Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Sejak awal 1990-an para pakar yang aktif dalam upaya Safe Motherhood mengatakan
bahwa pendekatan risiko, yang mengelompokkan ibu hamil dalam kelompok tidak berisiko
dan berisiko, sebaiknya tidak digunakan lagi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari
90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetric, yang sering tak diramalkan saat
kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan. Banyak di
antara ibu yang tidak dikategorikan berisiko, ternyata mengalami komplikasi; dan sebaliknya,
di antara ibu yang dikategorikan berisiko, ternyata persalinannya berlangsung normal. Karena
itu pendekatan yang dianjurkan adalah menganggap semua kehamilan itu berisiko dan setiap
ibu hamil agar mempunyai akses ke pertolongan persalinan yang aman dan pelayanan
obstetri. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi
obstetric, yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani
dengan memadai. (Abdul Bari S., 2002)
Setiap tahun kira-kira 3,5 juta kehamilan mencapai viabilitas (gestasi 22 sampai 24
minggu), tetapi dari angka ini sedikitnya 30.000 janin gagal bertahan hidup. Kira-kira dengan
jumlah yang sama, bayi baru lahir meninggal selama bulan pertama kehidupan. Kehamilan
Risiko Tinggi merupakan salah satu masalah paling kritis dalam asuhan keperawatan dan
medis modern. Penekanan diberikan pada keamanan kelahiran janin normal yang dapat
berkembang sampai potensial maksimum mereka. Kemajuan penelitian ke depan
memungkinkan tekhnologi mencapai tingkat keperawatan kesehatan perinatal yang jauh lebih
baik dari sebelumnya. (Irene M. Bobak, add all, 1998).
Ide bahwa peristiwa intra partum dan prenatal dapat menimbulkan efek merugikan
pada bayi dalam kehidupan selanjutnya bukanlah hal yang baru. Kecacatan biologis serius,
masalah kesehatan, gangguan obstetric, dan masalah social yang dapat mengganggu ibu dan
bayi, baik tingkat ringan maupun secara nyata. Identifikasi pasien dengan risiko tinggi
penting dalam meminimalkan mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatus. Ada banyak
bukti yang diketahui merupakan faktor risiko yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pasien risiko tinggi secara dini dalam masa prenatal serta intrapartum. Kira-kira 20% wanita
hamil diidentifikasi berisiko tinggi pada masa prenatal; hal ini membuat sekitar 55% hasil
akhir kehamilan buruk ( ACOG, 1988). Umumnya perawat yang siaga dan mengenal
penyimpangan dari kondisi normal melihat dan melaporkan faktor risiko tinggi yang
potensial atau nyata. Banyak faktor pada wanita tersebut dan dari lingkungan sekitar
mempengaruhi hasil akhir kehamilannya. (Irene M. Bobak, add all, 1998).
BAB 2
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
I. Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Usia
Status Pernikahan
: Ny. Tunjiyah
: Perempuan
: 32 tahun
: Menikah
Alamat
II.
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
: Islam
: Jawa
: SMP
: Ibu Rumah Tangga
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Status Pernikahan
: Tn. Sumaji
: Laki laki
: 37 tahun
: Menikah
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
: Islam
: Jawa
: SMP
: Buruh
Nama
Keduduk
Umur
an dalam
(th)
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
1
2
3
Keluarga
KK
Istri
Anak
Sumaji
Tunjiyah
Firza
L
P
L
37
32
7
SMP
SMP
SD kelas 2
Buruh
IRT
Pelajar
Sehat
Sehat
Sehat
pertama
Ibu
Bapak
Retno
Darsono
Tunjiyah
Sumaji
Firza
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
Gambar 1. Pohon Keluarga
ANAMNESIS
: 24 minggu 4 hari
TP
: 17 Juni 2014
g. Riwayat KB
Pasien merupakan akseptor KB suntik 3 bulan selama 5 tahun terakhir.
h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
G2P1A0
I.
2006/Bidan/aterm/spontan/3,5kg/laki-laki/sehat.
i. Riwayat ANC :kontrol di bidan praktek swasta tiap bulan /TT (+) 2x.
