Вы находитесь на странице: 1из 24

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


BADAN PEMELIHARA KEAMANAN

STRATEGI BAHARKAM POLRI DALAM MEMELIHARA KAMTIBMAS


DENGAN MEMBERIKAN RASA AMAN KEPADA MASYARAKAT DALAM RANGKA
MENGHADIRKAN KEMBALI PERAN NEGARA

I.

Pendahuluan
Bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung
terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya

penyelenggaraan

fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban


masyarakat,penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku
alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
UU No. 2 Tahun 2002, pasal 13 tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah: a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b.
menegakkan hukum; dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat. Ke-3 tugas tersebut saling terkait dan saling
mendukung. Misalnya, rasa aman akan kontributif pada penurunan pelanggaran
hukum. Demikian pula sebaliknya, penegakan hukum akan menjadikan
kepercayaan publik meningkat, hingga memberikan efek jera bagi pelaku
gangguan keamanan.
Fungsi utama kepolisian adalah preventif dan represif. Represif dilakukan
bila terdapat gangguan kamtibmas khususnya kejahatan, untuk membuat terang
suatu peristiwa pidana guna proses penuntutan dan pengadilan. Yang lebih

2
penting dari represif adalah pencegahan atau fungsi preventif yang juga
dikenal preventif langsung seperti; patroli, siskamling, dan pengamanan
swakarsa. sedangkan preventif tidak langsung dikenal sebagai preemtif atau
pencegahan dini melalui pembinaan masyarakat agar patuh hukum, norma
serta disiplin. Kesemuanya itu perlu adanya kerjasama, komunikasi, security
awareness dan partisipasi masyarakat yang harus dibangun, (early warning,
preemtif, preventif) serta didukung dengan semangat kebersamaan dan gotong
royong untuk melakukan pencegahan, penanganan secara dini terhadap potensi
gangguan yang merupakan akar masalah dan atau faktor stimulan yang bila tidak
dilakukan tindakan kepolisian akan menimbulkan gangguan nyata.
Perkembangan lingkungan strategis global, regional dan nasional dengan
berbagai pengaruh seperti; globalisasi, demokratisasi, lingkungan hidup,
perdagangan bebas, perkembangan (ILPENGTEK), komunikasi dan transportasi
sehingga mendorong kemajuan pada berbagai proses kehidupan masyarakat.
Baik dibidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun keamanan,
namun pada sisi lain dapat menimbulkan berbagai potensi kerawanan terkait
dengan kamtibmas baik berupa kejahatan, pelanggaran dan/atau bahkan sering
menjadi perhatian masyarakat. Berbagai isu menonjol saat ini setidaknya adalah;
kejahatan jalanan, terorisme, narkoba, korupsi, konflik komunal dan kekerasan
horizontal sehingga berdampak terhadap keamanan.
Berdasarkan UU No. 2 tahun 2002 tentang Polri disebutkan bahwa tugas
Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat. Bahwa tugas Harkamtibmas merupakan tugas yang berada di
urutan nomor pertama dari tugas Polri, hal tersebut disebabkan karena tugas
Harkamtibmas merupakan tugas utama dari Polisi dan hal tersebut berlaku
secara universal dalam arti bahwa tugas Polisi yang utama adalah mencegah
terjadinya kriminalitas.
Dewasa ini ada perubahan paradigma yang ada di masyarakat, dahulu
masyarakat mengganggap Polri berhasil kalau Polri bisa mengungkap banyak
kasus. Namun seiring dengan waktu maka akan ada pergeseran paradigma,
masyarakat saat ini sudah mulai bertanya mengapa kasus atau kejahatan itu bisa
terjadi, apa saja kerja para petugas Polisinya. Oleh sebab itu, Polri harus
merubah mind set-nya, jangan lagi menjadi pemadam kebakaran/reaktif yang

3
kedepankan tugas represif namun lebih ke tugas yang preventif yakni lebih baik
mencegah.
Tugas Harkamtibmas adalah tugas yang paling utama bagi Polri bahkan
tugas tersebut merupakan tugas Polisi secara universal. Tugas Harkamtibmas
tersebut meliputi tugas preemtif dan tugas preventif. Tugas preemtif dilaksanakan
melalui kegiatan intelijen dan kegiatan pembinaan masyarakat. Perlu dipahami
bahwa, baik intelijen maupun Binmas bukan menjadi domainnya fungsi intelijen
maupun fungsi Binmas saja namun seluruh anggota Polri bahkan PNS Polri wajib
mengemban tugas intelijen dan tugas Binmas.
Dalam rangka pelaksanaan tupoksi Polri telah ditetapkan :
1.

Kebijakan Grand Strategy Polri tahun 2005-2025 melalui tiga tahapan yaitu
tahap I membangun kepercayaan publik (trust building), tahap II
membangun kemitraan (partnership building) dan tahap III mencapai
keunggulan (strive for excelent). Saat ini (tahun 2014) adalah batas akhir
Grand Strategy Polri tahap II, yang akan dilanjutkan tahap III. Ketiga
program/tahapan saling terkait satu dengan yang lain membutuhkan
penerapan terus-menerus, simultan secara fungsional dan operasional
semua pentahapan tersebut harus tetap berjalan sekalipun penekanannya
dapat silih berganti sesuai dengan prirotas/fokus yang harus dilakukan oleh
pimpinan di kewilayahan. Sehingga pelaksanaannya tidak mungkin
dipisahkan/dipenggal.

2.

Kebijakan Kapolri (2013-2015) Penguatan Fungsi Kepolisian Guna


Mewujudkan Kamdagri Dalam Rangka Mendukung Pembangunan Nasional
dengan Visi Terwujudnya postur Polri sebagai sosok penolong, pelayan
dan sahabat masyarakat serta penegak hukum yang jujur, benar, adil,
transparan dan akuntabel guna memelihara Kamdagri yang mantap
didukung

sinergitas

Polisional

dalam

rangka

keberlangsungan

pembangunan nasional.
Dan
Penguatan

sebagai
bidang

strategi

akselerasi

pembinaan,

dititikberatkan

Penguatan

bidang

pada

aspek:

operasional,

Penguatan sinergitas polisional, Penguatan bidang pengawasan. Untuk


itu ditetapkan 12 program yaitu:

4
a.

