Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses penanganan komoditas pertanian akan berhubungan dengan
beberapa bentuk perlakuan seperti gaya (gaya gesek, gaya tekan) dan suhu
(pemanasan dan pendinginan). Untuk memperoleh hasil yang memenuhi
persyaratan mutu, maka setiap perlakuan yang diberikan terhadap bahan
harus tetap pada kisaran yang aman untuk menghindari kerusakan pada
komoditas. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman mengenai
karakteristik sifat pertanian sangat diperlukan dalam perancangan maupun
pengoperasian berbagai peralatan yang digunakan dalam proses penanganan
maupun pengolahan, juga dalam pengembangan perancangan peralatan.
Beberapa komponen karakteristik fisik komoditas pertanian antara
lain densitas dan specific gravity serta pengukuran sudut geser dan angle of
repose terkait langsung terhadap rancangan suatu alat khusus atau analisis
perilaku produk. Densitas dan gravitasi berperan dalam perhitungan difusitas
panas dalam pindah panas, penentuan bilangan reynold dalam penanganan
pneumatic atau hidrolik, pemisahan produk dari bahan yang tidak diinginkan
dan pendugaan struktur fisik serta komposisi kimia. Komoditas dengan
bentuk yang irregular dan porus akan mempersulit proses pengukuran volume
dan densitas.
1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari cara penentuan volume dan massa jenis dengan
metode pengukuran menggunakan pendekatan aproksimasi (pendekatan
geometris).
2. Untuk memepelajari cara penentuan volume dan massa jenis dengan
metode platform scale.
3. Untuk mempelajari cara penentuan sudut curah dari bahan-bahan hasil
pertanian.
4. Untuk mempelajari cara penentuan bulk density dari bahan-bahan hasil
pertanian.

5. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari bahan hasil pertanian yaitu
dengan mengukur kebundaran.
6. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari bahan hasil pertanian yaitu
dengan mengukur kebulatan.
7. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari bahan hasil pertanian yaitu
dengan mengukur volume dan luas permukaan teoritis.
8. Untuk mengetahui warna pada bahan hasil pertanian.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Bulk Density Dan Sudut Curah
2.1.1 Bulk Density
Kerapatan kamba atau bulk density merupakan salah satu sifat fisik
bahan yang umumnya digunakan dalam perancangan suatu gudang
penyimpanan dan volume alat pengolahan. Dalam penentuan kerapatan
kamba perlu diketahui terlebih dahulu volume solid suatu komoditas
pertanian yakni dengan membagi berarti air yang dipindahkan dengan
densitas air. Apabila komoditas yang diukur bersifat higroskopis, mka
digunakan media lain seperti tepung. Kerapatan kamba merupakan
parameter yang digunakan dalam menentukan ruang proses maupun
penyimpanan bahan.
Dalam penanganan bahan hasil pertanian istilah densitas dibedakan
menjadi dua macam, yaitu densits massa (mass sensity) atau kerapatan
massa (bulk density).
1. Kerapatan massa adalah kerapatan bahan yang diukur tanpa menyertakan
ruang-ruang kosong diantara bahan atau dengan pengertian lain
perbandingan massa sebuah bahan dengan volumenya.
2. Kerapatan kamba adalah kerapatan bahan yang diukur dengan
menyertakan ruang kosong diantara bahan atau dengan pengertian lain
perbandingan antara massa dengan volume bahan beserta ruang-ruang
kosong diantara bahan.
Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan
volume ruang yang ditempatinya dan satuannya adalah kg/m3 (Khalil,
1999). Kerapatan tumpukan memiliki pengaruh terhadap daya campur dan
ketelitian penakaran secara otomatis seperti halnya dengan berat jenis. Sifat
fisik ini memegang peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang
yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat jenis tertentu seperti pada
pengisian alat pencampur, elevator, dan silo. Nilai kerapatan tumpukan

menunjukkan porositas dari bahan, yaitu jumlah rongga udara yang terdapat
diantara partikel- partikel bahan.
Khalil (1999) menyebutkan bahwa bahan yang mempunyai
kerapatan tumpukan rendah (500 kg/m3). Nilai kerapatan tumpukan
berbanding lurus dengan laju alir pakan, semakin tinggi kerapatan tumpukan
maka laju alir pakan semakin meningkat (Sing dan Heldman, 1984).
Produsen lebih memilih bahan dengan kerapatan tumpukan tinggi apabila
melakukan pengiriman jarak jauh karena dapat menghemat pengeluaran
biaya pengemasan dan penyimpanan bahan.
2.1.2

