Вы находитесь на странице: 1из 120

PERAN DAN KONTRIBUSI BP4 DALAM MEMBENTUK KELUARGA

SAKINAH DI KUA TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:
Syarifudin
NIM: 207044100715

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH


KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M

PERAN DAN KONTRIBUSI BP4 DALAM MEMBENTUK KELUARGA


SAKINAH DI KUA TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:
Syarifudin
NIM: 207044100715

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing

Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA


NIP. 19570312 198503 1 003

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH


KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 03 Agustus 2011

Syarifudin
NIM: 207044100715

KATA PENGANTAR

Puji syukur terucap hanya untuk dzat yang maha Tawwab. Atas karunia,
rahmat hidayah, dan inayah-Nya, diri ini bisa merasakan keagungan ayat-ayat
kauniyah-Nya. Atas kebesaran-Nya, diri ini masih tabah menghadapi laju perjalanan
kehidupan yang bertabur debu problematika. Atas bimbingan-Nya, terpatri rasa sadar
bahwa hidup ini adalah sebuah ujian bagi para hamba-Nya, skripsi ini dapat
terselesaikan, walaupun tak sedikit diri ini menjumpai kesulitan dan hambatan yang
menghadang.
Shalawat dan salam teriring mahabbah semoga tetap tercurah limpahkan
kepada sang penghulu alam, bapak Revolusi dunia, Baginda Rasul Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan tentunya kita selaku para pengikutnya. Doa dan
harapan kita, semoga di padang mahsyar nanti kita termasuk pada golongan orangorang yang mendapatkan Syafaat al-Uzhma.
Penulis sadar sepenuh hati bahwa skripsi ini hanya setitik debu jalanan untuk
orang-orang besar. Namun dalam kapasitas penulis yang serba dhaif dan dikepung
dengan berbagai keterbatasan, skripsi ini rasanya sebuah pencapaian monumental
yang membuat diri ini besar, minimal membesarkan perasaan penulis dan
mengobarkan bara semangat untuk memburu pencapaian-pencapaian berikutnya yang
dianggap besar oleh orang-orang besar. Lebih dari itu, skripsi ini merupakan seteguk
air dalam rentang kemarau studi yang penulis tempuh selama ini. Tidak ada

kesuksesan yang berhasil dilakukan dalam kesendirian, di dalam kesuksesan selalu


ada partisipasi orang lain. Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa diri ini berhutang
budi kepada banyak pihak yang telah berkontribusi langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan skripsi ini.
Penghargaan yang tulus bagi setiap orang yang ikut serta membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Karenanya penulis ucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H.,MA. dan Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. masing-masing
sebagai Ketua Program Studi Ahwal Syakhshiyyah dan Ketua Koordinator Teknis
Program Non Reguler. Hj. Rosdiana, MA. dan Mufidah, S.Hi., yang keduanya
adalah Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhshiyyah dan Sekretaris Program
Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Pembimbing Skripsi Penulis, Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA. yang sudah
meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya untuk membimbing penulis. Penulis
ucapkan terima kasih yang tak terhingga karena beliau telah dengan maksimal
membimbing penulis.
5. Segenap pengurus dan staf KUA Tanah Abang Jakarta Pusat, yang telah
memberikan penulis izin untuk melaksanakan observasi dan wawancara selama
penulis mengadakan penelitian, khususnya Drs. H.A. Syahroni dan Drs. Maman

ii

Taofik Rahman yang telah memberikan informasi kepada penulis serta membantu
penulis dalam mendapatkan data-data primer penelitian.
6. Segenap staf Kelurahan Karet Tengsin Kecamatan Tanah Abang, yang telah
memberikan penulis izin untuk melaksanakan observasi dan wawancara selama
penulis mengadakan penelitian, khususnya Lurah Bapak Maskur S.Sos dan Ibu Sri
Rahayu selaku Kasi Kesmas Kelurahan Karet Tengsin.
7. Segenap Pengurus Masjid Mathlaul Anwar Karet Tengsin Kecamatan Tanah
Abang, yang telah memberikan penulis izin untuk melaksanakan observasi dan
wawancara selama penulis mengadakan penelitian, khususnya Bapak Ahmad
Fatemi selaku Sekretaris harian Masjid Mathlaul Anwar.
8. Segenap Pengurus Majelis Talim al-Ishlah Kelurahan Petamburan Kecamatan
Tanah Abang, yang telah memberikan penulis izin untuk melaksanakan observasi
dan wawancara selama penulis mengadakan penelitian, khususnya Ibu Hj.
Maspuah selaku ketua Majelis Talim al-Ishlah.
9. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membekali penulis dengan
ilmu yang berharga, dan seluruh staff perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
maupun perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas palayanannya
yang sangat membantu penulis dalam memperoleh referensi-referensi untuk karya
ilmiyah ini.
10. Sembah bakti penulis haturkan kepada ayahanda dan ibunda tercinta (Almarhum
Bapak H. Manshur dan ibunda Hj. Paenusa) yang tak henti-hentinya selalu
memberikan support dan kasih sayang serta merawat dan mendidik penulis yang

iii

tak terhitung jasa-jasanya, maafkan jika anak bungsumu ini belum bisa sesaleh
yang diidamkan. Kasih sayang mereka yang tak pernah kering telah membuat diri
ini mampu bertahan di tengah derasnya lika-liku kehidupan.
11. Kakanda ku yang tercinta Maslihah (Almarhum), Sulaiman, Suud dan Syarifah,
yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk selalu sabar dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta keponakan-keponakanku yang
tersayang; Uun Unaeni, Iim Sadiah, Muthmainnah, Sopyan, Arif, Mujahid, Syahri
Ramadhan, Nabil serta Kholil. Mudah-mudahan kalian selalu berbakti kepada
orang tua dan diberikan ilmu yang bermanfaat.
12. Teman-teman senasib dan seperjuangan di Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo, wabil khusus Alumni 2003: Syuhada, Imam Baihaki, Gifari, Faozan
Muhaimin, Mujiburrahman, Ust. Firdaus, Syarif hidayat, Yos Hendra, Yazid
Syukri, Usep, Edi, Mamduh, Yos Hendra, Anto Hendra, Musab, Hendri, Kemas,
Rinto, drg. Nicky Nur Fajri, Zakaria, Hamdan, Hudan, Jimron, Seno, Reki Meizon,
Ahmad Subhan, Suryono, Syukri Ismail, Yusron, Zaenal, Arief Muzaky, dan
Zaini. Terimakasih atas pertemanan yang tulus, masukan dan sharingnya.
13. Teman-teman seperjuangan di Prodi Ahwal Syakhshiyyah, Konsentrasi Peradilan
Agama Non Reguler angkatan 2007: Deni Hamdani, Deni Kurniawan, Achmad
Charist, Muchammad Arifin, Muhiddin, Bapak Ibnu Tamim, Marlianita, Nurmila
Sari, Rahman Hakim, Raihan Fajri, dan Indro Wibowo. Walaupun jumlah kita
hanya 12 orang dalam sekelas, tapi al-hamdulillah kita selalu menjadi teman

iv

belajar, diskusi dan bertukar pikiran, baik di dalam maupun di luar kelas hingga
selesainya penelitian skripsi ini. Semoga tali silaturrahim kita selalu terjalin.
14. Teman-teman di Lembaga Survey Indonesia (LSI), Khususnya Para Koordinator:
Zezen Zainal Muttaqien, Ridwan, Uun Badrudin, Acun, M. Syafaat, Muttaqien.
Terimakasih telah memberikan freelance untuk memenuhi hajat hidup.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT jualah penulis memanjatkan doa,
semoga Allah SWT memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka,
atas dorongan, dukungan dan kontribusi mereka, penulis hanyalah hamba yang dhaif.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi orang banyak.

Ciputat, 03 Ramadhan 1432 H


03 Agustus 2011M

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI. vi
DAFTAR TABEL. ix

BAB I:

PENDAHULUAN.. 1
A. Latar Belakang Masalah. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.. 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..... 14
D. Review Studi Terdahulu... 16
E. Metode Penelitian 17
F. Sistematika Penulisan.. 21

BAB II:

TINJAUAN TEORITIS TENTANG BP4 DAN


KELUARGA SAKINAH 23
A. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Terbentuknya BP4......23
B. Pengertian Keluarga Sakinah....35
C. Kriteria Keluarga Sakinah 41
D. Struktur Organisasi50

vi

BAB III:

GAMBARAN UMUM KUA KECAMATAN TANAH


ABANG JAKARTA PUSAT.. 53
A. Sejarah singkat KUA Kecamatan Tanah Abang ............ 53
B. Demografi KUA Kecamatan Tanah Abang..........57
C. Visi dan Misi KUA Kecamatan Tanah Abang..........59
D. Tugas, fungsi serta wewenang KUA Tanah Abang.60
E. Organisasi KUA Kecamatan Tanah Abang.......64
F. Gambaran umum pelaksanaan tugas 68

BAB IV:

DESKRIPSI DAN ANALISA HASIL PENELITIAN...75


A. Peran dan Kontribusi BP4 KUA Tanah Abang
Dalam Membentuk Keluarga Sakinah.......75
B. Strategi Pembentukan Keluarga Sakinah
BP4 KUA Tanah Abang80
C. Faktor pendukung dan faktor penghambat
yang dihadapi BP4 KUA Tanah Abang terhadap
pembentukan keluarga sakinah. 90

BAB V:

PENUTUP.... 95
A. Kesimpulan....................................................................................95
B. Saran..97

vii

DAFTAR PUSTAKA..100
LAMPIRAN.108

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1

Angka Perceraian dan Angka Pernikahan di Indonesia dari

27

Tahun 1951-1976
2. Tabel 2

Nama Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan di

53

Kotamadya Jakarta Pusat


3. Tabel 3

Nama-Nama Kepala KUA dari Tahun 1951-Sekarang

55

4. Tabel 4

Data Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama Tahun 2009

58

5. Tabel 5

Rekapitulasi Data Tempat Ibadah Kecamatan Tanah

59

Abang Tahun 2009


6. Tabel 6

Surat Masuk ke KUA Tanah Abang Tahun 2009

69

7. Tabel 7

Surat Keluar dari KUA Tanah Abang ke Instansi Lainnya

70

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih
sayang sebagai sebuah rahmat dari-Nya. Di mana semua itu bertujuan agar
manusia dapat saling berkasih sayang, antara laki-laki dan perempuan sebagai
makhluk-Nya,1 dan juga merupakan cara untuk mengembangkan2 keturunan yang
bisa meneruskan perjuangan mereka. Dengan adanya perbedaan jenis ini,
dimungkinkan adanya keturunan, sehingga manusia sebagai salah satu spesies
tidak musnah.3 Setiap manusia yang terlahir, padanya tersemat kewajiban menjaga
kelestarian spesiesnya melalui proses reproduksi.4 Sebagaimana telah diabadikan
oleh firman Allah SWT dalam al- Quran:




Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, cet.III, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h.

22.
2

Abdul Aziz, Perkawinan yang Harmonis, cet.III, (Jakarta: CV Firdaus, 1993), h. 1.


Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, cet. I, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), h. 51.
4
Departemen Agama RI, Tuntunan Keluarga Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah Seri
Kesehatan, (Jakarta: Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat
Urusan Agama Islam, 2005), h. 3.
3

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi


kaum yang berfikir. (Q.S. al-Ruum /30; 21)5
Dalam ayat tersebut terkandung tiga makna yang dituju oleh suatu
perkawinan, yakni:
1. Litaskunu ilaiha, artinya supaya tenang. Maksudnya, sebuah perkawinan dapat
menyebabkan ketenangan jiwa bagi pelakunya.
2. Mawaddah, membina rasa cinta. Akar kata mawaddah adalah wadada
(membara atau menggebu-gebu)6 yang berarti meluap tiba-tiba, karena itulah
pasangan muda di mana rasa cintanya sangat tinggi yang termuat kandungan
cemburu, sedangkan rahmahnya/rasa sayangnya masih rendah, banyak terjadi
benturan karena tak mampu mengontrol rasa cinta yang memang terkadang
sangat sulit dikontrol.
3. Rahmah, yang berarti sayang. Bagi pasangan muda rasa sayangnya demikian
rendah sedangkan rasa cintanya sangat tinggi. Dalam perjalanan hidupnya
semakin bertambahnya usia pasangan, maka rahmahnya semakin naik,
sedangkan mawaddahnya semakin menurun. Itulah sebabnya kita melihat
kakek-kakek dan nenek-nenek kelihatan mesra berduaan, itu bukanlah gejolak
wujud cinta (mawaddah ) yang ada pada mereka tetapi sayang (rahmah). Di
mana rasa sayang tidak ada kandungan rasa cemburunya.7
5

Departmen Agama RI, al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1995), h.

644.
6

Achmad Mubarok, Nasehat Perkawinan dan Konsep Hidup Berkeluarga, (Jakarta:


Jatibangsa, 2006), h. 18.
7
A. Basiq Djalil, Tebaran Pemikiran Keislaman di Tanah Gayo, (Jakarta: Qalbun Salim, t.t),
h. 86-88.

Dan kalau benar-benar dipahami ayat tersebut kita akan mengakui bahwa apa
yang menjadi idam-idaman dari banyak orang di zaman sekarang itu, itu jugalah
yang oleh Allah SWT dinyatakan sebagai tujuan bersuami istri, yakni adanya
ketentraman, damai serasi, hidup bersama dalam suasana cinta mencintai. Islam
pun menginginkan bahwa antara suami istri itu terdapat saling percaya, saling
menghargai, saling menghormati, saling membantu, serta saling menasehati.
Ketentraman itu bersemayam dalam hati. Tinggal bersama dan bergaul serumah
dengan istri yang cocok menyebabkan sang suami itu pikirannya menjadi mantap,
dan bilamana sang istri benar-benar bijaksana, di samping mencintai suaminya,
sang suami ini akan menjadi betah di rumah dan kemudian tentram dalam hati, dan
juga sebaliknya. Adapun rukun dan damai tidak boleh diartikan bahwa mereka itu
tidak pernah berselisih paham. Karena di antara suami dan istri yang tidak pernah
terjadi konflik, belum tentu terdapat kerukunan.8
Perkawinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna
melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi
kemanusiaan di muka bumi ini. Ia sangat disenangi oleh setiap pribadi manusia
dan merupakan hal yang fitrah bagi setiap mahluk Tuhan. Dengan perkawinan
akan tercipta suatu masyarakat kecil dalam bentuk keluarga dan dari sana pula

Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta, Departemen Agama,
2001), h. 89.

akan lahir beberapa suku dan bangsa.9 Bagi kaum muslim, lembaga perkawinan
yang berdasarkan kepentingan dan kasih sayang antara pasangan suami istri
merupakan suatu manifestasi yang luhur dari kehendak dan tujuan ilahi.10
Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini pasti mendambakan kebahagiaan
dan salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan itu adalah dengan jalan
perkawinan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan Bab I pasal 1 bahwa:
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.11
Yang dimaksud dengan arti perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri. Dengan ikatan lahir batin,
dimaksudkan perkawinan ini tidak hanya cukup dengan adanya ikatan lahir atau
ikatan batin saja, melainkan harus kedua-duanya. Suatu ikatan lahir adalah ikatan
yang dapat dilihat. Mengungkapkan adanya suatu hubungan hukum antara seorang
pria dengan wanita untuk hidup bersama, dengan kata lain sebagai suami istri.
Sebaliknya suatu ikatan batin adalah merupakan hubungan yang tidak dapat
dilihat. Walaupun tidak nyata, tetapi ikatan itu harus ada. Karena tanpa ikatan
batin, ikatan lahir akan menjadi rapuh.

Abdul Aziz bin Abdurrahman, Perkawinan dan Masalahnya. Penerjemah Musifin Asad,
dkk, cet.II, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), h. 14.
10
Murtadha Muthahhari, Etika Seksual dalam Islam, Penerjemah M. Hashem, cet.V, (Jakarta:
PT Lentera Basritama, 1996), h. 9.
11
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Surabaya:
Arkola, t.th), h. 5.

