Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
Mei 2014
FRAKTUR KRURIS
Oleh:
Samsidar
Achmad Muflih
Arwini Avissa
Nurfadlianty M.
Pembimbing Residen
dr. Evi S. Gusrah
Dosen Pembimbing:
dr. Erlin Sjahril, Sp.Rad
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014
FRAKTUR KRURIS
I. KASUS
Nama pasien/umur
:
No. Rekam Medik
:
Alamat
:
Ruang perawatan
:
Tanggal MRS
:
A. Anamnesis
Keluhan utama :
Patah tulang betis kiri.
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 2 minggu
An. FM / 8 tahun
663789
JL. KAJENJENG DALAM V BLOK VI
Lontara 2 orto
19- 05- 2014
Tinnitus (-)
Gangguan pendengaran (-)
Mulut
Bibir
: Pucat (-), kering (-)
Lidah
: Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)
Tonsil
: T1 - T1, hiperemis (+)
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
KGB
: Tidak ada pembesaran
Dada
Inspeksi.
Bentuk
: Simetris
Sela Iga
: Dalam batas normal
Paru-paru
Palpasi
Nyeri tekan
: (-)
Massa tumor : (-)
Perkusi
Paru kiri
: Sonor
Paru kanan
: Sonor
Auskultasi
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
: Rh -/-, Wh -/ Jantung
Inspeksi
:
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi
Bunyi jantung
Bunyi tambahan
Abdomen
Inspeksi
:
Auskultasi
:
Palpasi
Nyeri tekan
:
Massa tumor :
Hepar-lien
:
Perkusi
:
Ekstremitas
Akral hangat
:
Edema
:
Deformitas
Tanda perdarahan
Disabilitas
Nyeri lutut
:
:
:
:
-/+
-/+
-/+
-/+
C. Radiologi
inferolateral.
Fraktur obliq incomplete 1/3 medial os tibia sinistra.
Fraktur obliq 1/3 medial os fibula dengan fragmen distal yang
displace.ke craniolateral
Tampak garis lusen pada growth plate dan epifisis distal os tibia.
Mineralisasi tulang baik.
Celah sendi genu baik.
Jaringan lunak sekitarnya kesan swelling.
Seorang anak laki - laki usia 8 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan patah tulang betis kiri sejak 2 minggu yang lalu sebelum
masuk rumah sakit disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Pasien
berlari lalu ditabrak oleh sepeda motor. Pasien awalnya dibawa ke
tukang urut sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
E. Diagnosis
Closed fracture 1/3 middle left tibia et fibula
F. Terapi
- Medikamentosa
o IVFD RL 14 tpm
- Non- medikamentosa
o Penatalaksanaan long leg back slab left lower extremity.
II. DISKUSI KASUS
A. Pendahuluan
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan
tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan
korteks; biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit
di atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau sederhana);
kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus, keadaan ini disebut
fraktur terbuka (atau compound), yang cenderung untuk mengalami
kontaminasi dan infeksi.(1)
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat: (1) peristiwa
trauma tunggal; (2) tekanan yang berulang-ulang; atau (3) kelemahan abnormal
pada tulang (fraktur patologik).(1)
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan
bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi),
fraktur diaphyseal tibia dalam 100.000 penduduk per tahun. Laki-laki lebih
sering mengalami fraktur ini dibandingkan perempuan, dengan insiden lakilaki yang sekitar 41 dalam 100.000 penduduk per tahundaninsidenperempuan
sekitar 12 dalam 100.000 penduduk per tahun. Usia rata-rata pasien yang
mengalami fraktur shaft tibia adalah 37 tahun, dengan laki-laki yang memiliki
usia rata-rata 31 tahun dan wanita 54 tahun.(3)
C.