Sudut Curah
Sudut curah atau sudut repos adalah sudut yang terbentuk antara
bidang alas dan bidang miring dari satu bentuk segitiga pada saat bahan
curah (biji-bijian) dijatuhkan secara bebas sampai bahan mulai jatuh
bergulir. Biasanya sudut repos diperlukan untuk menentukan sudut
kemiringan corong pengumpan (hopper) atau kemiringan saringan mesin
sortasi. Sudut repos terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Sudut repos statik, yaitu sudut gesek antar bijian diambang batas gerak.
2. Sudut repos dinamik, yaitu sudut antara lereng timbunan bijian dengan
permukaan horizontal.
Tabel 1. Sudut Curah berbagai Jenis Biji-bijian
Jenis Bahan
Jagung Pipil

Sudut Curah (Derajat)


27

Sorgum

33

Gabah

36

Kacang Kedelai

29

Gandum
sumber : Richey, Jacobson dan Hall (1980)

28

2.2 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Sudut Curah


Menurut Sahay dan Singh (1994), nilai sudut repos dari suatu bahan
dipengaruhi oleh:
a. Bentuk
b. Ukuran
c. Kadar air
d. Orientasi bahan
Sudut repos atau sudut curah adalah sudut yang terbentuk antara bidang
alas datar dan bidang miring dari suatu bentuk segitiga pada saat bahan curah
(biji-bijian) mulai bergerak jatuh secara bebas. Nilai sudut repos dipengaruhi
oleh bentuk, ukuran, kadar air, dan orientas bahan. Biasanya sudut repos
diperlukan untuk menentukan sudut kemiringan corong pengumpan (hopper)
atau kemiringan saringan mesin sortasi. Sudut repos penting artinya untuk
desain wadah, fasilitas penyimpanan, dan alat-alat pembantu lain dalam
pengolahan biji-bijian. Sudutrepos juga ditentukan melalui perhitungan, yaitu
dengan mengukur diameter curahan dan tinggi curahan (Pantastico, 1989).
Menurut Rusendi (2010), sudut tumpukan erat hubungannya dengan
gaya kohesi partikel bahan yaitu bahan yang mempunyai gaya kohesi yang
tinggi akan menyebabkan kebebasan bergerak suatu bahan tersebut akan
rendah. Suatu bahan yang memiliki kebebasan gerak yang rendah akan
menyebabkan sudut tumpukan menjadi besar. Adapun faktor lain yang
mempengaruhi angle of repose adalah kadar air dan adanya bahan asing pada
tumpukan.

2.3 Penerapan Bulk Density Dan Sudut Curah Pada Industri Pangan
Densitas kamba (bulk density) dan densitas nyata atau massa
(massdensity) merupakan salah satu karakteristik biji-bijian yang sering kali
digunakan untuk merencanakan suatu gudang penyimpanan, volume alat
pengolahan atausarana transportasi; mengkonversikan harga satuan dan
sebagainya (Zain, 2005).

Karakteristik fisik yang perlu diketahui dalam perancangan mesinmesin pasca panen dari bahan hasil pertanian terutama biji-bijian adalah sudut
repos (angle of repose). Biasanya sudut repos diperlukan untuk menentukan
sudut kemiringan corong pengumpan (hopper) atau kemiringan saringan
mesin sortasi. Sudut repos (angle of repose) biasanya sudut repos diperlukan
untuk menentukan sudu kemiringan corong atau kemiringan mesin sortasi.
Sudut repos penting artinya untuk desain wadah, fasilitas penyimpanan, dan
alat-alat pembantu lain dalam pengolahan biji-bijian (Mohsein,1980).
2.4 Prinsip Alah Pengukur Warna Dan Hal-Hal yang Mempengaruhi
Warna merupakan sebuah nama yang muncul atas segala aktivitas
pada retina mata. Selain itu, warna adalah hal penting bagi berbagai macam
makanan. Warna juga menunjukkan indikasi adanya perubahan kimia dalam
makanan seperti misalnya browning karamelisasi. Untuk beberapa makanan
cair yang jernih seperti minyak,warna merupakan refleksi dari cahaya (de
Man, 1999). Panjang gelombang warna yang bisa ditangkap mata berkisar
antara 380 780 nanometer dan panjang gelombang ini menentukan sifat
warna. Warna juga berarti interpretasi otak dari campuran warna primer, yaitu
merah, hijau dan biru dengan komposisi tertentu. Mata yang telah beradaptasi
dengan cahaya memiliki sensitivitas maksimum sekitar 555 nanometer di
wilayah kuning dari spektrum optik. Spektrum optik adalah bagian dari
spektrum elektromagnetik yang tampak oleh mata manusia.
Klasifikasi warna paling penting adalah sistem CIE (Commision
International

de

leclairage).

