Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
dr. Kartika Agustina Hasbi
Pendamping :
dr. Cut Sri Elvita
BAB I
PENDAHULUAN
mendapatkan
komplikasi
makroangiopati
maupun
Diabetes mellitus tipe 2 ditandai oleh penurunan fungsi sel pankreas secara
progresif dan resistensi insulin yang diperburuk dengan kontrol glikemik, yang
dihasilkan oleh gejala klasik hiperglikemia yang terkait dengan komplikasi
diabetes, misalnya
Terapi dini dan edukasi terhadap pasien untuk melakukan manajemen diri sendiri
terhadap
penyakit
diabetes
mellitusnya
secara
efektif,
sebagai
kunci
Manfaat Aplikatif
Mini projek ini diharapkan dapat mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat
terhadap penyakit yang sering terjadi di masyarakat dalam hal ini penyakit Diabetes
Mellitus Tipe 2 serta mengetahui karakteristik penyakit DM tipe 2 di wilayah kerja
Puskesmas Samadua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo, 2003:121). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003). Tingkat
pengetahuan dalam dominan kognitif menurut Notoatmojo (2003) mempunyai 6
tingkat yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dapat dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat meninterprestasikan materi tersebut dengan
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan
dan menyebutkan.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
dan mengelompokkan
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
1.
Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam; Pariani, 2003).
Sigit D. Gunarsa (1999) mengemukakan semakin tua umur seseorang maka proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti berumur belasan tahun. Selain itu
Abu Ahmadi (2000) mengemukakan bahwa memori/daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh umur.
2.
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang
lain menuju ke arah suatu citacita tertentu, jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan
itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima
pengetahuan yang dimilikinya (Nursalam; Pariani, 2003).
3.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan
IQ
Menurut Abu Ahmadi (2000) semakin tinggi IQ seseorang maka orang
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Standard of Medical Care in Diabetes 2012 yang dikeluarkan oleh
ADA pada tahun 2012, klasifikasi dari Diabetes Melitus terbagi atas empat kelas,
yaitu :
insulin absolut)
Diabetes Tipe 2 (akibat dari defek sekresi insulin yang progresif akibat resistensi
insulin)
Diabetes tipe lain yang spesifik, bias diakibatkan oleh defek genetik pada fungsi
sel-, defek genetic pada kerja insulin, ataupun penyakit-penyakit pada eksokrin
pankreas (seperti kistik fibrosis) atau akibat obat dan bahan kimia (seperti pada
tipe 2 secara jelas. Hal ini disebabkan oleh karena gambaran klinis perjalanan
penyakit yang bervariasi pada kedua tipe. Umumnya, pasien dengan diabetes tipe 2
dapat memiliki gambaran ketoasidosis. Mirip dengan hal tersebut, pasien dengan
diabetes tipe 1 mungkin memiliki perjalanan penyakit dengan onset yang lambat
Tabel 2.1 Kadar Glukosa darah untuk mendiagnosa Diabetes Mellitus (ADA, 2010)
Berikut ini adalah gambar alur diagnosa Diabtes Mellitus menurut
Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang
diabetes. Biasanya terjadi dengan gejala tipikal claudicatio intermittent,
meskipun sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan
yang pertama muncul.
Retinopati diabetik
Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko dan
memberatnya retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah timbulnya retinopati
Nefropati diabetik
Kendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko nefropati.
Pembatasan asupan protein dalam diet (0,8 g/kgBB) juga akan mengurangi
risiko terjadinya nefropati
3. Neuropati
Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa
hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan
amputasi.Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan
lebih terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap
pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya polineuropati distal
dengan pemeriksaan neurologi sederhana, dengan monofilamen 10 gram sedikitnya
setiap tahun. Apabila ditemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang
memadai akan menurunkan risiko amputasi. Untuk mengurangi rasa sakit dapat
diberikan duloxetine, antidepresan trisiklik, atau gabapentin. Semua penyandang
diabetes yang disertai neuropati perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki
untuk mengurangi risiko ulkus kaki. Untuk penatalaksanaan penyulit ini seringkali
diperlukan kerja sama dengan bidang/disiplin ilmu lain (Ziegler D, 2009).
2.2.6. Pilar Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi
Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman
dan teratur.
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat
awal dan materi edukasi tingkat lanjutan. Edukasi yang diberikan kepada pasien
meliputi pemahaman tentang (Darmono, 2010):
Materi edukasi pada tingkat awal adalah:
Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau
insulin serta obat-obatan lain
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia
Pentingnya latihan jasmani yang teratur
Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada kehamilan)
Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM
Pemeliharaan/perawatan kaki
Edukasi dapat dilakukan secara individual dengan pendekatan berdasarkan
4. Intervensi/terapi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO)
dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan
secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang
menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Terapi
farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan
(Inzucchi et al, 2012).