Sesuai dengan pasal (2) Bab II Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan
perkawinan menurut hukum Islam adalah:
Akad yang sangat kuat atau mitsaaqan ghaliidzan untuk menaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan sebuah bentuk ibadah.
Sedangkan dalam pasal (3) Bab II Kompilasi Hukum Islam menyatakan:
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah.12
Inti dari pasal tersebut dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa tujuan
perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang sakinah mawaddah
wa rahmah. Senada dengan itu, Allah menganugerahkan lembaga perkawinan bagi
umat manusia bukan untuk kesengsaraan dan penderitaan batin, melainkan untuk
ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.13
Prinsip-prinsip hukum perkawinan yang bersumber dari al-Quran dan alHadits, yang kemudian dituangkan dalam garis-garis hukum melalui UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
Tahun 1991 mengandung 7 (tujuh) asas atau kaidah hukum, yaitu sebagai berikut:
a. Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal;
b. Asas keabsahan perkawinan didasarkan pada hukum agama dan kepercayaan
bagi pihak yang melaksanakan perkawinan;
c. Asas monogami terbuka;

12

Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Lampiran III, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 286.
13
BP4 Pusat, Perkawinan dan Keluarga; Muhasabah dibalik Musibah, edisi 457/xxxviii/2010,
(Jakarta: BP4 Pusat, 2010), h. 26.

d. Asas calon suami dan calon istri telah matang jiwa dan raganya;
e. Asas mempersulit terjadinya perceraian;
f. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri;
g. Asas pencatatan perkawinan.14
Perkawinan merupakan pertemuan dua hati yang saling melengkapi satu sama
lain dan dengan dilandasi dengan rasa cinta (mawaddah) dan kasih sayang
(rahmah), pada dasarnya setiap calon pasangan suami istri yang akan
melangsungkan atau akan membentuk suatu rumah tangga akan selalu bertujuan
untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera serta kekal untuk
selamanya,15 namun impian semua itu tidak selamanya indah. Agar cita-cita dan
tujuan tersebut dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, maka suami istri yang
memegang peran utama dalam mewujudkan keluarga sakinah perlu meningkatkan
pengetahuan dan pengertian tentang bagaimana membina kehidupan keluarga
sesuai dengan tuntunan agama dan ketentuan hidup bermasyarakat.16
Ada beberapa tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan disyariatkannya
perkawinan dalam Islam, di antaranya adalah untuk terciptanya rasa tentram dan
kasih sayang antara pasangan yang melangsungkan perkawinan, sebagaimana

14

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, cet.I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.

7-8.
15

Abdul Muhaimin Asad, Risalah Nikah Penuntun Perkawinan, (Surabaya: Bintang Terang
99, 1993), h. 10.
16
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) DKI Jakarta, Membina
keluarga sakinah, (Jakarta: BP4 DKI Jakarta, 2001), h. 1.

diisyaratkan dalam surat ar-Rum ayat 21, tujuan lainnya adalah untuk memelihara
pandangan mata, menjaga kehormatan diri, mendapatkan keturunan yang sah,
sehat jasmani, rohani maupun sosial, juga dapat mempererat silaturahmi serta
untuk mencapai masa depan individu dan keluarga yang lebih baik.17
Islam membangun kehidupan keluarga dan masyarakat atas dasar dua tujuan,
yakni menjaga keluarga dari kesesatan dan bertujuan untuk menciptakan wadah
yang bersih sebagai tempat lahir sebuah generasi yang berdiri di atas landasan
yang kokoh dan teratur tatanan sosialnya.18 Oleh karena itu, Islam melarang
adanya perzinahan, gundik dan mengambil istri yang tidak halal tanpa ikatan yang
sah sebagaimana larangan Allah SWT. Lebih jauh dari semua itu, pernikahan
merupakan hubungan manusia yang berlawanan jenis, yang menghasilkan
kedamaian jiwa, ketenangan fisik dan hati, ketentraman hidup dan penghidupan,
keceriaan ruh dan rasa, kedamaian laki-laki dan wanita, kebersamaan di antara
keduanya untuk meretas kehidupan baru dan membuahkan generasi baru pula yang
di dalamnya tumbuh rasa kasih dan cinta.19
Selain itu alasan mengapa perkawinan mempunyai arti penting bagi
kehidupan manusia yaitu menyangkut harga diri, sebagaimana dikatakan oleh
Sayuti Thalib:

17

Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan


Penyelenggaraan Haji, Membina Sakinah, (Jakarta, Depag RI, 2003), h. 10-12.
18
Abduttawab Hakal, Rahasia perkawinan Rasulullah SAW, Poligami Dalam Islam vs
Monogami Barat, cet.I, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 8-9.
19
Ibid., h. 9.

Dalam masyarakat setiap bangsa, ditemui suatu penilaian yang umum ialah
bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan
yang lebih dihargai dari mereka yang tidak kawin.20
Perkawinan tidak hanya melampiaskan nafsu syahwat belaka, jauh dari itu
perkawinan mempunyai dimensi lain. Perkawinan yang disyariatkan agama Islam
mempunyai beberapa segi atau dimensi, di antaranya ialah: segi ibadat, segi
hukum dan segi sosial.21
Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang bersifat umum dan berlaku
bagi semua makhluk termasuk di dalamnya hewan dan tumbuh-tumbuhan serta
keberadaan malam berganti siang. Allah berfirman:22


Artinya:Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah. (Q.S al-Dzariat /51; 49)

Artinya: Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan


semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Q.S Yasin /36; 36)
Pada kedua ayat di atas disebutkan segala sesuatu berpasang-pasangan,
yang berarti meliputi semua makhluk ciptaan Allah. Firman Allah tersebut secara
20

Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, cet.V, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), h.

48.
21

Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
t.th), h. 14.
22
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan; Analisa Perbandingan antar Madzhab,
cet. I, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 2.

real dapat disaksikan melalui alam raya ini dan segala yang ada. Bentuk pasangpasangan ciptaanNya merupakan realisasi keseimbangan kehidupan dunia yang
mengikuti sunnatullah. Apabila terdapat keganjilan dalam ciptaan seperti tidak
adanya keseimbangan sunnatullah, maka akan terjadi malapetaka bagi kehidupan
makhluk secara keseluruhan. Pernikahan yang dilakukan manusia merupakan
naluri Ilahiyah untuk berkembang biak dan melakukan regenerasi yang akan
mewarisi tugas mulia dalam rangka mengemban amanat Allah sebagai khalifah di
muka bumi.23
Setiap pernikahan yang dilakukan oleh setiap pasangan, mereka akan selalu
mengharapkan bahwa apa yang ia lakukan akan membawa kebahagiaan dunia dan
akhirat. Tetapi apakah perkawinan ini dikemudian hari dapat terwujud ataukah
malah sebaliknya, terwujud tidaknya kebahagiaan tersebut tergantung dari saling
pengertian dari setiap pasangan. Bagaimana ia bisa saling memberikan
kebahagiaan, bisa saling terbuka, saling mau untuk mengalah, dan dari saling
pengertian inilah nantinya akan dapat menghasilkan dan mewujudkan apa yang
selalu diharapkan dan diidam-idamkan oleh setiap pasangan. Dalam setiap
perkawinan akan selalu membawa makna dan misteri apa yang akan terjadi dalam
satu alur yang panjang, yang terpencar menggelinding mengikuti roda berputar
yang kadang tanpa disangka perkawinan merupakan sebuah neraka dunia yang
panas, tetapi akan lebih sering suatu pernikahan terjadi akan membawa

23

Ibid., h. 3.

10

kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.24 Namun demikian, bila masingmasing telah berusaha untuk menyelesaikan perbedaan agar rumah tangga mereka
rukun kembali ternyata tidak juga berhasil, maka untuk menghindari perselisihan
yang lebih parah lagi di antara mereka diperlukan hadirnya pihak ketiga yang
bertindak selaku hakam (juru damai), sebagaimana yang difirmankan oleh Allah
SWT dalam al-Quran Surat an-Nisa (4) ayat 35:



Artinya:Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S an-Nisa /4; 35)
Meningkatnya angka perceraian di tanah air dari beberapa tahun terahir
mendapat perhatian oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, Prof. Nasaruddin
Umar MA, karena selain fenomenanya cenderung terus meningkat juga yang
melakukan gugatan justru lebih banyak dari pihak istri. Dewasa ini, posisi suami
tak selalu dominan dalam rumah tangga. Jika sedikit saja tak ada kecocokan, pihak
istri biasa lebih cepat mengajukan gugatan untuk bercerai. Bercerai, yang
dibenarkan menurut agama Islam dan dibenci oleh Allah, itu kini dapat diperoleh
seperti orang kebanyakan membeli kacang goreng di warung. Belum lagi tayangan
infotainment, ikut memberi peran mendorong peningkatan angka perceraian di
24

Hj. Ny. Nurdin Ilyas, Pernikahan yang Suci Berlandaskan Tuntutan Agama, cet.I,
(Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2000), h. 1-2.

11

tanah air lantaran pasangan suami istri usia muda meniru perilaku selebriti. Usia
perkawinan 5 tahun, sebanyak 80% bercerai karena pengaruh tayangan tersebut.
Selain itu, perceraian juga dapat terjadi karena disebabkan beberapa faktor, antara
lain disebabkan adanya poligami, nikah di bawah umur, jarak usia suami istri
terlalu jauh, perbedaan agama, kekerasan dalam rumah tangga. Termasuk pula
disebabkan faktor tingkat atau jarak intelektual antara pasangan terlalu jauh,
perbedaan sosial, faktor ekonomi, politik, ketidaksesuaian akibat keras kepala,
perselingkuhan akibat orang ketiga, salah satu terkena pidana, dan cacat fisik
permanen.25 Sebagai upaya untuk melihat kualitas keluarga, pada tahun 1950-1954
telah diadakan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa dari pernikahan yang
telah dilaksanakan pada tahun tersebut hampir 60% diantaranya cerai.26
Dengan dilandasi oleh permasalahan-permasalahan di atas, yakni sering
terjadinya perselisihan dalam keluarga yang disebabkan oleh adanya perbedaan
karakter dan keinginan antara pasangan suami istri yang berkonsekuensi pada
peceraian, maka dalam tatanan kehidupan bermasyarakat dibutuhkan suatu badan
atau lembaga untuk menangani dan berusaha menyelesaikan permasalahanpermasalahan atau perselisihan yang terjadi antara pasangan suami istri yang
sering kali terjadi. Sehingga, dengan adanya bantuan dari badan atau lembaga
tersebut akan memberikan suatu kontribusi yang cukup besar dan berarti agar
25

Artikel diakses pada 23 April 2011 dari http//www.antaranews.com//mencari-keluargasakinah-di-tengah-maraknya-perceraian.


26
Artikel diakses pada 23 April 2011 dari http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranbp4-dalam-menurunkan-angka-perceraian/.

12

terwujud keutuhan dan keharmonisan suatu keluarga (rumah tangga) yang sakinah,
mawaddah wa rahmah. Dan badan atau lembaga tersebut adalah yang biasa kita
kenal dengan sebutan Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan
(BP4). Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah
merupakan badan atau lembaga yang telah mendapatkan pengakuan resmi dari
pemerintah, yaitu dengan dikeluarkannya surat keputusan (SK) Menteri Agama
Nomor 85 tahun 1961 yang telah menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan
atau lembaga yang bergerak pada bidang penasihatan perkawinan dan pencegahan
terjadinya perceraian. Salah satu tugas dan fungsi daripada dibentuknya BP4
adalah untuk mendamaikan pasangan suami istri yang sedang bersengketa atau
berselisih atau juga dalam hal tertentu memberikan nasehat bagi calon pasangan
suami istri yang akan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.27
Untuk menekan angka perceraian itu, kini sedang dilakukan berbagai upayaupaya, antara lain, reaktualisasi BP4 serta memperpanjang waktu bimbingan
pranikah. Upaya tersebut memang perlu dapat dukungan dari semua pihak,
termasuk dari kalangan akademisi. Yang mana BP4 ini bekerja sama dengan KUA
selaku badan pemerintahan yang menangani segala sesuatu hal yang berkaitan
dengan pernikahan. Maka secara tidak langsung KUA atau BP4 pun sangat
berperan dan berkontribusi dalam upaya pembentukan keluarga sakinah.28

27

Ibid, sururudin.wordpress.com.
Ibid, sururudin.wordpress.com.

28

13

Atas dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti hal tersebut menjadi
sebuah informasi yang bersumber dari penemuan-penemuan ilmiah melalui
metode empirik. Untuk lebih khususnya persoalan ini, maka penulis lebih
memfokuskan penelitiannya, yang berkisar pada Peran dan Kontribusi BP4
dalam Membentuk Keluarga Sakinah di KUA Tanah Abang Jakarta Pusat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan memperjelas pokok-pokok masalah yang
akan dibahas dan diuraikan dalam skripsi ini serta tidak terlalu luas lingkup
pembahasannya, maka penulis membatasi masalah tersebut pada

peran dan

kontribusi BP4 dalam membentuk keluarga sakinah di Kantor Urusan Agama


(KUA) Kecamatan Tanah Abang, Kotamadya Jakarta Pusat. Pembatasan di sini
lebih menekankan terhadap upaya-upaya BP4 dalam pembentukan keluarga
sakinah.
Untuk lebih terarahnya perumusan skripsi ini, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa peran dan kontribusi BP4 KUA Tanah Abang dalam melaksanakan
pembentukan keluarga sakinah?
2. Bagaimana strategi pembentukan keluarga sakinah yang dilakukan oleh BP4
KUA Tanah Abang Jakarta Pusat?
3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh BP4 dalam
perannya membentuk keluarga sakinah di KUA Tanah Abang Jakarta Pusat?

14

Untuk lebih jelasnya dalam pembatasan dan perumusan masalah ini, penulis
juga menjelaskan tentang pengertian daripada peran, kontribusi, dan sakinah itu
sendiri.
Peran merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilakukan baik itu
proses, cara, pembuatan memahami perilaku yang diharapkan dan dikaitkan
dengan kedudukan seseorang, jadi dikaitkan dengan permasalahan tersebut berarti
seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat.29
Kontribusi adalah sumbangan/sumbangsih kepada suatu perkumpulan yang
mempunyai arti sumbangan yang diberikan oleh suatu badan atau lembaga kepada
kelompok orang atau masyarakat sesuai dengan tugas dan tujuannya.30
Sedangkan Sakinah adalah rasa tentram, aman dan damai. Seorang akan
merasakan sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup spiritual dan material
secara layak dan seimbang.31
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peran dan kontribusi BP4 KUA Kecamatan Tanah Abang Jakarta
Pusat dalam upaya pembentukan keluarga sakinah.

29

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h. 667.
30
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I. Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 592.
31
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: BP4 Provinsi DKI Jakarta, 2010), h. 5.

15

2. Mengetahui strategi pembentukan keluarga sakinah yang dilakukan oleh BP4


KUA Kecamatan Tanah Abang Kotamadya Jakarta Pusat.
3. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh BP4
KUA Tanah Abang Jakarta Pusat terhadap pembentukan keluarga sakinah.
Menurut

hemat penulis, melalui penulisan ini setidaknya ada beberapa

manfaat yang dapat diambil, antara lain adalah sebagai berikut:


1. Di kalangan KUA sendiri adalah untuk memenuhi kewajiban dan tuntutan
sebagai pelaksana bimbingan dan penyuluhan, serta memberikan bimbingan
konsultasi hukum kepada masyarakat sebagaimana yang ditetapkan oleh
Departemen Agama dalam membantu menyelesaikan perselisihan dan
perceraian serta dalam pelestarian perkawinan;
2. Dikalangan akademisi untuk dapat dijadikan kajian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, dan tidak hanya dianggap sebagai sebuah teori akan tetapi
menunjukkan bahwa pelaksanaan dari BP4 itu benar-benar bisa dimanfaatkan
serta dikembangkan bagi golongan akademisi ketika berkecimpung di tengahtengah masyarakat;
3. Di kalangan masyarakat sendiri agar tidak terjadi perselisihan dalam rumah
tangga, sehingga kerukunan rumah tangga tetap terjalin sesuai dengan harapan,
dan masyarakat sendiri benar-benar telah merasa memiliki sebuah badan
penasehat ketika mereka dihadapkan pada sebuah permasalahan sehingga
mengurangi dan bahkan mempersulit terjadinya perceraian.