Pengamanan Pemilu tahun 2014 yang diwujudkan melalui pemantapan


Sitkamtibmas yang kondusif dan menjamin netralitas anggota Polri
(tidak memihak dan tidak terlibat politik praktis);

b.

Meningkatkan pengungkapan dan penuntasan kasus korupsi sebagai


sasaran prioritas secara terkoordinasi dengan KPK, Kejaksaan dan
stakeholder lainnya;

c.

Meningkatkan

penanggulangan

terorisme

serta

pengembangan

program deradikalisasi dan reedukasi yang terkoordinasi, khususnya


upaya pengungkapan kasus penembakan terhadap anggota Polri
disamping itu upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba yang
terkoordinasi dengan BNN;
d.

Penguatan integritas seluruh personel Polri dalam menjalankan Tupok,


peran maupun fungsi secara transparan dan akuntabel melalui
pembangunan zona integritas terutama pada sektor pelayanan publik,
penegakan hukum, pengelolaan anggaran, pengadaan barang dan
jasa yang didukung dengan pengawasan yang efektif dalam rangka
mencegah praktek KKN;

e.

Penguatan Harkamtibmas dengan meningkatkan early detection


(deteksi dini) dan early warning (peringatan dini) untuk menjangkau
seluruh sendi kehidupan masyarakat dengan mengedepankan fungsi
intelijen dan penguatan program satu polisi (Bhabinkamtibmas) satu
desa serta mewujudkan Kamseltibcarlantas;

f.

Meningkatkan pengungkapan kasus-kasus menonjol yang meresahkan


masyarakat, meliputi kejahatan konvesional (kejahatan jalanan atau
premanisme, perjudian, kejahatan dengan kekerasan), kejahatan lintas
negara atau transnasional crime (cyber crime, narkoba, human
trafficking, arm smuggling, terorisme), kejahatan yang merugikan
kekayaan negara (korupsi, illegallogging, illegal fishing, illegal minning)
dan kejahatan yang berimplikasi kontinjensi (konflik sosial, demo
anarkis);

g.

Penguatan kerjasama lintas Kementerian/Lembaga, kriminal justice


sistem (Kejaksaan, pengadilan, Lapas) serta komponen masyarakat
dalam menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif terutama

5
diarahkan pada Pam Pemilu tahun 2014 dan penanganan konflik
sosial;
h.

Pengembangan sisbinpers melalui rekruitmen dan binkar yang bebas


dari KKN, transparan, akuntabel dan humanis untuk menghasilkan
pimpinan yang berintegritas disemua strata yang mampu memberikan
keteladanan dan melayani guna membangun internal trust and public
trust;

i.

Peningkatan

profesionalisme

melalui

pendidikan

dan

pelatihan

dibidang Harkamtibmas (penanganan konflik sosial, unras), penegakan


hukum (bidtipikor, tindak pidana Pemilu, tindak pidana umum, tindak
pidana ekonomi) terutama dalam rangka kesiapan Pam Pemilu tahun
2014 dan pelayanan masyarakat;
j.

Meningkatkan aksesibiltas pelayanan Polri kepada masyarakat yang


didukung

penguatan

keterbukaan

bidang

informasi

publik

kehumasan
guna

sebagai

implementasi

mewujudkan

kepercayaan

masyarakat (public trust);


k.

Penguatan sistem pengawasan yang efektif untuk mewujudkan


pelayanan Polri yang bebas dari KKN;

l.

Penguatan intitusi dalam rangka merealisasikan visi dan misi Polri


pada Grand strategy 2005-2025, menyelesaikan Renstra 2010-2014
serta mempersiapkan landasan Renstra 2015-2019 dan Grand
Strategy tahap III (2015-2025) melalui percepatan program RBP Polri,
quick wins dan penguatan peraturan per-UU terkait tugas Polri.

4 (empat) program prioritas Kapolri adalah:


1.

Kesiapan Pam Pemilu tahun 2014 dan menjaga netralitas polri pada setiap
tahapan pemilu 2014 melalui kesiapan personel pengamanan, kesiapan Gar
dan Sarpras, kesiapan Operasional, kesiapan masyarakat dan kesiapan
penyelenggaraan pemilu;

2.

Tergelarnya anggota polri pada saat dibutuhkan di setiap kegiatan


masyarakat, sehingga keberadaannya benar-benar dirasakan oleh
masyarakat dengan kedepankan bhabinkamtibmas dan optimalkan
turjawali;

6
3.

Pengungkapan kasus-kasus kejahatan yang meresahkan masyarakat


(premanisme, kejahatan jalanan, perjudian) dan kejahatan terorisme,
korupsi, narkoba;

4.

Terhadap setiap pelaksanaan tugas anggota, baik dengan meningkatkan


pengendalian diri setiap individu maupun melalui pengawasan fungsi
(waskat) dan was internal / eksternal.
Yang menjadi fokus perhatian Baharkam Polri adalah program prioritas

Kapolri pada nomor urut 2 yakni tergelarnya anggota Polri pada saat dibutuhkan
di setiap kegiatan masyarakat, sehingga keberadaannya benar-benar dapat
dirasakan

oleh

masyarakat

dengan

kedepankan

Bhabinkamtibmas

dan

optimalkan Turjawali.
Guna penyelenggaraan harkamtibmas dan mewujudkan kamdagri serta
sejalan dengan kebijakan pemerintahan baru, kebijakan pimpinan Polri maka
fungsi-fungsi kepolisian bidang harkamtibmas pada Baharkam Polri dan
jajarannya memiliki tugas yang signifikan dalam pelaksanaan tugas Polri,
harus mampu menjadi penjuru serta mengeliminir, mencegah setiap potensi
permasalahan yang muncul guna tetap terpeliharanya kamtibmas serta
merupakan penyangga utama dalam tugas pemolisian.

II.

Prioritas Nawa Cita Pemerintahan Baru dan Implementasi Tugas Fungsi


Harkamtibmas
1.

Prioritas Nawa Cita Pemerintahan Baru.


Pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla telah menetapkan prioritas (Nawa Cita),

antara lain: (1) kami akan menghadirkan kembali negara yang melindungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman seluruh warga negara; dan (4)
kami akan menolak negara lemah dan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
Esensi Nawa Cita (1) dan (4) tersebut di atas, sesungguhnya telah
dirumuskan/diamanahkan secara jelas dalam UU No. 2 Tahun 2002, tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, baik dalam pasal 2 tentang fungsi
kepolisian, pasal 3 tentang pengemban fungsi kepolisian, serta pasal 13, 14 dan
15 mengenai tugas pokok, tugas-tugas dan wewenang Polri, juga KUHAP telah

7
mengatur kepastian hukum, hak azasi manusia, transparansi dan akuntabilitas
dalam peradilan pidana.
Sejalan dengan penekanan pada Nawa Cita antara lain Kami akan
menghadirkan

kembali

negara

yang

melindungi

segenap

bangsa

dan

memberikan rasa aman seluruh warga negara. Oleh karena itu strategi dan
implementasi

Baharkam

mewujudkan rasa aman

Polri

mencegah

memelihara

kamtibmas

dengan

kepada masyarakat dalam rangka menghadirkan

kembali peran negara. Maka


mampu

dalam

secara

penyelenggaraan fungsi harkamtibmas harus


dini,

mengantisipasi

dan

mewujudkan

perlindungan, rasa aman terhadap berbagai hal antara lain:


a.

perlindungan terhadap warga negara guna mewujudkan rasa aman


terkait dengan gangguan terhadap:
1)

kejahatan konvesional, premanisme, kejahatan jalanan dan kekerasan


lainnya;

2)

rasa aman disetiap tempat, termasuk lokasi terpencil;

3)

rasa aman dari ancaman, gangguan, praktek penipuan/pemalsuan,


bahaya narkoba, dsb;

4)

rasa aman dan perlindungan pada kelompok minoritas dan kelompok


rentan, serta perlindungan keutuhan masyarakat Indonesia (Bhineka
Tunggal Ika).

b.

perlindungan terhadap keamanan wilayah negara:


1)

kerusakan lingkungan yang membahayakan kelangsungan hidup


bangsa;

2)

keamanan

wilayah

perbatasan,

wilayah

terpencil,

pulau-pulau

terluar/terdepan;
3)

keamanan wilayah perairan (sejalan dengan kebijakan poros maritim);

4)

keamanan

diwilayah

tertentu

yang

rawan

terhadap

gangguan

separatisme.
c.

perlindungan

terhadap

aset

negara/kekayaan

alam

antara

lain

pencegahan dan penanggulangan illegal logging, illegal fishing, illegal


minning;

8
d.

perlindungan keamanan terhadap perusahaan-perusahaan negara, badan


hukum;

e.

perlindungan kebudayaan nasional dan adat istiadat lokal.


Selain itu perlu dipahami bahwa demokrasi telah menjadi salah satu pilihan

dalam kehidupan bermasyarakat bernegara yang harus didukung dengan etika


publik yang mapan. Polri mewakili negara bagaimana mengamankan ruang
publik yang syarat dengan berbagai kepentingan. Polri dapat menjadi
penghubung, mediator antara kepentingan negara dan masyarakat serta
penegak hukum yang profesional sehingga tidak terjadi akumulasi problem
permasalahan sosial. Polri berada dalam dua titik ekstrem. Di satu sisi Polri harus
profesional sehingga sukses dalam memberikan perlindungan dan rasa aman,
disisi lain siap menanggung tanggung jawab jika ada kegagalan dalam tugasnya.
Oleh

karena

itu,

pelaksanaan

tugas

harkamtibmas

harus

profesional.

Keberhasilan Polri akan menjadi titik penting dalam mewujudkan pembangunan


nasional dan tujuan nasional.
Baharkam Polri dan jajarannya (tugas fungsi harkamtibmas) harus lebih
proaktif untuk mewujudkannya antara lain melalui peningkatan profesionalitas
didukung kepemimpinan (leadership), peralatan (machine), dana (money),
materiil

serta

metode. Untuk bisa

mencapai

profesionalitas

setidaknya

dipersyaratkan:
a.

pimpinan pada semua fungsi harkamtibmas yang tidak hanya ditakuti,


tetapi pimpinan yang lebih bisa mendengar, melatih dan memberi dorongan
dan contoh kepada bawahannya, memiliki konsep dan terobosan kreatif,
menindaklanjuti program-program/kebijakan yang sudah ada sebelumnya;

b.

setiap petugas harus dibekali ilmu yang cukup agar mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik, kreatifitas harus dilatih dan dikembangkan
kemampuan pemecahan masalah agar kewenangan diskresi dapat
dijalankan dengan tepat (profesional ahli dibidangnya);

c.

setiap petugas dilatih untuk senantiasa dekat dengan masyarakat;

d.

selain itu memiliki role model sebagai panutan/contoh

dalam

menjalankan kepemimpinan, sehingga saat memimpin tidak akan kesulitan


dalam melaksanakan kepemimpinannya, karena sebagai anggota Polri kita

9
tidak selamanya menjadi pimpinan, namun ada juga dinas di pendidikan
maupun staf. Dimanapun berdinas kita harus melakukan yang terbaik
karena semua ada manfaatnya saat menjadi pimpinan. Sebagai pimpinan
kita tidak boleh berfikir ego sektoral, contoh seorang Kapolda orang intel
kemudian berfikir untuk urusan lantas biar Dirlantas saja, maka tidak bisa
demikian, namun harus mensinergikan semua fungsi yang ada.
Oleh

karena

itu,

setiap

Kasatwil

harus

menumbuhkembangkan

kebanggaan sebagai anggota Polri untuk memperbaiki kultur dan moral serta
terus meningkatkan implementasi nilai-nilai Tri Brata, Catur Prasetya dalam
pelaksanaan tugas dan pengabdian yang tulus ikhlas.

III.