Pemberian Terapi Obat Hipoglikemik Oral
a.
G
mb
r
2.3
a
a
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi
batas aman konsumsi harian (Accepted- Daily Intake)
Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain
sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
2. Lemak
Asupan
lemak
dianjurkan
sekitar
20-25%
kebutuhan
kalori.
Tidak
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk).
3. Protein
Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan
tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai
biologik tinggi.
4. Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk
masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mcg atau sama dengan 6-7 gram (1
b. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat
badan, dan lain lain. Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca
yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:
Klasifikasi IMT :
Berat Badan
Bila didapatka berat badan masuk ke dalam kategori kegemukan maka akan
dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan. Sebaliknya,
bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan BB.
Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit
1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi
dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 23 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkan kepatuhan
pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk
penyandang diabetes yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan
disesuaikan dengan penyakit penyertanya (Kariadi 2009 & Perkeni 2011).
Metode pengaturan diet/makan meliputi metoda 3 J, yaitu :
1. Jumlah : Jumlah kalori dari karbohidrat 45-65% dari total kalori. Untuk
kepraktisan dapat diatur 50%
2. Jenis : tinggi serat dan rendah kalori
3. Jadwal : terbagi 6 jadwal teratur yaitu 3 kali makan utama dan 3 kali makanan
selingan (camilan/snack).
Beberapa contoh metode lain yang digunakan dalam pengaturan diet diabetes:
a. Metode model piring (plate model) yaitu 1 piring dibagi 4 kuadran setara porsi
telapak tangan. Sayur dan buah sebanyak 2 telapak tangan, nasi 1 porsi telapak
tangan, daging/tahu/tempe 1 porsi telapak tangan.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
4. 1 Data Umum
4.1.1 Profil Umum
Puskesmas Samadua merupakan salah satu puskesmas dari 22 puskesmas
yang ada di Kabupaten Aceh Selatan, dimana Puskesmas Samadua terletak 8 km
Sebelah Barat Tapaktuan yang merupakan Ibukota Kabupaten Aceh Selatan. Luas
wilayah kerja Puskesmas Samadua 149 km dengan batas daerah sebagai berikut :
Kemukiman Sedar dengan 4 Gampong :Alur Pinang, Kuta Blang, Gunung Cut
dan Batee Tunggai.
4.1.2 Data Demografis
Jumlah penduduk Samadua adalah 15.034 jiwa, yang terdiri dari dari
penduduk laki-laki sejumlah 7.475 jiwa, dan perempuan sejumlah 7.559 jiwa.
Berikut ini adalah rincian penduduk Kecamatan Samadua :
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
GAMPONG
KK
Jilatang
Ujung Kampung
Luar
Tampang
Ujung Tanah
Lubuk Layu
Suak Hulu
Payo Nan Gadang
Arafah
Baru
Gadang
Ladang Kasik Putih
Air Sialang Tengah
Air Sialang Hulu
Air Sialang Hilir
Balai
Subarang
Tengah
Madat
Ladang panton Luas
Gunung Ketek
Alur Simerah
Kota Baru
Dalam
Alur Pinang
Gunung Cut
Kuta Blang
Batee Tunggai
Jumlah
175
69
125
66
170
114
127
173
198
180
86
118
162
74
201
70
107
115
95
118
112
119
123
144
204
112
291
160
3.808
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
320
125
196
108
373
226
306
357
420
403
190
238
286
210
363
147
155
189
213
170
291
161
172
170
428
216
732
310
7.475
381
138
245
151
425
196
307
346
447
417
226
223
328
233
347
127
176
202
192
195
268
196
263
187
484
202
400
257
7.559
701
263
441
259
798
422
613
703
867
820
416
461
614
443
710
274
331
391
405
365
559
357
435
357
912
418
1132
567
15.034
secara fisik 4 bangunan masih baik dan satu bangunan rusak ringan. Gedung utama
Puskesmas Samadua dibagi menjadi 14 ruang yaitu : ruang apotek, gudang obat,
ruang kepala puskesmas, ruang KIA/KB, ruang poliklinik umum, ruang kartu,
ruang gigi, ruang laboratorium, ruang tindakan/Gawat Darurat, ruang administrasi,
ruang imunisasi, ruang shalat, ruang gizi, dan kamar mandi/wc dengan kondisi
plafon depan rusak ringan.