16

D. Review Studi Terdahulu


Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dan sesuai dengan aspek-aspek
dalam penelitian tentang Peran dan kontribusi BP4 dalam Membentuk Keluarga
Sakinah di KUA, di antaranya adalah:
1. Ahmad Faisal; Efektivitas BP4 dan Perannya dalam Memberikan Penataran atau
Bimbingan Pada Calon Pengantin (Studi Pada BP4 KUA Kecamatan
Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
keberadaan BP4 berperan besar dalam memberikan bimbingan pada calon
pengantin sebelum melaksanakan akad nikah.
2. Dhonny Setiawan; Peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) dalam Mencegah Terjadinya Perceraian (Studi Kasus di BP4
KUA Kecamatan Pamulang, Kabupaten Tangerang). Jakarta: UIN Jakarta,
2006. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberadaan BP4
berperan sangat besar dalam mencegah terjadinya perceraian.
3. Riana Maruti; Pengaruh Perkawinan di Bawah Umur Terhadap Pembentukan
Keluarga Sakinah (Studi pada Kecamatan Cakung Jakarta Timur). Jakarta: UIN
Jakarta, 2008. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mereka
yang melakukan perkawinan di bawah umur belum tentu tidak dapat
membentuk keluarga sakinah, ini terbukti dari mereka yang melakukan
perkawinan di bawah umur yang sampai saat ini masih berlangsung dan telah
dikaruniai beberapa anak dan mereka dapat membentuk keluarga sakinah.

17

Adapun perbedaan penelitian dengan skripsi-skripsi yang di atas yang penulis


lakukan dengan peneliti sebelumnya adalah:
a. Pertama: lokasi tempat penelitian berbeda dengan peneliti sebelumnya. Penulis
melakukan penelitian di KUA Kecamatan Tanah Abang Kotamadya Jakarta
Pusat, dan penulis sudah memastikan sendiri bahwa

belum ada penelitian

sebelumnya di BP4 KUA Tanah Abang mengenai pembentukan keluarga


sakinah;
b. Kedua: masalah pokok yang diteliti oleh penulis berbeda dengan peneliti
sebelumnya. Masalah pokok penelitian yang penulis lakukan adalah peran dan
kontribusi BP4 di KUA Kecamatan Tanah Abang Kotamadya Jakarta Pusat
dalam membentuk keluarga sakinah.
E. Metode Penelitian
Penelitian berhubungan dengan usaha untuk mengetahui sesuatu. Selain itu,
penelitian berhubungan dengan usaha untuk mencari jawaban atas suatu atau
beberapa permasalahan.32 Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus
menerus, maka ilmu akan terus berkembang dan membantu persepsi serta
kemampuan berfikir yang logis.33
Dalam rangka untuk memperoleh data, maka penulis berpegang kepada
pedoman penelitian yang disebut dengan metodologi penelitian. Yang dimaksud

32

Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, (Jakarta:
Fakutas Syariah dan Hukum, 2009), h. 1.
33
Ibid., h. 2.

18

dengan

metodologi

penelitian

adalah

cara

meluluskan

sesuatu

dengan

menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan


penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan
menganalisis pada penyusunan laporan.34 Suatu metode merupakan cara kerja atau
tata kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu
pengetahuan yang bersangkutan. Metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan
mempelajari dan memahami langkah-langkah yang dihadapi.35 Sehingga dapat
memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau
tujuan pemecahan permasalahan.36
Adapun metode yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memakai pendekatan
kualitatif, berlandaskan pada prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, yang berupa kata-kata tertulis.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif analisis yaitu jenis
penelitian yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan
yang ada di lapangan.
34

Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Pustaka, 1997),

h. 1.
35

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,


1986), h. 6.
36
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya,
2006), h. 1.

19

3. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka sumber
data yang penulis gunakan, yaitu dari data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan
mengadakan tinjauan langsung pada obyek yang diteliti. Dalam hal ini adalah
pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kotamadya Jakarta
Pusat.
b. Data Sekunder, merupakan semua bahan yang memberikan penjelasan
mengenai sumber data primer, seperti Peraturan Perundang-Undangan, bukubuku, karya-karya dari kalangan pakar hukum, dan literatur lain yang ada
hubungannya dengan skripsi ini.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Library Research (Pengumpulan data melalui studi kepustakaan),
yaitu suatu metode pengumpulan data dari berbagai macam literatur yang
relevan dengan pokok masalah yang dijadikan sumber penulisan skripsi ini.
b. Metode Field Research (Penelitian lapangan), yaitu menggunakan penelitian
dengan cara langsung datang ke lokasi yang ada hubungannya dengan tulisan
ini, yaitu Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kotamadya Jakarta
Pusat.

20

Cara yang dilakukan antara lain, adalah sebagai berikut:


1). Observasi
Mengadakan pengamatan secara sistematis dan mencatat segala kejadiankejadian yang terjadi terhadap objek penelitian baik secara langsung
maupun tidak langsung.
2). Interview
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pihak
yang bersangkutan yaitu Kepala BP4 Kantor Urusan Agama Kecamatan
Tanah Abang Kotamadya Jakarta Pusat dan staf-staf yang berwenang.
3). Studi Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara mengambil informasi dari arsiparsip yang berasal dari BP4 Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah
Abang Kotamadya

Jakarta Pusat, yang kesemuanya berhubungan erat

dengan persoalan yang dibahas.


5. Analisis Data
Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, baik primer maupun sekunder. Setelah dipelajari dan ditelaah,
maka langkah penulis berikutnya adalah mereduksi data, dengan jalan
merangkum masalah yang penulis teliti. Dalam menganalisa data, penulis
menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Dianalisa secara kualitatif dan
dicari pemecahannya, kemudian disimpulkan dan digunakan untuk menjawab
permasalahan yang ada.

21

6. Tehnik Penulisan Skripsi


Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan proposal Skripsi ini adalah
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan pada skripsi ini
maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam lima bab, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I

:PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, review

studi terdahulu,

metode penelitian dan sistematika penulisan.


BAB II

:TINJAUAN

TEORITIS

TENTANG

BP4

DAN

KELUARGA SAKINAH
Dalam bab ini menerangkan gambaran umum dan sejarah
singkat terbentuknya BP4, pengertian keluarga sakinah,
kriteria keluarga sakinah, dan struktur organisasi.
BAB III

:GAMBARAN UMUM KUA KECAMATAN TANAH


ABANG JAKARTA PUSAT
Dalam bab ini membahas tentang sejarah singkat KUA Tanah
Abang, demografi Tanah Abang, visi dan misi KUA Tanah

22

Abang, tugas, fungsi serta wewenang KUA Tanah Abang,


organisasi KUA Tanah Abang, dan gambaran umum
pelaksanaan tugas.
BAB IV

:DESKRIPSI DAN ANALISA HASIL PENELITIAN


Dalam bab ini menjelaskan tentang peran dan kontribusi BP4
KUA Tanah Abang dalam membentuk keluarga sakinah,
strategi pembentukan keluarga sakinah BP4 KUA Tanah
Abang, dan faktor pendukung serta faktor penghambat yang
dihadapi BP4 KUA Tanah Abang terhadap pembentukan
keluarga sakinah.

BAB V

:PENUTUP
Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saransaran dari penulis tentang kajian yang dimaksud.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG BP4 DAN KELUARGA SAKINAH

A. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat Terbentuknya BP4


Nasehat perkawinan (yang dalam bahasa asing disebut: Marriage counseling)
adalah suatu proses pertolongan yang diberikan kepada pria dan wanita, sebelum
dan/sesudah kawin, agar mereka memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan
dalam perkawinan dan kehidupan kekeluargaannya.1
Nasehat perkawinan sebelum kawin (pre-marital counseling) pada dasarnya
diberikan kepada pemuda dan pemudi atau calon-calon suami-istri, agar mereka
memahami

secara

objektif

peranan-peranannya

dalam

perkawinan

dan

menginsyafi tanggung jawabnya masing-masing dalam mencapai kerukunan dan


kebahagiaan hidup berumah tangga dan berkeluarga.2
Nasehat perkawinan sesudah kawin pada dasarnya bersifat pemeliharaan
hubungan perkawinan dan kekeluargaan supaya tetap berada dalam suasana rukun
dan harmonis yang menjadi syarat mutlak bagi kebahagiaan kehidupan
perkawinan dan keluarga, dan manakala perkawinan sepasang suami istri
mengalami kemacetan atau krisis, proses nasehat perkawinan diwujudkan dalam
bentuk usaha-usaha pertolongan untuk perbaikan dan mengembalikan keadaan
sehat bagi perkawinan dan keluarga yang bersangkutan.

Amidhan , dkk, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: BP4 Pusat, 1977), h. 110.
Ibid., h. 110.

23

24

Pada umumnya orang awam selalu mengatakan bahwa memberi nasihat


adalah pekerjaan yang paling gampang, yang bisa dilakukan oleh siapapun juga.
Kalau pengertian nasihat di sini hanyalah nasihat sebagaimana arti sehari-hari,
memang betul mudah. Akan tetapi bukan demikian halnya dengan yang
dimaksud.3
Penasihatan secara ilmiah mempunyai pengertian tersendiri dan hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang tertentu yang menguasai ilmu atau setidak-tidaknya
menguasai metode untuk itu. Karena itu metode penasihatan perkawinan perlu
dipelajari, dan yang lebih penting lagi adalah pengalaman dari pihak yang
memberikan nasihat, baik pengalaman bagaimana cara mempraktekkan metode
penasihatan maupun mempraktekkan masalah yang dinasihatkan sampai batasbatas tertentu.4
Penasihatan perkawinan adalah suatu proses penyampaian nasehat atau
pendapat kepada seseorang atau kelompok orang, agar mereka mengerti dan
menghayati tentang perkawinan, bersikap, bertingkah laku serta berbuat sehingga
terwujud tujuan perkawinan dan tidak terjadi konflik, perselisihan rumah tangga
atau tidak terjadi perceraian.5

Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin, (Jakarta: Departemen Agama
RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah,
2001), h. 16.
4
Ibid., h. 16.
5
BP4 Pusat, Petunjuk Pelaksanaan Penasihatan dan Konsultasi Perkawinan, (Jakarta: BP4
Pusat, 1987), h. 3.

25

Konsultasi perkawinan adalah suatu proses dialog seseorang dengan


konsultan/penasehat perkawinan di mana orang tersebut dapat mengambil
kesimpulan dan mengekalkan rumah tangga.6
Penasihatan perkawinan adalah suatu pelayanan social mengenai masalah
keluarga, khususnya hubungan suami istri, tujuan yang hendak dicapai ialah
terciptanya situasi yang menyenangkan dalam suatu hubungan suami istri,
sehingga dengan situasi yang menyenangkan tersebut suatu keluarga dapat
mencapai kebahagiaan.7
Penasihatan perkawinan adalah suatu proses, jadi memerlukan waktu yang
relatif lama, tidak hanya sekali jadi. Mungkin untuk sepasang suami istri
(keluarga) membutuhkan waktu beberapa tahun, tetapi mungkin juga ada yang
hanya beberapa bulan saja. Hal ini tergantung kepada kondisi masing-masing
keluarga.8
Sekurang-kurangnya ada lima unsur sebagai persyaratan suatu penasehatan
atau bimbingan perkawinan, yaitu:9
1. Yang dinasehati, yaitu seorang yang membutuhkan nasehat baik pria maupun
wanita, remaja maupun dewasa yang akan melangsungkan pernikahan.
6

Ibid., h. 3.
Departemen Agama RI, Pegangan Calon Pengantin, (Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan
Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001), h. 12.
8
Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin, (Jakarta: Departemen Agama
RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah,
2001), h. 16-17.
9
Departemen Agama RI, Pembinaan Keluarga Pra Sakinah dan Sakinah I, (Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji
Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Jakarta, 2001), h. 6.
7

26

2. Masalah atau problem, yaitu kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan


yang tidak dapat dipecahkan sendiri oleh individu atau pasangan calon
mempelai yang bersangkutan.
3. Penasehat, yaitu perorangan ataupun badan yang melakukan bimbingan
kepada individu atau pasangan yang membutuhkannya.
4. Penasehatan, yaitu upaya penasehatan atau bimbingan yang diberikan oleh
para penasehat kepada yang dinasehati.
5. Sarana, yaitu perangkat penunjang keberhasilan penasehatan baik fisik
maupun non fisik.10
Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan atau yang
disingkat dengan BP4 adalah merupakan organisasi semi resmi11 yang bernaung di
bawah Departemen Agama yang bergerak dalam bidang konsultasi perkawinan,
perselisihan dan perceraian.
Kelahiran BP4 dalam bidang konsultasi perkawinan dan keluarga adalah
sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab untuk mengatasi konflik dan
perceraian dalam upaya mewujudkan sebuah keluarga bahagia dan sejahtera. Juga
sebagai tuntutan sejarah dan masyarakat juga menyadari akan rendahnya suatu
mutu perkawinan di Indonesia, sekitar tahun 1950-an, dimana setiap perkawinan
terjadi perceraian sekitar 50-60%. Angka tersebut lebih besar dibandingkan

10

Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen


Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelengaraan Haji Proyek
Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001), h. 72.
11
Artikel diakses pada 6 Juli 2011 dari http://rifka-annisa.or.id/go/revitalisasi-peran-bp4/.

27

dengan angka perkawinan.12 Berikut data angka perceraian dan angka pernikahan
dari tahun 1951 sampai dengan tahun 1976:
Tabel 1
Angka Perceraian dan Angka Pernikahan di Indonesia dari Tahun 1951-1976
Tahun Talak / Cerai
1951 814.342
1952 782.625
1953 723.009
1954 732.823
1955 759.534
1956 583.479
1957 598.576
1958 672.039
1959 696.673
1960 652.015
1961 595.745
1962 641.745
1963 651.831
1964 612.819
1965 578. 143
1966 512. 792
1967 447. 408
1968 481. 746
1969 363. 500
1970 229. 886
1971 292. 004
1972 308. 916
1973 318.545
1974 312.314
1975 315.161
1976 101.819

12

Nikah / Rujuk
1.443.271
1.310.268
1.416.483
1.375.091
1.313.480
1.082.469
1.148.847
1.292.039
1.319.770
1.247.840
1.040.734
1.464.372
1.293. 181
1.130.460
1.777.849
1.096.895
1.127.060
1.101. 163
954. 078
889.316
956.578
1.009. 208
1.018.546
1.176.916
1.244.180
931.932

Prosentase Talak/ Cerai


56, 42 %
59,73%
51,64%
53,29%
57,82%
53,90 %
52,10 %
54,10 %
52.78 %
52.25 %
57.24 %
43, 84 %
50, 40 %
54, 20 %
32, 52 %
46, 75 %
39, 69 %
43, 74 %
38. 10 %
25.85 %
30, 53 %
30, 60 %
31, 27 %
27, 38 %
25, 33 %
10, 92 %

Sururudin, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian, artikel diakses pada 6 Juli
2011 dari
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-menurunkan-angkaperceraian/.

28

Beranjak dari rasa sebuah keprihatinan yang timbul karena tingginya angka
perceraian di Indonesia yang pada 1950 sampai dengan 1954 dari data statistik
pernikahan di seluruh Indonesia mencapai 50-60% (rata-rata 1300-1400 kasus
perceraian per hari), dan angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan angka
pernikahan yang terjadi pada waktu itu. HSM Nasarudin Latif (almarhum)
mencetuskan dan mensyaratkan keberadaan BP4, pada tanggal 4 April 1954 di
Jakarta bersama dengan Seksi Penasehatan Perkawinan (SPP) pada Kantor Urusan
Agama se-Kotapraja Jakarta Raya. Kemudian pada tanggal 3 Oktober 1954 Abdul
Rauf Hamidy (almarhum) atau yang lebih dikenal dengan sebutan pak Arhatha
juga membentuk organisasi yang bergerak dalam bidang yang sama yaitu dengan
nama Badan Penasehatan Perkawinan dan Penyelesaian Perkawinan (BP4).13
Pada saat itu, Abraham Stone salah seorang pakar penasehatan perkawinan
dari Amerika Serikat pernah mengunjungi seksi penasehatan perkawinan yang
berdiri di Jakarta. Beliau terkesan dengan pilot project dalam usaha menstabilkan
perkawinan yang dirintis di Indonesia, sehingga ia mengundang HSM Nasarudin
Latif yang pada saat itu menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama (KUA)
Kotapraja Jakarta Raya untuk mengadakan studi perbandingan serta saling tukar
pengalaman dibidang marrige counseling antara Indonesia dengan Amerika.14
Pada tahun 1956 atas prakarsa dari HSM Nasarudin Latif diselenggarakan
musyawarah yang diikuti oleh wakil-wakil dari 21 organisasi wanita yang

13

Amidhan , dkk, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, h. 18.


