Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Syarifudin
NIM: 207044100715
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Syarifudin
NIM: 207044100715
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
LEMBAR PERNYATAAN
Syarifudin
NIM: 207044100715
KATA PENGANTAR
Puji syukur terucap hanya untuk dzat yang maha Tawwab. Atas karunia,
rahmat hidayah, dan inayah-Nya, diri ini bisa merasakan keagungan ayat-ayat
kauniyah-Nya. Atas kebesaran-Nya, diri ini masih tabah menghadapi laju perjalanan
kehidupan yang bertabur debu problematika. Atas bimbingan-Nya, terpatri rasa sadar
bahwa hidup ini adalah sebuah ujian bagi para hamba-Nya, skripsi ini dapat
terselesaikan, walaupun tak sedikit diri ini menjumpai kesulitan dan hambatan yang
menghadang.
Shalawat dan salam teriring mahabbah semoga tetap tercurah limpahkan
kepada sang penghulu alam, bapak Revolusi dunia, Baginda Rasul Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan tentunya kita selaku para pengikutnya. Doa dan
harapan kita, semoga di padang mahsyar nanti kita termasuk pada golongan orangorang yang mendapatkan Syafaat al-Uzhma.
Penulis sadar sepenuh hati bahwa skripsi ini hanya setitik debu jalanan untuk
orang-orang besar. Namun dalam kapasitas penulis yang serba dhaif dan dikepung
dengan berbagai keterbatasan, skripsi ini rasanya sebuah pencapaian monumental
yang membuat diri ini besar, minimal membesarkan perasaan penulis dan
mengobarkan bara semangat untuk memburu pencapaian-pencapaian berikutnya yang
dianggap besar oleh orang-orang besar. Lebih dari itu, skripsi ini merupakan seteguk
air dalam rentang kemarau studi yang penulis tempuh selama ini. Tidak ada
ii
Taofik Rahman yang telah memberikan informasi kepada penulis serta membantu
penulis dalam mendapatkan data-data primer penelitian.
6. Segenap staf Kelurahan Karet Tengsin Kecamatan Tanah Abang, yang telah
memberikan penulis izin untuk melaksanakan observasi dan wawancara selama
penulis mengadakan penelitian, khususnya Lurah Bapak Maskur S.Sos dan Ibu Sri
Rahayu selaku Kasi Kesmas Kelurahan Karet Tengsin.
7. Segenap Pengurus Masjid Mathlaul Anwar Karet Tengsin Kecamatan Tanah
Abang, yang telah memberikan penulis izin untuk melaksanakan observasi dan
wawancara selama penulis mengadakan penelitian, khususnya Bapak Ahmad
Fatemi selaku Sekretaris harian Masjid Mathlaul Anwar.
8. Segenap Pengurus Majelis Talim al-Ishlah Kelurahan Petamburan Kecamatan
Tanah Abang, yang telah memberikan penulis izin untuk melaksanakan observasi
dan wawancara selama penulis mengadakan penelitian, khususnya Ibu Hj.
Maspuah selaku ketua Majelis Talim al-Ishlah.
9. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membekali penulis dengan
ilmu yang berharga, dan seluruh staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
maupun perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas palayanannya
yang sangat membantu penulis dalam memperoleh referensi-referensi untuk karya
ilmiyah ini.
10. Sembah bakti penulis haturkan kepada ayahanda dan ibunda tercinta (Almarhum
Bapak H. Manshur dan ibunda Hj. Paenusa) yang tak henti-hentinya selalu
memberikan support dan kasih sayang serta merawat dan mendidik penulis yang
iii
tak terhitung jasa-jasanya, maafkan jika anak bungsumu ini belum bisa sesaleh
yang diidamkan. Kasih sayang mereka yang tak pernah kering telah membuat diri
ini mampu bertahan di tengah derasnya lika-liku kehidupan.
11. Kakanda ku yang tercinta Maslihah (Almarhum), Sulaiman, Suud dan Syarifah,
yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk selalu sabar dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta keponakan-keponakanku yang
tersayang; Uun Unaeni, Iim Sadiah, Muthmainnah, Sopyan, Arif, Mujahid, Syahri
Ramadhan, Nabil serta Kholil. Mudah-mudahan kalian selalu berbakti kepada
orang tua dan diberikan ilmu yang bermanfaat.
12. Teman-teman senasib dan seperjuangan di Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo, wabil khusus Alumni 2003: Syuhada, Imam Baihaki, Gifari, Faozan
Muhaimin, Mujiburrahman, Ust. Firdaus, Syarif hidayat, Yos Hendra, Yazid
Syukri, Usep, Edi, Mamduh, Yos Hendra, Anto Hendra, Musab, Hendri, Kemas,
Rinto, drg. Nicky Nur Fajri, Zakaria, Hamdan, Hudan, Jimron, Seno, Reki Meizon,
Ahmad Subhan, Suryono, Syukri Ismail, Yusron, Zaenal, Arief Muzaky, dan
Zaini. Terimakasih atas pertemanan yang tulus, masukan dan sharingnya.
13. Teman-teman seperjuangan di Prodi Ahwal Syakhshiyyah, Konsentrasi Peradilan
Agama Non Reguler angkatan 2007: Deni Hamdani, Deni Kurniawan, Achmad
Charist, Muchammad Arifin, Muhiddin, Bapak Ibnu Tamim, Marlianita, Nurmila
Sari, Rahman Hakim, Raihan Fajri, dan Indro Wibowo. Walaupun jumlah kita
hanya 12 orang dalam sekelas, tapi al-hamdulillah kita selalu menjadi teman
iv
belajar, diskusi dan bertukar pikiran, baik di dalam maupun di luar kelas hingga
selesainya penelitian skripsi ini. Semoga tali silaturrahim kita selalu terjalin.
14. Teman-teman di Lembaga Survey Indonesia (LSI), Khususnya Para Koordinator:
Zezen Zainal Muttaqien, Ridwan, Uun Badrudin, Acun, M. Syafaat, Muttaqien.
Terimakasih telah memberikan freelance untuk memenuhi hajat hidup.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT jualah penulis memanjatkan doa,
semoga Allah SWT memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka,
atas dorongan, dukungan dan kontribusi mereka, penulis hanyalah hamba yang dhaif.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi orang banyak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI. vi
DAFTAR TABEL. ix
BAB I:
PENDAHULUAN.. 1
A. Latar Belakang Masalah. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.. 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..... 14
D. Review Studi Terdahulu... 16
E. Metode Penelitian 17
F. Sistematika Penulisan.. 21
BAB II:
vi
BAB III:
BAB IV:
BAB V:
PENUTUP.... 95
A. Kesimpulan....................................................................................95
B. Saran..97
vii
DAFTAR PUSTAKA..100
LAMPIRAN.108
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1
27
Tahun 1951-1976
2. Tabel 2
53
55
4. Tabel 4
58
5. Tabel 5
59
69
7. Tabel 7
70
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, cet.III, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h.
22.
2
Departmen Agama RI, al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1995), h.
644.
6
Dan kalau benar-benar dipahami ayat tersebut kita akan mengakui bahwa apa
yang menjadi idam-idaman dari banyak orang di zaman sekarang itu, itu jugalah
yang oleh Allah SWT dinyatakan sebagai tujuan bersuami istri, yakni adanya
ketentraman, damai serasi, hidup bersama dalam suasana cinta mencintai. Islam
pun menginginkan bahwa antara suami istri itu terdapat saling percaya, saling
menghargai, saling menghormati, saling membantu, serta saling menasehati.
