Вы находитесь на странице: 1из 4

KEANEKARAGAMAN INSECTA DI TAMAN APSARI SURABAYA

Vita Shilviana, Puji Jayanti, Abdul Latif Rizal, Fadinatul Nilfa


Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya
ABSTRACT
Penelitian
yang
dilaksanakan
di Taman
Apsari
Surabaya bertujuan untuk
mendeskripsikantingkat keanekaragaman jenis serangga di sekitar Taman Apsari dan untuk mendeskripsikanperbandingan
jumlah anggota setiap ordo pada kelas serangga di sekitar Taman Apsari. Penelitian dilakukan sejak tanggal 30 Maret 2014
sampai 9 Mei 2014, dengan satu kali pelaksanaaan observasi lingkungan di Taman Apsari, lima kali eksplorasi dan
pengamatan terhadap serangga dan dilanjutkan dengan pembuatan artikel dan insectarium. Jenis penelitian ini murupakan
penelitian eksploratif dan objek penelitian yang dikaji adalah tingkat keanekaragaman serangga yang ada didalam taman.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah perbandingan ordo serangga dari 2 ordo yang berbeda, yakni Lepidoptera
dan Hymenoptera dengan perbandingan 7 : 1 dan indeks diversitas dengan hasil indeks diversitas tertinggi terdapat pada
spesies Delias periboea yang merupakan anggota Lepidoptera.
Key words : Taman Apsari, Insecta, Keanekaragaman

PENGANTAR
Taman apsari merupakan taman kota yang terletak di Jalan Gubenur Suryo, Surabaya
tepat di depan gedung Grahadi. Di tengah taman Apsari terdapatMonumen Gubernur Suryo
yang dikelilingi dengan air mancur, keberadaan monumen ini menjadi daya tarik tersendiri
bagi para pengunjung. Taman ini memiliki luas 5.300 m2 dengan + 20 jenis bunga dan
tanaman. Di sela bunga dan tanaman tersebut disediakan jogging track, yang biasa
dimanfaatkan untuk jalan-jalan. Keberadaan bunga dan tanaman yang beranekaragam
menjadi habitat hidup bagi banyak jenis serangga. (Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota
Surabaya, 2011)
Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga
kelestarian-nya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya. Serangga
memiliki nilai pen-ting antara lain nilai ekologi, endemisme, konservasi, pendidikan, budaya,
estetika, dan ekonomi (Little, 1957). Penyebaran serangga dibatasi oleh faktor-faktor geologi
dan ekologi yang cocok, sehingga terjadi perbedaan keragaman jenis serangga. Perbedaan ini
disebabkan adanya perbe-daan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis makanannya
(Borror & Long, 1998). Serangga merupakan bioindikator kesehatan hutan. Penggunaan
serangga sebagai bioindikator akhir-akhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama
untuk menggambarkan adanya keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik
lingkungan (Speight et al. 1999). Sejumlah kelompok serangga seperti kumbang (terutama
kumbang pupuk), semut, kupu-kupu, dan rayap memberikan respons yang khas terhadap
tingkat kerusakan hutan sehingga memiliki potensi sebagai spesies indikator untuk
mendeteksi perubahan lingkungan akibat konversi hutan oleh manusia yang se-kaligus
menjadi indikator kesehatan hutan (Jones & Eggleton, 2000).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Apsari, Surabaya. Penelitian dilakukan sejak
tanggal 30 Maret 2014 sampai 9 Mei 2014, dengan satu kali pelaksanaaan observasi
lingkungan di Taman Apsari, lima kali eksplorasi dan pengamatan terhadap serangga dan
dilanjutkan dengan pembuatan artikel dan insectarium. Eksplorasi dilakukan pada pukul
09.00-13.00 WIB. Eksplorasi pada waktu tersebut berdasarkan pertimbangan waktu serangga
aktif sedangkan untuk pengamatan serangga tidak ditentukan waktu yang khusus. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksploratif, yaitu dengan mengamati dan
mengambil sampel di Taman Apsari.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah jaring penangkap serangga,
toples, kloroform, formalin, dan jarum pentul. Sasaran dalam penelitian ini adalah semua