Ibid., h. 26.

14

29

sebagian besar tergabung dalam KOWANI, di mana secara bulat menyepakati


Seksi Penasehatan Perkawinan dikembangkan menjadi Panitia Penasehatan
Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian atau yang disingkat dengan P5 yang
diketuai oleh Ny. SR Poedjotomo dan HSM Nasarudin Latif sebagai penasehat.
Wadah baru ini berstatus sebagai organisasi kemasyarakatan yang bergerak di
bidang usaha mengurangi perceraian dan mempertinggi nilai perkawinan. Gerak
langkah P5 kemudian meluas sampai ke daerah-daerah di luar Jakarta, seperti
Malang, Surabaya, Kediri, Lampung, dan Kalimantan. Daerah-daerah tersebut
dikunjungi oleh HSM Nasarudin Latif dalam rangka memasyarakatkan P5 dan
membentuk cabang setempat.15
Sedangkan pada tahun 1958 bersama Hj. Alfiyah Muhadi, ibu KH. Anwar
Musaddad dan ibu HK. Samawi di Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah
berdiri Badan Kesejahteraan Rumah Tangga (BKRT). Kemudian, dikukuhkan
kepengurusan yang permanen yang diketuai oleh Kepala Kantor Urusan Agama
(KUA) daerah Istimewa Yogyakarta, KH. Farid Maruf. Sedangkan di kabupaten
juga dibentuk Balai BKRT yang langsung diketuai oleh kepala KUA Kabupaten.
Sebagai aparat Departemen Agama pada waktu itu, pembentukan lembaga tersebut
memang merupakan kebutuhan mendesak dalam upaya mengatasi banyaknya
problematika perkawinan dan rumah tangga yang terjadi di daerah-daerah di

15

Ibid., h. 27-28.

30

Indonesia. Sedangkan dalam skala luas, lembaga ini cukup menunjang misi
Departemen Agama dalam upaya pembinaan keluarga dan kehidupan beragama.16
Arhatha yang juga membentuk cabang Badan Penasehatan Perkawinan di
beberapa kota lainnya, HSM Nasarudin Latif membina dan mengembangkan peran
dan profesi penasehatan perkawinan (marriage counseling) di Indonesia. Sampai
saatnya, dalam pertemuan pengurus Badan Penasehatan Perkawinan Tingkat I seJawa yang dilakukan pada tanggal 3 Januari 1960, disepakati gagasan peleburan
organisasi-organisasi penasehatan perkawinan yang bersifat lokal itu menjadi
badan nasional yang diberi nama Badan Penasehatan Perkawinan dan
Penyelesaian Perceraian (BP4). Kesepakatan tersebut, setelah dibahas dalam
konferensi Dinas Departemen Agama ke VII yang berlangsung pada tanggal 25-30
Januari 1960, di Cipayung Bogor, kemudian dikukuhkan melalui Surat Keputusan
Menteri Agama RI Nomor 85 Tahun 1961. Dengan demikian BP4 resmi terbentuk
secara Nasional dengan berpusat di Jakarta dan mempunyai cabang-cabang di
seluruh Indonesia.17
Kepengurusan BP4 Pusat yang pertama dilantik pada tanggal 20 Oktober
1961 oleh Menteri Agama yang waktu itu dijabat oleh Bapak KH. Wahib Wahab.
Langkah-langkah yang dilakukan pertama kali setelah pelantikan pengurus BP4
Pusat, di antaranya adalah:18

16

Ibid., h. 29-30.
Ibid., h. 33.
18
Ibid., h. 35.
17

31

a. Mengusahakan atau melengkapi segera terbentuknya BP4 di tingkat wilayah di


daerah-daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Adapun pembentukan BP4 tingkat
Karesidenan dan daerah tingkat II (kabupaten/kotapradja) adalah tugas BP4
wilayah begitupun pembentukan BP4 kecamatan adalah tugas BP4 daerah
tingklat II.
b. Setelah BP4 tingkat wilayah atau propinsi seluruhnya terbentuk, maka
sebaiknya segera diadakan konferensi umum oleh pusat yang dihadiri oleh
wakil-wakil BP4 wilayah.
c. Menerbitkan majalah atau brosur yang berkaitan dengan soal-soal sekitar BP4
dan hasil laboratorium atau konferensi tersebut sebagaimana disebutkan pada
poin kedua.
d. Segera mengadakan kontak dengan marriage counseling luar negeri untuk
menambah dan memperdalam pengetahuan dan pengalaman yang bertalian
dengan hajat atau keperluan BP4.
e. Mengadakan peninjauan dan penyelidikan lembaga-lembaga adat perkawinan
dan kerumah tanggaan di daerah-daerah yang dianggap perlu.
f. Berusaha agar pemerintah menambah subsidi atau bantuan yang diberikan
kepada BP4, dan pemerintah memberikan fasilitas dan lain-lain yang
diperlukan oleh BP4.

32

g. Di samping apa-apa yang tersebut pada poin di atas, kiranya perlu pula BP4 ikut
serta memikirkan dan berusaha mengenai segera keluarnya Undang-undang
Perkawinan umat Islam dan perbaikan nasib para Lebai/Modin/Kaum.19
Pembentukan BP4 sedikitnya didorong oleh tiga hal; yakni tingginya angka
perceraian, banyaknya perkawinan di bawah umur dan praktek poligami yang
tidak sehat. Pada tahun 1950-an, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, angka
perceraian pernah mencapai 50% sampai 60% dan itu didorong oleh adanya
perlakuan semena-mena terhadap wanita. Akibatnya banyak anak-anak yang
menjadi korban, dan tidak sedikit istri yang tidak menentu nasibnya karena para
suami meninggalkan istri dan anak-anaknya begitu saja tanpa pesan dan kesan.
Sejak berdirinya BP4 telah terasa perannya yang begitu sangat berarti bagi
dunia perkawinan, yang lebih penting lagi yaitu salah satu usahanya dalam
memperjuangkan lahirnya sebuah undang-undang yang mengatur tentang masalah
perkawinan. Akan tetapi, pada saat itu untuk sebagian besar penduduk Indonesia
yang mayoritas memeluk agama Islam belum ada undang-undang yang mengatur
tentang hukum perkawinan mereka.
Hal inilah yang mendorong dilaksanaknnya kongres perempuan Indonesia
pada tahun 1968 yang membahas tentang keburukan-keburukan yang terjadi pada
perkawinan umat Islam pada waktu itu. Pembahasan tersebut terjadi bukan
dikarenakan tidak adanya peraturan dalam umat Islam tentang masalah
perkawinan, akan tetapi banyak orang yang tidak mentaati rambu-rambu dalam
19

Ibid., h. 35.

33

perkawinan disebabkan tidak adanya aturan atau undang-undang perkawinan yang


memberikan sanksi atau hukuman terhadap orang yang melanggar.
Melalui perjalanan panjang sejak tahun 1962 di mana BP4 mendesak
pemerintah agar segera membuat dan mengesahkan undang-undang tentang
perkawinan, pada tanggal 2 Januari 1974 keluarlah Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Walaupun dalam rancangan
undang-undang yang diajukan tersebut yang diajukan ke DPR ada beberapa hal
yang bertentangan dengan agama Islam, tetapi keberadaan undang-undang ini
sangat membantu dan mendukung berlakunya perkawinan umat Islam. Dengan
keluarnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan ini, maka tercapailah cita-cita BP4, terlebih dengan dicantumkannya
Pasal 39 ayat (1):20
Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua
belah pihak.
Berdasarkan ketentuan tersebut, angka perceraian menurun secara drastis.
Angka perceraian yang ada pada 1975 masih sekitar 25,33%, sementara pada 1976
menurun menjadi 10,92%.21

20

Departemen Agama RI, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
2004), h. 32.
21
Sururudin, Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian, artikel diakses pada 6 Juli
2011 dari
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peranan-bp4-dalam-menurunkan-angkaperceraian/.

34

Penasehatan perkawinan dapat diberikan oleh seorang saja, akan tetapi akan
lebih sempurna bila diberikan oleh suatu tim (tim penasehat), yang terdiri dari
berbagai profesi, misalnya ahli agama, ahli hukum jiwa, pekerja sosial, dokter dan
lain sebagainya. Masing-masing ahli ini akan memberikan nasihat sesuai dengan
bidang keahliannya, terutama dalam pemecahan suatu masalah yang dialami oleh
orang yang diberi nasihat.
BP4 sejak didirikan sudah banyak melakukan upaya pembinaan keluarga.
Sejak pasangan keluarga sebelum menikah sudah diharuskan mengikuti kursus
calon pengantin, sampai pasangan itu berumah tangga selalu diberikan pembinaan,
bahkan kalau dalam keluarga ada perselisihan, BP4 selalu aktif memberikan
advokasi dan mediasi. Itulah sebabnya BP4 dulu, kepanjangannya adalah Badan
Penasihatan Perkawinan & Penyelesaian Perceraian. Namun, setelah semua
kasus perceraian ditangani oleh Pengadilan Agama, kepanjangan BP4 dirubah
menjadi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan.22 Maka
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 85 Tahun 1961
BP4 berdiri secara nasional, dan kepanjangan BP4 yang semula adalah Badan
Penasihatan Perkawinan, dan Penyelesaian Perceraian kemudian disempurnakan
menjadi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan.

22

Taufik, Sejak Dulu BP4 sudah Menangani Perselisihan Rumah Tangga, artikel diakses
pada 6 Juli 2011 dari http://kua-terentang.blogspot.com/2010/06/kma-mendukung-bp4-menjadilembaga.html.

35

Adapun visi dan misi BP4 adalah sebagai berikut:23


1) Visi BP4 adalah mewujudkan Keluarga Sakinah dengan landasan keimanan
dan ketaqwaan yang kokoh sebagai pilar pembangunan bangsa.
2) Misi BP4 adalah:
a). Membekali pasangan-pasangan dalam memasuki perkawinan dan membina
keluarga.
b). Membantu keluarga-keluarga dalam memantapkan kehidupan keluarga
sakinah dan menyelesaikan permasalahan dalam melestarikan perkawinan.
B. Pengertian Keluarga Sakinah
Keluarga Sakinah terdiri dari dua suku kata, yaitu keluarga dan sakinah.
Yang dimaksud keluarga ialah masyarakat terkecil sekurang-kurangnya terdiri
dari pasangan suami-istri sebagai sumber intinya berikut anak-anak yang lahir dari
mereka. Jadi, setidak-tidaknya keluarga adalah pasangan suami-istri. Baik
mempunyai anak atau tidak mempunya anak (nuclear family).24
Keluarga yang dimaksud ialah suami-istri yang terbentuk melalui
perkawinan.25 Di sini ada titik penekanan melalui perkawinan, kalau tidak melalui
perkawinan maka bukan keluarga. Maka hidup bersama seorang pria dengan

23

BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) Kesebelas, (Jakarta: BP4 Pusat, 1998), h. 95.
24
Departemen Agama RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 2005), h. 4.
25
Departemen Agama RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 2009), h. 4.

36

seorang wanita tidak dinamakan keluarga, jika keduanya tidak diikat oleh
perkawinan. Karena itu perkawinan diperlukan untuk membentuk keluarga.26
Sedangkan yang dimaksud dengan sakinah adalah rasa tentram, aman dan
damai. Seorang akan merasakan sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup
spiritual dan material secara layak dan seimbang. Sebaliknya apabila sebagian atau
salah satu dari yang disebutkan tadi tidak terpenuhi, maka orang tersebut akan
merasa kecewa, resah dan gelisah. Hajat hidup yang diinginkan dalam kehidupan
duniawiyah seseorang meliputi: kesehatan, sandang, pangan, papan, paguyuban,
perlindungan hak azasi dan sebagainya. 27Seseorang yang sakinah hidupnya adalah
orang yang terpelihara kesehatannya, cukup sandang, pangan dan papan, diterima
dalam pergaulan masyarakat yang beradab, serta hak-hak azasinya terlindungi oleh
norma agama, norma hukum dan norma susila.
Pengertian keluarga sakinah dalam istilah ilmu fiqih disebut usrah atau
qirabah yang juga telah menjadi bahasa Indonesia yaitu kerabat.28 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga adalah ibu bapak dengan anak- anaknya
atau satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.29
Keluarga bisa berarti batih yaitu ibu, bapak anak-anaknya atau seisi rumah
yang menjadi tanggungan, dan dapat pula berarti kaum yaitu sanak saudara serta
26

BP4 Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2009), h. 4.
27
BP4 Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2010), h. 5.
28
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqih, Jilid II, cet.II,
(Jakarta: Departemen Agama, 1984/1985), h. 156.
29
Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I, (Jakarta: Balai Pustaka ,1988), h. 413.

37

kaum kerabat.30 Yang dimaksud dengan keluarga disini adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami dan istri, atau suami istri dan anak-anaknya,
atau ibu dan anaknya.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala
Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.31
Keluarga adalah tempat pengasuhan dan penggemblengan alami yang
sanggup

memelihara

anak-anak

yang

sedang

tumbuh,

yang

mampu

mengembangkan fisik, daya nalar, dan jiwa seorang anak.32


Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang
terdiri dari suami-istri, baik beserta anak atau anak-anak, maupun tidak.33
Sedangkan kata Sakinah dalam Kamus Besar Bahasa Indoneisa adalah
kedamaian, ketenteraman, ketenangan, kebahagian.34 Secara etimologi sakinah
adalah ketenangan, kedamaian, dari akar kata sakan menjadi tenang, damai,
merdeka, hening, tinggal.35 Dalam Islam kata sakinah menandakan ketenangan dan

30

Achmad Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga,


(Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 ), h.9. lihat juga
Anonimous, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan &
Balai Pusataka, 1995), h. 471.
31
Artikel
diakses
pada
23
April
2011
dari
http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/keluarga.pdf.
32
Ahmad Faiz, Cita Keluarga Islam Pendekatan Tafsir Tematik, cet.II, (Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2002), h. 70.
33
Ahmad Subino Hadisubroto, dkk, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1993), h. 100.
34
Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I, (Jakarta: Balai Pustaka ,1988), h. 769.
35
Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam, Penerjemah Ghuron A. Masadi, cet.II, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1991), h. 351.

38

kedamaian secara khusus, yakni kedamaian dari Allah SWT, yang berada dalam
qalbu. Sakinah adalah kedamaian, katentraman, ketenangan dan kebahagiaan.36
Secara terminologi, keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang dan
tentram, rukun, dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan
harmonis, diantara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang.37
Keluarga sakinah adalah keluarga yang mendapatkan limpahan rahmat dan
berkah dari Allah SWT, setiap manusia harusnya berlomba-lomba untuk mencapai
ketenangan dalam berumah tangga, menjadi dambaan dan idaman setiap insan
sejak merencanakan pernikahan, serta merupakan tujuan dari pernikahan itu
sendiri.38
Keluarga sakinah adalah keluarga yang saling mengerti hak dan kewajiban
masing-masing dan juga bersama. Mampu saling mengerti bahwa kita berasal dari
pendidikan yang berbeda, dan berharap kita saling mencintai karena Allah SWT
dan diakhiri dengan harapan mendapatkannya berkah dari usaha-usaha kita
mencintai sesama karena Allah SWT.39

36

Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.I, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), h. 863.
37
Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, cet.IV, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), h. 16.
38
Ibid., h. 17.
39
Artikel diakses pada 23 April 2011 dari http://ridoens.wordpress.com/2009/08/13/konsepmembina-keluarga-sakinah/.

39

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan


Urusan Haji Nomor: D/7/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah Bab III Pasal 3 menyatakan bahwa:40
Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi
suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan
selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilainilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.41
Dalam beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
keluarga sakinah adalah sebuah keluarga unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak-anaknya hidup bersama secara harmonis, diliputi rasa
kasih sayang, terpenuhinya kebutuhan baik materi maupun spiritual secara
seimbang dan di dalamnya terdapat ketenangan, kedamaian serta mengamalkan
ajaran agama sekaligus merealisasikan akhlak mulia.
Telah menjadi sunatullah bahwa setiap orang yang memasuki pintu gerbang
pernikahan akan memimpikan keluarga sakinah. Keluarga sakinah merupakan
pilar pembentukan masyarakat ideal yang dapat melahirkan keturunan yang shalih
dan shalihah. Di dalamnya, kita akan menemukan kehangatan, kasih sayang,

40

Departemen Agama RI, Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam, edisi 2004, (Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
2004), h. 1191.
41
Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah,
(Bandung: Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama Islam,
2001), h. 21.

