Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000
dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih
menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun
misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak
tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang
menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak
10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial
dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf
pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1,
sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan
tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya
timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak
yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel
abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini
akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya,
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan
peningkatan tekanan intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea,
muntah dan papil edema. Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti
kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa
tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital,
virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor
otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan.
(Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma
metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor
otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.
Peranan perawat sangat penting sekali dalam merawat pasien dan
keluarganya hal ini disebabkan karena banyak sekali kemungkinan masalahmasalah fisik, psikologis dan sosial yang akan dihadapi.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi tumor otak?
1.2.2 Apa saja etiologi dari tumor otak?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi tumor otak?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari tumor otak?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan tumor otak?
1.2.6 Apa saja komplikasi tumor otak?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami tumor otak?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui informasi, penyebab dan cara pencegahan terjadinya
tumor otak
1.3.2 Tujuan Khusus
Pada akhir pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengetahui definisi, etiologi, gejala, patofisiologi, manifestasi klinik,
penatalaksanaan tumor otak dan komplikasi dari tumor otak.
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak
1.3.3 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
a. Mendapatkan
pengetahuan
tentang
definisi,
etiologi,
patofisiologi,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A.
Sylvia, 1995: 1030)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor
berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan
lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002)
Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak,
cairan serebrospinal ( CSS ) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan
peningkatan intra kranial ( PTIK ) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari
volume otak, keadaan ini tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial,
sebab volume yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan
serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan volume darah
intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan durameter.
Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak,
darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme
penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan
herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.
Definisi
Kenapa terjadi
penatalaksanaan
2.2
klasifikasikan:
Jinak
1.
Acoustic neuroma
2.
Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada
di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering
terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat
dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3.
Pituitary adenoma
4.
Astrocytoma (grade I)
b.
Malignant
1.
2.
Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang
dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling
bersifat kemosensitif.
3.
Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat
pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling
sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis.
Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua
faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan
kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak
anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.
Glioma :
i) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di
hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui
korpus kolosum.
ii) Astroscytoma
iii) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi
terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan
cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer
otak orang dewasa muda.
2.
Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium
tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai
reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial
lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada
duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas
(20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas
serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat
defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan
oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya
tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan
asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii
sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial
sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan
menyebabkan gangguan visus yang progresif.
b. Tumor infratentorial
1. Schwanoma akustikus
2. Tumor metastasisc
Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen,
sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura.
b.
Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang
paling sering dijumpai dalam serebelum.
2.3
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini
telah
diakui
methylcholanthrone,
bahwa
ada
substansi
nitroso-ethyl-urea.
Ini
yang
karsinogenik
berdasarkan
percobaan
seperti
yang
a. Pergeseran
kandungan
ointra
kranial
mengstimulasi
hipotalamus
untuk
mengalami
vertigo
dan perubahan
Manifestasi Klinis
a. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat
juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan
aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita.
Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama
pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput
dan leher.
b. Perubahan Status Mental
Komplikasi
2.6.1 Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema
Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik)
2.6.2 Hidrosefalus
10
2.8
Penatalaksanaan
Faktor faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
a.
Usia
b.
General Health
c.
Ukuran Tumor
d.
Lokasi Tumor
e.
Jenis Tumor
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu
a.
Surgery
Terapi Pre-Surgery :
Steroid
Anticonvulsant
Shunt
Radiotherapy
Radioterapi
penatalaksanaan
merupakan
proses
salah
keganasan.
satu
modalitas
Berbagai
penting
penelitian
klinis
dalam
telah
11
Chemotherapy
Pada
kemoterapi
dapat
menggunakan
powerfull
drugs,
bisa
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
3.1.2 Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran,
penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia
atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
d. Sesak napas : ya
e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
2. Kardiovaskular B2 (blood)
a. Irama jantung : irregular
b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal
d. Akral : hangat
e. Nadi : Bradikardi
f. Tekanana darah Meningkat
3. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata)
d. Pengecapan (lidah)
:ketidakmampuan
sensasi
(parathesia
atau
anasthesia)
e. Afasia
:kerusakan
atau
kehilangan
fungsi
bahasa,
g. GCS
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan
kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
15
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
4. Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
a. Nafsu makan : menurun
b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih
d. Mukosa : lembap
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
b. Kondisi tubuh: kelelahan
3.1
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan
perfusi
jaringan
serebral
berhubungan
dengan
3.