Implementasi

dan

Terobosan

Kreatif

Fungsi

Kepolisian

Bidang

Harkamtibmas
Bahwa kekuatan fungsi Harkamtibmas pada Baharkam Polri dan jajarannya
sangat besar, berdasarkan data personil fungsi harkam, Binmas, Sabhara,
Pamobvit, Polair, Poludara, Polsatwa di seluruh Indonesia sebanyak 168.471
orang terdiri dari 3.056 orang di tingkat Mabes dan 165.415 orang di
kewilayahan. Bila dibandingkan dengan jumlah personil Polri secara keseluruhan
sebanyak 426.555 orang sehingga persentase jumlah personil pada jajaran
Baharkam Polri dan kewilayahan adalah 168.471:426.555 = sebesar 39,5%.
Selama ini telah banyak dilakukan upaya dan langkah-langkah untuk
mewujudkan postur Polri sebagai sosok penolong, pelayan dan sahabat
masyarakat serta penegak hukum yang jujur, benar, adil, transparan dan
akuntabel guna memelihara kamdagri yang mantap, didukung sinergitas
polisional dalam rangka keberlangsungan pembangunan nasional.
Kita harus terus meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tupoksi
dengan

meningkatkan

berbagai

pelatihan

yang

mencakup;

integritas,

menanamkan nilai-nilai kebenaran dan sentuhan hati nurani, meningkatkan


kompetensi tupoksi sesuai ketentuan dan SOP, serta pembinaan fisik yang prima.
Untuk peningkatan kualitas kinerja dan pelayanan Polri, melalui

10
1.

Ditbinmas
a.

Akselerasi Polmas
Program Membangun kerjasama melalui sinergi polisional yang
proaktif dalam rangka penegakkan hukum dan HAM. Merupakan salah
satu Program unggulan.
Strategi Preemtif, antisipatif mengedepankan kemitraan dalam
pemecahan masalah sebelum problem sosial berubah atau meningkat
menjadi gangguan/kriminalitas, maka terobosan akselerasi Polmas dan
penggelaran Bhabinkamtibmas harus menjadi salah satu prioritas.
Polmas sebagai strategi perpolisian yang lebih proaktif untuk
dilaksanakan oleh semua fungsi kepolisian bukan hanya oleh fungsi
Binmas saja. Komunitas-komunitas dalam masyarakat supaya di
inventarisir dan selanjutnya dilakukan pembinaan, komunikasi dan
dialog. Misalnya: komunitas Ormas, OKP, buruh, nelayan, mahasiswa,
tukang ojek, club motor, pengemudi angkutan umum, dan sebagainya.

b.

Penggelaran Bhabinkamtibmas
Kebijakan penggelaran Bhabinkamtibmas satu desa/kelurahan,
satu polisi Bhabinkamtibmas. Yang saat ini telah mencapai 60.590
orang (27.430 orang Bhabinkamtibmas definitif/tidak tugas rangkap
dan 33.527 orang Bhabinkamtibmas tugas rangkap dari fungsi
kepolisian) yang tergelar diseluruh desa/kelurahan se-Indonesia (data
desa/kelurahan yang dihimpun dari kewilayahan 79.479).
Hubungannya dengan kamtibmas (di desa), maka pentingnya
pemolisian masyarakat (Polmas) yang merupakan kegiatan untuk
mengajak masyarakat melalui kemitraan Polri dan masyarakat
sehingga mampu mendeteksi dan mengidentifikasi permasalahan
kamtibmas di lingkungan serta menemukan pemecahan masalahnya
dengan

prinsip;

komunikasi

intensif,

kesetaraan,

kemitraan,

transparansi, akuntabilitas, partisipasi, hubungan personal, proaktif dan


orientasi pada pemecahan masalah.

11
Kebijakan Kapolri satu desa/kelurahan satu Polisi jangan sampai
bunyinya sama saat berada di satuan kewilayahan/Polsek. Seharusnya
kebijakan pada tingkat Mabes Polri harus dijabarkan lebih lanjut oleh
satuan kewilayahan sampai tingkat Polsek kedalam hal-hal yang
sifatnya lebih teknis seperti tugas-tugas Bhabinkamtibmas termasuk
sarana

prasarananya.

Untuk

Bhabinkamtibmas

saat

ini

telah

mendapatkan perhatian dengan peningkatan dukungan operasional


yang awalnya hanya Rp. 100.000 menjadi Rp 1.100.000 untuk
dukungan ops dengan rincian Rp 50.000 perhari dengan tugas minimal
2 (dua) kunjungan perhari, 2 liter bensin, uang makan, uang saku serta
uang sarana kontak. Dalam 1 bulan 22 hari kerja sehingga total Rp
1.100.000 perbulan. Untuk itu harus dipertanggungjawabkan secara
benar.
c.

Operasi Pemeliharaan Keamanan dengan mengedepankan tindakan


pencegahan melalui kegiatan Binmas.
Mulai

tahun

2015

akan

digelar

Operasi

Pemeliharaan

Keamanan yang merupakan operasi kepolisian mandiri kewilayahan


yg dilaksanakan oleh Ditbinmas Polda dan Polres/tro/ta, kegiatannya
mengedepankan tindakan pencegahan melalui kegiatan Binmas dan
Pelayanan Kepolisian simpatik dalam rangka meningkatkan kesadaran
dan partisipasi masyarakat yang meliputi:
1)

Operasi Bintibmas dengan sandi BINA KUSUMA, dengan


sasaran:
a)

kenakalan remaja;

b)

pelecehan seksual;

c)

tindakan kekerasan terhadap anak, perempuan, pria (kdrt);

d)

penyalahgunaan narkoba;

e)

TKI/Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta


(PPTKIS) bermasalah;

f)

tawuran antar kelompok masyarakat;

g)

pemuda/remaja yg melakukan kebut-kebutan/geng motor;

h)

pemalakan, perampasan dan penganiayaan;

i)

pencegahan penyakit masyarakat meliputi aksi premanisme,


prostitusi, miras, perjudian, sabung ayam, gepeng, dll.

12
2)

Operasi Sadar Kamtibmas dengan sandi BINA WASPADA,


dengan sasaran:
a)

kelompok

radikal

agama,

ideologi,

kelompok

ekstrim

kanan/kiri, separatisme;
b)
3)

kelompok aliran agama/ kepercayaan yg sesat.