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 27 Februari pukul 10.00 di rumah pasien
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
a. Tanda vital:
b. Status Generalis:
Kepala : Mesocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-), cairan (-),
membran timpani intak
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
o Paru - paru
-
Palpasi : Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang
tertinggal, vokal fremitus simetris, sama kuat
Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar tidak dapat
dinsilai, peranjakan paru tidak dapat dinilai
o Jantung
-
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, iktus kordi tidak terlihat pada
ICS V 2 cm lateral dari garis mid klavikularis kiri
Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis
parasternalis kanan setinggi ics V, batas jantung atas pada sela iga II
linea parasternal kiri, batas jantung kiri pada sela iga V, 1cm sebelah
o Abdomen
Lihat status obstetrik
6
o Ekstremitas
-
c. Status Obstetrik:
1.
Abdomen :
TFU
: cm
DJJ
: 11-11-11
His
:-
Letak mobile
2. Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher : tidak dilakukan
d. Hasil Laboratorium Dan Pemeriksaan Penunjang:
Hb : 11,8 g/dL
Faktor pendukung :
Pasien memiliki KMS dan sudah mengurangi aktivitas sehari-hari.
7
Faktor penghambat:
-
Indikator keberhasilan
Adanya kartu KMS ibu.
Rencana pembinaan
Sasaran
Pasien dan
keluarga
caesarea
pernikahan dengan suami pertama, dan satu anak perempuan dari hasil
pernikahan dengan suami yang sekarang. Anak pertama Os bersekolah di
Purworejo dan tinggal dengan ibu OS, terkadang pulang bila ada libur sekolah.
Pasien mempunyai kepribadian yang cukup terbuka, tidak cepat tersinggung, dan
ramah terhadap orang lain. Di sebelah rumahnya tinggal kedua mertua dan kakak
ipar pasien, terkadang kakak iparnya membantu suami pasien dalam membuat
peralatan bambu. Ibu mertuanya terkadang tidur di dalam rumah Os pada siang
hari. Walau tinggal berdekatan, tidak pernah ada masalah antara pasien dengan
mertua ataupun kakak iparnya. Bila ada masalah dalam rumah tangga,
8
dibicarakan dan dirundingkan berdua dengan suami tanpa campur tangan pihak
lain.
3. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasiendipenuhi oleh suaminya. Sejak menikah
dengan suaminya yang sekrangpasien tidak pernah bekerja. Pendapatan perbulan
kurang lebih Rp. 500.000. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangga
seperti listrik dan makan. Pasien memelihara dua ekor bebek dan beberapa ayam
yang telurnya kadang dikonsumsi sendiri ataupun dijual. Pasien
tidak
Tinggal dalam lingkungan yang tidak terlalu padat penduduk. Atap rumah tidak
memiliki langit-langit, dinding terbuat dari anyaman kayu, lantai rumah masih
terbuat dari tanah tidak diplester atau disemen. Kebersihan di dalam rumah
kurangbaik. Pencahayaan di dalam kurang, dan sirkulasi udara kurang. Sumber
air minum berasal dari kali yang kemudian dimasak. Buang air besar
menggunakan jamban cemplung di kali dekat rumah. Untuk pembuangan limbah
dialirkan ke kali dekat rumah, sampah dibuang ke tanah,tidak tersedianya tempat
pembuangan sampah di luar rumah.
G. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Faktor Sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Puskesmas Salaman yang berjarak < 5km.
Faktor keturunan
H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Dusun Sabrang, Desa Kalirejo, Kecamatan Salaman,
Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 7 x 10 m 2, bentuk bangunan 1 lantai.
Rumah tersebut ditempati oleh 5 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari
2 kamar tidur, 1 ruang tamu yang merangkap sebagai ruang makan dan ruang
keluarga, gudang tempat menyimpan bambu-bambu bahan perkakas, dan 1 dapur
di bagian belakang rumah.
