan nyeri interoseptif yang diderita pasien, mungkin pula ia
mengalami nyeri somatic, yang mempunyai asal reflektoris yang disebut nyeri
rujukan (referred pain). Nyeri rujukan ini biasanya didapatkan pada dermatom
yang sama atau yang berdekatan dengan organ internal, sebagai akibat persyarafan
segemental yang sama, namun mungkin pula pada tempat yang lebih jauh.

Neurosains kelompok 4 2015

Page 17

Misalnya nyeri angina pectoris dapat dirujuk ke lengan kiri, nyeri ginjal dapat
dirujuk ke daerah inguinal.
Kemudian dilanjutkan dengan Pemeriksaan Rasa Somestesia Luhur.
Perasaan somestesia luhur ialah perasaan yang mempunyai sifat deskriminatif dan
sifat tiga dimensi / fungsi persepsi. Kadang juga digunakan istilah rasa gabungan
(combined sensation). Rasa somestesia luhur meliputi. a) Rasa diskriminasi yaitu
Dua titik atau spasial ini merupakan kemampuan untuk mengetahui bahwa kita
ditusuk dengan dua jarum atau dengan satu jarum pada saat yang bersamaan.
Dengan Stimulus: jarum / peniti. Biasanya menggunakan Teknik: Dengan hatihati peganglah dua peniti dengan jarak 2-3 mm dan sentuhlah ujung jari tangan
pasien. Mintalah kepada pasien untuk menyebutkan jumlah peniti
yangdirasakannya. Bandingkanlah penemuan ini dengan daerah yang sama pada
ujung jari tangan lainnya. Karena daerah tubuh yang berlainan mempunyai
sensitivitas yang berbeda-beda, pemeriksa harus mengetahui perbedaan ini. Di
ujung jari tangan dapat membedakan 1 mm, jari kaki 3-8 mm, telapak tangan 8-12
mm, punggung 40-60 mm. Dengan Hasil: gangguan diskriminasi menandakan
adanya lesi pada lobus parietalis. b) Barognesia Adalah kemampuan untuk
mengenal berat benda yang dipegang atau kemampuan membeda-bedakan berat
benda. c) StereognosiaAdalah kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan
jalan meraba, tanpa melihat. Biasanya menggunkan Tenik: suruhlah pasien
menutup matanya. Letakkan kunci, pensil, klip kertas atau mata uang di telapak
tangan pasien dan mintalah kepadanya untuk mengenali benda-benda itu.
Periksalah tangan lainnya dan bandingkan hasilnya. Dan Hasil yang ditunjukkan
berupa ketidakmampuan mengenali benda mengindikasikan adanya gangguan
fungsi lobus parietalis dan oksipitalis.
Dilanjutkan dengan gejalanTopostesia (topognosia)Adalah kemampuan
untuk melokalisasi tempat dari rasa raba.Untuk mengetahui gejala ini bisa dengan
Teknik: Suruhlah pasien untuk menutup matanya. Sentuh pasien dan mintalah
pasien untuk membuka matanya dan menunjukkan daerah dimana ia disentuh.
Dengan Hasil: ketidakmampuan melokalisasi titik menandakan adanya kelainan
pada korteks sensorik. Dan kemudian dilanjutkan pemeriksaan

Neurosains kelompok 4 2015

Page 18

Grafestesia Adalah kemampuan untuk mengenal angka. Dengan Teknik:


mintalah pasien untuk menutup mata dan menjulurkan tangannya. Pakailah ujung
tumpul sebatang pensil untuk menulis angka dari 0 sampai 9 di telapak tangan itu.
Angkanya harus dibuat menghadap ke arah pasien. Bandingkan tangan yang satu
dengan tangan yang lainnya. Dan Hasil yang ditimbulkan biasanya ketidak
mampuan mengenali angka merupakan tanda yang sensitive untuk penyakit lobus
parietalis.
Gangguang pada sistem sensorik yang sering terjadi pada anak
Anak dengan gangguan pengolahan sensorik tepatnya pada syaraf parasimpatik.
Saraf parasimpatis adalah saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada
daerah sacrum dari medulla spinalis. Oleh karena itulah saraf parasimpatis disebut
juga saraf craniosacral. Saraf sensoris parasimpatis memiliki ganglion di suatu
tempat yang terletak antara organ visceral dengan saraf pusat, sedang saraf
motorisnya tidak membentuk rantai saraf seperti saraf motoris simpatis dan
ganglion yang terbentuk antara saraf satu dengan yang kedua terletak berdekatan
dengan organ visceral yang disarafinya. Sistem Saraf Parasimpatik adalah bagian
dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem
saraf simpatik, seperti memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh
darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar, seperti memproduksi air mata dan air
liur, dan merangsang motilitas dan sekresi dari sistem pencernaan. Bandingkan
sistem saraf simpatik. Gangguan ini dijelaskan dalam beberapa jurnal yang
berbunyi Approximately 10% of the pediatric population in the United States
have severeover- or underresponsiveness to sensory stimuli that interferes with
daily lifeactivities (Ahn, Miller, & Milberger), in preparation; Baranek, Foster, &
Berkson,1997). This atypical responsiveness has a significant impact on the
quality of life for these children and their families by limiting their participation in
home, school, and community activities (Cohn, Miller, & Tickle-Degnen, 2000;
Dunn, 2001; Dunn & Westman, 1997; Miller, Reisman, McIntosh, & Simon,
2001; Parham & Mailloux, 1995). For example, significant food preferences due
to hypersensitivities to taste and touch in the mouth may limit opportunities to
participate in mealtime with family and peers. Artinya keadaan ini sangat

