Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB III

ANALISIS KRITIS
Sudah sejak lama Indonesia memiliki dasar negara Pancasila. Dalam Pacasila terdapat
lima sila yang mengatur seluruh kehiupan warna negara Indonesia. Setiap sila memiliki
fungsi, peranan dan nilai tersendiri. Nilai dari sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab adalah dasar dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Kemanusiaan yang adil dan beradab secara sederhana dapat diartikan bahwa
setiap manusia memilki harkat dan martabat dan dalam pengambilan keputusan bersifat
obyektif sesuai dengan norma yang berlaku. Sehingga dalam melakukan sesuatu manusia
harus berpikir secara bijaksana dan memikirkan aspek aspek lainnya.
Selain itu, didalam sila kedua juga mencakup hukum, pidana, kewajiban dan juga
keseimbangan. Dalam penerapannya keseimbangan yang dimaksud misalnya, kesetaraan atau
perlakuan yang sama terhadap pria dan wanita. Tidak hanya itu saja, bentuk penerapan
lainnya misalnya; terdapat pasal pasal yang mengatur tentang HAM (Hak Asasi Manusia).
Sila kedua dalam pelaksanaannya didukung dengan kekuatan hukum yang cukup memadahi.
Beberapa pasal terbentuk untuk mendukung keberlangsungan kehiupan masyarakat yang adil
dan beradab. Pasal pasal yang terbentuk cukup dapat mencakupi seluruh kehidupan
masyarakat. Sebagi contoh, terdapat pasal dimana di dalamnya menjamin kebebasan setiap
warga negara untuk sama dihadapan hukum.
Dari banyak pasal yang mengatur perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Dasar 1945. Terdapat jaminan HAM
yang paling sering dilanggar atau disimpangkan oleh negara maupun kelompok individu yaitu
pasal 34 ayat (1), yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara. Negara Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang. Negara yang
memiliki pendapatan perkapita yang tidak terlalu tinggi. Sehingga, mayoritas masyarakat
Indonesia rata-rata hidup menengah kebawah. Tidak heran jika banyak masyarakat Indonesia
yang bekerja sebagai kuli, pemulung, bahkan pengemis dengan pendapatan tidak menenentu
dan jumlah yang relatif kurang untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Sehingga,
dengan pendapatan yang sedikit mereka mendirikan bangunan bangunan tempat tinggal di

wilayah yang harusnya mereka tidak tempati, seperti: pinggiran sungai, penggir rel kereta api,
bahkan kolong jembatan.
Dari segi sosial banyak anak-anak dimanfaatkan sebagai pengemis untuk mencukupi
kebutuhan hidup. Untuk menertibkan masalah tersebut maka dikerahkan SATPOL PP sebagai
pihak yang bertugas untuk mengurusi masalah penertiban lingkungan dan masyarakat. Akan
tetapi, tidak sedikit perilaku SATPOL PP yang mencerminkan pelanggaran HAM. Sebagi
contoh nyata yang terjadi di daerah Sleman, Yogayakarta. Penganiayaan berupa: kekasaran
dalam proses penggusuran, perlakuan buruk saat penertiban (seperti perusakan hak milik
individu), dan belum adanya upaya perbaikan bagi pihak terlantar yang rumahnya telah
digusur.

Kasus ini terjadi pada 6 Oktober 2009, Sekelompok SATPOL PP berjumlah 12 orang
anggota dengan 2 orang komandan melakukan penertiban pada anak jalanan di sekitar
wilayah terminal Jombor. Ketika sampai di wilayah tersebut, sebagian anak jalanan berusaha
melarikan diri namun sebagian lagi berdiam diri pasrah saat ditangkap oleh SATPOL
PP. Setelah SATPOL PP berhasil menangkap anak-anak jalanan itu, lalu mereka dikumpulkan
di salah satu sudut terminal. Barang-barang anak jalanan seperti tikar, pakaian, dan
perlengkapan lainnya dibakar di depan mata mereka. Para anak jalanan hanya terdiam melihat
barang-barang milik mereka dibakar. Disaat mereka ingin berusaha mengambil barang
mereka yang sudah mulai hangus terbakar, para SATPOL PP justru menghalang mereka.
Kemudian beberapa diantara anak jalanan itu mengadukan pembakaran itu kepada pemuda
yang mangkal di terminal tersebut yang diduga adalah sekelompok preman. Hampir saja