Ketentraman itu bersemayam dalam hati. Tinggal bersama dan bergaul serumah
dengan istri yang cocok menyebabkan sang suami itu pikirannya menjadi mantap,
dan bilamana sang istri benar-benar bijaksana, di samping mencintai suaminya,
sang suami ini akan menjadi betah di rumah dan kemudian tentram dalam hati, dan
juga sebaliknya. Adapun rukun dan damai tidak boleh diartikan bahwa mereka itu
tidak pernah berselisih paham. Karena di antara suami dan istri yang tidak pernah
terjadi konflik, belum tentu terdapat kerukunan.8
Perkawinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna
melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi
kemanusiaan di muka bumi ini. Ia sangat disenangi oleh setiap pribadi manusia
dan merupakan hal yang fitrah bagi setiap mahluk Tuhan. Dengan perkawinan
akan tercipta suatu masyarakat kecil dalam bentuk keluarga dan dari sana pula
Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta, Departemen Agama,
2001), h. 89.
akan lahir beberapa suku dan bangsa.9 Bagi kaum muslim, lembaga perkawinan
yang berdasarkan kepentingan dan kasih sayang antara pasangan suami istri
merupakan suatu manifestasi yang luhur dari kehendak dan tujuan ilahi.10
Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini pasti mendambakan kebahagiaan
dan salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan itu adalah dengan jalan
perkawinan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan Bab I pasal 1 bahwa:
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.11
Yang dimaksud dengan arti perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri. Dengan ikatan lahir batin,
dimaksudkan perkawinan ini tidak hanya cukup dengan adanya ikatan lahir atau
ikatan batin saja, melainkan harus kedua-duanya. Suatu ikatan lahir adalah ikatan
yang dapat dilihat. Mengungkapkan adanya suatu hubungan hukum antara seorang
pria dengan wanita untuk hidup bersama, dengan kata lain sebagai suami istri.
Sebaliknya suatu ikatan batin adalah merupakan hubungan yang tidak dapat
dilihat. Walaupun tidak nyata, tetapi ikatan itu harus ada. Karena tanpa ikatan
batin, ikatan lahir akan menjadi rapuh.
Abdul Aziz bin Abdurrahman, Perkawinan dan Masalahnya. Penerjemah Musifin Asad,
dkk, cet.II, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), h. 14.
10
Murtadha Muthahhari, Etika Seksual dalam Islam, Penerjemah M. Hashem, cet.V, (Jakarta:
PT Lentera Basritama, 1996), h. 9.
11
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Surabaya:
Arkola, t.th), h. 5.
Sesuai dengan pasal (2) Bab II Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan
perkawinan menurut hukum Islam adalah:
Akad yang sangat kuat atau mitsaaqan ghaliidzan untuk menaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan sebuah bentuk ibadah.
Sedangkan dalam pasal (3) Bab II Kompilasi Hukum Islam menyatakan:
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah.12
Inti dari pasal tersebut dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa tujuan
perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang sakinah mawaddah
wa rahmah. Senada dengan itu, Allah menganugerahkan lembaga perkawinan bagi
umat manusia bukan untuk kesengsaraan dan penderitaan batin, melainkan untuk
ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.13
Prinsip-prinsip hukum perkawinan yang bersumber dari al-Quran dan alHadits, yang kemudian dituangkan dalam garis-garis hukum melalui UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
Tahun 1991 mengandung 7 (tujuh) asas atau kaidah hukum, yaitu sebagai berikut:
a. Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal;
b. Asas keabsahan perkawinan didasarkan pada hukum agama dan kepercayaan
bagi pihak yang melaksanakan perkawinan;
c. Asas monogami terbuka;
12
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Lampiran III, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 286.
13
BP4 Pusat, Perkawinan dan Keluarga; Muhasabah dibalik Musibah, edisi 457/xxxviii/2010,
(Jakarta: BP4 Pusat, 2010), h. 26.
d. Asas calon suami dan calon istri telah matang jiwa dan raganya;
e. Asas mempersulit terjadinya perceraian;
f. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri;
g. Asas pencatatan perkawinan.14
Perkawinan merupakan pertemuan dua hati yang saling melengkapi satu sama
lain dan dengan dilandasi dengan rasa cinta (mawaddah) dan kasih sayang
(rahmah), pada dasarnya setiap calon pasangan suami istri yang akan
melangsungkan atau akan membentuk suatu rumah tangga akan selalu bertujuan
untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera serta kekal untuk
selamanya,15 namun impian semua itu tidak selamanya indah. Agar cita-cita dan
tujuan tersebut dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, maka suami istri yang
memegang peran utama dalam mewujudkan keluarga sakinah perlu meningkatkan
pengetahuan dan pengertian tentang bagaimana membina kehidupan keluarga
sesuai dengan tuntunan agama dan ketentuan hidup bermasyarakat.16
Ada beberapa tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan disyariatkannya
perkawinan dalam Islam, di antaranya adalah untuk terciptanya rasa tentram dan
kasih sayang antara pasangan yang melangsungkan perkawinan, sebagaimana
14
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, cet.I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.
7-8.
15
Abdul Muhaimin Asad, Risalah Nikah Penuntun Perkawinan, (Surabaya: Bintang Terang
99, 1993), h. 10.
16
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) DKI Jakarta, Membina
keluarga sakinah, (Jakarta: BP4 DKI Jakarta, 2001), h. 1.
diisyaratkan dalam surat ar-Rum ayat 21, tujuan lainnya adalah untuk memelihara
pandangan mata, menjaga kehormatan diri, mendapatkan keturunan yang sah,
sehat jasmani, rohani maupun sosial, juga dapat mempererat silaturahmi serta
untuk mencapai masa depan individu dan keluarga yang lebih baik.17
Islam membangun kehidupan keluarga dan masyarakat atas dasar dua tujuan,
yakni menjaga keluarga dari kesesatan dan bertujuan untuk menciptakan wadah
yang bersih sebagai tempat lahir sebuah generasi yang berdiri di atas landasan
yang kokoh dan teratur tatanan sosialnya.18 Oleh karena itu, Islam melarang
adanya perzinahan, gundik dan mengambil istri yang tidak halal tanpa ikatan yang
sah sebagaimana larangan Allah SWT. Lebih jauh dari semua itu, pernikahan
merupakan hubungan manusia yang berlawanan jenis, yang menghasilkan
kedamaian jiwa, ketenangan fisik dan hati, ketentraman hidup dan penghidupan,
keceriaan ruh dan rasa, kedamaian laki-laki dan wanita, kebersamaan di antara
keduanya untuk meretas kehidupan baru dan membuahkan generasi baru pula yang
di dalamnya tumbuh rasa kasih dan cinta.19
Selain itu alasan mengapa perkawinan mempunyai arti penting bagi
kehidupan manusia yaitu menyangkut harga diri, sebagaimana dikatakan oleh
Sayuti Thalib:
17
Dalam masyarakat setiap bangsa, ditemui suatu penilaian yang umum ialah
bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan
yang lebih dihargai dari mereka yang tidak kawin.20
Perkawinan tidak hanya melampiaskan nafsu syahwat belaka, jauh dari itu
perkawinan mempunyai dimensi lain. Perkawinan yang disyariatkan agama Islam
mempunyai beberapa segi atau dimensi, di antaranya ialah: segi ibadat, segi
hukum dan segi sosial.21
Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang bersifat umum dan berlaku
bagi semua makhluk termasuk di dalamnya hewan dan tumbuh-tumbuhan serta
keberadaan malam berganti siang. Allah berfirman:22
Artinya:Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah. (Q.S al-Dzariat /51; 49)
Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, cet.V, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), h.
48.
21
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
t.th), h. 14.
22
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan; Analisa Perbandingan antar Madzhab,
cet. I, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 2.
real dapat disaksikan melalui alam raya ini dan segala yang ada. Bentuk pasangpasangan ciptaanNya merupakan realisasi keseimbangan kehidupan dunia yang
mengikuti sunnatullah. Apabila terdapat keganjilan dalam ciptaan seperti tidak
adanya keseimbangan sunnatullah, maka akan terjadi malapetaka bagi kehidupan
makhluk secara keseluruhan. Pernikahan yang dilakukan manusia merupakan
naluri Ilahiyah untuk berkembang biak dan melakukan regenerasi yang akan
mewarisi tugas mulia dalam rangka mengemban amanat Allah sebagai khalifah di
muka bumi.23
Setiap pernikahan yang dilakukan oleh setiap pasangan, mereka akan selalu
mengharapkan bahwa apa yang ia lakukan akan membawa kebahagiaan dunia dan
akhirat. Tetapi apakah perkawinan ini dikemudian hari dapat terwujud ataukah
malah sebaliknya, terwujud tidaknya kebahagiaan tersebut tergantung dari saling
pengertian dari setiap pasangan. Bagaimana ia bisa saling memberikan
kebahagiaan, bisa saling terbuka, saling mau untuk mengalah, dan dari saling
pengertian inilah nantinya akan dapat menghasilkan dan mewujudkan apa yang
selalu diharapkan dan diidam-idamkan oleh setiap pasangan. Dalam setiap
perkawinan akan selalu membawa makna dan misteri apa yang akan terjadi dalam
satu alur yang panjang, yang terpencar menggelinding mengikuti roda berputar
yang kadang tanpa disangka perkawinan merupakan sebuah neraka dunia yang
panas, tetapi akan lebih sering suatu pernikahan terjadi akan membawa
23
Ibid., h. 3.