Puskesmas Samadua memiliki fasilitas penunjang dalam mendukung
tugas-tugas operasional dan agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih luas dan
merata hingga dapat mencakup ke seluruh wilayah kerjanya. Adapun fasilitas
penunjang tersebut adalah sebagai berikut:
Empat unit Pustu (Puskesmas pembantu), yaitu:
a.
Sarjana
Kesehatan
Perawat
Perawat Gigi
Bidan
Farmasi
Tenaga Gizi
Analis Kesehatan
10
Sanitarian
Total
FKM
D4 Kep
D III AKPER
SPK
D.III AKG
SPRG
D.III AKBID
D.I
D.III AKFAR
SMF
D.III AKZI
SPAG
D.III AAK
SMAK
D.III AKL
SPPH
1
14
2
10
7
1
1
38
2
1
4
5
1
2
1
1
12
1
19
2
1
14
8
1
1
1
1
54
Salah satu upaya prioritas dalam upaya kesehatan wajib puskesmas adalah
promosi kesehatan yang bertujuan untuk menambah serta meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memelihara kesehatan. Upaya promosi
kesehatan yang biasa dilaksanakan adalah melalui penyebaran poster yang berisi
gambar atau seruan untuk selalu memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan
serta penyuluhan langsung ke masyarakat. Upaya Promosi Kesehatan yang
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Samadua Tahun 2012 adalah :
1) Memberi penyuluhan secara individu kepada masyarakat yang berkunjung ke
Puskesmas, Pustu, Poskesdes dan Posyandu.
2) Memberikan penyuluhan kepada Pasangan Usis Subur (PUS) di 10 Desa,
dengan materi tentang Akseptor KB
3) Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi dan balita di 3 Desa di
wilayah kerja Puskesmas Samadua, dengan materi tentang Gizi Balita
4) Memberikan penyuluhan kepada Wanita Usia Subur (WUS) di 8 Desa di
wilayah kerja Puskesmas Samadua, dengan materi tentang Bahaya Kanker
Cervix dan Pentingnya Pemeriksaan Dini Terhadap Kehamilan
5) Melaksanakan Pelatihan pada kader Kesehatan, dengan peserta masing-masing
2 orang kader per desa dengan peserta 28 Desa yang dilakukan dua kali
pertemuan, dengan materi pembekalan tentang peran serta kader dalam
mewujudkan derajat kesehatan bagi seluruh kelompok masyarakat dalam
meningkatkan semua cakupan program kesehatan.
6) Melaksanakan penyuluhan dan kegiatan intensifikasi penemuan penyakit kusta
dan frambusia di 6 SD/ MI di wilayah kerja Puskesmas Samadua.
7) Melakukan Monitoring dan Evaluasi (MONEV) ke Pustu/Poskesdes di wilayah
kerja Puskesmas Samdua.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Sarana Air Bersih
Sebagian besar penduduk
Kecamatan
Samadua
menggunakan
Air
Distribusi tempat pembuangan air limbah rumah tangga dalam wilayah kerja
Puskesmas Samadua Tahun 2012 ialah sebanyak 1.539. Dari rumah tangga yang
diperiksa sarana pembuangan air limbah (SPAL), hanya 467 rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan 72 tidak memenuhi syarat kesehatan
Tempat Penjualan dan Pengolahan Pestisida
Wilayah kerja Puskesmas Samadua memiliki sarana penjualan dan
pengelolaan pestisida sebanyak 4 sarana, dan dari 2 yang di periksa ternyata 1
sarana yang memenuhi syarat.
memenuhi syarat, dan tujuh tidak memenuhi syarat. Sedangkan yang paling sedikit
adalah kantin dengan jumlah 5 buah, dengan kondisi 4 memenuhi syarat dan 1 tidak
memenuhi syarat .
Tempat Pembuangan Sampah
Tempat pembuangan sampah pada perumahan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Samadua semuanya dilakukan dengan pembakaran dan pembuangan ke
sungai, karena di wilayah kerja Puskesmas Samadua tidak memiliki Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) tetapi cuma ada Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
dan akhirnya di bakar olah masyarakat sendiri.
Tempat Umum
Distribusi fasilitas umum yang paling banyak terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Samadua yaitu tempat pangkas dengan jumlah 19 tempat, yang
memenuhi syarat berjumlah 16 buah dan 3 tidak memenuhi syarat.
b. Upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana
1. Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4)
Data kunjungan Ibu hamil (K1 dan K4) Puskesmas Samadua Tahun 2012
dengan jumlah sasaran ibu hamil 340 orang. Distribusi kunjungan ibu hamil paling
banyak pada bulan Januari yaitu K1 sebanyak 39 dan K4 pada bulan agustus 54
kunjungan.
