Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Deskripsi
Esofagus merupakan salah satu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm,
terbentang dari hipofaring sampai cardia lambung, kira-kira 2-3 cm di bawah diafragma. Bisa saja benda asing
masuk ke dalam saluran ini baik disengaja maupun tidak.
Penyebab
Masuknya benda asing pada anak-anak bisa disebabkan kelainan, koordinasi proses menelan dan sfinger laring
belum sempurna. Sedangkan pada orang dewasa bisa disebabkan karena cara mengunyah yang salah dengan gigi
palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk atau intoksikasi (masuknya racun toksin melalui bahan pangan ke
dalam tubuh).
Gejala
Tersedak hebat, batuk tiba-tiba, kesusahan bernafas.
Pengobatan
Apabila benda asing tersebut tidak dapat dimuntahkan maka cara yang ditempuh adalah dengan melakukan
pembedahan.
2. Etiologi
pada anak penyebabnya antara lain adalah anomaly congenital, termaksud stenosis congenital, web,
fistel trauma esophagus, dan pelebaran pembulu darah. Pada orang dewasa sering terjadi akibat
mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.
3. Patofisiologi
Ketika benda asing masuk kedalam esophagus dapat membentuk suatu peradangan pada esophagus dan
menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus kemudian menimbulkan suatu edema yang
menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan
kemudian dapat mengganggu system pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi
trachea, dimana trachea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.
4. Manifestasi Klinik
Gejalah sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya
komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri didaerah leher, kemudian timbul
rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri dipunggung. Terdapat rasa tercekik, rasa tersumbat
ditenggorok, batuk, muntah, disfagiah, berat badan menurun, demam, hipersalifasi, regurgitasi dan
gangguan napas. pada pemeriksaan fisik terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit
akibat edema yang timbul prokresif pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan ronghi, demam abses leher empisema subkutan, berat badan menurun,
gangguan pertumbuhan dan obstruksi saluran napas.
5. Penatalaksanaan
Pasien dirujuk di rumah sakit untuk dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar
benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskofi ulang untuk menilai
kelainan-kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya untuk benda asing, tajam yang tidak bisa
dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segerah dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing
tersebut. Bila dicurai perforasi kecil, segerah dipasang pipa nasogastar agar pasien tidak menelan dan
diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila
letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara
pembedahan.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposteriol dan iteral harus
dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah
diketahui lokasinya sedangkan bila radiolusen, dapat diketahui benda implamasi periesofagus atau
hiperint plamasi hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda asing
radiolusen, yang akan memperlihatkan filling defect persisistent. dapat dilakukan tomografi computer.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.
7. Komplikasi
laserasi mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. perforasi dapat
menimbulkan selulitis local dan fistel esophagus. Gejala dan tanda ferforasi esofagus dan antara lain
episema subkutis atau mediastinum. Krepitasi kulit didaerah leher atau dada atau pembengkakan leher,
kaku leher, demam, mengigil, gelisa, takikardi, takipnea, nyeri yang menjalar kepunggun, dan
retrosternal, epigastrium. penjalaran ke pleura menimbulkan pneumotoraks dan piotoraks. Bila lama
berada diesofagus menimbulkan jaringan granulasi dan radang oeriesofagus. benda asing seperti batere
alkali menimbulkan toksititas intrinsik local dan sistemik dengan reaksi edema dan implamasi local.
Trauma esofagus juga bisa mengakibatkan tumor esofagus dimana bila adanya riwayat tertelan zat
korosit yang menyebabkan peradangan kronis pada esofagus yang menyebabkan klaina pada esofagus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esofagus
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan disfagia
c. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit
d. Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk
e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kuranya informasi mengenai perawatan rumah.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan implamasi pada esofagus
3. Intervensi
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esofagus
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
1. Kaji pola napas klien
R/ : Untuk mengetahui sejauh mana pola napas pasien sebaga indikator intervensi selanjutnya.
2. Pertahankan tira baring jika kondisi memerlukannya
R/ : Tira baring dapat membantu relaksasi otot-otot pernapasan
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat (posisi semi fowler)
R/ : Posisi semi fowler (posisi duduk 30 sampai 45 derajat) mengurangi penekanan abdominalis
terhadap diafragma.
4. Hindari posisi terlentang
R/ : Posisi terlentang dapat membuat penekanan abdominalis terhadap diafragma sehingga ekspansi
paru tidak maksimal.
5. lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan
R/ : Pengisapan orotrakeal membantu pengeluaran mukus yang menyumbat jalan napas.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan disfagia
Tujuan : Masukan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang
1. kaji kemampuan pasien untuk menelan cairan dan makanan
R/ : Untuk mengidentifikasi kemampuan pasien menelan cairan dan makanan guna intervensi
selanjutnya.