Beberapa yang terkait dengan tulang adalah tulang rawan, tendon dan
ligamen. Tulang rawan, jaringan ikat, adalah lingkungan tempat tulang
berkembang pada janin. Ini juga ditemukan di ujung tulang sejati dan dalam
sendi pada orang dewasa. Tulang rawan memberikan permukaan halus sebagai
tempat tulang bergerak terhadap satu sama lain. Ligamen adalah struktur
jaringan ikat yang keras yang melekatkan antar tulang. Seperti ligamen yang
melekatkan kepala femur dan acetabulum pada panggul. Tendon adalah
struktur serupa yang melekatkan otot ke tulang. (6)
D. Mekanisme Fraktur
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat: (1) peristiwa
trauma tunggal; (2) tekanan yang berulang ulang ; atau (3) kelemahan
abnormal pada tulang (fraktur patologik).(1)
dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak ditempat
frakur mungkin tidak ada.(1)
Kekuatan dapat berupa: (1) pemuntiran, yang menyebabkan fraktur
spiral; (2) penekukan, yang menyebabkan fraktur melintang; (3) penekukan
dan penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang yang disertai
fragmen kupu kupu berbentuk segitiga yang terpisah ; (4) kombinasi dari
pemuntiran, penekukan, dan penekanan yang menyebabkan fraktur oblik
pendek; atau (5) penarikan, dimana tendon atau ligamen benar benar
menarik tulang sampai terpisah.(1)
b. Fraktur kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda
lain, akibat tekanan berulang ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan
pada atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet, penari , dan calon tentara
yang jalan berbaris dalam jarak jauh.(1)
c. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit pager).(1)
E. POLA FRAKTUR PADA ANAK
Mekanisme dari fraktur ada anak-anak berbeda menurut usianya. Anak
yang lebih muda lebih sering terjadi fraktur oleh karena bermain dan jatuh
dengan lengan yang terulur. Sedangkan pada anak yang lebih dewasa cidera
fraktur dapat terjadi karena berolahraga, bersepeda, dan kecelakaan.
Ligamentum pada anak-anak lebih kuat dibandingkan ligamenum pada orang
dewasa, sehingga bila terjadi cidera, gaya yang timbul akibat benturan tersebut
akan menyebabkan dislokasi pada orang dewasa dan menyebabkan fraktur
pada anak oleh karena gaya yang timbul di transmisikan pada tulang. Sehingga
perlu dilakukan penilaian yang tepat ketika terjadi dislokasi pada anak-anak
yang bisa saja melibatkan terjadinnya fraktur pada tulang. Pembagian fraktur
pada anak sebagai berikut :(7)
1. Plastic deformation(7)
Tulang menekuk oleh karena melewati batas elatisnya, tetapi
gaya yang ditimbulkan oleh cidera tidak sampai menyebabkan
fraktur.
Tidak ada garis fraktur yang terlihat di radiography.
Khas untuk anak-anak.
Sering pada os ulna dan kadang-kadang pada os fibula.
2. Buckle fraktur(7)
Kompresi pada tulang yang terjadi pada perhubungan
methapisis dan diaphisis.
Sering terjadi pada distal radius.
Sifatnya stabil.
Sembuh dalam 3-4 minggu dengan pergerakan yang minimal.
3. Greenstick fraktur(7)
Tulang menjadi bengkok dan cembung.
Garis fraktur tidak mengenai sampai sisi yang konkaf pada
tulang.
Dapat menyebabkan patahnya sisi konkraf pada tulang jika
melewati batas elastisnya dan memberikan deformitas pada
tubuh.
4. Komplit fraktur(7)
Bila seluruh lingkaran tulang atau kedua permukaan korteks
terputus.
Diklasifikasikan menjadi :
rendah.
Obliq fraktur melewati garis diagonal diaphisis tulang
yang keras.
5. Physial fraktur(7)
Fraktur ephypisis dapat melibatkan tekanan pada tulang,
pembuluh darah ephypisis dan perhubungan antara diaphisis
sampai methapisis.
Sering terjadi pada os radial ephipisis.
Dapat Sembuh dalam 3 minggu.
Di klasifikasikan oleh salter harris (SH) seperti berikut :
F. Penanganan Fraktur
Lokalisasi dari keluhan adalah gejala klinis yang sangat membantu, dan
tiga jenis gambaran radiografi biasanya diperlukan untuk memvisualisasikan
fraktur. Hiperekstensi dari lutut dicurigai sebagai penyebab fraktur tibia pada
anak.(8)
Fraktur tungkai secara umum dapat ditangani dengan plate dan screw.
Angulasi kurang dari 10 derajat ditujukan kepada anak yang lebih besar,
walaupun pada penelitian pada orang dewas menyimpulkan angulasi kurang
dari lima derajat menghasilkan perubahan degeneratif yang lebih sedikit.(8)
Remodeling angulasi Varus lebih baik daripada valgus atau angulasi
posterior. Literatur terbaru cenderung kepada intervensi yang lebih agresif, tapi
hasil dari penanganan plate dan screw oleh Shannak dijadikan penanganan high
standart. Plate dan screw biasanya digunakan di awal, namun Brown dan
Sarmiento melaporkan peningkatan hasil dengan pemakaian lebih awal,
walaupun pada fraktur yang tidak stabil. Literatur di Eropa lebih cenderung
kepada tindakan operative daripada literatur Amerika.(8)
PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR
Pengelolaan fraktur secara umum mengikuti prinsip pengobatan
kedokteran pada umumnya, yaitu jangan mencederai pasien, pengobatan
didasari atas diagnosis yang tepat, pemilihan pengobatan dengan tujuan tertentu,
mengikuti law of nature, pengobatan yang realistis dan praktis, dan
memperhatikan setiap pasien secara individu.(9)
dalam pada tulang secara operatif. Reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi
patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna, Eksisi fragmen fraktur dan
menggantinya dengan prosthesis.(9)
Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi digunakan pada penanganan fraktur
dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau dengan dislokasi yang
tidak akan menyebabkan kecacatan dikemudian hari. Contoh adalah pada
fraktur kosta, fraktur klavikula pada anak-anak, fraktur vertebrae dengan
kompresi minimal. Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar
tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi
fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa
dislokasi yang penting.(9)
Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi
dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada
fraktur radius distal. Reposisi dengan traksi dilakukan terus-menerus selama
masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi.