Neurosains kelompok 4 2015

Page 19

mempengaruhi kegiatan hidup anak sehari-hari, gangguan ini menyebabkan anak


sulit untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya, gangguan ini juga sangat
mengganggu anak saat menjalani aktivitas kesehariannya. Pada umumnya
gangguan ini akan menyerang sistem indra syaraf sensorik anak. Sehingga terjadi
ketidak seimbangan antara kerja sistem syaraf sensorik dan parasimpatik terhadap
rangsang yang muncul. Sebagai contoh, preferensi makanan yang signifikan
karena hypersensitivi- hubungan dengan rasa dan sentuhan di mulut dapat
membatasi kesempatan untuk berpartisipasi dalam makan- waktu dengan keluarga
dan teman sebaya. Dalam Parham dan Mailloux (1995) menyebutkan lima daftar
keterbatasan kunci atau cacat yang biasa ditunjukkan oleh anak-anak dengan
gangguan modulasi sensorik: (1) penurunan kemampuan sosial dan partisipasi
dalam bermain; (2)-gangguan gangguan-percaya diri-diri; (3) kesulitan dengan
keterampilan hidup sehari-hari dan di sekolah; (4) kecemasan, gangguan di
perhatian, dan gangguan dalam kemampuan untuk mengatur reaksitions kepada
orang lain; dan (5) gangguan pada pengembangan keterampilan. Gangguan
sensori modulasi (sensory modulation disorder), yaitu kesulitan dalam mengatur
intensitas respon adaptif terhadap suatu stimulus tertentu. Individu yang
mengalami ganguan modulasi dapat menunjukan reaksi yang tidak sesuai dengan
situasi. Menunjukan reaksi berlebihan atau bahkan tidak bereaksi. Contoh :anak
tidak tahan dengan suara blender, maka ia akan menangis, menutup telinga, lari ke
kamar atau minta blender dimatikan.
Gangguan lain yang sering dirasakan anak adalah Nyeri, paraesthesias,
kesemutan, mati rasa yang berhubungan dengan rasa sakit dan suhu sensasi yang
melibatkan serat diameter yang lebih kecil, dan tidak serat yang berhubungan
dengan posisi akal atau vibrasi. Di sisi lain, tersandung, kesulitan berdiri tegak
ketika mata tertutup, penggunaan terkoordinasi dari ekstremitas atas dan tangan,
pseudoathetosis (gerakan tak terkendali dari anggota badan ketika mata tertutup)
menunjukkan kelainan posisi akal atau vibrasi. Dokter harus menggunakan
rangsangan baik statis dan dinamis untuk menilai rasa posisi sendi. Bersama rasa
posisi dievaluasi dengan memiliki pengalaman individul posisi bersama (angle)
tertentu dan kemudian mereproduksi posisi aktif atau bereaksi selama gerakan
pasif. Tes posisi sendi mengukur ketepatan replikasi posisi dan dapat dilakukan
Neurosains kelompok 4 2015

Page 20

secara aktif maupun pasif dalam kedua terbuka dan tertutup posisi rantai kinetik.
Kinaesthesia bersama ditentukan dengan membentuk ambang di mana gerakan
terdeteksi selama berbagai kecepatan dan rentang gerakan. Pengujian kinesthesia
dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria ambang untuk deteksi arah gerakan
pasif, di mana tes menilai kemampuan seseorang untuk tidak hanya mendeteksi
gerakan, tetapi juga mendeteksi arah gerakan terjadi.