Rumah tidak mempunyai langit-langit, tidak memiliki tembok permanen,
lantai terdiri dari tanah tidak disemen. Penerangan dalam rumah dan kamar
kurang,siang hari pencahayaan hanya berasal dari cahaya matahari. Ventilasi dan
jendela kurang memadai, yaitu
keluarga dan ruang makan, satu pada kamar tidur depan dan satu pada dapur.
Secara umum kondisi dalam rumah terasa lembab. Cahaya matahari masuk lewat
pintu dan jendela. Tata letak barang di rumah cukup rapi tetapi berdebu. Sumber air
bersih berasal dari kali yang dipakai untuk minum maupun cuci dan masak. Air
minum dimasak sendiri. Fasilitas MCK dilakukan di kali, yang menggunakan
jambancemplung dengan sumber air bersih berjarak < 10 m. Kebersihan dapur
kurang,, tidak ada lubang asap dapur, namun asap dapur langsung mengarah ke
jendela. Pembuangan air limbah ke saluran limbah ke kali dekat rumah. Tidak Ada
tempat pembuangan sampah sehingga sampah hanya dibuang ke tanah di depan
10
rumah atau dibakar bila menumpuk. Jalan di depan rumah lebarnya 3 meter terbuat
dari tanah.
5. Faktor Perilaku
Pasien tinggal di rumah yang pencahayaannya kurang baik dan ventilasi udara di
rumah kurang baik sehingga udara di dalam rumah terasa lembab. Lantai terbuat
dari tanah yang tidak disemen sehingga tidak kedap air dan basah bila hujan
6. Faktor non perilaku
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah sangat dekat. Jarak antara rumah
pasien dengan puskesmas < 10 km.
J. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
GENETIK
Ibu tidak ada riwayat komplikasi kehamilan
YANKES
STATUS
KESEHATAN
LINGKUNGAN
Dokter praktek
Dinding tidak permanen, Ventilasi kurang, Jendela kurang, Lantai terbuat dari tanah
Bidan
PERILAKU
Keluarga
Hasil Kegiatan
yang terlibat
12 Mei
Pasien, suami
2012
pasien
pasiendan penyebab
13 Mei
2012
di rumah pasien
Mengamati keadaan kesehatan
rumah dan lingkungan sekitar
Memberikan penjelasan kepada
Pasien dan
keluarga
12
untuk dilakukan SC
dilakukannya persalinan
dengan sectio caesarea, serta
komplikasinya.
Kontrol tiap bulan hingga usia
Pasien dan
kehamilan 36 minggu,dimana
keluarga
usia kehamilan 37minggu
kontrol ke dr.SP Obgyn untuk
rencana SC elektif pada
minggu ke 38.
menggunakannya
Penderita dan keluarga mau menerima informasi yang diberikan, merasa ingin tahu,
dapat memahami dan menangkappenjelasan yang diberikan tentang antenatal care
dan pola hidup sehat untuk ibu hamil.
c. Faktor penyulit : d. Indikator keberhasilan : pasien mengetahui risiko bila tidak dilakukan SC pada
kehamilan yang sekarang
13
BAB 3
KEHAMILAN RISIKO TINGGI
A.
DEFINISI
Kehamilan Risiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari
biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum
maupun sesudah persalinan.
B.
MACAM-MACAM
KEHAMILAN
RESIKO
TINGGI
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,
namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
14
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu
dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk
penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat,
yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis.
(Poedji Rochjati, 2003).
C.
Primi muda
Primi tua
Grande multi
Dll
b. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
Perdarahan antepartum
-
c. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)
- Anemia
15
Preeklamsi
Letak lintang
D. LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu
dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4
kali selama kehamilan:
a. Satu kali pada triwulan I (K1)
b. Satu kali pada Triwulan II
c. Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi
KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya
tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa
kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan
dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:
a. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan,
pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah
lahir.
b. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil
mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan
bayinya. Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap
ramah, penuh pengertian, diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan
dimengerti melalui dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat
di sekitarnya.
c. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya
tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko
tinggi atau ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan
dukungan biaya dan transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati,
2003).
E.