Tindakan ini dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan
terdislokasi kembali dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot
yang kuat, misalnya fraktur femur.(9)
Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar dilakukan untuk
fiksasi fragmen patahan tulang, dimana digunakan pin baja yang ditusukkan
pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan
batangan logam di kulit luar. Beberapa indikasi pemasangan fiksasi luar antara
lain fraktur dengan rusaknya jaringan lunak yang berat (termasuk fraktur
bisa meminimkan komplikasi, fraktur pada pasien dengan perawatan yang sulit
(paraplegia, pasien geriatri).(9)
Eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis dilakukan
pada fraktur kolum femur. Caput femur dibuang secara operatif dan diganti
dengan prosthesis. Tindakan ini diakukan pada orang tua yang patahan pada
kolum femur tidak dapat menyambung kembali.(9)
Penanganan Fraktur Tebuka
Khusus pada fraktur terbuka, harus diperhatikan bahaya terjadi infeksi,
baik infeki umum maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan. Empat
hal penting yang perlu adalah antibiotik profilaksis, debridement urgent pada
luka dan fraktur, stabillisasi fraktur, penutupan luka segera secara definitif.(1)(10)
Penanganan Fraktur Tertutup
Pertimbangkan pertama dalam terapi umum ialah : mengobati pasien, tidak
hanya sebagian tubuhnya. Pertolongan pertama, pengangkutan, danterapi syok,
perdarahan dan cedera yang berkaitan.(1)
Pada dasarnya terapi fraktur terdiri atas manipulasi untuk memperbaiki
posisi fragmen, diikuti dengan pembebatan untuk mempertahankanya bersamasama sebelum fragmen-fragmen itu menyatu, sementara itu pergerakan sendi dan
fungsi harus dipertahankan. Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebatan
fisiologis pada tulang, sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan
penahanan beban secara lebih awal.(1)
tersisa di antara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adakah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat
untuk membawa bebang yang normal.
5. Remodeling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorpsi
dan pembentukan anak, tulang akan memperoleh bentuk yang mirip
bentuk normalnya. Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui
proses remodeling akibat pembentukan tulang osteoblastik maupun
resorpsi osteoklastik. Keadaaan terjadi secara relatif lambat dalam periode
waktu yang berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan
dipindahkan, dan gambaran serta struktur semula dari tulang tersusun
kembali.
H. KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Infeksi (osteomyelitis)
Pada osteomyelitis, mikroba masuk melalui kulit yang rusak,
meskipun dapat pula ditularkan melalui pembuluh darah. Penyembuhan
tidak akan terjadi jika masih ada infeksi yang masih berlangsung(10).
Gambar 5:
A.
Infeksi
awal
pada
2. Non union
Gambar
6:
Non-union
pada
tibia.
bridging
3.
Malunion
Terjadi proses penyembuhan fraktur yang tidak sesuai dengan posisi
anatomi(11).
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley Ag, Solomon L. Prinsip Fraktur. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur
Sistem. 7 ed. Jakarta: Widya Medika; 1995. p. 238 - 9.
2. Hidayat S, Dejong. Sistem Muskuloskeletal. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3 ed.
Jakarta: EGC; 2010.
3. KJZ K, D J. Handbook Of Fractures. 3 ed: Lipinccot Williams & Wilkins;
2006.
4. Rose W. Healing Of Bones. In: W A, G A, editors. Anatomy and Physiology In
Health and Illness. 9 ed; 2001. p. 388 - 90.
5. Matter FA. Skeletal System Introduction. Essential of Radiology. 2 ed. New
Mexico: Department of Radiology, New Mexico Federal Regional Medical
Center; 2005.
6. Rizzo DC. The Skeletal System.
Physiology. USA: Delmar. p. 134.