Sistem

lain

yang

digunakan

untuk

mendiskripsikan warna makanan antara lain system Munsell, Hunter,


Lovibond (de Man, 1999). Sistem Hunter merupakan salah satu system warna
yang telah luas digunakan untuk kolorimetri makanan. Dalam system Hunter
warna dibedakan menjadi 3 dimensi warna. Simbol a untuk dimensi
kemerahan dan kehijauan. Simbol b untuk dimensi kekuningan dan kebiruan.
Dimensi warna yang ketiga adalah L (Lightness) atau kecerahan. Nilai CIE

dapat dikonversi menjadi nilai warna dalam system Hunter menjadi L, a ,b.
Begitu pula sebaliknya nilai L, a, b dapat dikonversi menjadi nilai CIE X
%,Y,Z% (de man, 1999).
Warna dapat diukur secara modern dengan sebuah alat, yaitu color
reader seri CR 10. Instrumen ini terdiri atas ujung reseptor (A), sebuah
layar dan 4 buah tombol. 3 tombol adalah target, lab, Lch yang terletak
dibawah layar pada sisi samping alat.1 tombol terletak pada sisi atas alat yang
berfungsi sebagai tombol start saat penembakan sampel (de Man,1999).

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1) Penggaris
2) Jangka
3) Kertas Milimeter block
4) Wadah plastic persegi panjang
5) Color Reader
6) Beaker glass
7) Neraca analitik
8) Alat Dokumentasi
9) Lidi
3.1.2

Bahan
1) Mangga
2) Buah naga
3) Apel
4) Jeruk
5) Alpukat
6) Pisang
7) Kacang merah
8) Kedelai
9) Kacang hijau
10) Kacang otok
11) Jagug
12) Kacang tanah
13) Air

3..2 Skema Kerja


1

Volume dan Massa Jenis


1 Metode Aproksimasi
Sampel

Timbang
Hitung sumbu mayor (a)
2

Metode Platform Scale


Hitung sumbu minor (b)

Sampel
Hitung sumbu minor (b)
Hitung volume dan massa jenis dengan rumus spheroid oblat dan spheroid prolat
Timbang (X1)

+ air

Timbang
bahan
dan air
Masukkan
bahan
(X3)

Timbang (X2)

Timbang bahan dan air (X3)


Hitung volume V = (X3-X2) x massa jenis air

massa
m/V= X2/V
2 Hitung
Sudut Curah
danjenis=
Bulk Density
1 Sudut Curah
Sampel

Dicurahkan dari ketinggian 30 cm sampai membentuk kerucut

Bulk Density

Sampel
Ukur diameter
dan tinggi kerucut

Hitung
sudut curah
dan
dokumentasi
Dicurahkan dari
ketinggian
30 cm
sampai
membentuk kerucut

Ukur diameter dan tinggi kerucut


Hitung sudut curah dan dokumentasi

Bentuk, Ukuran dan Warna


1 Kebundaran (Roundness)
Gambar proyeksi bahan pada milimeter block

Tentukan luas proyeksi bahan terbebas dalam posisi bebas (Ap) dan luas lingkaran terkecil (Ac) de

Kebulatan (Sphericity)

Hitung Rd=

Ukur sumbu a (panjang/mayor), b (pertengahan), c (terkecil/minor)

Volume dan Luas Permukaan


Hitung sphericity =
Bahan

Ukur sumbu a,b,c dengan jangka sorong


4

Warna
Hitung
volume dengan
dan luascolor
permukaan
Standardkan
reader
Catat L, a dan b
Sampel

Color reder 5 titik

Catat dL, da, db


Hitung hue

BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Sudut Curah
No.
Sampel
1.
Kacang Kedelai
2.
Kacang Otok
3.
Kacang Hijau
4.
Kacang Merah
5.
Jagung
6.
Kacang Tanah
4.1.2 Bulk Density

Diameter (cm)
19,5
22
18,5
22
20
23,5

Jari-jari (cm)
9,75
11
9,075
11
10
11,75

No.
Sampel
1.
Kacang Kedelai
2.
Kacang Otok
3.
Kacang Hijau
4.
Kacang Merah
5.
Jagung
6.
Kacang Tanah
4.1.3 Volume dan Massa