terjadi kericuhan antara sekelompok preman dengan SATPOL PP, untungnya aparat
kepolisisan yang kebetulan bertugas di pos lantas Jombor segera datang dan melerai dua kubu
tersebut. Anak jalanan yang merasa sebagai korban penganiayaan SATPOL PP tersebut
melapor kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, mereka berharap SATPOL PP
dapat bertanggung jawab atas perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan kepada mereka,
para anak jalanan. Oleh pihak LBH, kejadian tersebut dilaporkan kepada pihak kepolisian dan
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM). Pihak LBH berpendapat bahwa
kejadian tersebut bukan lagi tindakan penertiban.
Walaupun mereka anak jalanan namun mereka tetaplah manusia yang memiliki Hak
Asasi Manusia yang haru diakui oleh setiap orang. Seperti yang tercantum pada pasal 34 ayat
(1) bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar wajib dilindungi. Mereka, anak jalanan, anakanak terlantar yang dilindungi oleh negara. SATPOL PP merupakan alah satu lembaga
pemerintahan negara yang bertugas untuk menertibkan sudah seharusnya turut melaksanakan
isi dari pasal tersebut. Jika memang harus diadakan penggusuran ada baiknya bila ada
pembangunan ulang bagi mereka yang rumahnya digusur. Seperti pembangunan rumah susun.
Jika tidak ada tanggung jawab dari pihak penggusur sama saja mereka menambah jumlah
orang terlantar di Indonesia.
Dengan adanya pasal tersebut maka otomatis setiap orang baik fakir miskin dan anakanak terlantar memiliki hak yang sama dengan orang yang memiliki kehidupan yang layak.
Mereka juga mendapat kebebasan untuk berserikat dan berkumpul, mengemukakan pendapat
dan pikiran baik lisan maupaun tulisan, hak memperoleh kesehatan, pendidikan, bahkan
kehidupan yang layak serta hak mengeksploitasi diri misalnya dalam bidang seni, baik tari,
teater, musik, rupa, dan sastra.
Walaupun keberadaan anak-anak terlantar dan fakir miskin terkadang mengganggu
dan meresahkan masyarakat namun mereka juga memiliki Hak Asasi Manusia yang patut
untuk dihormati, diakui, dan dilindungi. Dengan adanya pasal 34 ayat (1) maka akan selalu
mengingatkan semua orang agar tidak mendiskriminasi dan membedakan status sosial
seseorang. Semua orang memiliki hak yang sama di mata hukum bahkan dimata Tuhan.

Analisis kritis yan terjadi di Komunitas SDN Petungsewu 01:

Berdasarkan pengamatan dan informasi yang didapatkan, kelompok kami melihat


bahwa penerapan dari sila kedua yang ada di SDN Petungsewu 01 telah dilakukan. Di SDN
Petungsewu 01 seluruh siswa diberikan hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dengan
gratis. Pihak sekolah dalam memberikan beasiswa tidak melihat pekerjaan ataupun status
sosial. Dengan baik pihak sekolah memberikan pengajaran yang dibutuhkan oleh siswa dan
siswinya.

BAB IV
REFLEKSI
Melvina Priscilia 111310079
Setiap sila dalam Pancasila memilki peranan dan fungsinya sendiri sendiri. Sebagai
warga Indonesia sudah seharusnya kita turut mengamalkan setiap sila yang ada, terutama sila
kedua. Dalam kaitannya dengan sila kedua, tidak jarang bahwa terjadi kasus kasus tentang
pelanggaran kebebasan atau HAM orang lain. Kita sudah seharusnya menghargai dan
menghormati hak asasi orang lain karena setiap orang memiliki hak untuk dihargai. Selain itu,
tidak membeda - bedakan status sosial, berusaha untuk saling menghargai perbedaan dan
pemikiran satu sama lain, menggunakan perbedaan sebagai pelengkap bukan menjadi faktor
penyebab permusuhan.
Selain itu, bagi negara dan juga pemerintah, pejabat negara harus lebih peduli terhadap
kehidupan fakir miskin dan anak terlantar. Negara berperan tidak hanya mementingkan
kepentingan pribadi saja, pejabat negara juga harus mementingkan hak asasi manusia. Dengan
adanya realitas yang ada saat ini, pemerintah harus lebih tanggap dan peduli agar jumlah
kemiskinan dan anak terlantar setiap tahunnya dapat berkurang. Jika Hak Asasi Manusia
dapat terjaga dan pemberian hak yang tepat, maka kesejahteraan juga akan tercipta, dengan
demikian kualitas dari masyarakat akan baik pula.

www.ferli1982.worpress.com
http://edukasi.kompasiana.com/2014/09/04/apakah-jaminan-ham-bagi-fakir-miskindan-anak-terlantar-terlaksana--672667.html
Hidayat, Komarudin dan Azra, Azyumardi. 2008. Pendidikan Kewargaan ( Civic
Education). Jakarta : Kencana
Muladi, H. 2009. HAK ASASI MANUSIA. Bandung: PT.Refika Aditama
. 2011. http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hak-asasi-manusia/ (diakses
tanggal14 September 2011/ 19.00)
. 2011. http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1870538-hak-asasimanusia-ham/#(diakses tanggal14 September 2011/ 19.15)
.

2011.

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3877536

(diakses

tanggal14

September 2011/ 19.20)


. 2011. http://ivantoebi.wordpress.com/2009/03/29/perkembangan-ham-di-indonesia/
(diakses tanggal14 September 2011/ 19.30)
. 2011. http://pusham.uii.ac.id/ham/11_Chapter5.pdf (diakses tanggal14 September
2011/ 19.35)
. 2011. http://www.komnasham.go.id/ (diakses tanggal14 September 2011/ 19.45)
.

2011.

http://sii-lukman-oneheart.blogspot.com/2011/03/implementasi-ham-di-

indonesia.html (diakses tanggal14 September 2011/ 19.50)


.

2011.

http://ipanghsatanic.blogspot.com/2011/04/bentuk-dan-sistem-ham-di-

indonesia(diakses tanggal 16 September 2011/ 18.15)


. 2010. http://media.kompasiana.com/new-media/2010 (diakses tanggal 16 September
2011/ 16:30)
http://asriatisetya.wordpress.com/2013/02/28/implementasi-pancasila-sila-ke-dua/

Вам также может понравиться