10
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.24 Namun demikian, bila masingmasing telah berusaha untuk menyelesaikan perbedaan agar rumah tangga mereka
rukun kembali ternyata tidak juga berhasil, maka untuk menghindari perselisihan
yang lebih parah lagi di antara mereka diperlukan hadirnya pihak ketiga yang
bertindak selaku hakam (juru damai), sebagaimana yang difirmankan oleh Allah
SWT dalam al-Quran Surat an-Nisa (4) ayat 35:
Artinya:Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S an-Nisa /4; 35)
Meningkatnya angka perceraian di tanah air dari beberapa tahun terahir
mendapat perhatian oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, Prof. Nasaruddin
Umar MA, karena selain fenomenanya cenderung terus meningkat juga yang
melakukan gugatan justru lebih banyak dari pihak istri. Dewasa ini, posisi suami
tak selalu dominan dalam rumah tangga. Jika sedikit saja tak ada kecocokan, pihak
istri biasa lebih cepat mengajukan gugatan untuk bercerai. Bercerai, yang
dibenarkan menurut agama Islam dan dibenci oleh Allah, itu kini dapat diperoleh
seperti orang kebanyakan membeli kacang goreng di warung. Belum lagi tayangan
infotainment, ikut memberi peran mendorong peningkatan angka perceraian di
24
Hj. Ny. Nurdin Ilyas, Pernikahan yang Suci Berlandaskan Tuntutan Agama, cet.I,
(Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2000), h. 1-2.
11
tanah air lantaran pasangan suami istri usia muda meniru perilaku selebriti. Usia
perkawinan 5 tahun, sebanyak 80% bercerai karena pengaruh tayangan tersebut.
Selain itu, perceraian juga dapat terjadi karena disebabkan beberapa faktor, antara
lain disebabkan adanya poligami, nikah di bawah umur, jarak usia suami istri
terlalu jauh, perbedaan agama, kekerasan dalam rumah tangga. Termasuk pula
disebabkan faktor tingkat atau jarak intelektual antara pasangan terlalu jauh,
perbedaan sosial, faktor ekonomi, politik, ketidaksesuaian akibat keras kepala,
perselingkuhan akibat orang ketiga, salah satu terkena pidana, dan cacat fisik
permanen.25 Sebagai upaya untuk melihat kualitas keluarga, pada tahun 1950-1954
telah diadakan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa dari pernikahan yang
telah dilaksanakan pada tahun tersebut hampir 60% diantaranya cerai.26
Dengan dilandasi oleh permasalahan-permasalahan di atas, yakni sering
terjadinya perselisihan dalam keluarga yang disebabkan oleh adanya perbedaan
karakter dan keinginan antara pasangan suami istri yang berkonsekuensi pada
peceraian, maka dalam tatanan kehidupan bermasyarakat dibutuhkan suatu badan
atau lembaga untuk menangani dan berusaha menyelesaikan permasalahanpermasalahan atau perselisihan yang terjadi antara pasangan suami istri yang
sering kali terjadi. Sehingga, dengan adanya bantuan dari badan atau lembaga
tersebut akan memberikan suatu kontribusi yang cukup besar dan berarti agar
25
12
terwujud keutuhan dan keharmonisan suatu keluarga (rumah tangga) yang sakinah,
mawaddah wa rahmah. Dan badan atau lembaga tersebut adalah yang biasa kita
kenal dengan sebutan Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan
(BP4). Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah
merupakan badan atau lembaga yang telah mendapatkan pengakuan resmi dari
pemerintah, yaitu dengan dikeluarkannya surat keputusan (SK) Menteri Agama
Nomor 85 tahun 1961 yang telah menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan
atau lembaga yang bergerak pada bidang penasihatan perkawinan dan pencegahan
terjadinya perceraian. Salah satu tugas dan fungsi daripada dibentuknya BP4
adalah untuk mendamaikan pasangan suami istri yang sedang bersengketa atau
berselisih atau juga dalam hal tertentu memberikan nasehat bagi calon pasangan
suami istri yang akan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.27
Untuk menekan angka perceraian itu, kini sedang dilakukan berbagai upayaupaya, antara lain, reaktualisasi BP4 serta memperpanjang waktu bimbingan
pranikah. Upaya tersebut memang perlu dapat dukungan dari semua pihak,
termasuk dari kalangan akademisi. Yang mana BP4 ini bekerja sama dengan KUA
selaku badan pemerintahan yang menangani segala sesuatu hal yang berkaitan
dengan pernikahan. Maka secara tidak langsung KUA atau BP4 pun sangat
berperan dan berkontribusi dalam upaya pembentukan keluarga sakinah.28
27
Ibid, sururudin.wordpress.com.
Ibid, sururudin.wordpress.com.
28
13
Atas dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti hal tersebut menjadi
sebuah informasi yang bersumber dari penemuan-penemuan ilmiah melalui
metode empirik. Untuk lebih khususnya persoalan ini, maka penulis lebih
memfokuskan penelitiannya, yang berkisar pada Peran dan Kontribusi BP4
dalam Membentuk Keluarga Sakinah di KUA Tanah Abang Jakarta Pusat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan memperjelas pokok-pokok masalah yang
akan dibahas dan diuraikan dalam skripsi ini serta tidak terlalu luas lingkup
pembahasannya, maka penulis membatasi masalah tersebut pada
peran dan
14
Untuk lebih jelasnya dalam pembatasan dan perumusan masalah ini, penulis
juga menjelaskan tentang pengertian daripada peran, kontribusi, dan sakinah itu
sendiri.
Peran merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilakukan baik itu
proses, cara, pembuatan memahami perilaku yang diharapkan dan dikaitkan
dengan kedudukan seseorang, jadi dikaitkan dengan permasalahan tersebut berarti
seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat.29
Kontribusi adalah sumbangan/sumbangsih kepada suatu perkumpulan yang
mempunyai arti sumbangan yang diberikan oleh suatu badan atau lembaga kepada
kelompok orang atau masyarakat sesuai dengan tugas dan tujuannya.30
Sedangkan Sakinah adalah rasa tentram, aman dan damai. Seorang akan
merasakan sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup spiritual dan material
secara layak dan seimbang.31
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peran dan kontribusi BP4 KUA Kecamatan Tanah Abang Jakarta
Pusat dalam upaya pembentukan keluarga sakinah.
29
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h. 667.
30
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I. Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 592.
31
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: BP4 Provinsi DKI Jakarta, 2010), h. 5.
15
16
17
32
Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, (Jakarta:
Fakutas Syariah dan Hukum, 2009), h. 1.
33
Ibid., h. 2.
18
dengan
metodologi
penelitian
adalah
cara
meluluskan
sesuatu
dengan
Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Pustaka, 1997),
h. 1.
35
19
3. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka sumber
data yang penulis gunakan, yaitu dari data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan
mengadakan tinjauan langsung pada obyek yang diteliti. Dalam hal ini adalah
pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kotamadya Jakarta
Pusat.
b. Data Sekunder, merupakan semua bahan yang memberikan penjelasan
mengenai sumber data primer, seperti Peraturan Perundang-Undangan, bukubuku, karya-karya dari kalangan pakar hukum, dan literatur lain yang ada
hubungannya dengan skripsi ini.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Library Research (Pengumpulan data melalui studi kepustakaan),
yaitu suatu metode pengumpulan data dari berbagai macam literatur yang
relevan dengan pokok masalah yang dijadikan sumber penulisan skripsi ini.
b. Metode Field Research (Penelitian lapangan), yaitu menggunakan penelitian
dengan cara langsung datang ke lokasi yang ada hubungannya dengan tulisan
ini, yaitu Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kotamadya Jakarta
Pusat.
20
21
:PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, review
studi terdahulu,
:TINJAUAN
TEORITIS
TENTANG
BP4
DAN
KELUARGA SAKINAH
Dalam bab ini menerangkan gambaran umum dan sejarah
singkat terbentuknya BP4, pengertian keluarga sakinah,
kriteria keluarga sakinah, dan struktur organisasi.