M bulk (gram)
598,31
600,94
502,48
604,72
605,93
598,96

V bulk (ml)
790
765
680
780
770
890

Tinggi (cm)
3,2
3,75
3,2
3,8
4,1
3,5

a. Metode Pendekatam Aproksimasi


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sampel
Jeruk
Alpukat
Apel
Pisang
Mangga
Buah Naga

Berat (gram)
89,22
216,77
144,38
133,93
199,53
284,38

a (mayor)
6,2
6,8
7,25
5,3
6,27
9,35

b (minor)
4,6
2,245
4,45
4,6
3,50
3,45

b. Metode Platform scale


No
.
1
2
3
4
5
6

Sampel
Jeruk
Alpukat
Apel
Pisang
Mangga
Buah Naga

X1

X2 (Berat

X3 (Berat BG +

(Berat Bahan)
89,22
216,77
144,38
133,93
199,53
284,38

Bahan + Air)
394,59
468,56
398,98
1319,40
420,33
834,96

Air + Bahan)
484,22
685,69
543,60
1454,25
620,33
112,03

4.1.4 Bentuk dan Ukuran


a. Kebundaran (Roundness)
No

Sampel

r1 (cm)

r2 (cm)

2,6
3,5
3,2
1,7
3,2
4,1

3,3
5,7
4,15
8,7
5,4
5,7

.
1 Jeruk
2 Alpukat
3 Apel
4 Pisang
5 Mangga
6 Buah Naga
b. Kebulatan ( Spherecity)
No
.
1
2
3
4
5
6

Sampel

a (Mayor)

Jeruk
Alpukat
Apel
Pisang
Mangga
Buah Naga

b (Intermediet)

6,2
10,85
7,25
15,4
10,01
9,2

C (Minor)

4,55
6,8
6,2
5,3
6,82
8,05

4,6
2,245
4,45
4,6
3,52
3,45

c. Volume dan Luas Permukaan


No

Sampel

.
1 Jeruk
2 Alpukat
3 Apel
4 Pisang
5 Mangga
6 Buah Naga
d. Warna
No
.

Sampel

6,2
10,85
7,25
15,4
10,01
9,2

4,55
6,8
6,2
5,3
6,82
8,05

4,6
2,245
4,45
4,6
3,52
3,45

Standard
a

Bentuk
Bulat Memanjang
Kerucut Berputar
Bulat Memanjang
Bulat Membujur
Bulat Memanjang
Bulat Membujur

dl

da

db

Jeruk

Alpukat

62,7

62,7

6,1

6,1

19,8

19,8

- 16,9

15,6

28,6

- 16,9

14,9

28,7

- 17,7

16,1

26,8

- 15,2

13,7

30,5

- 15,3

13,3

29,3

- 29,4

- 9,0

7,6

- 29,4

- 9,3

8,1

- 27,9

- 9,6

9,3

- 28,9

- 8,6

8,4

- 28,5
-3

- 9,4
3,9

9,2
-1,8

4,

2,7

-0,2

1
-3

8,2

1,0

8,4

2,2

5,7

0,5

9,8

0,3

11,0

-0,7
0,7
0,8

10,7

4,
7
-3
3

Apel

62,7

6,1

19,8

3,
5
-3
2,
5
-3
4,
0

Pisang

Mangga

62,7

62,7

6,1

6,1

19,8

19,8

26,2
24,8
24,1
23,7
23,1

25,6
26,7
26,4
26,9

7,5
7,3
7,9
7,6

13,2
13,3
9,5
9,0
8,5

- 28,1

Buah
Naga

62,7

6,1

19,8

30,3
29,8
30,1
30,5
29,3

5,5
21,3
21,6
14,5
21,3

7,6
8,1
- 0,2
0,5
- 0,5
- 0
0,3

19,7
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Sudut Curah
Sampel

tan

Sudut curah (o)

Kacang Kedelai

0,328

18,16

Kacang Otok

0,341

18,82

Kacang Hijau

0,353

19,42

Kacang Merah

0,345

19,06

Jagung

0,410

22,29

Kacang Tanah

0,298

16,59

No
.