40

kebahagiaan, dan ketenangan yang akan dirasakan oleh seluruh anggota


keluarga.42
Setiap keluarga pasti menginginkan tercapainya kehidupan yang bahagia,
sejahtera dan damai (sakinah mawaddah wa rahmah).43 Kehidupan rumah tangga
yang bahagia, sejahtera dan damai akan melahirkan masyarakat yang rukun, damai
adil, dan makmur (baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur). Karena, masyarakat
terdiri dari keluarga-keluarga, dan keluarga adalah pusat dari semua kegiatan
masyarakat. Kehidupan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah serta
kehidupan masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, ini harus
tertanam dari usia remaja, supaya kelak bersemangat dalam menciptakan
ketenangan dalam diri dan

tidak hanya menjadi keinginan individu anggota

keluarga yang bersangkutan saja, melainkan juga sudah menjadi cita-cita dan
tujuan pembangunan nasional di Indonesia.44
Masayarakat terdiri dari unsur keluarga, keluarga terdiri dari unsur individu.
Maka, bila anggota keluarga merupakan insan-insan yang saleh, kuat dan
produktif, keluarga pun menjadi saleh dan kokoh. Dan jika masing-masing

42

Mashuri Kartubi, Baiti Jannati Memasuki Pintu-pintu Surga dalam Rumah Tangga,
(Jakarta: Yayasan Fajar Islam Indonesia, 2007), h. 92.
43
Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2001), h. 2.
44
A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 ), h. 14.

41

keluarga (masyarakat) berbuat yang demikian, maka terciptalah lingkungan


masyarakat (bangsa, umat) yang sehat, kuat serta mulia.45
C. Kriteria Keluarga Sakinah
Dalam Program Pembinaan Keluarga Sakinah disusun kriteria-kriteria umum
keluarga sakinah yang terdiri dari Keluarga Pra Sakinah, Keluarga Sakinah I,
Keluarga Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III Plus yang
dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.
Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut:46
1. Keluarga Pra Sakinah: yaitu keluarga-keluarga yang dibentuk bukan melalui
ketentuan perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
spiritual dan material (basic need) secara minimal, seperti keimanan, shalat,
zakat fitrah, puasa, sandang, pangan, papan, dan kesehatan.
2. Keluarga Sakinah I: yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas perkawinan
yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara
minimal tetapi masih belum bisa memenuhi psikologisnya seperti kebutuhan
akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarganya, mengikuti
interaksi social keagamaan dengan linkungannya.

45

Thoriq Ismail, Mata Kuliah Menjelang Pernikahan, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1994), h.

12.
46

Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Geraakan Keluarga Sakinah,


(Bandung: Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama Islam,
2001), h. 21-25.

42

3. Keluarga Sakinah II: yaitu keluarga-keluarga yang dibagun atas perkawinan


yang sah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga
telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta
bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi
social keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati
serta mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah,
infaq, zakat, amal jariyah, menabung dan sebagainya.
4. Keluarga Sakinah III: yaitu keluarga-keluarga yang dapat memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, kataqwaan, akhlaqul karimah, sosial psikologis, dan
pengembangan keluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri tauladan bagi
lingkungannya.
5. Keluarga Sakinah III Plus: yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah
secara sempurna, kebutuhan social psikologis, dan pengembangannya serta
dapat menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.47
Untuk mengukur keberhasilan program keluarga sakinah tersebut ditentukan
tolak ukur masing-masing tingkatan. Tolak ukur ini juga dapat dikembangkan
sesuai situasi dan kondisi di sekitarnya. Adapun tolak ukur umum adalah sebagai
berikut:

47

Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama
Islam, 2005), h. 25.

43

1. Keluarga Pra sakinah48


a. Keluarga dibentuk tidak melalui perkawinan yang sah.
b. Tidak sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku.
c. Tidak memiliki dasar keimanan.
d. Tidak melakukan shalat wajib.
e. Tidak mengeluarkan zakat fitrah.
f. Tidak menjalanankan puasa wajib.
g. Tidak tamat SD, dan tidak dapat baca tulis.
h. Termasuk kategori fakir atau miskin.
i. Berbuat asusila.
j. Terlibat perkara-perkara kriminal.
2. Keluarga Sakinah I49
a. Perkawinan sesuai dengan syariat dan Undang-undang nomor 1 Tahun
1974.
b. Keluarga memiliki surat nikah atau bukti lain, sebagai bukti perkawinan
yang sah.
c. Mempunyai perangkat shalat, sebagai bukti melaksanakan shalat wajib dan
dasar keimanan.
d. Terpenuhi kebutuhan makanan pokok, sebagai tanda bukan tergolong fakir
miskin.

48

Ibid., h. 25.
Ibid., h. 26.

49

44

e. Masih sering meninggalkan shalat.


f. Jika sakit sering pergi ke dukun.
g. Percaya terhadap takhayul.
h. Tidak datang di pengajian/majelis taklim.
i. Rata-rata keluarga tamat atau memiliki ijazah SD.
3. Keluarga Sakinah II50
Selain telah memenuhi kriteria

Keluarga Sakinah I, keluarga tersebut

hendaknya:
a. Tidak terjadi perceraian, kecuali sebab kematian atau hal sejenis lainnya
yang mengharuskan terjadinya perceraian itu.
b. Penghasilan

keluarga

melebihi

kebutuhan

pokok,

sehingga

bisa

menabung.
c. Rata-rata keluarga memiliki ijazah SMP.
d. Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana.
e. Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan social keagamaan.
f. Mampu memenuhi standar makanan yang sehat/memenuhi empat sehat
lima sempurna.
g. Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi, dan perbuatan
amoral lainnya.
4. Keluarga Sakinah III51

50

Ibid., h. 26.

45

Selain telah memenuhi kriteria

Keluarga Sakinah II, keluarga tersebut

hendaknya:
a. Aktif dalam upaya meningkatkan kegiatan dan gairah keagamaan di
masjid-masjid maupun dalam keluarga.
b. Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan dan sosial
kemasyarakatan.
c. Aktif memberikan dorongan dan motivasi untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak serta kesehatan masyarakat pada umumnya.
d. Rata-rata keluarga memilliki ijazah SMA ke atas.
e. Pengeluaran zakat, infak, shadaqah, dan wakaf senantiasa meningkat.
f. Meningkatnya pengeluaran qurban.
g. Melaksanakan ibadah haji secara baik dan benar, sesuai tuntunan agama
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
5. Keluarga Sakinah III Plus52
Selain telah memenuhi kriteria

Keluarga Sakinah III, keluarga tersebut

hendaknya:
a. Keluarga yang telah melaksanakan haji dapat memenuhi kriteria haji
mabrur.
b. Menjadi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh organisasi yang
dicintai oleh masyarakat dan keluarganya.

51

Ibid., h. 27.
Ibid., h. 27.

52

46

c. Pengeluaran infaq, zakat, shadaqah, jariyah, wakaf meningkat baik secara


kualitatif maupun kuantitatif.
d. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat sekelilingnya dalam
memenuhi ajaran agama.
e. Keluarga mampu mengembangkan ajaran agama.
f. Rata-rata anggota keluarga mempunyai ijazah sarjana.
g. Nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlakul karimah tertanam dalam
kehidupan pribadi dan keluarganya.
h. Tumbuh berkembang perasaan cinta kasih sayang secara selaras, serasi,
dan seimbang dalam anggota keluarga dan lingkungannya.53
i. Mampu menjadi suri tauladan masyarakat sekitarnya.
Sedangkan dalam buku yang ditulis oleh Prof. Achmad Sutarmadi yang
berjudul Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020 kriteria
keluarga sakinah terdiri dari keluarga pra sakinah, keluarga sakinah I, keluarga
sakinah II, keluarga sakinah III, keluarga sakinah IV. Uraiannya adalah sebagai
berikut:54
1. Keluarga Pra sakinah
a. Perkawinan yang tidak memenuhi ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
b. Tidak mampu melaksanakan shalat.
53

Ibid., h. 28.
Achmad Sutarmadi, Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020, (BP4
Bekerjasama Dengan BKM Provinsi Jawa Timur, 1997), h. 11.
54

47

c. Tidak mampu mlaksanakan puasa.


d. Keluarga yang tidak mampu melaksanakan zakat fitrah.
e. Tidak mampu membaca al-Quran.
f. Tidak memiliki pengetahuan dasar agama.
g. Tempat tinggal yang tidak tetap.
h. Tidak memiliki pendidikan dasar.
2. Keluarga Sakinah I55
a. Keluarga tersebut dibentuk melalui perkawinan yang sah berdasarkan
perkawinan yang berlaku atas dasar cinta kasih.
b. Melaksanakan shalat.
c. Melaksanakan puasa.
d. Membayar zakat fitrah.
e. Mempelajari dasar agama.
f. Mampu membaca al-Quran.
g. Memiliki pendidikan dasar.
h. Ada tempat tinggal.
i. Memiliki pakaian.
3. Keluarga sakinah II56
a. Memenuhi kriteria sakinah I.

55

Ibid., h. 11.
Achmad Sutarmadi, Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020, (BP4
Bekerjasama Dengan BKM Provinsi Jawa Timur, 1997), h. 12.
56

48

b. Hubungan anggota keluarga harmonis.


c. Keluarga menamatkan sekolah Sembilan tahun.
d. Mampu berinfaq.
e. Memiliki tempat tinggal sederhana.
f. Mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan.
g. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4. Keluarga sakinah III
a. Memenuhi kriteria sakinah II.
b. Membiasakan shalat berjamaah.
c. Pengurus pengajian/organisasi.
d. Memiliki tempat tinggal layak.
e. Memahami pentingnya kesehatan keluarga.
f. Harmonis.
g. Gemar memberikan shadaqah.
h. Melaksanakan kurban.
i. Keluarga mampu memenuhi tugas dan kewajibannya masing-masing.
j. Pendidikan minimal SLTA.
5. Keluarga sakinah IV57
a. Memenuhi kriteria sakinah III.
b. Keluarga tersebut dapat menunaikan ibadah haji.
c. Salah satu keluarga menjadi pimpinan organisasi Islam.
57

Ibid., h. 13.

49

d. Mampu melaksanakan wakaf.


e. Keluarga mampu mengamalkan pengetahuan agama kepada masyarakat.
f. Keluarga menjadi panutan masyarakat.
g. Keluarga dan anggotanya sarjana minimal di perguruan tinggi.
h. Keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah.
Adapun menurut Danuri yang menjadi karakteristik dari keluarga sakinah atau
ciri-ciri keluarga sakinah antara lain:58
1) Adanya ketenangan jiwa yang ditandai dengan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa;
2) Adanya hubungan yang harmonis antara individu dengan individu lain dan
antara individu dengan masyarakat;
3) Terjamin kesehatan dan rohani serta sosial;
4) Cukup sandang, pangan, dan papan;
5) Adanya jaminan hukum terutama hak asasi manusia;
6) Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar;
7) Adanya jaminan dihari tua;
8) Tersedianya fasilitas rekreasi yang wajar.
Dalam kaitannya dengan kriteria kaluarga sakinah di atas, dua orang Profesor
dari Universitas Nebraska (AS) yaitu Prof. Nick Stinnet dan John Defrain dalam
studinya yang berjudul The National Study on Family Strenght, mengemukakan
58

Danuri, pertambahan penduduk dan kehidupan keluarga, (Yogyakarta: LPPK IKIP, 1976),

h. 19.

50

6 hal sebagai suatu pegangan atau kriteria menuju perkawinan/keluarga yang sehat
dan bahagia atau keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, yaitu sebagai berikut:59
a) ciptakan kehidupan beragam dalam keluarga;
b) waktu untuk bersama keluarga itu harus ada;
c) pelihara hubungan yang baik antara anggota keluaraga;
d) harus saling harga-menghargai antara suami dan istri serta anak-anak;
e) keluarga sebagai unit yang terkecil dalam masyarakat harus erat dan kuat,
jangan longgar dan jangan rapuh;
f) jika suatu keluarga mengalami krisis, hendaknya prioritas utama adalah
keutuhan keluarga.
D. Struktur Organisasi
Susunan organisasi Gerakan Keluarga Sakinah tertuang pada Bab VII Pasal
14, yaitu:60
1. Pembina gerakan keluarga sakinah tingkat pusat adalah Menteri Agama RI,
dan Menteri Dalam Negeri RI.
2. Kelompok kerja pembina gerakan keluarga sakinah tingkat pusat adalah
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Dirjen Pembangunan Daerah, Dirjen
Binbaga Islam, Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa, Asmenko Kesra
Bidang Keluarga Sejahtera, Deputi BKKBN, dan dibantu oleh Kelompok
59

Dadang Hawari, Forbidden Love (Cinta Terlarang), (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2005), h. 15.
60
Departemen Agama RI, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah (Untuk Pelatihan Pembina
Kelompok Keluarga Sakinah), (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001),
h. 102.

51

Kerja Teknis yang terdiri dari Pejabat Eselon II sektor terkait dan Sekretariat
kecil yang dijabat secara fungsional oleh Ditura Islam.
3. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah tingkat Provinsi adalah Gubernur kepala
daerah tingkat I provinsi.61
4. Kelompok kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah tingkat Provinsi
adalah Kepala Kanwil Departemen Agama, Asda II, Kabid Sosbud Bappeda,
Biro Binsos, kantor Pembangunan Masyarakat Desa Provinsi, BKKBN, Kabid
Urais, Penais, Haji, Pendais dan Pergurais.
5. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat II adalah Bupati Walikotamadya
KDH Tingkat II.
6. Kelompok Kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat II adalah
Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya, Asda II, Kabid
Sosbud,

Biro

Binsos,

kantor

pembangunan

masyarakat

desa

Kabupaten/Kotamadya, BKKBN, Kasi Urais, Penais, Pembimbing Haji,


Pendais dan Pergurais.
7. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kecamatan adalah Camat.
8. Satuan tugas Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kecamatan adalah Kepala
KUA Kecamatan, Kasi pembangunan masyarakat desa, penyuluh dan penilik
pendidikan agama.
9. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Desa/Kelurahan adalah
Lurah/Kepala Desa.
61

Ibid., h. 102.

52

10. Penggerak Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Desa/Kelurahan adalah P3N


Desa/Kelurahan, Kasi I LKMD, Ulama, Kiyai dan tokoh agama.62

62

Departemen Agama RI, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama
RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan
Kehidupan Keluarga Sakinah, 2000), h. 107.

BAB III
GAMBARAN UMUM KUA KECAMATAN TANAH ABANG
KOTAMADYA JAKARTA PUSAT

A. Sejarah Singkat KUA Kecamatan Tanah Abang


KUA Tanah Abang merupakan salah satu dari 8 (delapan) KUA Kecamatan
yang ada di wilayah kota Jakarta Pusat, atau salah satu dari 43 KUA di wilayah
propinsi DKI Jakarta yang berhadapan langsung dengan kompleksitas perubahan
masyarakat. Berikut KUA yang ada di Kotamadya Jakarta Pusat:1
Tabel 2
Nama Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan di Kotamadya Jakarta Pusat
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8

NAMA KANTOR

ALAMAT&NO.TELEPON

KUA Kec. Tanah Abang


KUA Kec. Menteng
KUA Kec. Senen
KUA Kec. Gambir
KUA Kec. Cempaka Putih
KUA Kec. Kemayoran
KUA Kec. Sawah Besar
KUA Kec. Johar Baru

Jl.Mutiara No.2A Karet Tengsin Telp. 5743823


Jl.Pegangsaan Barat No.14 Menteng Telp. 331817
Jl.Kalibaru IV Gg.II No.36 Telp. 4258264
Jl.Pembangun 11Taman Petojo Utara Telp.6338623
Jl.Cempaka Putih Tengah XIII/10 Telp. 4258244
Jl.Serdang No.3 Kemayoran Telp. 4259950
Jl.Mangga Dua Dalam No.10 Telp. 6016889
Jl.Tanah Tinggi IV / 86B Telp. 4257980

Secara singkat dapat penyusun uraikan tentang keberadaan KUA Kecamatan


Tanah Abang. Pada mulanya Kota Jakarta terbagi dalam tiga wilayah; Jakarta

Artikel
diakses
pada
Rabu,
6
Juli
http://kawanlama95.wordpress.com/2009/08/31/daftar-alamat-kua-jakarta/.