BAB III
22
BAB V
:PENUTUP
Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saransaran dari penulis tentang kajian yang dimaksud.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG BP4 DAN KELUARGA SAKINAH
secara
objektif
peranan-peranannya
dalam
perkawinan
dan
Amidhan , dkk, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: BP4 Pusat, 1977), h. 110.
Ibid., h. 110.
23
24
Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin, (Jakarta: Departemen Agama
RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah,
2001), h. 16.
4
Ibid., h. 16.
5
BP4 Pusat, Petunjuk Pelaksanaan Penasihatan dan Konsultasi Perkawinan, (Jakarta: BP4
Pusat, 1987), h. 3.
25
Ibid., h. 3.
Departemen Agama RI, Pegangan Calon Pengantin, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan
Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001), h. 12.
8
Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin, (Jakarta: Departemen Agama
RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah,
2001), h. 16-17.
9
Departemen Agama RI, Pembinaan Keluarga Pra Sakinah dan Sakinah I, (Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji
Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Jakarta, 2001), h. 6.
7
26
10
27
dengan angka perkawinan.12 Berikut data angka perceraian dan angka pernikahan
dari tahun 1951 sampai dengan tahun 1976:
Tabel 1
Angka Perceraian dan Angka Pernikahan di Indonesia dari Tahun 1951-1976
Tahun Talak / Cerai
1951 814.342
1952 782.625
1953 723.009
1954 732.823
1955 759.534
1956 583.479
1957 598.576
1958 672.039
1959 696.673
1960 652.015
1961 595.745
1962 641.745
1963 651.831
1964 612.819
1965 578. 143
1966 512. 792
1967 447. 408
1968 481. 746
1969 363. 500
1970 229. 886
1971 292. 004
1972 308. 916
1973 318.545
1974 312.314
1975 315.161
1976 101.819
12
Nikah / Rujuk
1.443.271
1.310.268
1.416.483
1.375.091
1.313.480
1.082.469
1.148.847
1.292.039
1.319.770
1.247.840
1.040.734
1.464.372
1.293. 181
1.130.460
1.777.849
1.096.895
1.127.060
1.101. 163
954. 078
889.316
956.578
1.009. 208
1.018.546
1.176.916
1.244.180
931.932
Sururudin, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian, artikel diakses pada 6 Juli
2011 dari
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-menurunkan-angkaperceraian/.
28
Beranjak dari rasa sebuah keprihatinan yang timbul karena tingginya angka
perceraian di Indonesia yang pada 1950 sampai dengan 1954 dari data statistik
pernikahan di seluruh Indonesia mencapai 50-60% (rata-rata 1300-1400 kasus
perceraian per hari), dan angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan angka
pernikahan yang terjadi pada waktu itu. HSM Nasarudin Latif (almarhum)
mencetuskan dan mensyaratkan keberadaan BP4, pada tanggal 4 April 1954 di
Jakarta bersama dengan Seksi Penasehatan Perkawinan (SPP) pada Kantor Urusan
Agama se-Kotapraja Jakarta Raya. Kemudian pada tanggal 3 Oktober 1954 Abdul
Rauf Hamidy (almarhum) atau yang lebih dikenal dengan sebutan pak Arhatha
juga membentuk organisasi yang bergerak dalam bidang yang sama yaitu dengan
nama Badan Penasehatan Perkawinan dan Penyelesaian Perkawinan (BP4).13
Pada saat itu, Abraham Stone salah seorang pakar penasehatan perkawinan
dari Amerika Serikat pernah mengunjungi seksi penasehatan perkawinan yang
berdiri di Jakarta. Beliau terkesan dengan pilot project dalam usaha menstabilkan
perkawinan yang dirintis di Indonesia, sehingga ia mengundang HSM Nasarudin
Latif yang pada saat itu menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
Kotapraja Jakarta Raya untuk mengadakan studi perbandingan serta saling tukar
pengalaman dibidang marrige counseling antara Indonesia dengan Amerika.14
Pada tahun 1956 atas prakarsa dari HSM Nasarudin Latif diselenggarakan
musyawarah yang diikuti oleh wakil-wakil dari 21 organisasi wanita yang
13
14
29
15
Ibid., h. 27-28.
30
Indonesia. Sedangkan dalam skala luas, lembaga ini cukup menunjang misi
Departemen Agama dalam upaya pembinaan keluarga dan kehidupan beragama.16
Arhatha yang juga membentuk cabang Badan Penasehatan Perkawinan di
beberapa kota lainnya, HSM Nasarudin Latif membina dan mengembangkan peran
dan profesi penasehatan perkawinan (marriage counseling) di Indonesia. Sampai
saatnya, dalam pertemuan pengurus Badan Penasehatan Perkawinan Tingkat I seJawa yang dilakukan pada tanggal 3 Januari 1960, disepakati gagasan peleburan
organisasi-organisasi penasehatan perkawinan yang bersifat lokal itu menjadi
badan nasional yang diberi nama Badan Penasehatan Perkawinan dan
Penyelesaian Perceraian (BP4). Kesepakatan tersebut, setelah dibahas dalam
konferensi Dinas Departemen Agama ke VII yang berlangsung pada tanggal 25-30
Januari 1960, di Cipayung Bogor, kemudian dikukuhkan melalui Surat Keputusan
Menteri Agama RI Nomor 85 Tahun 1961. Dengan demikian BP4 resmi terbentuk
secara Nasional dengan berpusat di Jakarta dan mempunyai cabang-cabang di
seluruh Indonesia.17
Kepengurusan BP4 Pusat yang pertama dilantik pada tanggal 20 Oktober
1961 oleh Menteri Agama yang waktu itu dijabat oleh Bapak KH. Wahib Wahab.
Langkah-langkah yang dilakukan pertama kali setelah pelantikan pengurus BP4
Pusat, di antaranya adalah:18
16
Ibid., h. 29-30.
Ibid., h. 33.
18
Ibid., h. 35.
17
31
32
g. Di samping apa-apa yang tersebut pada poin di atas, kiranya perlu pula BP4 ikut
serta memikirkan dan berusaha mengenai segera keluarnya Undang-undang
Perkawinan umat Islam dan perbaikan nasib para Lebai/Modin/Kaum.19
Pembentukan BP4 sedikitnya didorong oleh tiga hal; yakni tingginya angka
perceraian, banyaknya perkawinan di bawah umur dan praktek poligami yang
tidak sehat. Pada tahun 1950-an, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, angka
perceraian pernah mencapai 50% sampai 60% dan itu didorong oleh adanya
perlakuan semena-mena terhadap wanita. Akibatnya banyak anak-anak yang
menjadi korban, dan tidak sedikit istri yang tidak menentu nasibnya karena para
suami meninggalkan istri dan anak-anaknya begitu saja tanpa pesan dan kesan.
Sejak berdirinya BP4 telah terasa perannya yang begitu sangat berarti bagi
dunia perkawinan, yang lebih penting lagi yaitu salah satu usahanya dalam
memperjuangkan lahirnya sebuah undang-undang yang mengatur tentang masalah
perkawinan. Akan tetapi, pada saat itu untuk sebagian besar penduduk Indonesia
yang mayoritas memeluk agama Islam belum ada undang-undang yang mengatur
tentang hukum perkawinan mereka.
Hal inilah yang mendorong dilaksanaknnya kongres perempuan Indonesia
pada tahun 1968 yang membahas tentang keburukan-keburukan yang terjadi pada
perkawinan umat Islam pada waktu itu. Pembahasan tersebut terjadi bukan
dikarenakan tidak adanya peraturan dalam umat Islam tentang masalah
perkawinan, akan tetapi banyak orang yang tidak mentaati rambu-rambu dalam
19
Ibid., h. 35.
33
20
Departemen Agama RI, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
2004), h. 32.
21
Sururudin, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian, artikel diakses pada 6 Juli
2011 dari
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-menurunkan-angkaperceraian/.
34
Penasehatan perkawinan dapat diberikan oleh seorang saja, akan tetapi akan
lebih sempurna bila diberikan oleh suatu tim (tim penasehat), yang terdiri dari
berbagai profesi, misalnya ahli agama, ahli hukum jiwa, pekerja sosial, dokter dan
lain sebagainya. Masing-masing ahli ini akan memberikan nasihat sesuai dengan
bidang keahliannya, terutama dalam pemecahan suatu masalah yang dialami oleh
orang yang diberi nasihat.