4.
5.
16
6.
Perubahan
persepsi
sensori
perseptual
berhubungan
dengan
3.2
Intervensi
1.
Perubahan
perfusi
jaringan
serebral
berhubungan
dengan
Kriteria hasil
Intervensi
1.
Rasional
memberikan
gambaran
17
pergerakan otot
-
Kaji adanya
nyeri
kepala,
mual,
Peninggian
posisi
dengan
bagian
kepala
akan
otak,
meninggikan
posisi
atau
fleksi
tekanan
intratorakal
tungkai
akan
intraabomen
yang
akan
Monitor
analisa
gas
darah,
otak
-
PaO2 >80mmHg
-
Menurunnya
CO2
menyebabkan
3.
Hindari
faktor
yang
dapat
meningkatkan TIK
-
Istirahatkan
pasien,
hindari
Keadaan
mengurangi
kebutuhan oksigen
-
2.
istirahat
Kriteria Hasil
3.
Kriteria hasil
:
a. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
b. Klien tidak merasa kesakitan.
Intervensi
1.
Rasional
Nyeri
merupakan
pengalaman
faktor
yang
berhubungan
3.
nyeri timbul.
beratnya serangan.
Berikan
kompres
dingin
pada 3.
kepala.
4.
dapat
nyerinya
mengalihkan
ke
perhatian
hal-hal
yang
menyenangkan
5.
5.
Kolaborasi analgesic
6.
4.
19
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
1.
Rasional
saat
pasien
mengadakan
Diskusikan
tentang
pasien
hipotensi
ortostatik
ataukah tidak.
2.
klien
mengetahui
mengakami
Untuk
fisiologi
dengan
hipotensi
ortostatik.
3.
Melatih
kemampuan
klien
dan
Ajarkan
teknik-
5.
Kerusakan komunikasi verbal b.d efek afasia pada ekspresi atau intepretasi.
Tujuan
Kriteria Hasil
20
Intervensi
1.
Perhatikan
Rasional
kesalahan
dalam 1.
Pasien
kehilangan
mungkin
kemampuan
untuk
Menilai kemampuan
menulis
dan
kekurangan
membaca
yang
benar
yang
dalam
juga
Berika
metode
komunikasi
komunikasi
(gerakan
berdasarkan
tangan,
gambar-gambar,
Memberikan
tentang
keadaan/
kebutuhan
deficit
yang
mendasarinya.
6.
Menurunkan
kebingungan/ansietas
komunikasi
pasien.
waktu tertentu.
dan
selama
berespons
proses
pada
Kriteria hasil
Rasional
Bantu
mengenali
dan
pasien
mengkompensasi
perubahan sensasi.
cedera.
2. Menyentuh menyampaikan perhatian
2.
Berikan
rangsang
3.
orientasi
dan
4.
Pertahankan adanya
respons
emosional
psikologis,
memerlukan
berlebihan,
7.
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil
:
a. Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
b. Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
c. Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan
merah
d. Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
22
Intervensi
Rasional
Menentukan adanya
kekurangan nutrisi pasien
2.
Salah
satu
efek
3.
Mengurangi
mual
5. Monitor
hasil
laboratorium:
Hb,
albumin
6. Kolaborasi
5.
dalam
pemberian
obat
Menentukan
status
Mengurangi
mual
nutrisi
antiemetik
6.
23
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau
neuron. Metabolisme otak digunakan kira kira 18% dari total konsumsi oksigen oleh
tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya tapi otak merupakan organ
yang paling banyak menerima darah dari jantung yaitu 20% dari seluruh darah yang
mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A.
Sylvia, 1995: 1030)
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi sekarang telah
diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi, virus, substansisubstansi zat karsinogenik, trauma kepala. Penatalaksaan pasien dengan tumor otak
dapat dilakukan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.
4.2
Saran
a. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai
penyakit tersebut.
b. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta
meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
25