Operasi Rehabilitasi dengan sandi BINA KARUNA, dengan


sasaran:
a)

rehabilitasi fisik, psikis & sosial para korban pasca konflik


sosial (perkelahian antar kelompok masyarakat) seperti :
antar warga, suku, agama, ras/warna kulit, antar golongan;

b)

rehabilitasi

fisik, psikis

& sosial

pasca bencana alam

(banjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, angin


topan/puting beliung, tsunami, kebakaran hutan dll).
d.

Terobosan Fungsi Binmas


1)

door to door system. Kegiatan dalam pelaksanaan program


optimalisasi Bhabinkamtibmas di Polres Jajaran agar setiap
anggota

Bhabinkamtibmas

diwajibkan

sambang/berkunjung

terhadap masyarakat minimal 2 sampai 5 kali dalam sehari,


disamping berkunjung anggota Bhabinkamtibmas juga wajib
menyampaikan pesan-pesan kamtibmas di wilayahnya.
2)

Polisi

Peduli

Pengangguran.

Program

Polisi

Peduli

Pengangguran, program ini dilaksanakan melalui pemberian


pelatihan kerja kepada para pengangguran bekerja sama dengan
instansi pemerintah dan menyalurkan keperusahaan-perusahaan
yang membutuhkan. Program ini diharapkan mampu mengatasi
akar masalah yang berkaitan dengan pengangguran sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mengurangi
terjadinya gangguan kamtibmas yang dapat mengarah ke konflik
sosial;
3)

Polisi Peduli Pendidikan. Program ini didasari atas pemikiran


semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat kejahteraan, yang

13
pada akhirnya akan mengurangi keinginan untuk melakukan
tindak kejahatan. Program ini dilaksanakan melalui pemanfaatan
dana CSR (Corporate Sosial Responsibility) bekerja sama dengan
perusahaan-perusahaan mengembangkan sikap saling gotong
royong dan mengurangi kesenjangan sosial melalui perbaikan
sarana dan prasarana sekolah;
4)

Polisi Cilik. Program Polisi Cilik, program ini dimaksudkan untuk


menanamkan disiplin dan tanggung jawab pada anak sejak usia
dini, mendidik anak agar memiliki rasa toleransi, menanamkan
rasa cinta terhadap tanah air dan patriotik serta menjadi agen
kamtibmas;

5)

Polisi Siswa. Program Polisi Siswa ini dimaksudkan untuk


mencegah tawuran pelajar, menjadi sumber infomasi dan langkah
antisipatif;

6)

Problem Solving dimana anggota Bhabinkamtibmas harus


mampu menyelesaikan permasalahan yang timbul di lingkungan
masyarakat, melalui musyawarah dan mufakat. Langkah-langkah
tersebut diambil guna menyelesaikan permasalahan ringan agar
tidak sampai ke Pengadilan. Permasalahan tersebut dapat
diketahui dari kegiatan sambang (door to door system) dan
deteksi dini.

7)

Polda Lampung melaksanakan program Rembug Pekon adalah


penyelesaian potensi gangguan kamtibmas yang terjadi di
masyarakat

agar

tidak

menjadi

konflik

terbuka

dengan

mensinergikan 3 (tiga) Pilar yaitu Bhabinkamtibmas termasuk


Bhabinkamtibmas Desa Pesisir, Babinsa dan Kepala Desa/Lurah
serta melibatkan Potensi Masyarakat sehingga pada tahun 2013
dapat

diselesaikan

1.600

permasalahan

di

masyarakat

sedangkan tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan


Oktober 2014 dapat diselesaikan 2.051 permasalahan di
masyarakat;

14
8)

Polres Metro Jakarta Pusat dengan program unggulan Warung


Gaul yaitu nongkrong Bareng Polisi dengan warga untuk mencari
permasalahan di wilayahnya;

9)

Polres Metro Jakarta Barat. Rembug Bareng Polisi yaitu


melaksanakan kegiatan pertemuan dengan warga guna mencari
solusi

permasalahan

yang

terjadi

di

masyarakat

dan

menyampaikan aspirasinya;
10) Polres Metro Jakarta Selatan. Pembinaan terhadap Pelajar
yang Bermasalah yaitu memberikan pembinaan terhadap pelajar
bermasalah,

guna

menumbuhkembangkan

disiplin,

mental

kepribadian agar menjadi generasi muda yang berprestasi;


11) Pemasangan Stiker Himbauan Kamtibmas yaitu memasang
stiker himbauan Kamtibmas di rumah-rumah warga dengan
disertai No. Telepon Kantor Polisi terdekat;
12) Polresta Tangerang. Polisi On Air yaitu melaksanakan kegiatan
Siaran Radio On air Polsek Serpong di Studio Fresh FM dengan
memberikan himbauan

kepada masyarakat

agar waspada

terhadap aksi kriminalitas yang sering terjadi di wilayah hukum


Tangerang Kabupaten;
13) Polresta

Bekasi.

Polisi

Peduli

Warga

Binaan Lembaga

Pemasyarakatan yaitu memberikan bekal kepada eks Warga


Binaan agar tidak mengulangi perbuatan yang melanggar hukum
dan mempersiapkan mental sebelum kembali ke masyarakat,
bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi dan Balai
Penananganan/Pelatihan

Kementerian

Sosial

RI

untuk

memberikan lapangan pekerjaan kepada Eks warga binaan yang


masih menganggur;
14) Polresta Depok. Polisi Peduli Kampus yaitu mengantisipasi
gangguan kamtibmas yang terjadi dilingkungan kampus serta
meningkatkan kerja sama yang lebih intens dengan perangkat
Kampus demi terciptanya situasi yg aman dan kondusif;

15
15) rumah

kantor

Bhabinkamtibmas.

Polda

Kalsel

telah

membangun rumah kantor Bhabinkamtibmas di desa-desa


(program CSR) hingga November 2014 sebanyak 49 unit dan
ditargetkan 100 unit;
16) Berbagai Polda/Res membangun BKPM antara lain Res Bekasi,
Res Badung, Restabes Makassar, dll data BKPM seluruh
Indonesia sebanyak 17.879.
2.

Ditsabhara
a.