4.2.2 Bulk Density


No

Sampel

Bulk Density (gram/ml)

.
1

Kacang Kedelai

0,757

Kacang Otok

0,786

Kacang Hijau

0,739

Kacang Merah

0,775

Jagung

0,787

Kacang Tanah

0,673

4.2.3 Volume dan Massa


a. Metode Pendekatan Aproksimasi
No
1
2

Sampel
Jeruk
Alpukat

Volume (cm3)
549,26
734,66

Massa Jenis (g/ cm3)


0.16
0,3

3
Apel
4
Pisang
5
Mangga
6
Buah Naga
b. Metode Platform Scale

4.2.4

601,07
540, 98
321,57
1262,73

No
Sampel
1
Jeruk
2
Alpukat
3
Apel
4
Pisang
5
Mangga
6
Buah Naga
Bentuk dan warna

Volume
89,63
144,62
217,13
134,85
200
287,07

0,24
0,25
0,62
0,23
Massa jenis
0,995
0,988
0,998
0,992
0,998
0,991

a. Kebundaran
No
1
2
3
4
5
6

Sampel
Jeruk
Alpukat
Apel
Pisang
Mangga
Buah Naga

Kebundaran
0,62
0,38
0,59
0,038
0,35
0,52

b. Kebulatan
No
Sampel
1
Jeruk
2
Alpukat
3
Apel
4
Pisang
5
Mangga
6
Buah Naga
c. Volume dan Luas Permukaan
No
Sampel
1
Jeruk
2
Alpukat
3
Apel
4
Pisang
5
Mangga
6
Buah Naga
d. Warna

Volume (cm3)
537,38
734,64
1166,7821
5262,42
1949,26
2852,59

Kebulatan
1,84
1,19
1,95
1,26
1,55
1,74
Luas Permukaan
10354,60
203,702
16429,15
1973,86
25217,5
1346,26

No
1
2
3
4
5
6

Sampel
Jeruk
Alpukat
Apel
Pisang
Mangga
Buah Naga

Hue (0)
88,83
179,066
358,736
88,94
178,912
358,72

BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
5.1.1 Penentuan Volume dan Massa Metode Aproksimasi
Langkah awal yang dilakukan dalam metode ini yaitu menyiapkan
sampel terlebih dahulu, sampel yang digunakan berupa buah buahan yaitu,
buah naga, mangga, pisang, apel, jeruk dan apukat. Kemudian setelah
disiapkan sampel dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca
analitik, fungsi penimbangan ini yaitu untuk mengetahui berat dari sampel
tersebut. Selanjutnya, dilakukan pengukuran sumbu mayor, catat dengan
lambang (a). Sumbu mayor adalah diameter terbesar pada buah. Lalu diukur
oula sumbu minor (b). Fungsi pengukuran sumbu mayor dan minor ini
adalah untuk mengetahui volume dan massa jenis bahan dengan metode
spheroid oblat dan prolat. Sumbu mayor dan minor diperlukan untuk
perhitungan menggunakan rumus.
5.1.2 Penentuan Volume dan Massa Metode Platform Scale
Pertama

beaker

glass

diisi

dengan

air,

lalu

ditimbangan

menggunakan neraca analitik untuk menetahui massa beaker glass + air


(catat sebagai X2). Beaker glass diisi dengan air agar bahan yang akan
dimasukkan dapat tenggelam. Beaker glass + air ini kemudian disisihkan.
Selanjutnya, bahan ditimbang untuk diketahui massanya, catat sebagai X 1.
Kemudian bahan dimasukkan dalam beaker glass yang berisi air tadi agar
tenggelam. Beaker glass beserta isinya ini kemudian ditimbang lagi untuk
mengetahui massanya. Terakhir dilakukan perhitungan menggunakan rumus
metode platform scale untuk mengetahui volume dan massanya.
5.2.3 Sudut Curah
Pertama siapkan bahan yang akan digunakan (kacang tanah, kacang
merah, kedelai, jagung, kacang otok, dan kacang hijau) ditempatkan pada
gelas ukur untuk mempermudah penuangan bahan. Lalu masing-masing
bahan dicurahkan dari ketinggian 30 cm sampai membentuk kerucut. Fungsi
perlakuan ini adalah agar bahan membentuk kerucut dan dapat dihitung