BP4 sejak didirikan sudah banyak melakukan upaya pembinaan keluarga.
Sejak pasangan keluarga sebelum menikah sudah diharuskan mengikuti kursus
calon pengantin, sampai pasangan itu berumah tangga selalu diberikan pembinaan,
bahkan kalau dalam keluarga ada perselisihan, BP4 selalu aktif memberikan
advokasi dan mediasi. Itulah sebabnya BP4 dulu, kepanjangannya adalah Badan
Penasihatan Perkawinan & Penyelesaian Perceraian. Namun, setelah semua
kasus perceraian ditangani oleh Pengadilan Agama, kepanjangan BP4 dirubah
menjadi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan.22 Maka
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 85 Tahun 1961
BP4 berdiri secara nasional, dan kepanjangan BP4 yang semula adalah Badan
Penasihatan Perkawinan, dan Penyelesaian Perceraian kemudian disempurnakan
menjadi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan.
22
Taufik, Sejak Dulu BP4 sudah Menangani Perselisihan Rumah Tangga, artikel diakses
pada 6 Juli 2011 dari http://kua-terentang.blogspot.com/2010/06/kma-mendukung-bp4-menjadilembaga.html.
35
23
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) Kesebelas, (Jakarta: BP4 Pusat, 1998), h. 95.
24
Departemen Agama RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 2005), h. 4.
25
Departemen Agama RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 2009), h. 4.
36
seorang wanita tidak dinamakan keluarga, jika keduanya tidak diikat oleh
perkawinan. Karena itu perkawinan diperlukan untuk membentuk keluarga.26
Sedangkan yang dimaksud dengan sakinah adalah rasa tentram, aman dan
damai. Seorang akan merasakan sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup
spiritual dan material secara layak dan seimbang. Sebaliknya apabila sebagian atau
salah satu dari yang disebutkan tadi tidak terpenuhi, maka orang tersebut akan
merasa kecewa, resah dan gelisah. Hajat hidup yang diinginkan dalam kehidupan
duniawiyah seseorang meliputi: kesehatan, sandang, pangan, papan, paguyuban,
perlindungan hak azasi dan sebagainya. 27Seseorang yang sakinah hidupnya adalah
orang yang terpelihara kesehatannya, cukup sandang, pangan dan papan, diterima
dalam pergaulan masyarakat yang beradab, serta hak-hak azasinya terlindungi oleh
norma agama, norma hukum dan norma susila.
Pengertian keluarga sakinah dalam istilah ilmu fiqih disebut usrah atau
qirabah yang juga telah menjadi bahasa Indonesia yaitu kerabat.28 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga adalah ibu bapak dengan anak- anaknya
atau satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.29
Keluarga bisa berarti batih yaitu ibu, bapak anak-anaknya atau seisi rumah
yang menjadi tanggungan, dan dapat pula berarti kaum yaitu sanak saudara serta
26
BP4 Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2009), h. 4.
27
BP4 Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2010), h. 5.
28
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqih, Jilid II, cet.II,
(Jakarta: Departemen Agama, 1984/1985), h. 156.
29
Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I, (Jakarta: Balai Pustaka ,1988), h. 413.
37
kaum kerabat.30 Yang dimaksud dengan keluarga disini adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami dan istri, atau suami istri dan anak-anaknya,
atau ibu dan anaknya.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala
Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.31
Keluarga adalah tempat pengasuhan dan penggemblengan alami yang
sanggup
memelihara
anak-anak
yang
sedang
tumbuh,
yang
mampu
30
38
kedamaian secara khusus, yakni kedamaian dari Allah SWT, yang berada dalam
qalbu. Sakinah adalah kedamaian, katentraman, ketenangan dan kebahagiaan.36
Secara terminologi, keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang dan
tentram, rukun, dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan
harmonis, diantara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang.37
Keluarga sakinah adalah keluarga yang mendapatkan limpahan rahmat dan
berkah dari Allah SWT, setiap manusia harusnya berlomba-lomba untuk mencapai
ketenangan dalam berumah tangga, menjadi dambaan dan idaman setiap insan
sejak merencanakan pernikahan, serta merupakan tujuan dari pernikahan itu
sendiri.38
Keluarga sakinah adalah keluarga yang saling mengerti hak dan kewajiban
masing-masing dan juga bersama. Mampu saling mengerti bahwa kita berasal dari
pendidikan yang berbeda, dan berharap kita saling mencintai karena Allah SWT
dan diakhiri dengan harapan mendapatkannya berkah dari usaha-usaha kita
mencintai sesama karena Allah SWT.39
36
Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), h. 863.
37
Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, cet.IV, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), h. 16.
38
Ibid., h. 17.
39
Artikel diakses pada 23 April 2011 dari http://ridoens.wordpress.com/2009/08/13/konsepmembina-keluarga-sakinah/.
39
40
Departemen Agama RI, Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam, edisi 2004, (Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
2004), h. 1191.
41
Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah,
(Bandung: Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama Islam,
2001), h. 21.
40
keluarga yang bersangkutan saja, melainkan juga sudah menjadi cita-cita dan
tujuan pembangunan nasional di Indonesia.44
Masayarakat terdiri dari unsur keluarga, keluarga terdiri dari unsur individu.
Maka, bila anggota keluarga merupakan insan-insan yang saleh, kuat dan
produktif, keluarga pun menjadi saleh dan kokoh. Dan jika masing-masing
42
Mashuri Kartubi, Baiti Jannati Memasuki Pintu-pintu Surga dalam Rumah Tangga,
(Jakarta: Yayasan Fajar Islam Indonesia, 2007), h. 92.
43
Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2001), h. 2.
44
A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 ), h. 14.
41
45
Thoriq Ismail, Mata Kuliah Menjelang Pernikahan, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1994), h.
12.
46
42
47
Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama
Islam, 2005), h. 25.
43
48
Ibid., h. 25.
Ibid., h. 26.
49
44
hendaknya:
a. Tidak terjadi perceraian, kecuali sebab kematian atau hal sejenis lainnya
yang mengharuskan terjadinya perceraian itu.
b. Penghasilan
keluarga
melebihi
kebutuhan
pokok,
sehingga
bisa
menabung.
c. Rata-rata keluarga memiliki ijazah SMP.
d. Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana.
e. Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan social keagamaan.
f. Mampu memenuhi standar makanan yang sehat/memenuhi empat sehat
lima sempurna.
g. Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi, dan perbuatan
amoral lainnya.
4. Keluarga Sakinah III51
50
Ibid., h. 26.
45
hendaknya:
a. Aktif dalam upaya meningkatkan kegiatan dan gairah keagamaan di
masjid-masjid maupun dalam keluarga.
b. Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan dan sosial
kemasyarakatan.
c. Aktif memberikan dorongan dan motivasi untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak serta kesehatan masyarakat pada umumnya.
d. Rata-rata keluarga memilliki ijazah SMA ke atas.
e. Pengeluaran zakat, infak, shadaqah, dan wakaf senantiasa meningkat.
f. Meningkatnya pengeluaran qurban.
g. Melaksanakan ibadah haji secara baik dan benar, sesuai tuntunan agama
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
5. Keluarga Sakinah III Plus52
Selain telah memenuhi kriteria
hendaknya:
a. Keluarga yang telah melaksanakan haji dapat memenuhi kriteria haji
mabrur.
b. Menjadi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh organisasi yang
dicintai oleh masyarakat dan keluarganya.
51
Ibid., h. 27.
Ibid., h. 27.
52
46
Ibid., h. 28.
Achmad Sutarmadi, Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020, (BP4
Bekerjasama Dengan BKM Provinsi Jawa Timur, 1997), h. 11.
54
47
55
Ibid., h. 11.
Achmad Sutarmadi, Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020, (BP4
Bekerjasama Dengan BKM Provinsi Jawa Timur, 1997), h. 12.
56
48
Ibid., h. 13.
49
Danuri, pertambahan penduduk dan kehidupan keluarga, (Yogyakarta: LPPK IKIP, 1976),
h. 19.