2. Pertolongan Persalinan Nakes
Jumlah persalinan normal berdasarkan penolong persalinan yaitu sebanyak
250 persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan 1 orang oleh dukun terlatih.
Dari 251 Ibu yang melahirkan di Tahun 2012 tidak ditemukan adanya kasus
kematian, tetapi ditemukanya 4 (empat) orang kasus kematian pada bayi.
Tahun 2012
No
1
2
3
Penyakit
Hipertensi
Diabetes Melitus (DM)
Kecelakaan Lalu lintas
F
519
717
39
(%)
40,71%
56,24%
3,05%
Total
1275
100%
Dari tabel diatas diketahui penyakit tidak menular paling banyak pada pasien
yang berkunjung ke Puskesmas Samadua yaitu penyakit Diabetes Mellitus,
sebanyak 717 kasus (56, 24%).
2. Penyakit Potensial Wabah/KLB
Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan wabah/ KLB, dalam
wilayah kerja Puskesmas Samadua selama Tahun 2012 tidak ditemukan penyakit
yang potensial menimbulkan wabah/ KLB seperti Diare, Demam Berdarah Dengue.
Walau demikian tetap harus dilakukan pengamatan terus menerus melalui sistem
surveilans.
f. Upaya Pengobatan
Upaya pengobatan merupakan salah satu kegiatan pokok Puskesmas Samadua
yang dilaksanakan baik di dalam maupun diluar gedung. Sebagai Puskesmas Non
Rawatan, Puskesmas Samadua melayani pasien rawat jalan di Poliklinik Umum,
Poliklinik Gigi, KIA, Imunisasi, Gizi, Kesehatan Laboratorium, Pengobatan TB
Paru dan Kusta, Kesehatan Jiwa serta pelayanan rujukan tingkat lanjut.
Sepuluh Diagnosa Penyakit Terbanyak
Data kunjungan sepuluh diagnosa penyakit terbanyak Puskesmas Samadua
Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik kunjungan pasien menurut 10 penyakit terbanyak periode
Januari Desember tahun 2012
No
Diagnosa
F
(%)
1
Common Cold
4.048
33,65
2
Infeksi akut lain pernafasan atas
3.650
30,34
3
Hypertensi
1.120
9,31
4
Dispepsia
913
7,59
5
Diabetes Militus
750
6,23
6
Reumatik
504
4,19
7
Kulit Alergi
484
4,02
8
Peny. Sistim jar. Otot & jar. Pengikat
232
1,93
9
Hypotensi
180
1,51
10
Asma
Total
148
12.029
1,23
100
Kesehatan Laboratorium
Jenis pemeriksaan yang dilakukan di ruang laboratorium yaitu pemeriksaan
tradisional yang dilakukan oleh masyarakat sulit untuk diidenfikasi karena mereka
hanya menggunakaan obat tradisional jika anggota keluarganya sakit.
4.2 Hasil
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Puskemas Samadua
Umur
30-39 thn
40-49 thn
50-59 thn
>60 thn
Jumlah
Frekuensi
2
5
14
9
30
Presentase
6.7%
16.7%
46.6 %
30%
100%
Frekuensi
14
16
30
Presentase
46.7%
53.3%
100%
Frekuensi
11
4
9
6
Persentase
36.7%
13.3%
30%
20%
Jumlah
30
100%
(36.7 %)
Frekuensi
5
5
10
10
21
Presentase
16.7%
16.7 %
33.3 %
33.3%
100%
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Berdasarkan umur, usia terbanyak yang menderita DM tipe 2 adalah usia
dewasa yaitu 50-59 tahun yakni sebanyak 46.6% dan diikuti dengan usia > 60
tahun sebanyak 30%.
5.1.2 Berdasarkan jenis kelamin didapatkan perempuan lebih banyak terkena DM
tipe 2 daripada laki-laki dengan persentase sebesar 53.3%
5.1.3 Karakteristik bedasarkan pekerjaan, pekerjaan swasta baik wiraswasta
maupun kontrak di kantor swasta dan pemerintahan paling banyak menderita
DM tipe 2 yakni sekitar 36.7%, diikuti dengan pekerjaan PNS dengan
persentase 30% dan ibu rumah tangga dengan 20%.