tinggi dan jari-jarinya. Pengukuran jari-jari dan diameter berguna sebagai


faktor penentu besarnya sudut curah bahan dala perhitungan.
5.2.4 Bulk Density
Pada acara ini, bahan yang digunakan sama seperti acara sudut
curah. Mula-mula bahan ditimbang menggunakan neraca analitik untuk
mengetahui massanya. Lalu masing-masing bahan dimasukkan dalam gelas
ukur untuk mengetahui volumenya. Terakhir, kerapatan curah bahan
dihitung menggunakan rumus. Fungsi pengukuran kerapatan curah ini
adalah untuk massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu.
5.2.5 Pengukuran Kebundaran
Untuk praktikum kali ini mengukur kebundaran dari suatu sampel,
sampel yang digunakan berupa buah- buahan,yaitu dianaranya buah naga,
apel, mangga, jeruk, alpukat, dan pisang. Kemudian bahan- bahan tersebut
digambar dalam milimeter blok. Kemudian ditentukan luas proyeksi bahan
terbebas dalam prosisi bebas (Ap) dan luas lingkarn terkecil (Ac) dengan
menggunakan jangka. Kemudian dihitung Rdnya, yaitu Ap dibagi dengan
Ac, atau juga dapat dengan pembagian r1 dan r2.
5.2.6 Pengukuran Kebulatan
Praktikum kali ini menggukur kabulatan suatu benda, sampel yang
digunakan yaitu buah- buahan yaitu apel, jeruk, mangga, apukat, pisang dan
buah naga. Kemudian diukur sumbu a yaitu panjangnya atau sumbu mayor,
kemudian diukur bnya atau pertengahandari sampel tersebut, dan terakhir
mengukur

cnya

atau

minor.

Kemudian

dihitung

kebulatannya

denganenggunakan rumus abc pangkat 1/3 dan dibagi dengan nilai a.


5.2.7 Volume dan Luas Permukaan
Pertama siapkan bahan yang akan digunakan, lalu diukur sumbu
a,b dan c menggunakan jangka sorong. Penggunaan jangka sorong
bertujuan untuk mendapatkan nilai pengukuran yang akurat. Pengukuran ini
berfungsi sebagai penentuan angka yang dibutuhkan untuk perhitungan
volume dan luas permukaan menggunakan rumus.

5.2.8 Penentuan Warna


Pada pengukuran penentuan warna, sebelum mengukur warna bahan
menggunakan colour reader, alat tersbut distandarkan terlebih dahulu
menggunakan keramik standar. Fungsi perlakuan ini adalah untuk
menghitung nilai L (lightness), a dan b (chroma) standar dari color reader.
Kemudian, masing-masing bahan diukur warnanya dengan color
reader pada 5 titik dan dicatat nilai dL, da dan db. Fungsi perlakuan
pengukuran di 5 titik adalah untuk mengetahui bermacam nilai pada bahan
yang sama, kemudian dirata-rata agar didapat nilai yang akurat. Langkah
terakhir yaitu mengukur hue (Hue merupakan karakteristik warna berdasar
cahaya yang dipantulkan oleh objek). Fungsi perlakuan ini adalah
mengetahui perbedaan sifat fisik warna bahan pangan dan hasil pertanian.
5.2 Analisa Data
5.2.1 Pengukuran Volume dan Massa Metode Pendekatan aproksimasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan volume dan massa
jenis menggunakan metode aproksimasi diperoleh volume terbesar pada
buah naga yaitu sebesar 1262,73 cm3, sedangkan untuk volume terkecil
yaitu pada buah naga. Hal ini dikarenakan selain ukuran dari buah naga
yang besar, buah naga banyak mengandung air, sehingga volumenya lebih
besar dari buah-buahan yang lain. Untuk pengukuran masa jenis, yang
paling tinggi adalah mangga dengan 0,34 gr/ cm3, sedangkan untuk yang
paling kecil adalah jeruk dengan 0,16 gr/ cm3. Berdasarkan literatur yang
ada, masa jenis dapat dipengaruhi oleh massa dan volume dari bahan itu
sendiri. Masa dan volume dari jeruk sangatlah kecil, sehingga masa
jenisnya pun kecil.
5.2.2

Pengukuran Volume dan Massa Metode Pendekatan Platform Scale


Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan volume dan massa
jenis menggunakan metode aproksimasi diperoleh volume terbesar pada
buah naga yaitu sebesar 287 dan volume terendah adalah pada jeruk yaitu
sebesar 89,63. Hal ini dikarenakan selain ukuran dari buah naga yang