Polisi Tugas Umum


Sabhara disebut Polisi Tugas Umum terjemahan dari General
Duty Police adalah tulang punggung kepolisian. Ratio polisi dan
penduduk terutama adalah mengenai polisi tugas umum. Disebut polisi
tugas umum, misalnya bila ada keramaian lalu lintas yang insidentil
yang pada Polsek bersangkutan tidak ada unsur Polantas, maka polisi
tugas umum (Sabhara) melaksanakan tugas Polantas. Demikian pula
dibidang Reserse, bila terjadi kejahatan dan unsur Serse tidak ada di
Polsek, polisi tugas umum mengamankan TKP tidak menangani
TKP yang menjadi wewenang penyidik (Reserse).

b.

Turjawali, Dalmas, Negosiasi, TPTKP, Tipiring dan Bantuan SAR


1)

Pengaturan dan penjagaan


Keberadaan Sabhara yang langsung berada ditengah
masyarakat membuat mereka pelaksana terdepan dari tugas
pokok Polri terutama sebagai pemelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat dan pelindung, pengayom dan pelayan
masyarakat (to protect and serve).
Oleh karena itu yang harus segera ditata adalah sistem
ploeg, pengaturan waktu penugasan anggota Polri di lapangan.
Polri memang bertugas 24 jam sehari, namun akan lebih efektif
penugasan anggota Polri bertugas 8 jam sehari yaitu dibagi dalam
3 ploeg. Ploeg pertama dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang,
kedua dari jam 2 siang sampai jam 10 malam dan ploeg 3 dari
jam 10 malam sampai jam 6 pagi.

16
Dengan

alasan

yang

kurang

jelas,

mungkin

karena

terbatasnya personel Polri, sistem ploeg tersebut berubah


menjadi 2x12 jam dan 1 ploeg cadangan dengan tetap
menyebut juga 2 ploeg. Bahkan ada yang dikewilayahan
Polres/Polsek mengadakan ploeg 1x24 jam.
Karena

itu

agar

Polda,

semua

Polres

dan

Polsek

mengupayakan agar disusun pembagian ploeg menjadi 3x8 jam


seperti tersebut di atas.
2)

Patroli Dialogis, patroli bersepeda/berjalan kaki agar dioptimalkan,


aktif

berkomunikasi

dan

dekat dengan

masyarakat

untuk

memberikan rasa aman.


3)

TPTKP merupakan tindakan awal yang penting bagi proses


hukum pelanggaran

pidana, sehingga sangat menentukan

terungkapnya pelaku tindak pidana tersebut. Saya berharap


kemampuan tersebut perlu dipelihara dan ditingkatkan. Tindak
pidana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, dan saya
menemukan TPTKP yang menunjukkan ketidak profesionalan
anggota Polri dalam penanganan TKP. Saya minta para Direktur
untuk selalu melatihkan kalau pengamanan TKP (TPTKP)
peralatan yang diperlukan supaya dipersiapkan. Saya menilai
perlunya ada SOP untuk TPTKP.
4)

Pengendalian massa (Dalmas) dalam prakteknya masih banyak


kelemahan atau kekurangan yang dihadapi anggota Polri, mulai
dari persiapan, perlengkapan, transportasi, koordinasi, taktis dan
teknis penanganannya. Sehingga setiap selesai pengamanan
unjuk rasa atau personel dalmas turun perlu anev, untuk
mengetahui

kekurangan

dan

kelemahan

yang

dihadapi.

Selanjutnya lakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan.


Sehingga pelaksanaan Dalmas dari waktu ke waktu dapat lebih
baik atau sempurna. Untuk daerah yang jarang unjuk rasa
Dalmas jarang digunakan, manfaatkan waktu tersebut untuk
pelatihan-pelatihan dan juga bisa dimanfaatkan untuk digunakan
patroli.

17
Pelatihan-pelatihan tidak hanya pada dalmas awal dan
dalmas

lanjutan,

tetapi

juga

kegiatan

pendukung

seperti

negosiasi dan penggunaan peralatan dalmas. Saya perlu


ingatkan bahwa Dalmas juga bisa memberikan back up, baik
antar Polres maupun antar Polda, sehingga kemampuan dan
peralatannya perlu terus dipelihara.
Berbagai pelatihan pada seluruh anggota Sabhara harus
ditingkatkan terutama keterampilan dasar secara benar, antara lain:
pelatihan patroli, pelatihan penjagaan, pelatihan penggeledahan,
pelatihan pengawalan, pelatihan razia/sweeping, pelatihan TPTKP,
pelatihan olah TKP, dan sebagainya. Bentuk pelatihan bisa dilakukan
melalui diskusi (Brainstorming), simulasi, TFG hingga pelatihan
lapangan. Brainstorming dilakukan agar anggota Polri dapat terlibat
langsung merumuskan langkah tindakan yang harus dilakukan dalam
pelatihan-pelatihan.
c.

Terobosan kreatif fungsi Sabhara


Pembentukan

Pasukan

Elite

kemampuan

khusus

yaitu

Sabhara

(PES)

kemampuan

yang
Raimas

memiliki
dan

kemampuan/kualifikasi lainnya (9 kemampuan), yaitu:


1)

komunikasi;

2)

negosiasi;

3)

koordinasi lintas instansi;

4)

Kemampuan fungsi Intel : Deteksi dini dan Deteksi aksi;

5)

Kemampuan fungsi Binmas;

6)

Kemampuan fungsi Sabhara : Turjawali, TPTKP kriminal, Dalmas;

7)

Kemampuan fungsi Lantas : Turjawali, TPTKP Laka Lantas,


Tolong Korban;

8)

Kemampuan fungsi Serse : Periksa Saksi, Periksa TSK, Buat


Tipiring;

9)

Pam terbuka terhadap pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas,


Obvit dan Polantas serta fungsi-fungsi pembinaan di wilayah
rawan kriminalitas

18
3.

Ditpamobvit
a.

Asistensi, verifikasi dan audit sistem pengamanan


Guna mewujudkan dan mengimplementasikan Kepres 63 Tahun
2004 dalam kegiatan asistensi dan audit Obvitnas dan direspon
dengan baik khususnya kementerian perinduterian dan kementerian
ESDM telah melaksanakan kegiatan asistensi, verifikasi dan audit
sistem manajemen pengamanan Obvitnas bersama sama dengan
personel Ditpamobvit;

b.