5.1.4 Berdasarkan tingkat pendidikannya, baik tingkatan pendidikan SMA maupun
tingkat diploma dan sarjana merupakan yang terbanyak dengan persentase
masing-masing 33.3% dan diikuti dengan tingkat pendidikan SMP dan SD
dengan jumlah 16.7%.
5.1.5 Secara keseluruhan didapatkan tingkat pengetahuan responden setelah
diadakan penyuluhan mayoritas responden meningkat menjadi sebesar 43.3%
DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association : Position Statement 2012 : Standards of
Medical Care in Diabetes-2012. J Diabetes Care, Volume 35, Supplement
1 :s11-s63.
2. American Diabetes Association. Position statement 2010 : Standards of
Medical Care in Diabetes 2010. J Diab Care. 2010;33 (Suppl.1)
3. American Diabetes Association: Executive Summary 2013 : Standards of
Medical Care in Diabetes-2013. J Diabetes Care, Volume 36, Supplement
1:S1-S110.
4. Beigi FI. 2012. Glycemic Management of Type 2 Diabetes Mellitus. J N Engl
J Med 366;14: 1319-1327
5. Chen L, Maglianno DJ, Zimmet PZ. 2012. The Worldwide Epidemiology of
Type 2 Diabetes Mellitus-Present and Future Perspectives. J Nature Reviews
Endocrinology 8, 228-236.
6. Darmono, Joko. 2010. Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Untuk
Mencegah Komplikasi Kerusakan Organ-Organ Tubuh. Jakarta : Erlangga
7. Hiswani. Peranan Gizi dalam Diabetes Mellitus. 2010. Digital Library : FK
USU.
8. International Diabetes Federation (IDF). Diabetes Atlas 2012. International
Diabetes Federation (IDF). Belgium. 2012.
9. Inzucchi SE, Bergenstal, RM, Buse JB, Diamant M, Ferrannini E, Nauck M,
et al.,2012. Position Statement : Management of Hyperglycemia in Type 2
Diabetes: A Patient-Centered Approach: Position Statement of the American
Diabetes Association (ADA) and the European Association for the Study of
Diabetes (EASD). J Diabetes Spectrum Volume 25, Number 3: 154-171.
10. Kariadi, Sri hastuti. 2009. Diabetes : Panduan Lengkap Untuk Diabetesi.
Jakarta : Mizan Media Utama
11. Noto Atmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
12. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metode Penelitian. Jakarta: Salemba
Medika.
13. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia PERKENI 2011. Jakarta :
PB PERKENI 2011.
Charbonnel B,et al., 2010. For Debate : Is The ADA/EASD Algorithm for The
Management of Type 2 Diabetes (January 2009) based on Evidence or
Opinion? A Critical Analysis. J Diabetologia 53:12581269.
18. Soegondo S. 2011. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini.
Dalam: Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid 3 . Jakarta
: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
19. Soegondo, Sidartawan. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.
Edisi II cetakan ke-7. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
20. The National Institute of Health Research and Development, Ministry of
Health, Republic of Indonesia (KEMENKES RI) 2008. Report on result of
National Basic Health research (RISKESDAS) 2007.
21. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global prevalence of
diabetes : estimates for the year 2000 and projections for 2030. J Diabetes
Care 27:10471053, 2004
22. Ziegler D. Diabetic Peripheral Neuropathy And Neuropathy Pain
Management. J Diabetes Care 2009 : 31 (Suppl.2)
Lampiran 1
Lembar Pertanyaan
1. Usia?
2. Jenis Kelamin
3. Pekerjaan?
4. Tingkat Pendidikan?
5. Tingkat Pengetahuan
a. Penyakit Diabetes melitus adalah penyakit kencing manis? Ya/Tidak
b. Gejala Diabetes adalah meningkatnya kadar gula darah? Ya/Tidak
c. Apakah Diabetes dapat dicegah? Dapat/Tidak
d. Apakah gejala sering kencing, cepat lapar (banyak makan) dan haus, berat
badan menurun tanpa sebab yang jelas serta kesemutan itu adalah gejala
e.
f.
g.
h.
Diabetes? Ya/Tidak
Dapatkah diabetes disembuhkan? Ya/Tidak
Apakah diet randah gula dan lemak termasuk diet untuk diabetes? Ya/Tidak
Apakah olahraga termasuk dari bagian pengobatan diabetes? Ya/Tidak
Apakah sayur-sayuran & buah-buahan termasuk diet untuk diabetes?
Ya/Tidak
i. Apakah diabetes dapat menyebabkan darah tinggi dan stroke? Ya/Tidak
j. Apakah diabetes dapat menyebabkan gagal ginjal (cuci darah)? Ya/Tidak