paling besar, buah naga banyak mengandung air, sehingga volumenya


lebih besar dari buah-buahan yang lain. Selain pengukuran volume pada
buah-buahan, juga dilakukan pengukuran massa jenis masing masing
buah. Massa jenis terbesar pada yaitu pada apel dan mangga sebesar 0,998
gr/ cm3, sedangkan massa jenis yang paling kecil adalah pada buah naga
yaitu sebesar 0,991 gr/ cm3. Semakin besar massa dan volume bahan,
maka massa jenis bahan tersebut semakin besar. Hal ini sesui dengan
literatur bahwa massa jenis dapat dipengaruhi oleh massa dan volume dari
bahan tersebut.
5.2.3. Sudut Curah
Dari data hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh nilai sudut
curah dari kacang kedelai sebesar 18,16, kacang otok sebesar 18,82,
kacang hijau sebesar 19,42, kacang merah sebesar 19,06, jagung sebesar
22,29 dan kacang tanah sebesar 16,59. Dari data tersebut diketahui nilai
sudut curah tertinggi yaitu jagung. Hal ini dikarenakan bentuk jagung yang
pipih. Bentuk jagung yang pipih meyebabkan saat jagung dicurahkan lebih
terpusat dan tidak menyebar (bentuk kerucutnya tinggi sementara jarijarinya kecil).
Menurut Prabowo (2010) bahwa ukuran partikel yang semakin
kecil maka akan membentuk sudut tumpukan yang semakin besar, dan
apabila bahan pangan mempunyai sudut tumpukan kecil maka akan lebih
mudah dan lebih akurat di dalam penakarannya, baik secara volumetris
maupun gravimetris. Apaila mengacu pada literatur tersebut, maka bahan
yang sudut curahnya paling besar seharusnya adalah kacang hijau karena
ukuran partikelnya kecil. Namun jagung menjadi pengecualian karena
jagung memiliki keistimewaan bentuk bijinya yang pipih membulat. Hal
ini menjadikan biji jagung dapat lebih mudah menumpuk dan membentuk
kerucut yang tinggi, sementara jari-jarinya kecil dan ketika dilakukan
perhitungan, jagung memiliki sudut curah yang paling besar.

5.2.4

Bulk Density
Dari hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh nilai bulk density
yang tertinggi adalah pada jagung yaitu sebesar 0,787 gram/ml, sedangkan
nilai bulk density yang paling kecil yaitu pada kacang tanah sebesar
0.637gram/ml. Hal ini tidak sesuai dengan literatur karena seharusnya
semakin kecil ukuran biji, maka Bulk Density yang diperoleh semakin
besar karena pada pengukuran volume dilakukan pada gelas ukur.
Menurut Rusendi (2010) bahwa ukuran partikel yang semakin kecil
maka akan membentuk sudut tumpukan yang semakin besar, dan apabila
bahan pakan mempunyai sudut tumpukan kecil maka akan lebih mudah
dan lebih akurat di dalam penakaran baik secara volumetris maupun
gravimetris. Dengan kecilnya ukuran bahan maka rongga-rongga kosong
yang ada pada gelas ukur terisi oleh biji yang berukuran kecil dan
menghasilkan berat yang lebih tinggi. Penyimpangan terjadi disebabkan
karena kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca miniskus pada
gelas ukur. Selain ukuran bahan, kehalusan (kerataan) dari permukaan juga
mempengaruhi Bulk Density. Semakin halus permukaan dari bahan, maka
rongga-rongga kosong yang ada pada gelas ukur terisi oleh biji, sedangkan
untuk

permukaan biji yang kasar, tumpukan dari masing-masing biji

memiliki kerapatan yang rendah karena permukaan yang kasar, sehingga


banyak rongga-rongga yang kosong.
5.2.5 Pengukuran Kebundaran
Dari data hasil pengamatan dan perhitungan diketahui bahwa jeruk
memiliki tingkat kebundaran yang paling tinggi yaitu sebesar 0,62,
sedangkan pisang memiliki kebundaran paling rendah yaitu sebesar 0,038.
Hal ini dikarenakan bentuk dari pisang memang jauh dari bentuk bulat.
Menurut literatur, nilai kebundaran suatu bahan hasil pertanian berkisar
antara 0-1, apabila nilai suatu benda bahan hasil pertanian mendekati 1,
maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar, sehingga jeruk bentuknya
mendekati bundar. Besar kecilnya nilai kebundaran suatu bahan
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari bahan itu sendiri. Besarnya jari-

jari dalam dan luar suatu bahan menentukan kebulatan dari bahan itu
sendiri.
5.2.6 Pengukuran Kebulatan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh nilai kebulatan
paling besar

yaitu pada buah jeruk sebesar 0,8165 dan terkecil pada

pisang yaitu 0,4684. Hal ini dikarenakan buah jeruk mempunyai bentuk
bulat sampai lonjong bagian pucuk buah berlekuk dangkal, kulit agak
kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan renggang, tetapi setelah tua
menjadi halus dan mengkilat. Nilai kebulatan suatu bahan hasil pertanian
berkiar antara 0-1, apabila nilai suatu bahan mendekati 1 maka bahan
tersebut mendekati bentuk bola (bulat).
5.2.7