PENANGANAN
Untuk menghadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus di ambil sikap proaktif,
dan berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai pada waktunya harus di amnil
sikap tepat dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya atau hanya di pilih ibunya
saja.
1). Penegakan diagnosis kehamilan dan janin dengan risiko tinggi adalah:
a). Melakukan anamnesis yang intensif (baik)
b). Melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rontgen.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan lab yang di anggap perlu
4). Pengawasan antenatal untuk mengetahui secara dini keadaan risiko tinggi pada
ibu dan janin dapat:
KELUARGA BERENCANA
ProgramKBdiIndonesia
PengertianKB
Upayapeningkatkankepedulianmasyarakatdalammewujudkankeluargakecilyangbahagia
sejahtera(UndangundangNo.10/1992).
KeluargaBerencana(FamilyPlanning,PlannedParenthood):suatuusahauntuk
menjarangkanataumerencanakanjumlahdanjarakkehamilandenganmemakaikontrasepsi.
WHO(ExpertCommitte,1970),tindakanygmembantuindividu/pasutriuntuk:Mendapatkan
objektifobketiftertentu,menghindarikelahiranyangtidakdiinginkan,mendapatkankelahiran
yangdiinginkan,mengaturintervaldiantarakehamilandanmenentukanjumlahanakdalam
keluarga.
TujuanProgramKB
Tujuanumumadalahmembentukkeluargakecilsesuaidengankekutansosialekonomisuatu
keluargadengancarapengaturankelahirananak,agardiperolehsuatukeluargabahagiadan
sejahterayangdapatmemenuhikebutuhanhidupnya.
Tujuanlainmeliputipengaturankelahiran,pendewasaanusiaperkawinan,peningkatan
ketahanandankesejahteraankeluarga.
KesimpulandaritujuanprogramKBadalah:Memperbaikikesehatandankesejahteraanibu,
anak,keluargadanbangsa;Mengurangiangkakelahiranuntukmenaikkantarafhiduprakyat
danbangsa;MemenuhipermintaanmasyarakatakanpelayananKBdanKRyangberkualitas,
termasukupayaupayamenurunkanangkakematianibu,bayi,dananaksertapenanggulangan
masalahkesehatanreproduksi.
19
BAB IV
KEHAMILAN RESIKO TINGGI RIWAYAT SC
20
Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu persalinan
yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu, psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat salah
satu gangguan pada salah satu factor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak
berjalan
dengan
lancer
bahkan
dapat
menimbulkan
komplikasi
yang
dapat
adalah
persalinan
berkepanjangan,
malpresentasi
atau
malposisi,
Menurut Kasdu (2003) indikasi seksio sesarea di bagi menjadi dua faktor :
Faktor Janin
1. Bayi terlalu besar
Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar
dari jalan lahir
2. Kelainan letak bayi
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak sungsang dan
lintang. Malpresentasi atau malposisi dimana letak bayi dalam rahim tidak
menguntungkan untuk dilahirkan lewat vagina. Contoh malpresentasi adalah
posisi transversal, presentasi sungsang. Malposisi mencakup posisi oksiput
posterior yang persisten atau asinklitisme.
3. Ancaman gawat janin (Fetal Distres)
21
Gangguan pada janin melalui tali pusat akibat ibu menderita hipertensi
atau kejang rahim (eklamsi). Gangguan pada bayi juga diketahui adanya
mekonium dalam air ketuban. Apabila proses persalinan sulit melalui vagina
maka dilakukan operasi seksio sesarea.
Fetal distress dimana perubahan tertentu pada kecepatan denyut
jantung janin dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi. Perubahan
kecepatan jantung ini dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau berkurangnya
aliran darah teroksigenasi ke plasenta. Memantau respon kecepatan jantung
janin terhadap rangsang kulit kepala atau menggunakan pemantauan
kejenuhan oksigen janin dapat membantu pemberi perawatan mengetahui
apakah bayi mengompensasi keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami
efek kekurangan oksigen. Jika bayi tidak mampu lagi mengompensasinya,
perlu dilakukan bedah sesar
4. Janin abnormal
Janin abnormal misalnya kerusakan genetik dan hidrosephalus
5. Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat
darurat pada ibu dan janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi
bila itu plasenta previa dan solutio plasenta.