50
6 hal sebagai suatu pegangan atau kriteria menuju perkawinan/keluarga yang sehat
dan bahagia atau keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, yaitu sebagai berikut:59
a) ciptakan kehidupan beragam dalam keluarga;
b) waktu untuk bersama keluarga itu harus ada;
c) pelihara hubungan yang baik antara anggota keluaraga;
d) harus saling harga-menghargai antara suami dan istri serta anak-anak;
e) keluarga sebagai unit yang terkecil dalam masyarakat harus erat dan kuat,
jangan longgar dan jangan rapuh;
f) jika suatu keluarga mengalami krisis, hendaknya prioritas utama adalah
keutuhan keluarga.
D. Struktur Organisasi
Susunan organisasi Gerakan Keluarga Sakinah tertuang pada Bab VII Pasal
14, yaitu:60
1. Pembina gerakan keluarga sakinah tingkat pusat adalah Menteri Agama RI,
dan Menteri Dalam Negeri RI.
2. Kelompok kerja pembina gerakan keluarga sakinah tingkat pusat adalah
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Dirjen Pembangunan Daerah, Dirjen
Binbaga Islam, Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa, Asmenko Kesra
Bidang Keluarga Sejahtera, Deputi BKKBN, dan dibantu oleh Kelompok
59
Dadang Hawari, Forbidden Love (Cinta Terlarang), (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2005), h. 15.
60
Departemen Agama RI, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah (Untuk Pelatihan Pembina
Kelompok Keluarga Sakinah), (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001),
h. 102.
51
Kerja Teknis yang terdiri dari Pejabat Eselon II sektor terkait dan Sekretariat
kecil yang dijabat secara fungsional oleh Ditura Islam.
3. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah tingkat Provinsi adalah Gubernur kepala
daerah tingkat I provinsi.61
4. Kelompok kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah tingkat Provinsi
adalah Kepala Kanwil Departemen Agama, Asda II, Kabid Sosbud Bappeda,
Biro Binsos, kantor Pembangunan Masyarakat Desa Provinsi, BKKBN, Kabid
Urais, Penais, Haji, Pendais dan Pergurais.
5. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat II adalah Bupati Walikotamadya
KDH Tingkat II.
6. Kelompok Kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat II adalah
Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya, Asda II, Kabid
Sosbud,
Biro
Binsos,
kantor
pembangunan
masyarakat
desa
Ibid., h. 102.
52
62
Departemen Agama RI, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama
RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan
Kehidupan Keluarga Sakinah, 2000), h. 107.
BAB III
GAMBARAN UMUM KUA KECAMATAN TANAH ABANG
KOTAMADYA JAKARTA PUSAT
NAMA KANTOR
ALAMAT&NO.TELEPON
Artikel
diakses
pada
Rabu,
6
Juli
http://kawanlama95.wordpress.com/2009/08/31/daftar-alamat-kua-jakarta/.
53
2011
dari
54
Utara, Jakarta Tengah dan Jakrta Selatan. Pada tahun 1950-an, Jakarta Tengah
terdiri dari 5 (lima) wilayah Kecamatan: 2
1. Kecamatan Sawah Besar;
2. Kecamatan Kemayoran;
3. Kecamatan Cempaka Putih;
4. Kecamatan Gambir dan;
5. Kecamatan Tanah Abang.
Seiring dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat wilayah kecamatan
Tanah Abang, maka pada tanggal 9 Februari 1951 berdiri KUA Kecamatan Tanah
Abang secara definitif (sudah pasti).
1. Tahun 1951 KUA Kecamatan Tanah Abang berkantor di rumah bapak
Mustofa Abdul Djalil selaku kepala KUA Kecamatan Tanah Abang, yang
beralamat di Jl. Abdul Djalil Karet Raya depan kuburan Karet yang sekarang
menjadi gedung Telkom sampai tahun 1956.
2. Tahun 1956 KUA Kecamatan Tanah Abang berkantor di rumah bapak H.
Hasan Basri (tokoh betawi) di Jl. K.H. Mas Mansyur kelurahan Kebon
Kacang depan yayasan Said namun sekarang menjadi Hotel Nusantara,
ketika itu kepala KUA bernama bapak H. Hamdani sampai tahun 1969.
3. Tahun 1969 KUA Kecamatan Tanah Abang berkantor di Jl. Pancamarga I
kelurahan Karet Tengsin, ketika itu kepala KUA bapak H. Madi Syahdi
KUA Tanah Abang, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta
Pusat, (Jakarta: KUA Tanah Abang, 2006), h. 1.
55
sampai tahun 1971, bapak Djanahar Tjampago sampai tahun 1973, bapak
Muchtar Aziz sampai tahun 1978, bapak H. Nur Ali Sani sampai 1983, bapak
H. Abdul Muthi Ramli sampai tahun 1986.
4. Pada tahun 1986 KUA Kecamatan Tanah Abang pindah kantor, dari
Pancamarga I Kelurahan Karet Tengsin ke Jl. Mutiara No. 2 Kelurahan Karet
Tengsin berdasarkan surat Kakanwil Departemen Agama No. WJ/2b/3198/1986 tanggal 23 September 1986, dan diserahkan oleh Gubernur DKI
bapak R. Soeprapto kepada kepala KUA Kecamatan Tanah Abang yakni
bapak H. Abdul Muthi Ramli yang menjabat sampai tahun 1989, bapak Drs.
H. Fatihin Umar sampai 1991, bapak H.M.N Ridwan sampai 1998, bapak Drs.
H. Ohan Zarkasi sampai tahun 2002, bapak jubaedi Hamid SH (Sumber:
sesepuh penghulu: H. Mahbub Naiman).3
Berikut nama-nama Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang Kotamadya
Jakarta Pusat:
Tabel 3
Nama-Nama Kepala KUA dari Tahun 1951-Sekarang
No
Nama
TMT
Lama Tugas
1.
05th-11bln-25hari
2.
H. Hamdani
13th-07bln-15hari
Ibid., h. 3.
56
3.
H. Madi Syahdi
01th-08bln-15hari
4.
Djanahar Tjampago
02th-03bln-16hari
5.
Muchtar Aziz
04th-10bln-06hari
6.
H. Nurdi Sani
04th-07bln-19hari
7.
05th-10bln-18hari
8.
02th-03bln-10hari
9.
H.M.N Ridwan
06th-10bln-10hari
10.
04th-04bln-00hari
11.
H. Jubaedi SH
03th-07bln-23hari
12.
24-04-2006 s/d
13.
Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, (Jakarta: KUA
Tanah Abang, 2009), h. 26.
57
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun menurun karena adanya peremajaan
lingkungan. Berdasarkan hasil registrasi penduduk yang tercatat di Kecamatan
Tanah Abang, pada bulan Desember 2005 adalah 123.748 jiwa, terdiri atas:
Penduduk WNI laki-laki
61.603 jiwa
62.027 jiwa
68 jiwa
KUA Tanah Abang, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta
Pusat, h. 3.
58
50 jiwa
Jumlah
: 123.748 jiwa
Kelurahan
Jumlah
Lk
Pr
Islam
Kristen
1 Kampung Bali
7820
7852
13302
1086
Katho
lik
841
2 Kebon Kacang
9680
9592
14320
1780
3 Kebon Melati
16992
16940
31104
4 Petamburan
15572
15795
5 Karet Tengsin
9436
6 Benhil
7 Gelora
JUMLAH
Hindu Budha
75
312
1891
504
838
1782
891
11
141
30140
740
228
72
126
9572
14996
2384
1184
294
146
11310
11398
20698
824
916
168
103
1929
1839
3384
146
132
37
49
72739
72988
127944
8742
6083
1161
1715
Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, h. 40.
59
Kelurahan`
Masjid
Musola
Langgar
Gereja
Vihara
Pura
1.
Kamp. Bali
10
10
2.
Kb. Kacang
11
10
3.
Kb. Melati
22
29
4.
Petamburan
15
16
5.
Krt. Tengsin
11
14
6.
Bendhil
15
12
7.
Gelora
JUMLAH
92
15
92
13
KUA Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, (Jakarta: KUA Tanah Abang, 2009), h. 6.
60
Ibid., h. 7.
61
fasilitas;
berupa
pernikahan,
pendaftaran
talak
cerai,
Slamet Anwar dan Ahmad Gozali, Kepimimpinan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan
Yang Efektif (Modul Diklat Peningkatan Kualitas Kepimimpinan Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan), (Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang Dan Diklat Pusdiklat Tenaga
Administrasi, 2006), h. 30-31.