2. Ukur masukan dan haluaran
R/ : Untuk mengetahui seberapa banyak kebutuhan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan klien.
3. Beri dukungan kepada pasien untuk mengunya makanan dengan baik, untuk mengigit dalam jumlah
kecil, dan untuk makan pelan
R/ : Jika makanan dalam bentuk halus maka membantu proses pencernaan
4. Bantu pemberian makanan jika perlu
R/ : Membantu pemenuhan nutrisi klien
5. Bantu dalam pemasangan selang NG jika dipesankan
R/ : Membantu pemenuhan nutrisi dengan selang NG
6. Libatkan ahli gizi dalam bantuan perencanan tipe khusus dari makanan
R/ : Untuk pemenuhan nutrisi yang seimbang.
5. Evaluasi
a. Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
2.1.3
Patofisiologi
Ketika benda asing masuk kedalam esofagus dapat membentuk suatu
peradangan pada esofagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esofagus
kemudian menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan
makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat menggangu sistem pernapasan
sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trakea, dimana trakea meniliki
jarak yang dekat dengan esofagus.
2.1.4
Manifestasi klinis
Gejala sumbatan akibat benda asing esofagus tergantung pada ukuran,
bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang
timbul akibat benda asing tesebut dan lama benda asing tersebut tertelan. Gejala
pemmulaan benda asing esofagus adalah ras nyeri didaerah leher bila benda asing
tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut diesofagus bagian distal
timbul rasa tidak enak didaerh substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia
bervariasi tergantung, pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat bila telah
terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa
sumbatan esofagus yang persistem. Gejala lain ialah odinofagia yaitu rasa nyeri
ketika menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadangkadang ludah berdarah.
2.1.5
Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, pedarahan,
perforasi lokal dengan akses leher atau mediastinistis. Perforasi esofagus
dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeoesofagus. Benda asing bulat
atau tumpul dapat juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder dari
inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing timbul bila
benda asing berada diesofagus dalaam waktu yang lama.
Gajala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda asing
atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediatinum, krepitasi kulit didaerah
leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil, gelisah,
nadi dan nafas cepet, nyeri yang menjalar kepunggung, retrostenalndan
epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau
pyotoraks.
2.1.6
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal dan torakal
anteroposteriol dan iteral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan
benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya sedangkan bila
radiolusen, dapat diketahui benda inflamasi periesofagus atau hiperint flamasi
hipofaring dan esofagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan untuk benda
asing radiolusen, yang akan memperhatikan filling defect persisistent. Dapat
dilakukan tomografi computer. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan
diagnostik dan terapi.
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
Pasien dirujuk ke Rumah Sakit untuk dilakukan esofaguskopi dengan
memakai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan.
Kemudian dilakukan esofaguskopi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esofagus
yang telah ada sebelumnya untuk benda asing, tajam yang tidak bisa dikeluarkan
dengan esofaguskopi harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda
asing tersebut. Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogastar agar
pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik dan analgetik berspektrum luar
selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2
x 24 jam maka benda asing tersebut harus dilakukan secara pembedahan.
2.2
Manajemen Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Nyeri substrelnal
Perasaan penuh
Nafas busuk
Paralise diafragma
2.2.2
Diagnosa keperawatan
2.2.3
Intervensi
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
esofagus.
Tujuan : pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan
kebersihan jalan napas.
N
o
Intervensi
Rasional
Tirah
baring
dapat
membantu
relaksasi otot-otot pernapasan.
N
o
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Intervensi
Rasional
Mengkomunikasikan/mendiskusikan
masalah dapat membantu mengurangi
rasa cemas.
sendirian.
3
Intervensi
Rasional
no
Intervensi
Kolaborasi mengenai
pemberian antibiotik
4
Pasca ekstraksi benda asing di esofagus untuk
mengatasi trauma pada mukosa esofagus dapat kita
lakukan terapi konservatif berupa pemasangan
nasogastric tube, antibiotika spektrum luas,
kortikosteroid dan analgetik untuk 1 minggu pasca
tindakan operatif.
5, 6 Tertelan gigi palsu dapat
menyebabkan komplikasi yang membahayakan seperti
laserasi mukosa esofagus, nekrosis esofagus, striktura
esofagus, mediastinitis, pneumotorak,
pneumomediastinum, dan komplikasi lainnya.