53

2011

dari

54

Utara, Jakarta Tengah dan Jakrta Selatan. Pada tahun 1950-an, Jakarta Tengah
terdiri dari 5 (lima) wilayah Kecamatan: 2
1. Kecamatan Sawah Besar;
2. Kecamatan Kemayoran;
3. Kecamatan Cempaka Putih;
4. Kecamatan Gambir dan;
5. Kecamatan Tanah Abang.
Seiring dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat wilayah kecamatan
Tanah Abang, maka pada tanggal 9 Februari 1951 berdiri KUA Kecamatan Tanah
Abang secara definitif (sudah pasti).
1. Tahun 1951 KUA Kecamatan Tanah Abang berkantor di rumah bapak
Mustofa Abdul Djalil selaku kepala KUA Kecamatan Tanah Abang, yang
beralamat di Jl. Abdul Djalil Karet Raya depan kuburan Karet yang sekarang
menjadi gedung Telkom sampai tahun 1956.
2. Tahun 1956 KUA Kecamatan Tanah Abang berkantor di rumah bapak H.
Hasan Basri (tokoh betawi) di Jl. K.H. Mas Mansyur kelurahan Kebon
Kacang depan yayasan Said namun sekarang menjadi Hotel Nusantara,
ketika itu kepala KUA bernama bapak H. Hamdani sampai tahun 1969.
3. Tahun 1969 KUA Kecamatan Tanah Abang berkantor di Jl. Pancamarga I
kelurahan Karet Tengsin, ketika itu kepala KUA bapak H. Madi Syahdi

KUA Tanah Abang, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta
Pusat, (Jakarta: KUA Tanah Abang, 2006), h. 1.

55

sampai tahun 1971, bapak Djanahar Tjampago sampai tahun 1973, bapak
Muchtar Aziz sampai tahun 1978, bapak H. Nur Ali Sani sampai 1983, bapak
H. Abdul Muthi Ramli sampai tahun 1986.
4. Pada tahun 1986 KUA Kecamatan Tanah Abang pindah kantor, dari
Pancamarga I Kelurahan Karet Tengsin ke Jl. Mutiara No. 2 Kelurahan Karet
Tengsin berdasarkan surat Kakanwil Departemen Agama No. WJ/2b/3198/1986 tanggal 23 September 1986, dan diserahkan oleh Gubernur DKI
bapak R. Soeprapto kepada kepala KUA Kecamatan Tanah Abang yakni
bapak H. Abdul Muthi Ramli yang menjabat sampai tahun 1989, bapak Drs.
H. Fatihin Umar sampai 1991, bapak H.M.N Ridwan sampai 1998, bapak Drs.
H. Ohan Zarkasi sampai tahun 2002, bapak jubaedi Hamid SH (Sumber:
sesepuh penghulu: H. Mahbub Naiman).3
Berikut nama-nama Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang Kotamadya
Jakarta Pusat:
Tabel 3
Nama-Nama Kepala KUA dari Tahun 1951-Sekarang
No

Nama

TMT

Lama Tugas

1.

Mustofa Abd. Djalil

09-02-1951 s/d 05-03-1956

05th-11bln-25hari

2.

H. Hamdani

06-03-1956 s/d 21-10-1969

13th-07bln-15hari

Ibid., h. 3.

56

3.

H. Madi Syahdi

22-10-1956 s/d 06-07-1971

01th-08bln-15hari

4.

Djanahar Tjampago

07-07-1971 s/d 23-10-1973

02th-03bln-16hari

5.

Muchtar Aziz

24-10-1973 s/d 30-09-1978

04th-10bln-06hari

6.

H. Nurdi Sani

01-10-1978 s/d 20-05-1983

04th-07bln-19hari

7.

H. Abd Muthi Ramli

21-05-1983 s/d 08-03-1989

05th-10bln-18hari

8.

Drs. H. Fatihin Umar

09-03-1989 s/d 19-06-1991

02th-03bln-10hari

9.

H.M.N Ridwan

20-06-1991 s/d 30-04-1998

06th-10bln-10hari

10.

H. Ohan Zarkasyi, S.Ag

01-05-1998 s/d 01-09-2002

04th-04bln-00hari

11.

H. Jubaedi SH

02-09-2002 s/d 24-04-2006

03th-07bln-23hari

12.

Drs. Zainul Mustofiq

24-04-2006 s/d

13.

Drs. H. Ashraf Syahroni

Pada tahun 1966 Kecamatan Tanah Abang dibentuk berdasarkan Keputusan


Gubernur KDKI Jakarta No. 1b.3/1/1/1966 tanggal 12 Agustus 1966 tentang
pembentukan kota administrasi Kecamatan dan Kelurahan dalam wilayah DKI
Jakarta. Secara administratif masuk dalam wilayah Kota Jakarta Pusat dan dibagi
menjadi 7 (tujuh) kelurahan:4
(1) Kelurahan Kampung Bali;
4

Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, (Jakarta: KUA
Tanah Abang, 2009), h. 26.

57

(2) Kelurahan Kebon Kacang;


(3) Kelurahan Kebon Melati;
(4) Kelurahan Petamburan;
(5) Kelurahan Karet Tengsin;
(6) Kelurahan Bendungan Hilir;
(7) Kelurahan Gelora.
B. Demografi KUA Kecamatan Tanah Abang
KUA Kecamatan Tanah Abang memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:5
Sebelah Utara

: Jl. Jati Baru Jl. Kebon Sirih.

Sebelah Selatan

: Jl. Jenderal Sudirman.

Sebelah Barat

: Kali Grogol Utara Palmerah Utara Jl. KS Tubun.

Sebelah Timur

: Kali Cideng Jembatan Dukuh Atas.

1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun menurun karena adanya peremajaan
lingkungan. Berdasarkan hasil registrasi penduduk yang tercatat di Kecamatan
Tanah Abang, pada bulan Desember 2005 adalah 123.748 jiwa, terdiri atas:
Penduduk WNI laki-laki

61.603 jiwa

Penduduk WNI perempuan

62.027 jiwa

Penduduk WNA laki-laki

68 jiwa

KUA Tanah Abang, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta
Pusat, h. 3.

58

Penduduk WNA perempuan

50 jiwa

Jumlah

: 123.748 jiwa

Jumlah penduduk setiap tahun mengalami penurunan, hal ini disebabkan


karena banyaknya lahan pemukiman yang beralih fungsi menjadi kantor dan lokasi
bisnis.
2. Data Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama Tahun 20096
Tabel 4
Data Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama Tahun 2009
N
o

Kelurahan

Jumlah

Jumlah Pemeluk Agama

Lk

Pr

Islam

Kristen

1 Kampung Bali

7820

7852

13302

1086

Katho
lik
841

2 Kebon Kacang

9680

9592

14320

1780

3 Kebon Melati

16992

16940

31104

4 Petamburan

15572

15795

5 Karet Tengsin

9436

6 Benhil
7 Gelora
JUMLAH

Hindu Budha
75

312

1891

504

838

1782

891

11

141

30140

740

228

72

126

9572

14996

2384

1184

294

146

11310

11398

20698

824

916

168

103

1929

1839

3384

146

132

37

49

72739

72988

127944

8742

6083

1161

1715

Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, h. 40.

59

3. Rekapitulasi Data Tempat Ibadah Kecamatan Tanah Abang


Tabel 5
Rekapitulasi Data Tempat Ibadah Kecamatan Tanah Abang Tahun 2009
No

Kelurahan`

Masjid

Musola

Langgar

Gereja

Vihara

Pura

1.

Kamp. Bali

10

10

2.

Kb. Kacang

11

10

3.

Kb. Melati

22

29

4.

Petamburan

15

16

5.

Krt. Tengsin

11

14

6.

Bendhil

15

12

7.

Gelora

JUMLAH

92

15

92

13

C. Visi dan Misi KUA Kecamatan Tanah Abang


1. Visi
Terwujudnya pelayanan prima di bidang Urusan Agama Islam yang
berkualitas dan akuntabilitas di wilayah kecamatan Tanah Abang.
2. Misi7
a. Meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pernikahan dan rujuk (NR),
sebagaimana yang dapat diukur dengan kepuasan masyarakat lahir dan
batin; kualitas pelayanan sebagaimana yang dapat diukur dengan kualitas
7

KUA Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, (Jakarta: KUA Tanah Abang, 2009), h. 6.

60

sumber daya manusia karyawan; dan peningkatan mutu tempat kerja


(workspace), sebagaimana yang dapat diukur dengan kepuasan karyawan
dalam bekerja (the right happy man in the rihgt place);
b. Meningkatkan pelayanan tempat ibadah;
c. Meningkatkan kualitas pelayanan di bidang perwakafan dan ibadah sosial;
d. Meningkatkan pelayanan pembinaan keluarga sakinah;
e. Meningkatkan pelayanan bimbingan zakat dan Baitul Maal;
f. Mengadakan pelayanan bimbingan tentang Pangan Halal;
g. Melakukan pelayanan bimbingan pengembangan kemitraan umat Islam;
h. Meningkatkan mutu pelayanan di bidang pembinaan calon jamaah haji.
Peningkatan mutu dalam segala aspek adalah kata kunci dalam mengemban
misi di atas. Maka KUA Kecamatan Tanah Abang merumuskan tujuan-tujuan
strategis dalam rencana stratejik tahun 2012 dan menjabarkannya dalam kegiatan
dan program.8
Penentuan indikator keberhasilan diupayakan sedapat mungkin terukur
(measurable). Sehingga tingkat pencapaian keberhasilan atau kegagalan program
pada tahun 2011 dapat diketahui dan diantisipasi.
D. Tugas, Fungsi serta Wewenang KUA Tanah Abang
1. Tugas Pokok KUA Kecamatan Tanah Abang
a. Menurut KMA No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor
Urusan Agama Kecamatan, tugas KUA Kecamaan adalah:
8

Ibid., h. 7.

61

melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten /Kota


di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan9.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, KUA Tanah Abang menyelenggarakan:
1) Statistik dan dokumentasi;
2) Surat menyurat, pengurusan surat kearsipan, pengetikan dan rumah tangga
KUA Kecamatan;
3) Pencatatan nikah dan rujuk,10 mengurus dan membina wajib zakat, wakaf,
zakat maal, dan ibadah sunah, kependudukan dan pengembangan keluarga
sakinah, produk halal, pembinaan syariah dan hisab rukiat sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji berdasarkan perundang- undangan yang berlaku.
Berdasarkan tugas-tugas tersebut Kepala KUA perlu melakukan peranan
dibidang pelayanan secara optimaal kepada masyarakat. Pelayanan yang dimaksud
seperti:
a) Pelayanan

fasilitas;

berupa

pernikahan,

pendaftaran

talak

cerai,

pengurusan zakat, pembinaan wakaf dan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta


Ikrar Wakaf)11, pembianaan baitul maal dan ibadah social, pembinaaan

Slamet Anwar dan Ahmad Gozali, Kepimimpinan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan
Yang Efektif (Modul Diklat Peningkatan Kualitas Kepimimpinan Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan), (Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang Dan Diklat Pusdiklat Tenaga
Administrasi, 2006), h. 30-31.
10
Depag RI, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, (Jakarta: Depag RI, 2004), h. 68.
11
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet.III, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998), h. 502.

62

masjid dan tempat ibadah lainnya serta pendataan lembaga keagamaan dan
kependudukan;12
b) Pelayanan subtantif, berupa tugas-tugas pelayanan dibidang pembinaan
kehidupan beragama, pembinaan dan pengembangan masyarakat dan
pembinaan serta pelestarian lingkungan dan sebagainya;
c) Peranan dalam mengembangkan kepemimpinan berupa, penyusunan visi/
misi, teknik mempengaruhi, menggunakan kewenangan, kemampuan
berkomunikasi.
b. KMA No. 373 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah
departemen

agama

propinsi

dan

kantor

Departemen

Agama

Kabupaten/Kotamadya. Pada Pasal 88 menyebutkan:


Seksi urusan agama Islam mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan dan
bimbingan di bidang kepenghuluan, keluarga sakinah, pangan halal, ibadah
sosial serta pengembangan kemitraan umat islam13.
a. Untuk pencatatan pernikahan berpedoman pada PMA No. 11 Tahun 2007
tentang pencatatan nikah Bab I ketentuan umum Pasal 1 ayat(1):14
Kantor urusan agama yang selanjutnya disebut KUA adalah Instansi
Departemen Agama yang bertugas melaksanakan sebagian tugas kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang urusan agama Islam di wilayah
Kecamatan.

12

Departemen Agama RI, Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan, (Jakarta: Departemen Agama
RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), h. 4.
13
Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama Islam,
Himpunan Peraturan Perundang- undangan Produk Halal, (Bandung: Departemen Agama Provinsi
Jawa Barat, 2003), h. 231.
14
Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 Tentang
Pencatatan Nikah.

63

2. Fungsi KUA Tanah Abang


a. Merumuskan visi, misi dan kebijaksanaan teknis di bidang pelayanan dan
bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di Kecamatan;
b. Menyelenggarakan statistik, dokumentasi, surat-menyurat, pengurusan surat,
pengetikan, kearsipan, dan rumah tangga KUA;15
c. Bimbingan pelayanan dan bimbingan masyarakat Islam di bidang Nikah,
Rujuk, Zakat dan baitul maal, Wakaf, ibadah sosial dan Masjid, serta
kependudukan dan kesejahteraan keluarga;
d. Pembinaan keluarga sakinah;
e. Pembinaan bidang produk halal;
f. Pembinaan kemitraan umat Islam;
g. Pembinaan lembaga dan ibadah sosial;
h. Pembinaan di bidang haji.
3. Wewenang KUA Kecamatan Tanah Abang
Wewenang KUA Tanah Abang adalah melaksanakan tugas pokok dan fungsi
Departemen Agama Kabupaten/Kota berdasarkan kebijakan kepala kantor.
Sebagai unsur pelaksana, KUA melaporkan secara berkala kegiatannya kepada
instansi vertikal. Dalam hal ini kepada kepala kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Pusat melalui Subbag Tata Usaha kepala Kantor Kementerian Agama kota
Jakarta Pusat dan tembusan disampaikan kepada kepala seksi Urusan Agama Islam
(URAIS) Kementerian Agama kota Jakarta Pusat.
15

Depag RI, Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan, (Jakarta: Depag RI, 2003), h. 4.

64

E. Organisasi KUA Kecamatan Tanah Abang


1. Keadaan Karyawan atau Karyawati
Organisasi KUA Kecamatan Tanah Abang mengacu kepada Keputusan
Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 jumlah karyawan dan karyawati 15 orang,
dengan pembagian tugas sebagai berikut:16
a. Nama

: Drs. H.A. Syahroni

NIP

: 19550627 199003 1 001

Golongan

: Pembina (IV/a)

Jabatan

: Kepala KUA

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala kantor Kemenag Jakarta Pusat


b. Nama

: Drs. Maman Taofik Rahman

NIP

: 19680809 199403 1 003

Golongan

: Pembina (IV/a)

Jabatan

: Pengadministrasian Wakaf dan penghulu

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


c. Nama

16

: H. Pahlawan Jurangga Daulay S.Ag. M.Pd.I

NIP

: 19721110 199803 1 003

Golongan

: Penata TK I (III/d)

Jabatan

: Pengadministrasian BINWIN/ BP4 dan penghulu

Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, h. 50.

65

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


d. Nama

: Ahmad Fathoni S.Pd.I

NIP

: 19560421 198903 1 001

Golongan

: Penata (III/c)

Jabatan

: Pengadministrasian Kemasjidan dan penghulu

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


e. Nama

: Achmad Fatherius S.Ag, MM17

NIP

: 19710821 200501 1 003

Golongan

: Penata muda Tk. I (III/b)

Jabatan

: Pengadministrasian NR dan penghulu pertama

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


f. Nama

: H. Didi Rosidi, S.Pd.I

NIP

: 19620130 198403 1 001

Golongan

: Penata (III/c)

Jabatan

: Pengadministrasian Ibadah sosial (IBSOS)

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


g. Nama
17

Ibid., h. 54.