10
Depag RI, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, (Jakarta: Depag RI, 2004), h. 68.
11
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet.III, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998), h. 502.
62
masjid dan tempat ibadah lainnya serta pendataan lembaga keagamaan dan
kependudukan;12
b) Pelayanan subtantif, berupa tugas-tugas pelayanan dibidang pembinaan
kehidupan beragama, pembinaan dan pengembangan masyarakat dan
pembinaan serta pelestarian lingkungan dan sebagainya;
c) Peranan dalam mengembangkan kepemimpinan berupa, penyusunan visi/
misi, teknik mempengaruhi, menggunakan kewenangan, kemampuan
berkomunikasi.
b. KMA No. 373 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah
departemen
agama
propinsi
dan
kantor
Departemen
Agama
12
Departemen Agama RI, Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan, (Jakarta: Departemen Agama
RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), h. 4.
13
Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama Islam,
Himpunan Peraturan Perundang- undangan Produk Halal, (Bandung: Departemen Agama Provinsi
Jawa Barat, 2003), h. 231.
14
Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 Tentang
Pencatatan Nikah.
63
Depag RI, Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan, (Jakarta: Depag RI, 2003), h. 4.
64
NIP
Golongan
: Pembina (IV/a)
Jabatan
: Kepala KUA
Satuan kerja
NIP
Golongan
: Pembina (IV/a)
Jabatan
Satuan kerja
16
NIP
Golongan
: Penata TK I (III/d)
Jabatan
Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, h. 50.
65
Satuan kerja
NIP
Golongan
: Penata (III/c)
Jabatan
Satuan kerja
NIP
Golongan
Jabatan
Satuan kerja
NIP
Golongan
: Penata (III/c)
Jabatan
Satuan kerja
Ibid., h. 54.
: Achmad Zaini18
66
NIP
Golongan
Jabatan
Satuan kerja
: Faisal Rasid
NIP
Golongan
Jabatan
Satuan kerja
NIP
Golongan
Jabatan
: Tata usaha
Satuan kerja
18
NIP
Golongan
Ibid., h. 56.
Ibid., h. 57.
19
67
Jabatan
: Petugas keuangan
Satuan kerja
: Suhandi S.Hi
NIP
Golongan
Jabatan
: Pengadministrasian kemasjidan
Satuan kerja
: Muhammad S
NIP
Golongan
Jabatan
Satuan kerja
: M. Abdul Hadi
NIP
Golongan
Jabatan
Satuan kerja
68
n. Nama
NIP
Golongan
Jabatan
Satuan kerja
: Dahniar S.Pd.I
NIP
Golongan
Jabatan
: Pengadministrasian BINWIN/BP4
Satuan kerja
20
Ibid., h. 61.
KUA Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, h. 2.
21
69
Dari
Banyaknya
1.
Kementerian Agama RI
2.
25
3.
Kementerian Agama JP
50
4.
20
5.
Lintas Sektoral
6.
Ormas
7.
Lain-lain
Keterangan
70
b. Surat Keluar22
Perincian surat keluar dari KUA Kecamatan Tanah Abang sampai dengan
tanggal 31 Desember 2009 adalah:
Tabel 7
Surat Keluar dari KUA Tanah Abang ke Instansi Lainnya
No.
Kepada
Banyaknya
1.
Kanwil
2.
Kementerian Agama JP
3.
30
4.
Puskesmas
5.
Pengadilan Agama
6.
Kejagung
7.
8.
Lain-lain
Keterangan
c. Kearsipan
Penyelenggaraan
kearsipan
menggunakan
22
Ibid., h. 3.
sistem
arsip
dinamis
71
3. Pencatatan NR
KUA Kecamatan Tanah Abang telah melaksanakan pelayanan prima terhadap
masyarakat khususnya di bidang perkawinan. Pada tahun 2009 telah melayani,
mengawasi, dan mencatat 1455 pasang.
4. Pembinaan Kemasjidan23
Dalam pembinaan kemasjidan KUA Kecamatan Tanah Abang turut
berpartisipasi dalam melaksanakan jumat bersih bersama pengurus masjid yang
ada di wilayah kecamatan Tanah Abang sesuai dengan jadwal Kementerian
Agama Kota Jakarta Pusat.
5. Zakat dan Baitul Maal
Pembinaan dan penggalangan ZIS di wilayah Kecamatan Tanah Abang
dilakukan melalui calon pengantin, pengurus masjid, serta perkantoran yang ada
di wilayah kecamatan Tanah Abang. Pada tahun 2009 KUA Kecamatan Tanah
Abang berhasil mengumpulkan infak sebesar Rp 1.500.00,00 dalam kegiatan
infak Rp 1.000,00 pada bulan Ramadhan 1430 H.
6. Wakaf
KUA Kecamatan Tanah Abang telah menyelesaikan 65 lokasi yang memiliki
AIW/APAIW, dan sudah memperoleh sertifikat dari BPN seluruhnya.
23
Ibid., h. 4.
72
Ibid., h. 5.
73
25
KUA Tanah Abang, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta
Pusat, h. 12.
74
dengan
pihak
kecamatan
Tanah
Abang
dalam
26
Ibid., h. 13.
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Peran dan Kontribusi BP4 KUA Tanah Abang dalam Membentuk Keluarga
Sakinah
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan kepala BP4 KUA Tanah
Abang dapat disimpulkan bahwa peran dari BP4 KUA Tanah Abang adalah
sebagai berikut:1
1. BP4 KUA Tanah Abang sudah mengadakan pembinaan dan pemupukan
sebuah lokasi atau kelurahan untuk dijadikan kelurahan percontohan bagi
keluarga sakinah, pembinaan dimulai dari segi keagamaan, kesehatan dan
pembinaan akhlaknya;
2. Mengadakan perlombaan keluarga sakinah I, II, dan III. Perlombaan tersebut
diadakan supaya menjadi dorongan bagi keluarga-keluarga yang lainnya
untuk menjadi keluarga yang teladan;
3. Berperan dalam mempertinggi dan meningkatkan mutu perkawinan serta
keluarga bahagia sejahtera;
4. Memberikan nasehat penerangan dalam tuntunan kepada yang berkepentingan
mengenai masalah-masalah Nikah, Talak dan Rujuk (NTR);
5. Mengadakan upaya-upaya yang dapat memperkecil perceraian;
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
75
76
yang
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) ke XIV, (Jakarta: BP4 Pusat, 2009), h. 5.
77
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) XI, (Jakarta: BP4 Pusat, 1998), h. 71.
78
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
79
pernikahan dan ini wajib diikuti oleh mereka. Materi yang disampaikan terdiri
dari:5
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan;
b. Fiqih munakahat;
c. Fiqih ibadah dan muammalat;
d. Program Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan;
e. Pembinaan dan pendidikan keluarga sakinah;
f. Dan lain sebagainya yang berkaitan dan dianggap perlu.
2. Program Pasca Nikah, BP4 melakukan atau mengadakan sosialisasi
kemasyarakatan tentang masalah perkawinan, keluarga sakinah dan lain
sebagainya melalui seminar-seminar, ceramah-ceramah, khotbah Jumat serta
menyelenggarakan praktek konsultasi hukum, penasehatan perkawinan dan
keluarga bagi pasangan suami istri yang sedang dalam konflik rumah tangga
dan kepada masyarakat luas.
Keberadaan BP4 khususnya di wilayah Kecamatan Tanah Abang Jakarta
Pusat di tengah-tengah masyarakat, sangat membantu dalam menangani hal-hal
yang dianggap riskan, terutama dalam hal permasalahan dan perselisihan
perkawinan, baik itu berupa penasehatan, pembinaan, serta pelestarian
perkawinan. Sehingga dengan adanya BP4 di masyarakat akan dapat mewujudkan
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
80
suatu rumah tangga yang diidam-idamkan oleh seluruh keluarga yaitu rumah
tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
Setelah diadakan wawancara kepada para pihak yang terkait mengenai
masalah efektif atau tidaknya, tentang peran dan kontribusi BP4 KUA Tanah
Abang dalam membentuk keluarga sakinah, penulis menemukan jawaban serta
pandangan yang beragam. Menurut pendapat Drs. Maman Taofik Rahman
(Penghulu KUA Tanah Abang),6 ibu Sri Rahayu (Kasi Kesmas Kelurahan Karet
Tengsin Kec. Tanah Abang),7 dan ibu Hj. Maspuah (Ketua Majelis Talim alIshlah Kelurahan Petamburan Kec. Tanah Abang)8 mempunyai kesamaan
pendapat. Bahwa peran dan kontribusi BP4 KUA Tanah Abang dalam membentuk
keluarga sakinah cukup efektif.