7
Laporan Kasus
Seorang laki- laki usia 54 tahun datang ke IGD
RS. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 9 Juli 2011 pukul
13.35 WIB, diantar keluarga dengan keluhan utama nyeri
menelan sejak 36 jam SMRS. Sebelumnya pasien sudah
berobat ke rumah sakit di Pekanbaru, karena fasilitas alat
dan tenaga ahli yang tidak memadai, pasien dirujuk ke Bagian Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP. Dr. M. Djamil Padang
2
rumah sakit Dr. M. Djamil Padang untuk dilakukan
esofagoskopi. Awalnya pasien sedang tidur-tiduran dan
tiba-tiba gigi palsu pasien tertelan. Tidak ada riwayat
tersedak. Pada gigi palsu terdapat bagian kawat selain
,
trombosit 208.000/ mm3
, hematokrit 46%, PT/ APTT
10,3/ 39, GDS 125 mg/ dl, ureum 39 mg/ dl, kreatinin 1
mg/ dl, SGOT 16 u/l, SGPT 10 u/l.
Pada pemeriksaan rontgen
servikotorakoabdominal AP terlihat gambaran radioopak
pada servikal VII-thorakal I ( Gambar. 3)
Gambar 3. Rontgen Servikotorakoabdominal posisi AP
Gambar 4. Rontgen Servikotorakoabdominal posisi AP 1
jam sebelum tindakan esofagoskopi
Pasien di diagnosis kerja dengan Benda Asing (
gigi palsu ) di Esofagus dan direncanakan Esofagoskopi
dan ekstraksi benda asing ( gigi palsu ) di esofagus dalam
narkose umum. Pada hari itu juga pasien dirawat di
bangsal THT dengan terapi seftriakson 2x1gram,
deksametason 3x5 mg, ranitidin 2x25 mg dan
direncanakan untuk tindakan esofagoskopi terapeutik a.i
benda asing, yang akan dilakukan dalam narkose umum.
Pada tanggal 12 Juli 2011 rontgen
servikotorakoabdominal dilakukan kembali 1 jam
sebelum tindakan esofagoskopi dilakukan. Lokasi dari
kawat gigi palsu masih sama dengan hasil pemeriksaan
sebelumnya. ( Gambar. 4 ) Kemudian dilakukan
esofagoskopi dan ekstraksi benda asing ( gigi palsu ) di
esofagus dalam narkose umum. Pasien tidur terlentang di
tulang ayam, dan koin. Pada kasus ini lebih sering terjadi
pada laki- laki daripada perempuan dengan
perbandingan 2:1 dan dengan kisaran usia pada laki- laki
61 tahun dan perempuan 40 tahun.
8
Pasien datang dengan keluhan utama sukar
menelan. Shariaah1 menyatakan odinofagia merupakan
gelaja klinis yang tersering pada kasus benda asing di
esofagus dan diikuti dengan gejala-gejala lain seperti rasa
mengganjal saat menelan, produksi air ludah yang
meningkat, dan perasaan mual atau muntah saat
menerima makanan.
1 Gambaran gejala pada kasus benda
asing di esofagus dijelaskan Shaariyah pada tabel. 1
dibawah ini.
Tabel 1. Insiden gejala pada benda asing di esofagus
Gejala Insiden (%)
Odinofagia 72
Disfagia 71
Rasa tercekik 24
Muntah 18
Perubahan Suara 15,6
Asimptomatik 6
Benda asing gigi palsu mempunyai bagian kawat
yang bila tertancap pada mukosa esofagus dapat
menimbulkan perforasi esofagus.
sekitarnya.
6
Pada kasus endoskopi yang tertunda memiliki
resiko tinggi terjadinya perforasi esofagus disebabkan
gigi palsu memiliki bagian kawat yang tajam yang dapat
tertancap dalam pada lapisan mukosa dari esofagus.
15
Keberhasilan dalam ekstraksi benda asing menggunakan
endoskopi memerlukan keahlian, pengalaman, visualisasi
yang baik selama tindakan, dan dengan persiapan alat
yang baik.
4
Dalam tindakan esofagoskopi memiliki dua
kesulitan, pertama saat melewati sfingter, esofagoskop
sukar melewatinya disebabkan pasien tidak sepenuhnya
mengalami relaksasi pada anastesi umum, yang
menyebabkan kedua sfingter tertutup rapat sehingga
sulit untuk dilewati esofagoskop, untuk itu diperlukan
premedikasi yang baik sebelum tindakan esofagoskopi
dilakukan.
10
Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan
pengambilan benda asing diantaranya: 1. Kendala pada
sfingter krikofaring, 2. Kendala pada penyempitan
esofagus lainnya, 3. Posisi benda asing yang tidak
terpantau yaitu pada sinus piriformis kiri, 4. Penggunaan