: Achmad Zaini18

66

NIP

: 19540729 197903 1 001

Golongan

: Penata muda Tk. I (III/b)

Jabatan

: Pengadministrasian Nikah dan Rujuk

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


h. Nama

: Faisal Rasid

NIP

: 19540521 197903 1 003

Golongan

: Penata muda Tk. I (III/b)

Jabatan

: Pengadministrasian Pangan halal

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


i. Nama

: Zul Fahmi, S.Hi

NIP

: 19571106 198603 1 004

Golongan

: Penata muda (III/b)

Jabatan

: Tata usaha

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


j. Nama

18

NIP

: 19630707 198303 2 003

Golongan

: Penata muda Tk. I (III/b)

Ibid., h. 56.
Ibid., h. 57.

19

: Hj. Siti Sulistiah19

67

Jabatan

: Petugas keuangan

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


k. Nama

: Suhandi S.Hi

NIP

: 19640511 199003 1 001

Golongan

: Penata muda Tk. I (III/b)

Jabatan

: Pengadministrasian kemasjidan

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


l. Nama

: Muhammad S

NIP

:19560907 199303 1 001

Golongan

: Penata muda (III/a)

Jabatan

: Pengadministrasian Ibadah sosial (IBSOS)

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


m. Nama

: M. Abdul Hadi

NIP

: 19720917 200312 1 003

Golongan

: Pengatur muda Tk. I (II/b)

Jabatan

: Pengadministrasian Pangan halal

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang

68

n. Nama

: Benni Mochamad Hidayat20

NIP

: 19740516 200312 1 001

Golongan

: Pengatur muda (II/b)

Jabatan

: Pengadministrasian Kemitraan dan Tata Usaha

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


o. Nama

: Dahniar S.Pd.I

NIP

: 19710628 200604 2 008

Golongan

: Pengatur muda (II/a)

Jabatan

: Pengadministrasian BINWIN/BP4

Satuan kerja

: Kantor Kemenag Jakarta Pusat

Atasan langsung : Kepala KUA Kecamatan Tanah Abang


2. Pembinaan Keluarga Sakinah
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tanah Abang dalam rangka
mewujudkan keluarga sakinah bekerja sama dengan penyuluh agama, para lurah,
tim penggerak PKK, unsur ormas dan pengajian majelis talim dalam mengadakan
penyuluhan keluarga sakinah dan sosialisasi Undang-Undang perkawinan Nomor
1 Tahun 1974.
F. Gambaran Umum Pelaksanaan Tugas
1. Dokumentasi dan Statistik21

20

Ibid., h. 61.
KUA Tanah Abang, Laporan Kerja Tahunan, h. 2.

21

69

Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang menyajikan data melalui


papan statistik, antara lain:
a. Statistik nikah dan rujuk (NR);
b. Statistik tempat ibadah;
c. Statistik jumlah penduduk menurut pemeluk agama;
d. Statistik tanah wakaf dan sertifikat.
2. Surat Menyurat dan Kearsipan
a. Surat Masuk
Perincian surat masuk di KUA Kecamatan Tanah Abang sampai dengan
tanggal 31 Desember 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Surat Masuk ke KUA Tanah Abang Tahun 2009
No.

Dari

Banyaknya

1.

Kementerian Agama RI

2.

Kanwil Kementerian Agama

25

3.

Kementerian Agama JP

50

4.

Kecamatan Tanah Abang

20

5.

Lintas Sektoral

6.

Ormas

7.

Lain-lain

Keterangan

70

b. Surat Keluar22
Perincian surat keluar dari KUA Kecamatan Tanah Abang sampai dengan
tanggal 31 Desember 2009 adalah:
Tabel 7
Surat Keluar dari KUA Tanah Abang ke Instansi Lainnya
No.

Kepada

Banyaknya

1.

Kanwil

2.

Kementerian Agama JP

3.

Kecamatan Tanah Abang

30

4.

Puskesmas

5.

Pengadilan Agama

6.

Kejagung

7.

Polda Metro Jaya

8.

Lain-lain

Keterangan

c. Kearsipan
Penyelenggaraan

kearsipan

menggunakan

berdasarkan KMA No. 81 Tahun 1984.

22

Ibid., h. 3.

sistem

arsip

dinamis

71

3. Pencatatan NR
KUA Kecamatan Tanah Abang telah melaksanakan pelayanan prima terhadap
masyarakat khususnya di bidang perkawinan. Pada tahun 2009 telah melayani,
mengawasi, dan mencatat 1455 pasang.
4. Pembinaan Kemasjidan23
Dalam pembinaan kemasjidan KUA Kecamatan Tanah Abang turut
berpartisipasi dalam melaksanakan jumat bersih bersama pengurus masjid yang
ada di wilayah kecamatan Tanah Abang sesuai dengan jadwal Kementerian
Agama Kota Jakarta Pusat.
5. Zakat dan Baitul Maal
Pembinaan dan penggalangan ZIS di wilayah Kecamatan Tanah Abang
dilakukan melalui calon pengantin, pengurus masjid, serta perkantoran yang ada
di wilayah kecamatan Tanah Abang. Pada tahun 2009 KUA Kecamatan Tanah
Abang berhasil mengumpulkan infak sebesar Rp 1.500.00,00 dalam kegiatan
infak Rp 1.000,00 pada bulan Ramadhan 1430 H.
6. Wakaf
KUA Kecamatan Tanah Abang telah menyelesaikan 65 lokasi yang memiliki
AIW/APAIW, dan sudah memperoleh sertifikat dari BPN seluruhnya.

23

Ibid., h. 4.

72

7. Peningkatan Mutu Perkawinan Melalui SUSCATEN


Dalam upaya peningkatan mutu perkawinan, KUA Kecamatan Tanah Abang
selama tahun 2009 telah melaksanakan suscaten sebanyak 24 kali sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan, dengan jumlah peserta sebanyak 1455 orang.
8. Pembinaan dan Penyuluhan Agama24
KUA Kecamatan Tanah Abang juga telah melaksanakan pembinaan dan
penyuluhan agama melalui kegiatan majelis talim, baik talim bapak-bapak,
talim ibu-ibu maupun talim gabungan. Selain pembinaan dan penyuluhan agama
melalui talim tersebut di atas, juga dilakukan pembinaan TPQ dan anak jalanan
bersama dengan penyuluh agama Islam fungsional Kecamatan Tanah Abang.
9. Produk Halal
KUA Kecamatan Tanah Abang telah melakukan bimbingan dan penyuluhan
tentang produk halal melalui majelis talim dan pengajian lainnya, serta
mengusahakan buku-buku petunjuk tentang produk halal dan membagikannya
kepada masyarakat.
10. Kemitraan Umat Islam
Dalam rangka terwujudnya silaturrahmi yang kuat antar individu, kelompok,
lembaga maupun antar golongan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, KUA Kecamatan Tanah Abang memberikan motivasi dan bimbingan
tentang pentingnya kemitraan umat Islam baik pada kegiatan sektoral maupun
lintas sektoral.
24

Ibid., h. 5.

73

11. Koordinasi Sektoral dan Lintas Sektoral25


a. Sektoral
1) Rakor Kandepag tiap satu bulan satu kali (minggu pertama);
2) Rakornis Urais tiga bulan satu kali (minggu kedua);
3) Rapat pembinaan PPN di Kanwil Depag DKI setiap tiga bulan satu
kali;
4) Pengajian kitab kuning di kanwil Depag DKI setiap satu bulan satu
kali;
5) Rapat koordinasi dengan pengawas pendais setiap enam bulan sekali;
6) Pembinaan pembantu PPN setiap tiga bulan sekali;
7) Rapat pembinaan karyawan atau karyawati KUA Kecamatan Tanah
Abang setiap dua bulan sekali;
8) Rapat insidental sesuai dengan kebutuhan.
b. Lintas Sektoral
1) Menghadiri apel pada upacara di Kecamatan atau Kandepag (sebagai
pembaca doa);
2) Mengikuti rapat-rapat di Kecamatan Tanah Abang yang bersifat
insidental sesuai dengan kebutuhan;
3) Berpartisipasi aktif dalam penilaian kelurahan berprestasi;
4) Berpartisipasi aktif dalam penilaian kecamatan berprestasi;

25

KUA Tanah Abang, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta
Pusat, h. 12.

74

5) Berpartisipasi dalam penilaian atau lomba sekolah sehat;


6) Bekerjasama dengan PLKB dan Puskesmas dalam pelaksanaan kursus
calon penganten (SUSCATEN);
7) Bekerjasama dengan BPN dalam rangka sertifikasi Tanah wakaf;
8) Memberikan sambutan-sambutan dan doa, baik pada Peringatan Hari
Besar Islam (PHBI) maupun kegiatan lainnya di masyarakat;
9) Mengikuti rapat atau pertemuan di masyarakat Kecamatan Tanah
Abang (pengurus masjid atau tokoh masyarakat);
10) Bekerjasama

dengan

pihak

kecamatan

Tanah

Abang

dalam

mensukseskan setiap kegiatan, baik yang bersifat kedinasan maupun


kemasyarakatan.26

26

Ibid., h. 13.

BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISA HASIL PENELITIAN

A. Peran dan Kontribusi BP4 KUA Tanah Abang dalam Membentuk Keluarga
Sakinah
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan kepala BP4 KUA Tanah
Abang dapat disimpulkan bahwa peran dari BP4 KUA Tanah Abang adalah
sebagai berikut:1
1. BP4 KUA Tanah Abang sudah mengadakan pembinaan dan pemupukan
sebuah lokasi atau kelurahan untuk dijadikan kelurahan percontohan bagi
keluarga sakinah, pembinaan dimulai dari segi keagamaan, kesehatan dan
pembinaan akhlaknya;
2. Mengadakan perlombaan keluarga sakinah I, II, dan III. Perlombaan tersebut
diadakan supaya menjadi dorongan bagi keluarga-keluarga yang lainnya
untuk menjadi keluarga yang teladan;
3. Berperan dalam mempertinggi dan meningkatkan mutu perkawinan serta
keluarga bahagia sejahtera;
4. Memberikan nasehat penerangan dalam tuntunan kepada yang berkepentingan
mengenai masalah-masalah Nikah, Talak dan Rujuk (NTR);
5. Mengadakan upaya-upaya yang dapat memperkecil perceraian;

Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.

75

76

6. Memberikan bantuan moril

kepada masyarakat dalam menyelesaikan

kesulitan-kesulitan perkawinan dan kerumah tanggaan secara umum.


Usaha dan upaya yang dilakukan oleh BP4 untuk mencapai tujuan di atas,
sebagaimana yang tercantum dalam Anggaran Dasar BP4 Bab III pasal 6 tentang
upaya dan usaha, adalah sebagai berikut:2
1. Memberikan bimbingan, penasihatan dan penerangan mengenai nikah, talak,
cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok;
2. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan

yang

berkaitan dengan keluarga;


3. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di
pengadilan agama;
4. Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan,
keluarga dan perselisihan rumah tangga di peradilan agama;
5. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak
bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan pernikahan tidak tercatat;
6. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki
kesamaan tujuan baik di dalam maupun luar negeri;
7. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku,
brosur dan media elektronik yang dianggap perlu;

BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) ke XIV, (Jakarta: BP4 Pusat, 2009), h. 5.

77

8. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan, diskusi,


seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan
keluarga;
9. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam
rangka membina keluarga sakinah;
10. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina
keluarga sakinah;
11. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga;3
12. Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan
organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.
Kemudian dari usaha-usaha tersebut di atas, BP4 menjabarkannya dalam
beberapa kegiatan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Membentuk Korps penasehatan perkawinan BP4 di semua tingkatan
baik pusat, propinsi, kabupaten, kotamadya, dan kecamatan;
b. Menyelenggarakan penataran bagi anggota korps penasehatan
perkawinan BP4;
c. Memberikan penasehatan bagi calon pengantin;
d. Memberikan buku-buku tentang membina keluarga bahagia dan
sejahtera;

BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) XI, (Jakarta: BP4 Pusat, 1998), h. 71.

78

e. Memberikan penasehatan bagi pasangan yang mengajukan gugatan


cerai ke pengadilan agama;
f. Memberikan majalah nasehat perkawinan dan keluarga yang diubah
menjadi perkawinan & keluarga, yang disebarkan di seluruh
Indonesia;
g. Membuka biro penasehatan dan konsultasi keluarga di tingkat pusat
dan propinsi;
h. Menyelenggarakan pendidikan kerumah tanggaan bagi remaja usia
nikah;
i. Membuka penasehatan perkawinan melalui hot line telepon;
j. Menyelenggarakan pemilihan ibu teladan setiap tiga tahun sekali pada
tingkatan;
k. Menyelenggarakan seminar, loka karya, dan sebagainya yang ada
relevansinya dengan upaya pembinaan keluarga bahagia dan sejahtera;
l. Membuka biro konsultasi jodoh.
Dari beberapa upaya dan usaha BP4 di atas, ada kontribusi yang khusus atau
paling utama dan terus dilaksanakan oleh BP4 KUA Kecamatan Tanah Abang,
yaitu di antaranya:4
1. Program Pra Nikah; BP4 melakukan atau mengadakan penataran atau lebih
kita kenal dengan istilah SUSCATEN (Kursus Calon Pengantin) yang di
khususkan bagi para calon penganten yang hendak melangsungkan
4

Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.

79

pernikahan dan ini wajib diikuti oleh mereka. Materi yang disampaikan terdiri
dari:5
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan;
b. Fiqih munakahat;
c. Fiqih ibadah dan muammalat;
d. Program Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan;
e. Pembinaan dan pendidikan keluarga sakinah;
f. Dan lain sebagainya yang berkaitan dan dianggap perlu.
2. Program Pasca Nikah, BP4 melakukan atau mengadakan sosialisasi
kemasyarakatan tentang masalah perkawinan, keluarga sakinah dan lain
sebagainya melalui seminar-seminar, ceramah-ceramah, khotbah Jumat serta
menyelenggarakan praktek konsultasi hukum, penasehatan perkawinan dan
keluarga bagi pasangan suami istri yang sedang dalam konflik rumah tangga
dan kepada masyarakat luas.
Keberadaan BP4 khususnya di wilayah Kecamatan Tanah Abang Jakarta
Pusat di tengah-tengah masyarakat, sangat membantu dalam menangani hal-hal
yang dianggap riskan, terutama dalam hal permasalahan dan perselisihan
perkawinan, baik itu berupa penasehatan, pembinaan, serta pelestarian
perkawinan. Sehingga dengan adanya BP4 di masyarakat akan dapat mewujudkan

Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.