Akan tetapi peneliti menemukan jawaban yang lain, setelah melakukan
wawancara dengan pengurus Masjid Mathlaul Anwar Kelurahan Karet Tengsin
Kecamatan Tanah Abang, yaitu Ahmad Fatemi.9 Beliau berpendapat bahwa peran
dan kontribusi BP4 dalam membentuk keluarga sakinah masih kurang efektif.
B. Strategi Pembentukan Keluarga Sakinah BP4 KUA Tanah Abang
Adapun Strategi pembentukan keluarga sakinah yang dilakukan oleh BP4
KUA Tanah Abang antara lain:10
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
Wawancara Pribadi dengan Sri Rahayu. Jakarta. 01 Agustus 2011.
8
Wawancara Pribadi dengan Hj. Maspuah. Jakarta. 23 Juli 2011.
9
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fatemi. Jakarta. 29 Juli 2011.
10
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
7
81
Artinya: Dari Abi Hurairah, dari Nabi Maman SAW, bersabda Nikahilah
perempuan karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya dan karena agamanya. Oleh karena itu, dapatilah
perempuan yang mempunyai agama, (karena jika tidak) binasalah dua
tanganmu.11(Muttafaq alaihi)
11
82
83
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
84
85
86
87
88
13
Departemen Agama RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2005), h. 25.
89
90
(e) Menjawab seruan adzan, baik yang terdengar dari masjid maupun dari
radio dan televisi;
(f) Secara tetap menyisihkan sebagian dari harta untuk kepentingan Islam
(infaq, shadaqah, dan lain-lainnya);
(g) Jika terjadi perselisihan antara suami istri atau anggota keluarga,
segeralah mengambil air wudhu dan beribadah (shalat atau membaca
al-Quran);
(h) Menghiasi rumah dengan hiasan yang bernafaskan Islam;
(i) Berpakaian yang sopan sesuai dengan ketentuan Islam;
(j) Membaca doa sebelum melakukan hubungan suami istri.
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat yang Dihadapi BP4 KUA Tanah
Abang Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BP4 dipastikan menemui faktorfaktor pendukung dan juga beberapa faktor penghambat (kendala atau hambatan).
Di antara faktor-faktor pendukung yaitu:14
1. Besarnya harapan dan dukungan masyarakat terhadap pembentukan keluarga
sakinah;
2. Kuatnya dukungan dari instansi pemerintah terhadap lembaga BP4 dalam
mewujudkan institusi keluarga yang bahagia kekal berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa sesuai dengan tujuan perkawinan sebagaimana tercantum
14
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
91
92
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
93
terjadi dalam golongan ini juga disebabkan oleh perkawinan beda agama yang
karena berbeda keyakinan dan prinsip dalam hidup maka akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya perselisihan dan konflik sehingga menimbulkan kurang
harmonisnya dalam kehidupan berumah tangga.
Di samping tiga golongan di atas ada pula beberapa faktor penghambat
(hambatan atau kendala) lainnya, di antaranya yaitu:16
1. Posisi atau status BP4 terkait dengan bantuan APBN dan APBD belum jelas;
2. Belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi BP4 karena masih lemahnya
SDM serta terbatasnya sarana dan prasarana pendukung;
3. Kemampuan menejerial pengurus BP4 yang belum memadai;
4. Perkembangan globalisasi serta meningkatnya pengaruh teknologi informasi
yang membawa dampak bagi kehidupan masyarakat dan keluarga seperti
meluasnya gaya hidup hedonistik, materialistik, dan konsumerisme yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama;
5. Makin meningkatnya keluarga bermasalah yang memerlukan bantuan
konseling;
6. Faktor SDM tentang pemahaman keagamaan yang harus selalu ditingkatkan;
7. Adanya faktor psikologi klien BP4 Kecamatan Tanah Abang secara umum
yang kurang mampu mengendalikan ego masing-masing;
8. Minimnya dukungan dari pemerintah daerah maupun pusat tentang pendanaan
untuk operasional BP4;
16
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran BP4 KUA Tanah Abang dalam membentuk keluarga sakinah di
antaranya adalah: BP4 KUA Tanah Abang sudah mengadakan pembinaan dan
pemupukan sebuah lokasi atau kelurahan untuk dijadikan kelurahan
percontohan bagi keluarga sakinah, mengadakan perlombaan keluarga sakinah
I, II, dan III, berperan dalam mempertinggi dan meningkatkan mutu
perkawinan serta keluarga bahagia sejahtera, memberikan nasehat penerangan
dalam tuntunan kepada yang berkepentingan mengenai masalah-masalah
Nikah, Talak dan Rujuk (NTR), mengadakan upaya-upaya yang dapat
memperkecil perceraian, dan memberikan bantuan moril kepada masyarakat
dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan perkawinan dan kerumah tanggaan
secara umum. Adapun kontribusinya adalah: menjalankan program pra nikah.
BP4 melakukan atau mengadakan penataran atau lebih kita kenal dengan
istilah SUSCATEN (Kursus Calon Pengantin) yang di khususkan bagi para
calon pengantin yang hendak melangsungkan pernikahan dan ini wajib diikuti
oleh mereka. Materi yang disampaikan terdiri dari: Undang-Undang RI
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, fiqih munakahat, fiqih ibadah dan
95
96
97
98
tujuannya
adalah
untuk
memberikan
informasi
kepada
99
DAFTAR PUSTAKA
101
102
103
104
Junaedi, Dedi. Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut alQuran dan as-Sunnah, edisi pertama. Jakarta: Akademika Pressindo, 2002.
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tanah Abang. Laporan Kerja Tahunan.
Jakarta: KUA Tanah Abang, 2009.
--------------, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta
Pusat. Jakarta: KUA Tanah Abang, 2006.
Kartubi, Mashuri. Baiti Jannati Memasuki Pintu-pintu Surga dalam Rumah Tangga.
Jakarta: Yayasan Fajar Islam Indonesia, 2007.
Mubarok, Achmad. Nasehat Perkawinan dan Konsep Hidup Berkeluarga. Jakarta:
Jatibangsa, 2006.
Muchtar, Kamal. Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan
Bintang, t.th.
Muthahhari, Murtadha. Etika Seksual dalam Islam. Penerjemah M. Hashem, cet.V.
Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996.
Narboko, Cholid dan Achmadi, Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Pustaka,
1997.
Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, cet.III. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998.
Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1986.
Sopyan, Yayan. Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
Jakarta: Fakutas Syariah dan Hukum, 2009.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2006.
Summa, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Lampiran III.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
105
Wawancara Pribadi
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fatemi. Jakarta. 29 Juli 2011.
Wawancara Pribadi dengan Hj. Maspuah. Jakarta. 23 Juli 2011.
Wawancara Pribadi dengan Maman Taofik Rahman. Jakarta. 22 Juni 2011.
Wawancara Pribadi dengan Sri Rahayu. Jakarta. 01 Agustus 2011.
106
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor:
D/7/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah.
Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 1b.3/1/1/1966 tanggal 12 Agustus 1966
Tentang Pembentukan Kota Administrasi Kecamatan dan Kelurahan dalam
Wilayah DKI Jakarta.
Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 517 Tahun 2001 Tentang Penataan
Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.
Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 373 Tahun 2002 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi dan Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya.
Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 85 tahun 1961 Tentang Penetapan
BP4.
Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Putusan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan.
Situs Internet
Artikel diakses pada 23 April 2011 dari http//www.antaranews.com//mencarikeluarga-sakinah-di-tengah-maraknya-perceraian.
Artikel
diakses
pada
23
April
2011
dari
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peran-bp4-dalam-menurunkanangka-perceraian/.
diakses
pada
Rabu,
6
Juli
2011
dari
http://kawanlama95.wordpress.com/2009/08/31/daftar-alamat-kua-jakarta/.
107
2011
dari