Ditpamobvit Polda Bali telah melaksanakan kegiatan audit sistem


manajemen pengamanan perhotelan yang bekerjasama dengan PHRI
Bali dan sampai saat ini telah melaksanakan kegiatan tersebut
sebanyak 60 hotel yang di audit dengan hasil 25 hotel sudah
memenuhi standar dan 35 hotel belum memenuhi standar serta
menjadi persyaratan wajib bagi setiap hotel dalam memperpanjang
surat ijin usaha harus dilengkapi dengan hasil audit.

c.

Kedepankan Pam Internal


Semua instansi/perusahaan, termasuk yang digolongkan obyek
vital harus melaksanakan pengamanan swakarsa, mereka yang
pertama-tama bertanggung jawab atas pengamanan obyek vital
mereka. Tenaga Polri diperbantukan hanya dalam keadaan tertentu,
tugas Polri adalah koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis.

4.

Terobosan Kreatif Ditpolair


Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam mewujudkan Indonesia
sebagai poros maritim dunia, maka Ditpolair Baharkam Polri telah
menggelar dan mengamankan pada sebelas Hot Spot untuk pencegahan
pencurian dan perompakan. Kegiatan ini dilakukan dikhususkan di beberapa
wilayah yang memang rawan dan sering terjadi kejahatan pencurian
maupun perompakan. Pelaksanaannya selama ini dilakukan dengan cara
menempatkan kapal-kapal patrol disejumlah tempat wilayah kapal berlabuh
dibeberapa tempat di perairan Indonesia dan

selanjutnya

dengan

menggunakan sea rider maupun speed boat personel ABK kapal berpatroli
serta membuat laporan kegiatan hot spot. Ren aksi ini telah diapresiasi dari

19
beberapa

instansi

luar

negeri

karena

berdasarkan

laporan

IMB

(International Maritime Bureau) beberapa wilayah hot spot semakin aman


dengan adanya ren aksi pengamanan hot spot dari Polair, melalui:
a.

peningkatan kegiatan pre-emtif dan preventif;

b.

peningkatan kerja sama lintas Polda & lintas sektoral;

c.

bangun kerma pertukaran informasi baik internal/instansional, maupun


eksternal (Malaysia & Singapura);

d.

menjalin kemitraan dengan masyarakat/LSM dan intansi terkait;

e.

melaks pengawasan dan pam (patroli simpatik dan dialogis) di


kawasan labuh jangkar;

f.

pemberdayaan masyarakat pelabuhan/pantai;

g.

meningkatkan kualitas & terampil anggota.


11 titik hot spot yang digelar untuk mengantisipasi pencurian dan

perompakan antara lain; di Belawan/20 NM dari pelabuhan Belawan,


Dumai/2 NM dari pelabuhan Dumai, Nipah/50 NM dari pelabuhan Batu
Ampar, Tg. Priok/12 NM dari pelabuhan Tg. Priok, Gresik/ 2 NM dari
pelabuhan Gresik, Taboneo/40 NM dari pelabuhan Banjarmasin, Muara
Berau/160 NM dari pelabuhan Samarinda, Muara Jawa/80 NM dari
pelabuhan Samarinda, Teluk Adang/60 NM dari pelabuhan Balikpapan,
Balikpapan/22 NM dari pelabuhan Balikpapan, Bintan Island (Tg. Berakit)/60
NM dari pelabuhan Tg. Uban.
5.

Ditpoludara
Dalam rangka memberikan dukungan kegiatan seluruh fungsi di tingkat
Mabes dan kewilayahan maka dilaksanakan juga pendidikan dan pelatihan.
a.

Pendidikan
1)

Pendidikan Proviency Check pesawat Casa 212-200 sebanyak


2 (dua) orang secara mandiri;

2)

Pendidikan Captaincy Helicopter Dauphin AS 365 N3 sebanyak


2 (dua) orang secara mandiri.

b.

Latihan
1)

latihan terbang malam sebanyak 15 (lima belas) orang secara


mandiri;

2)

latihan deteksi dini kerusakan mesin;

20
3)

latihan terjung payung;

4)

latihan Jungle and Sea Survival dengan instansi terkait meliputi


Basarnas, Sekolah Penerbangan maupun Operator Penerbangan
sipil melalui program kerjasama;

5)
c.

latihan/coaching clinic perawatan pesawat udara.

Peningkatan Kemampuan
1)

peningkatan kemampuan anggota Polri dibidang SAR dan


ambulance Udara secara mandiri (Kerja sama siswa kejuruan
kesehatan dengan Poludara);

2)

peningkatan kemampuan pilot dan mekanik dengan perusahaan


penerbangan sipil melalui program kerjasama;

3)

peningkatan kemampuan dengan melaksanakan Refreshing


Flight sebanyak 5 (lima) orang secara mandiri;

4)

menyediakan fasilitas olah raga dan pembentukan grup musik;

5)

pembuatan majalah tentang kegiatan Poludara.

Untuk itu agar dimanfaatkan pesawat helikopter untuk dukung giat


opsnal di kewilayahan secara optimal,seperti :

6.

a)

Patroli udara, P;am wilayah perbatasan,daerah terpencil

b)

Penindakan Illegal fishing, logging, mining;

c)

Pencarian dan pertolongan dari udara Bansar, evakuasi korban

d)

Bantuan dropping logistik yang relevan.

Ditpolsatwa
a.

Tupoksi: Ditpolsatwa bertugas membina dan menyelenggarakan


kegiatan pengawalan penjagaan, Patroli, SAR terbatas, Dalmas
dengan satwa (K-9 & kuda), pelacakan (umum, handak, narkoba &
SAR/ korban bencana), pemeliharaan kesehatan Satwa Polri, serta
menyelenggarakan Diklat Pawang, Aswasada, Satwa K-9 & kuda;

b.