jenis serangga yang ada di taman Apsari dengan memperhatikan tempat penemuan serangga
tersebut. Sedangkan objek yang dikaji adalah tingkat keanekaragaman jenis serangga yang
ada dan perbandingan jumlah anggota setiap ordo pada kelas serangga.
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui keadaan lingkungan Taman Apsari yang
meliputi jenis tanaman yang terdapat di Taman Apsari dilakukan pada minggu pertama
peneli-tian. Hasil dari observasi lingkungan tersebut berupa denah Taman Apsari dengan 19
plot yang merupakan plot alami yang memang telah ada di Taman Apsari. Ke-19 plot tersebut
tersusun secara berpetak-petak dengan jenis tanaman tertentu.
Eksplorasi serangga dilakukan dengan memperhatikan tempat penemuan serangga
yang meliputi letak plot dan jenis tanaman pada plot tersebut. Pengambilan sampel serangga
di-lakukan dengan menggunakan jaring yang biasa digunakan untuk menangkap ikan.
Serangga yang telah ditangkap dimasukkan ke dalam toples yang telah berisi kapas yang
mengandung kloroform. Penggunaan kloroform bertujuan untuk mematikan serangga dan
mempermudah dalam pembuatan insektarium. Untuk serangga yang berukuran kecil tidak
digunakan formalin dalam proses pengawetannya untuk dijadikan insectarium. Segera setelah
serangga tersebut mati, sera-ngga diletakkan di atas steroform dan ditusuk bagian dadanya
dengan menggunakan jarum pentul dan diatur posisi tubuhnya. Untuk serangga yang
berukuran besar, segera setelah serangga terse-but mati, bagian dalam tubuh serangga
disuntik dengan formalin 1% dan menyapukan formalin 1% pada bagian luar tubuh serangga.
Kemudian dikeringkan pada suhu ruangan. Setelah itu spe-simen awetan diletakkan di dalam
kotak insektarium dan ditata sedemikian rupa dan diberi kapur barus agar lebih tahan lama.
Identifikasi serangga tidak dilakukan di tempat khusus dan diwaktu yang khusus pula.
Identifikasi serangga dilakukan dimana saja dengan menggunakan buku pedoman identifikasi
serangga. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan indeks
keanekaraga-man Shannon-Wiener.
H = Sigma - [ni/n ln ni/n]
Keterangan :
H= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
n = Jumlah total seluruh jenis serangga
ni = Jumlah tiap jenis serangga (Odum, 1971)
HASIL
Dari hasil observasi lingkungan Taman Apsari, diketahui bahwa terdapat 19 plot alami
yang sudah ada di Taman Apsari (Gambar 1). Dan dari hasil eksplorasi serta observasi serangga
ditemukan
bahwa
terdapat
2
ordo
serangga
di
Taman Apsari
yaitu Lepidoptera dan Hymenoptera.
Tabel 1. Jenis serangga yang dijumpai di Taman Apsari, Surabaya

No
.
1.

Ordo

Famili

Spesies

Lepidoptera

Pieridae

Delias periboea
Delias hyparete
Eurema hecabe
Graphium agamemnon
Papilio demodocus
Elymnias hypermnedra
Junonia atlites

Papilionidae
Nymphalidae
2

Hymenoptera

Vespidae
Formicidae

Polistes
tenebricosus
Lacius fuliginosus

Jumlah
38
11
6
2
2
3
4
6

= 72
No
.
1.
2
3
4
5
6
7
8

Tabel 2, Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga


Jumlah
Spesies
Delias periboea
Delias hyparete
Eurema hecabe
Graphium agamemnon
Elymnias hypermnedra
Junonia atlites
Papilio demodocus
Polistes
tenebricosus