Volume dan Luas Permukaan


Dari data hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh luas
permukaan pada buah naga, alpukat, mangga, jeruk, apel, dan pisang
berturut-berturut yaitu 1346,26; 203,702; 1215,47; 10354,60; 16429,15;
dan 1973,86. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa buah apel
memiliki luas permukaan tertinggi yaitu 16429,15, dan luas permukaan
yang terendah yaitu pada buah pisang sebesar 1389,07. Luas permukaan
dari masing masing bahan berbeda karena luas permukaan yang
diperoleh dari penentuan jenis bentuk dari masing masing bahan
bermacam macam bentuknya yaitu bulat memanjang, bulat membujur,
dan silinder. Luas permukaan dipengaruhi bentuk dan ukuran. Luas
permukaan juga dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran, semakin tidak rata
bentuk dari buah tersebut, semakin luas permukaan dari buah tersebut.

5.2.8 Warna
Dari data hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh nilai Hue
terbesar pada buah apel dengan rata-rata nilai hue 358,736, dan rata-rata
nilai hue terkecil pada buah jeruk yaitu 88,83. Hal ini dikarenakan pigmen
dari jeruk dan apel memang berbeda. Pigmen dari apel berwarna merah
gelap, sedangkan pada jeruk adalah kuning cerah. Hue merupakan

karakteristik warna berdasar cahaya yang dipantulkan oleh objek, dalam


warna dilihat dari ukurannya mengikuti tingkatan 0 sampai 359. Sebagai
contoh, pada tingkat 0 adalah warna Merah, 60 adalah warna Kuning,
untuk warna Hijau pada tingkatan 120, sedangkan pada 180 adalah warna
Cyan. Untuk tingkat 240 merupakan warna Biru, serta 300 adalah warna
Magenta (De Mann, 1999).
Pada bahan pangan hasil pertanian terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan adanya warna, diantaranya adalah Pigmen yang secara alami
terdapat pada tanaman dan hewan. Warna buah dipengaruhi pigmen
tertentu, misalnya pigmen karotenoid dan flavonoid. Pigmen ini terjadi
setelah adanya penambahan atau degradasi dari klorofil, yang kemudian
menyebabkan warna buah berubah dari kehijauan menjadi kekuningan.
Perubahan warna ini terjadi setelah mencapai tahap klimakterik, yang
diikuti perubahan tekstur. Hal ini disebabkan oleh perubahan pada dinding
sel dan substansi pectin yang lain (Hadiwiyoto, 1981). Nilai hue dari
masing-masing bahan dipengaruhi oleh nilai L,a dan b Nilai L yang
ditunjukkan tinggi menandakan bahwa bahan tersebut memiliki tingkat
kecerahan yang tinggi.

BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Beberapa faktor yang mempengaruhi sudut curah antara lain kadar air,
massa jenis, bentuk bahan, ukuran dan luas permukaan.
2. Semakin rendah kerapatan tumpukan maka dihasilkan sudut curah yang
rendah
3. Massa jenis dipengaruhi oleh massa dan volume dari bahan.
4. Nilai hue dari masing-masing bahan dipengaruhi oleh nilai L,a dan b.
5. Kebundaran (roundness) adalah ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu
benda padat, sedangkan kebulatan merupakan perbandinga antara diameter
bola pada tiga posisi sumbu.
6. Buah jeruk memiliki nilai kebundaran dan kebulatan mendekati 1 yang
artinya bentuk dari buah jeruk semakin bundar dan bulat.
6.2 Saran
Akan lebih baik lagi jika praktikan melalukan semua praktikum
sehingga semua praktikan dapat memahami lebih jelas tentang praktikum
yang dilakukan. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Khalil. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap


sifat fisik pakan local: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan dan berat jenis. Media Peternakan 22 (1): 6-11.

Mohsenin, 1980. Physical Properties of Plant and Animal materials. 2nd


edition. Gordon

and Breach Science. New York USA

Sahay, K.M. and K.K Singh. 1994. Unit Operation of Agricultural Processing.
Vikas Publishing house PVT LTD.

Вам также может понравиться