Kuat Ditpolsatwa Polda, yaitu:


1)

Personel di Mabes 245, di Polda 600 jumlah 845;

21
2)

Satwa K-9 di Mabes 120, di Polda 530 jumlah 650 dengan 5


kemampuan K-9, yaitu:
a)

pelacak kriminal (TP. Kriminal secara umum);

b)

pelacak narkotik (TP. Khusus narkotik dan psikotropika);

c)

pelacak handak (TP. Khusus bahan peledak dan teroris);

d)

pelacak SAR yaitu; K-9 USAR untuk pencarian korban yang


masih hidup dan K-9 CADAVER untuk pencarian korban
yang sudah meninggal;

e)

kemampuan

dalmas

(pelayanan

pam

penyampaian

pendapat dimuka umum/pengendalian masa).


3)

Satwa Turangga di Mabes 26, di Polda 27 jumlah 53, kemampuan


satwa turangga yaitu: patroli berkuda, dalmas berkuda, SAR
terbatas, protokoler;
Adanya

Keputusan

Kapolri

Nomor:

172/III/2014

tentang

penanganan TKP bom (unit K-9 deteksi bom didahulukan sebelum


fungsi lain), oleh karena itu tim K-9 deteksi handak siaga 24 jam untuk
antisipasi hal tersebut.
c.

Terobosan kreatif Polsatwa


1)

untuk memenuhi permintaan masyarakat tentang pelayanan


satwa di tingkat Polres yang memang secara struktur organisasi
belum ada unit satwanya diusulkan dalam Renstra Ditpolsatwa
tahun 2015-2019 rayonisasi Polres sebanyak 90 Polres dan
mengusulkan pengisian struktur organisasi unit satwa ditingkat
Polres dan

upgrade struktur organisasi Polsatwa di tingkat

Polda;
2)

kerjasama dengan beberapa institusi yang behubungan dengan


tupoksi Polsatwa antara lain dengan Dirjen P2PL Kemenkes RI
dalam bidang vaksin anti rabies bagi personel satwa Polri dan
Ditkeswan Ditjen Peternakan Kementan RI dalam bidang
pengawasan lalu lintas satwa pada masyarakat;

22
3)

kerjasama dengan beberapa Instansi perguruan tinggi ternama


didalam negeri antara lain FKH dan Diploma IPB Bogor, FKH
Unair, FKH UGM dan PDHI dalam bidang penelitian pendidikan
tentang penyakit hewan dan medical veteriner;

4)

kerjasama dengan masyarakat pecinta satwa anjing dan kuda


antara lain Perkin pusat dan PP Pordasi dalam bidang Kinologi
dan Perkudaan.

Peningkatan Pengawasan (Waslekat)


Dalam rangka waskat, saya mengingatkan kembali manajemen atau uruturutan dalam pelaksanaan tugas anggota, yaitu sebelum melaksanakan tugas
pimpinannya harus:
1.

lengkapi dengan surat perintah tugas;

2.

memberikan APP (briefing) pada anggota yang melaksanakan tugas;

3.

ingatkan bagaimana cara melaksaanakan tugas dan apa yang boleh/tidak


boleh dilakukan, perhatian khusus;

4.

mengecek/mengawasi pelaksanaan tugas anggota;

5.

mengoreksi/membetulkan pelaksanaan tugas anggota (bila ada);

6.

membuat laporan;

7.

melakukan evaluasi atau debriefing.


Para perwira/pimpinan turun langsung ke lapangan sambil melakukan

pengawasan, akan sangat berarti bagi anggota untuk:


1.

meningkatkan motivasi bagi anggota dalam melaksanakan tugasnya;

2.

mencegah adanya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas;

3.

mengetahui dan segera membetulkan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai


dengan arahan;

4.

IV.

membangun kebersamaan dan soliditas anggota dan pimpinannya.

Penutup
Pelaksanaan tugas fungsi harkamtibmas untuk memberikan rasa aman
kepada masyarakat, menuntut adanya komitmen, konsisten, sinergis/kerjasama,
serta inovasi dan inisiatif seluruh pengemban fungsi harkamtibmas. Peran
Pimpinan, Kasatwil, Dir, Kapolsek, Kanit, Bhabinkamtibmas dan seluruh anggota

23
akan sangat menentukan dalam mencegah (preemtif, preventif), penyelesaian
setiap masalah sebelum berkembang dan menjadi masalah yang lebih besar.
Keberhasilan dalam pemeliharaan kamtibmas sangat dipengaruhi oleh
kualitas hubungan Polisi dan masyarakat, respon yang lambat dan tidak
berkualitas dapat menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri
menurun/rendah. Oleh karena itu untuk memelihara kamtibmas dan memberikan
rasa aman terhadap masyarakat Baharkam Polri dan jajaran harus meningkatkan
perannya, meningkatkan kualitas hubungan Polisi dan masyarakat, bekerja sama
dan pemberdayaan masyarakat dalam mencegah secara dini timbulnya
gangguan kamtibmas, meningkatkan pelayanan dan kehadiran di tengah-tengah
masyarakat.

Beberapa Penekanan:
1.

wujudkan situasi kamtibmas yang kondusif dengan melakukan upaya-upaya


strategis dan antisipatif yang terarah, terencana dengan melibatkan seluruh
komponen masyarakat dan stakeholder untuk membantu tugas Polri;

2.

lakukan komunikasi publik dengan cerdas. Karena masyarakat saat ini


sangat kritis dan banyak tuntutan yang sering disampaikan dengan
komunikasi demo, jadilah mediator dan proaktif untuk penanganannya;

3.

latihkan kemampuan fungsi pada jajaran Baharkam Polri agar setiap


anggota dimasing-masing fungsi mampu dan siap melaksanakan tugas
sesuai tupoksi;

4.

pedomani peraturan perundang-undangan dan petunjuk yang ada, guna


menghindari keraguan dan kesalahan prosedur dalam mengambil langkahlangkah penindakan dan penegakan hukum di lapangan;

5.

berikan APP yang jelas sebelum bertugas dan lakukan pengawasan


terhadap setiap pelaksanaan tugas anggota Polri untuk meminimalisasi
penyimpangan anggota dan menjamin efektivitas pelaksanaan tugas
anggota;

6.

jalin hubungan harmonis dengan TNI, jangan ada benturan dengan TNI, dan
wasdal anggota;

24
7.

jangan pernah ragu dalam bertindak, bahkan untuk melakukan tindakan


tegas sekalipun, namun harus tetap terukur dan sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang ada.

Jakarta,

Desember 2014

Вам также может понравиться