38
11
6
2
3
4
2
6

H
0,337
0,287
0,207
0,099
0,132
0,160
0,099
0,207
= 1,528

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil eksplorasi serta observasi serangga di Taman Apsari, Surabaya
ditemukan terdapat 2 ordo yaitu Lepidoptera dan Hymenoptera. Tingkat keanekaragaman
ordo Lepidoptera atau yang dikenal dengan kupu-kupu lebih mendominasi dibandingkan
dengan ordo lainnya, terdiri dari tiga famili yaitu Nymphalidae, Papilionidae dan Pieridae.
Lepidoptera banyak ditemukan di Taman Apsari karena banyaknya jenis tumbuhan berbunga
di Taman Apsari. Tumbuhan berbunga merupakan habitat yang disukai oleh anggota
Lepidoptera sehingga Taman Apsari menjadi habitat yang sesuai untuk anggota Lepidoptera.
Anggota dari ordo Lepidoptera ini lebih banyak ditemukan pada tanaman perdu dan pohon
yang berbunga. Kupu-kupu dengan warna cerah seperti pada spesiesDelias periboea, Delias
hyparete dan Eurema hecabe lebih banyak ditemukan pada pohon berbunga yang cukup
tinggi seperti Callistemon viminalis yang merupakan pohon berbunga yang terdapat pada plot
6 dan 10. PohonCallistemon viminalis berbunga merah dan warna bunganya sangat menarik
terutama bagi kupu-kupu. Keberadaan pohon berbunga ini merupakan suatu pertahanan bagi
spesies Delias periboea, Delias hyparete dan Eurema hecabe. Pohon yang menjulang tinggi
ini memungkinkan kupu-kupu untuk berlindung dari predator seperti para manusia yang ingin
menangkap kupu-kupu. Tingginya pohon ini akan menyusahkan para penangkap kupu-kupu.
Kupu-kupu dengan warna gelap dan tidak terlalu mencolok sepertiGraphium
agamemnon , Papilio demodocus, Elymnias hypermnedra, danJunonia atlites lebih banyak
ditemukan di tanaman perdu berbunga dan menyatukan warna sayap dengan lingkungan. Hal
ini juga merupakan sistem pertahanan kupu-kupu untuk menyamarkan diri dan menyatu
dengan warna lingkungan, sehingga predator tidak akan mudah untuk mengenali kupu-kupu.
DiTaman Apsari, tanaman perdu perbunga yang paling banyak dihinggapi kupu-kupu adalah
Iris Kuning (Neomarica longifolia) dan bunga kana (Canna indicaL.). Iris kuning banyak
terdapat pada plot 8, 9 dan 14, sedangkan bunga kana banyak ditemukan pada plot 3, 4, 10,
11, dan 18.
Serangga dari ordo Lepidoptera dan Hymenoptera yang ditemukan di Taman Apsari
banyak ditemukan di area air mancur atau yang berada di atas tangga (Gambar 1). Hal ini
disebabkan karena secara kualitatif kelimpahan cahaya di daerah air mancur lebih banyak
daripada di daerah lapangan. Semua jenis serangga memerlukan cahaya dalam kehidupannya.
Kondisi yang kaya akan cahaya merupakan tempat yang sesuai untuk kehadiran berbagai
jenis serangga. Suhu akan mempengaruhi aktivitas serangga, penyebaran, pertumbuhan, dan
perkembangbiakan serangga. Cahaya diperlukan untuk kehidupannya. Cahaya akan

memberikan energi, sehingga dapat menaikkan suhu tubuh dan metabolisme menjadi lebih
cepat sehingga mempercepat perkembangan larva (Akutsu et al., 2007).
Keanekaragaman jenis (H) menggambarkan tingginya tingkat keanekaragaman yang
terdapat pada suatu kawasan. Semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman jenis (H) maka
semakin banyak jenis-jenis yang terdapat pada kawasan tersebut Menurut Shannon-Wiener
dalam Ferianita (2007). Kisaran nilai H<1 berarti keanekaragaman rendah, jika nilai 1<H<3
berarti keanekaragaman sedang dan jika nilai H>3 berarti keanekaragaman
tinggi. Berdasarkan penghitungan Indeks Diversitas (ID) serangga di Taman Apsari diketahui
bahwa Indeks Diversitas tertinggi yaitu spesies Delias periboea dengan nilai ID 0,337.
Sementara itu, Indeks Diversitas terendah yaitu pada Graphium agamemnon dan Papilio
demodocus dengan nilai ID 0,099. Kirasan nilai indeks diversitas kurang dari 1 yang hanya
berkisar antara 0,0990,337 maka tingkat keanekaragaman jenis serangga di Taman Apsari,
Surabaya masih tergolong rendah.
SIMPULAN
Tingkat keanekaragaman jenis serangga yang ada di Taman Apsari tergolong rendah,
terdapar dua ordo serangga yang ditemukan yakni Lepidoptera dan Hymenoptera dengan 8
spesies
yang
berbeda
dengan
tingkat
perbandingan
masing-masing
ordo
lepidoptera: Hymenoptera yaitu 7 : 1, dimana banyaknya anggota dari masing-masing ordo
ini dipengaruhi oleh lingkungan di dalam taman seperti jenis tumbuhan yang merupakan
habitat hidup serangga.
KEPUSTAKAAN
Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Surabaya. 2011. Taman Apsari. Diakses pada 25 April
2014 dari http://www.dkp-surabaya.org/2011/01/taman-apsari.jsp.
Odum, E. P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi, Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Akutsu K; Khen C.V dan Toda M.J. 2007. Assessment of Higher Insect Taxa as Bioindicators for
Different Logging-Disturbance Regimes in Lowland Tropical Rain Forest in Sabah,
Malaysia. Ecol Res 22: 542550pp
Ferianita FM.2007. Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara.Yogyakarta.
Borror D.J dan De Long D.M. 1998. An Introduction to the Study of Insect. Sounders College
Publishing
Little, F.A. 1957. General And Applied Entomology. Texas: Texas University.
Lilies. S. Christina. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius
Peggie, Djunijanti dan Mohammad Amir. 2006. Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun Raya
Bogor. Cibinong: LIPI.

Вам также может понравиться