Plasenta previa dimana plasenta menutupi sebagian leher rahim. Saat
leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan
yang tidak sakit pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke
janin. Melahirkan lewat vagina yang aman tidak dimungkinkan pada plasenta
previa, karena plasenta akan keluar sebelum si bayi.
Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari dinding
rahim. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan
tersembunyi dengan sakit perut yang spontan. Pemisahan ini merupakan
pasokan oksigen ke janin dan bergantung pada seberapa banyak plasenta yang
terlepas, perlu dilakukan bedah sesar.
6. Kelainan tali pusat
Ada dua kelainan tali pusat yang bisa terjadi yaitu prolaps tali pusat
dan terlilit tali pusat. Prolaps tali pusat dimana jika tali pusat turun melalui
leher rahim sebelum si bayi, kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat
22
tersebut
dan
secara
drastis
mengurangi
pasokan
oksigen
sehingga
Faktor Ibu
1. Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia
40 tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko
misalnya hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia.
2. Ibu dengan penyakit kronik
Penyakit pada calon ibu misalnya ibu mempunyai sakit jantung atau
kondisi medis lain yang serius, ibu mungkin tidak akan mampu menahan
stress persalinan dan melahirkan lewat vagina.
3. Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin, dimanaukuran kepala bayi
terlalu besar. Atau dapat juga karena panggul sempit absolut.
4. Persalinan sebelumnya dengan operasi sehingga bisa berisiko untuk rupture
uteri iminens.
5. Partus lama (prolonged labour) partus tak maju (obstructed labour)
Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah,
pembukaan yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah
dilakukan usaha untuk mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi
lebih kuat.
6. Faktor hambatan jalan lahir
Gangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma. Keadaan ini
menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju adalah distosia.
Adanya luka herpes pada atau di dekat vagina pada saat persalinan
juga merupakan indikasi untuk melahirkan sesar karena bayi akan tertular
23
infeksi jika dilahirkan melewati jalan lahir. Seorang ibu yang positif HIV akan
dapat mengurangi risiko penularan virus ke bayinya jika ia menjalani
melahirkan sesar yang sudah direncanakan
7. Ketuban pecah dini
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 60-70% bayi yang
mengalami ketuban pecah dini akan lahir sendiri 224 jam. Apabila bayi tidak
lahir lewat waktu, barulah dokter akan melakukan tindakan operasi seksio
sesarea
D. KLASIFIKASI SEKSIO SESAREA
Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi
pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah
rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan kelainan letak terutama jika
selaput ketuban sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ismika atau profundal (low
servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan
melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008). Hampir 99 % dari
seluruh kasus seksio sesarea memilih teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan
seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan.
Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio
sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada miom atau
sus yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan
jahitan (Manuaba, 1999). Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina
anterior kedalam rongga uterus (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu
seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum
keatas dan kandung kemih kebawah atau kegaris tengah kemudian uterus dibuka dengan
insisi di segmen bawah (Manuaba, 1999).
E. MACAM-MACAM SEKSIO SECARIA:
1. Klasik / Corporal
2. TransperitonealProfunda
3. Extraperitoneal
: cavumperitoneitidakdibuka
4. Caesarian histerektomi
: SC diikutidenganhisterektomisupravaginal
Indikasi : -
Perdarahanhebatkarenaatonia uteri
Placenta increta, percreta
24
Angka kematian ibu pada rumah sakit - rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik
dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari dua per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal
yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4-7%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kehamilan
resiko
tinggi.
Available
at:
Mochtar R. Sinopsis Obstetri. 2nd ed. Jakarta : 1997;Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN .2005. BKKBN.
Kependudukan KB dan KIA. Bandung; 1999. Balai Litbang:NRC-POGI.
Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana. Makalah Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia. Available at: www.bkkbn.go.id. Accessed on:
May,21,2012.
26
LAMPIRAN
27