Penutup
Proses kerja sistem syaraf sensorik dapat berjalan dengan baik melalui 5
organ penting yaitu kulit, penglihatan, penciuman, pencecapan, pendengaran.
Masing-masig indra memiliki tugas dan proses kerja yang berbeda untuk
mentransferkan informasi dari luar tubuh menuju syaraf sensorik. Syaraf sensorik
memiliki fungsi yaitu menerima rangsang berupa impuls dari sistem indra dan
meneruskannya ke otak atau ke sumsum tulang belakang. Tidak hanya alat indra
yang membantu syaraf sensorik dalam proses kerjanya ada juga sel reseptor yang
membantu syaraf sensorik untuk menerjemahkan stimulus yang diberikan oleh
alat indra. Dengan sistem kerja syaraf sensorik dan sel reseptor yang normal akan
memperlancar penyampaian informasi ke otak kemudian aksi atau respon yang
ditimbulkan bisa sesuai dnegan stimulus yang diberikan.
Daftar Pustaka
-

Drs Deddy Suhardi, Drs Wanwan Setiyawan M.M. PANCA INDRA,


FUNGSI DAN PEMELIHARAANNYA. Departemen pendidikan nasional
pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga
kependidikan ilmu pengetahuan alam (science education development

centre) jalan diponegoro no.12,Bandung.2007.


Mengenal sistem syaraf pada manusia. Ria setyo mardani. Cetakan

pertama tahun 2013. Trans idea publising. Yogyakarta.


Gibson,Jhon. 2003. Fisiologi dan anatomi moderenuntuk perawat edisi 2.
Jakarta: EGD.

Neurosains kelompok 4 2015

Page 21

Sistem Sensorik dan Motorik. Ristoari Jual Alat Fisioterapi.


http://www.fisioterapi.web.id/2012/09/sistem-sensorik-dan-motorik.html,

www.google.com, 13 januari 2015.


Pemeriksaan Sensibilitas.wmv . dokterkompi. 26 Sep 2012.
https://www.youtube.com/watch?v=-QCqpVQicf4. www.youtube.com, 13

januari 2015.
Fisiologi Saraf 2 . Dr. Suparyanto, M.Kes. Sabtu, 06 Maret 2010. http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/03/fisiologi-saraf-2.html.

www.google.com. 13 januari 2015.


Anatomi dan fisiologi syaraf sensorik. Ulfah
rufaidah.http://id.scribd.com/doc/139400989/ANATOMI-DANFISOLOGI-SISTEM-SENSORIK-docx#scribd. www.google.com. 15

januari 2015.
Sistem Sensorik Dan Aplikasi Klinisnya. Sunday, January 1, 2012. Naya
Kawaii.http://referatnaya.blogspot.com/2012/01/referat-ilmu-penyakitsaraf-sistem.html?
showComment=1421124632185#c2631795671458255697.13 januari

2015.
Pemeriksaan Sistem Pemeriksaan Sistem Sensibilitas . Euis Heryati.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB
sQFjAA&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP
%2FJUR._PEND._LUAR_BIASA%2F197710132005012EUIS_HERYATI%2FPEMERIKSAAN_SISTEM_SENSIBILITAS_
%255BCompatibility_Mode
%255D.pdf&ei=Xa20VK7SMpKLuwTai4Eo&usg=AFQjCNGatlOVBQw
mLMPKoZirVd4OmIoTQ&sig2=mbgCH6WKIepRBW3pjqZlyQ&bvm=bv.8333933

4,d.c2E. 13 januari 2015.


Modul. Pemeriksaan Sensorik, Posisi, Keseimbangan Dan Koordinasi.
Evy Sulistyoningrum. http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul
%20/Modul%20B3%20-%20Pemeriksaan%20Sensorik.pdf.
www.google.com. 17 januari 2015.

Neurosains kelompok 4 2015

Page 22

Ahmad Lubab Hidayat.


Gurukita.Com.http://www.gurukita.com/2012/10/alat-indra-manusia-

peraba-kulit.html. www.google.com. 17 januari 2015.


Jonshon, Elisabeth. 2008. Proprioception. Panayotis N. Soucacos, MD,
FACS. (online). http://cirrie.buffalo.edu/encyclopedia/en/article/337/.

Diakses tanggal 08 februari 2015 pukul 15.30 WIB.


Chernigovskaya, tatiana. 2004. SEMIONICA. (online).
http://genlingnw.ru/Staff/Chernigo/.../chaos.pdf. Diakses tanggal 08

februari 2015 pukul 15.00 WIB.


RC Schaaf . spdfoundation.net/pdf/schaaf_miller.pdf.
http://spdfoundation.net/pdf/schaaf_miller.pdf. www.google.com. 8

februari 2015.
http://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_parasimpatis. 8 februari 2015

Neurosains kelompok 4 2015

Page 23

Вам также может понравиться