80

suatu rumah tangga yang diidam-idamkan oleh seluruh keluarga yaitu rumah
tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
Setelah diadakan wawancara kepada para pihak yang terkait mengenai
masalah efektif atau tidaknya, tentang peran dan kontribusi BP4 KUA Tanah
Abang dalam membentuk keluarga sakinah, penulis menemukan jawaban serta
pandangan yang beragam. Menurut pendapat Drs. Maman Taofik Rahman
(Penghulu KUA Tanah Abang),6 ibu Sri Rahayu (Kasi Kesmas Kelurahan Karet
Tengsin Kec. Tanah Abang),7 dan ibu Hj. Maspuah (Ketua Majelis Talim alIshlah Kelurahan Petamburan Kec. Tanah Abang)8 mempunyai kesamaan
pendapat. Bahwa peran dan kontribusi BP4 KUA Tanah Abang dalam membentuk
keluarga sakinah cukup efektif.
Akan tetapi peneliti menemukan jawaban yang lain, setelah melakukan
wawancara dengan pengurus Masjid Mathlaul Anwar Kelurahan Karet Tengsin
Kecamatan Tanah Abang, yaitu Ahmad Fatemi.9 Beliau berpendapat bahwa peran
dan kontribusi BP4 dalam membentuk keluarga sakinah masih kurang efektif.
B. Strategi Pembentukan Keluarga Sakinah BP4 KUA Tanah Abang
Adapun Strategi pembentukan keluarga sakinah yang dilakukan oleh BP4
KUA Tanah Abang antara lain:10

Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
Wawancara Pribadi dengan Sri Rahayu. Jakarta. 01 Agustus 2011.
8
Wawancara Pribadi dengan Hj. Maspuah. Jakarta. 23 Juli 2011.
9
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fatemi. Jakarta. 29 Juli 2011.
10
Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.
7

81

1. Terjun langsung di masyarakat dengan cara mengadakan sosialisasi


kemasyarakatan tentang masalah perkawinan dan keluarga sakinah melalui
seminar-seminar, ceramah-ceramah, pengajian-pengajian dan majelis talim.
Materi yang biasa disampaikan adalah:
a. Pertama Diawali dengan Pemilihan Calon Pasangan bagi Para Pemuda
dan Pemudi yang Belum Berkeluarga
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menyinggung dalam hadits:

Artinya: Dari Abi Hurairah, dari Nabi Maman SAW, bersabda Nikahilah
perempuan karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya dan karena agamanya. Oleh karena itu, dapatilah
perempuan yang mempunyai agama, (karena jika tidak) binasalah dua
tanganmu.11(Muttafaq alaihi)

Boleh seseorang menikah karena harta, turunan, kecantikan, kepandaian dan


lain-lain, tetapi tidak berguna kesemuanya itu jika tidak menjalankan agama.
Begitu juga bagi wanita yang ingin menikah dengan seorang laki-laki, harus
melihat empat perkara tersebut.
b. Ketika dalam Berumah Tangga

11

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram. Penerjemah A. Hassan, cet.XXIII, (Bandung:


CV Diponegoro, 1999), h. 432.

82

Setiap pasangan yang sudah berumah tangga, apalagi sudah


mempunyai keturunan harus diterapkan sikap saling menghargai, saling
mengasihi, saling pengertian, saling toleransi, saling mencintai, dan lain
sebagainya. Karena hal tersebut dapat menunjang suasana keluarga yang
tentram dan damai yang akan berujung pada keluarga sakinah, mawaddah, wa
rahmah.
2. Mengadakan praktek konsultasi hukum, penasehatan perkawinan dan keluarga
bagi pasangan suami istri yang sedang dalam konflik rumah tangga.
Strategi lain yang dapat dilakukan dalam pembentukan keluarga sakinah
adalah dengan menyarankan para pasangan suami istri untuk mengikuti ProgramProgram Pembinaan Keluarga Sakinah yang diadakan oleh pemerintah, khususnya
dari BP4 Pusat yang dapat diikuti oleh BP4 Kantor Urusan Agama (KUA) masingmasing.
Program Pembinaan Keluarga Sakinah adalah sebagai Gerakan Nasional yang
merupakan bagian dari upaya meletakkan dasar kerangka dan agenda reformasi
pembangunan sosial budaya dalam usaha mewujudkan masyarakat bermoral
tinggi, penuh keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.
Dengan pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah diharapkan tatanan kehidupan
keluarga dan masyarakat dapat berjalan optimal sehingga nilai-nilai keimanan,
ketaqwaan, dan akhlak mulia dapat tertanam dalam kehidupan keluarga
masyarakat. Dengan mengembangkan aspek keluhuran akhlak dan moral
masyarakat Indonesia tidak akan terseret pada pola pikir materialisme dan lebih

83

menghargai kebenaran, kebaikan dan keadilan. Tingkat kemiskinan masyarakat


dapat kita tekan melalui penguatan institusi keluarga dan masyarakat, sehingga
mobilisasi sumber daya masyarakat dapat ditingkatkan dan masyarakat mampu
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Ketahanan keluarga akan terus meningkat
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh negatif budaya asing yang merusak tatanan
kehidupan berumah tangga.
Strategi Pembentukan Keluarga Sakinah BP4 KUA Tanah Abang ini terbantu
juga dengan adanya Program Gerakan Keluarga Sakinah.12 Adapun Program
Gerakan Keluarga Sakinah antara lain sebagai berikut:
1) Pendidikan Agama dalam Keluarga
Program ini pada prinsipnya dilakukan oleh ayah dan ibu. Tujuannya adalah
untuk menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia dalam
kehidupan keluarga dan lingkungannya dalam hal orang tua karena sesuatu hal
tidak mampu melaksanakan tugas tersebut, maka program penyelenggraraan
bimbingan agama secara terpadu untuk kelompok para ayah dan ibu agar
mampu melaksanakan tugas bimbingan agama dalam keluarganya. Apabila
masih ada sebagian orang tua yang karena sesuatu hal tidak mampu
melaksanakan pola tersebut, program menyediakan tenaga pembimbing yang
datang kerumah-rumah. Untuk menunjang kelancaran kegiatan tersebut perlu
disiapkan sarana dan prasarananya termasuk modul, pedoman, pelatihanpelatihan dan penyediaan tenaga pembimbing keluarga.
12

Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.

84

2) Pendidikan Agama di Masyarakat


Program ini pada prinsipnya mengupayakan peningkatan penanaman,
pengamalan, dan penghayatan masyarakat terhadap nilai-nilai keimanan,
ketaqwaan, dan akhlak mulia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Program ini dilaksanakan melalui peningkatan bimbingan
keagamaan di masyarakat melalui kelompok keluarga sakinah, kelompok
pengajian, kelompok majelis taklim, kelompok wirid dan kelompok kegiatan
keagamaan lainnya.
3) Peningkatan Pendidikan Agama Melalui Lembaga Pendidikan Formal
Program ini dilaksanakan melalui upaya peningkatan pendidikan formal di
lembaga pendidikan agama, pendidikan umum dan kejuruan mulai dari
tingkat pra sekolah sampai perguruan tinggi. Materi pendidikan difokuskan
pada penanaman, pengamalan, dan penghayatan nilai-nilai keimanan,
ketaqwaan, dan akhlak mulia dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
sekolah dan lingkungannya.
4) Kursus Calon Pengantin
Kursus calon pengantin mutlak diperlukan dengan memanfaatkan masa
tunggu 10 hari sebelum pelaksanaan perkawinan. Program ini dilaksanakan
untuk memberikan bekal kepada calon pengantin tentang pengetahuannya
berkeluarga dan reproduksi sehat agar supaya calon pengantin memiliki
kesiapan pengetahuan, fisik dan mental dalam memasuki jenjang perkawinan

85

untuk membentuk keluarga sakinah, sehingga angka perselisihan dan


perceraian dapat ditekan.
5) Peningkatan Kegiatan Konseling Keluarga
Perselisihan keluarga sulit diselesaikan dalam intern keluarga karena sama
sulitnya dengan bersikap netral terhad apa persoalan yang dihadapi oleh pihak
suami maupun pihak istri, untuk itu maka diperlukan pihak ketiga yang netral,
yaitu konselor. Untuk kegiatan konseling ini telah dilaksanakan oleh para
konselor Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4),
tetapi pelaksanaannya masih perlu terus ditingkatkan dengan meningkatkan
kemampuan dan profesional para konselor dan mendapatkan pelayanan
konseling dengan meningkatkan peran BP4 desa atau kelurahan dan
kecamatan.
6) Pembinaan Remaja Usia Nikah
Pembinaan remaja usia nikah diarahkan untuk memantapkan benteng
keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia agar para remaja memiliki sikap
kesalehan, mengetahui tentang reproduksi sehat, sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh pergaulan bebas, hubungan seks sebelum menikah,
perkelahian pelajar, penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajar, kriminalitas,
dan sebagainya. Pelaksanaan kegiatan dilakukan bekerjasama dengan
organisasi siswa, organisasi remaja dan pemuda, remaja masjid, dan
organisasi remaja yang berlatar belakang agama lainnya. Kegiatan tersebut

86

dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, ceramah, diskusi, pesantren kilat dan


lain sebagainya.
7) Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
Program ini dilaksanakan melalui peningkatan kegiatan ekonomi kerakyatan
seperti koperasi masjid, kelompok usaha produksi keluarga sakinah, koperasi
majelis taklim, dan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga lainnya. Untuk
memacu usaha ini, perlu dikaitkan dengan pemberdayaan zakat, infaq, dan
shadakah.
8) Pembinaan Gizi Keluarga
Program ini dilaksanakan dengan memberikan motivasi dan bimbingan
kepada keluarga dan masyarakat melalui pendekatan agama agar masyarakat
mementingkan gizi yang baik bagi remaja putri, calon pengantin, ibu hamil,
bayi dan balita. Untuk calon pengantin difokuskan pada kesehatan ibu dan
anak, imunisasi, pengetahuan tentang pentingnya iodium dan perlunya
mengkonsumsi tablet zat besi.
9) Pembinaan Kesehatan Keluarga
Program ini dilaksanakan dengan motivasi dan bimbingan kepada keluarga
dan masyarakat melalui pendekatan agama, agar masyarakat memperhatikan
kesehatan ibu, bayi, anak balita dan lingkungannya. Untuk melaksanakan
program tersebut kegiatan difokuskan pada imunisasi catin, bayi, dan ibu
hamil, penanggulangan diare dan kesehatan keluarga pada umumnya serta
reproduksi sehat pada khususnya.

87

10) Sanitasi Lingkungan


Program ini dilaksanakan dengan memberikan motivasi, bimbingan bantuan
untuk penyediaan air bersih, jambanisasi dan sanitasi lingkungan di masjid,
mushalla, kantor, tempat umum, dan dalam keluarga.
11) Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS
Penanggulangan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dilaksanakan
dengan melalui pendekatan moral keagamaan, bukan melalui kondomisasi.
Bimbingan kehidupan keagamaan diberikan kepada orang yang sudah terkena
HIV/AIDS agar berperilaku yang positif, dan Khusnul khatimah. Bimbingan
keagamaan diberikan kepada kelompok masyarakat yang karena perilaku dan
pekerjaannya beresiko terkena penyakit menular seksual dan tertular
HIV/AIDS agar segera sadar dan memperbaiki dirinya menuju ke perbuatan
dan pekerjaan yang lebih aman. Bimbingan dan motivasi keagamaan
diberikan kepada masyarakat yang masih bersih dari pengaruh PMS dan
AIDS agar mengetahui bahaya penyebaran PMS dan HIV/AIDS serta upaya
penanggulangannya.
12) Pembinaan Pangan Halal
Masalah pangan halal akan menjadi masalah besar tatkala masyarakat
meragukan kehalalan suatu produk makanan dan minuman yang dinyatakan
halal oleh produsen maupun importirnya, seperti kasus lemak babi beberapa
waktu yang lalu. Untuk memastikan kehalalan produk tersebut Departemen
Agama memiliki tugas untuk mengatur teknik pemeriksaannya. Kehalalan

88

suatu produk pangan bukan hanya masalah tanggung jawab kemasyarakatan


tetapi juga tanggung jawab keagamaan kepada Allah SWT. Oleh sebab itu,
perlu dilaksanakan secara baik dan bertanggung jawab. Untuk kegiatan
tersebut Departemen Agama (Depag), Departemen Kesehatan (Depkes), dan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk Tim Terpadu untuk pemeriksaan
dan labelisasi pangan halal.
13) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring kegiatan dilakukan secara berjenjang melalui laporan hasil
pelaksanaan kegiatan secara berjenjang dari tingkat kelurahan, kecamatan,
Dati II, Dati I sampai dengan tingkat pusat setiap 4 (empat) bulan sekali.
Evaluasi kegiatan dilakukan melalui review tengah tahunan dan akhir tahunan
pada masing-masing tingkat administratif pemerintah tersebut.
14) Pengendalian
Pengendalian program dilakukan melalui pengawasan melekat, pengawasan
fungsional, dan pengawasan masyarakat.
Ada pula strategi lain yang perlu ditempuh guna mewujudkan cita-cita ke arah
tercapainya cita-cita keluarga sakinah. Upaya tersebut antara lain:13
(1) Mewujudkan Harmonisasi Hubungan Antara Suami Istri, di antaranya
dengan:
(a) Adanya saling pengertian;

13

Departemen Agama RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2005), h. 25.

89

(b) Saling menerima kenyataan;


(c) Saling melakukan penyesuaian diri;
(d) Memupuk rasa cinta;
(e) Melaksanakan asas musyawarah;
(f) Suka memaafkan;
(g) Berperan serta untuk kemajuan bersama.
(2) Membina Hubungan Antara Anggota Keluarga dan Lingkungan
(a) Hubungan antara anggota keluarga;
(b) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
(3) Melaksanakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
(a) Keluarga Berencana (KB);
(b) Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK);
(c) Imunisasi dan manfaatnya.
(4) Membina Kehidupan Beragama dalam Rumah Tangga
(a) Melaksanakan shalat lima waktu dan membiasakan shalat berjamaah
dalam keluarga atau mengajak keluarga mengikuti shalat berjamaah di
masjid;
(b) Membiasakan berzikir (mengingat) dan berdoa kepada Allah SWT
dalam keadaan suka dan duka;
(c) Membudayakan ucapan atau kalimat thayyibah, seperti takbir, tahmid,
tahlil dan lain sebagainya;
(d) Membiasakan mengucapkan salam dan menjawabnya;

90

(e) Menjawab seruan adzan, baik yang terdengar dari masjid maupun dari
radio dan televisi;
(f) Secara tetap menyisihkan sebagian dari harta untuk kepentingan Islam
(infaq, shadaqah, dan lain-lainnya);
(g) Jika terjadi perselisihan antara suami istri atau anggota keluarga,
segeralah mengambil air wudhu dan beribadah (shalat atau membaca
al-Quran);
(h) Menghiasi rumah dengan hiasan yang bernafaskan Islam;
(i) Berpakaian yang sopan sesuai dengan ketentuan Islam;
(j) Membaca doa sebelum melakukan hubungan suami istri.
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat yang Dihadapi BP4 KUA Tanah
Abang Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BP4 dipastikan menemui faktorfaktor pendukung dan juga beberapa faktor penghambat (kendala atau hambatan).
Di antara faktor-faktor pendukung yaitu:14
1. Besarnya harapan dan dukungan masyarakat terhadap pembentukan keluarga
sakinah;
2. Kuatnya dukungan dari instansi pemerintah terhadap lembaga BP4 dalam
mewujudkan institusi keluarga yang bahagia kekal berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa sesuai dengan tujuan perkawinan sebagaimana tercantum

14

Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.

91

dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan dalam


Kompilasi Hukum Islam (KHI);
3. Dukungan para pakar terhadap upaya penasehatan perkawinan dan pembinaan
keluarga;
4. Terbukanya hubungan kerjasama yang sinergis, dengan berbagai organisasi
atau lembaga kemasyarakatan yang memiliki visi, misi dan tujuan yang sama;
5. Tingginya partisipasi dari instansi atau lembaga lintas sektoral dan ormasormas Islam;
6. Dasar hukum, peraturan perundang-undangan yang mendukung organisasi
BP4;
7. Dukungan kuat dari Departemen Agama sebagai mitra kerja BP4 dan instansi
terkait dari tingkat pusat sampai tingkat kecamatan;
8. Ketersediaan tenaga ahli di bidangnya untuk mendukung tugas dan fungsi
BP4 di pusat maupun di daerah;
9. Perhatian dan dukungan yang besar dari pemerintah dan masyarakat akan
terwujudnya keluarga yang sehat sejahtera lahir dan batin, yang diliputi
suasana sakinah mawaddah wa rahmah;
10. Kesediaan masyarakat untuk meniru dan meneladani sikap dan tingkah laku
ibu-ibu teladan yang dipilih melalui Pemilihan Ibu Teladan;
11. Adanya sarana dan prasarana yang mendukung untuk memberikan
penasehatan bagi calon pengantin.

92

Adapun kasus yang penulis temukan dalam penelitian di BP4 KUA


Kecamatan Tanah Abang, sebagaimana dikatakan oleh Bapak Drs. Maman Taofik
Rahman, di antaranya dapat di golongkan menjadi tiga golongan, yaitu:15
Golongan pertama, yaitu golongan pasangan suami istri yang pemahaman
agamanya lemah, karena salah satu untuk mewujudkan keluarga yang sakinah itu
tingkat pemahaman agama suami istri itu harus matang. Karena istri yang taat
beragama itu istri yang shalihah, akan mendatangkan kebaikan pada suaminya.
Sebaliknya, bila seorang wanita yang lemah agamanya, maka akan mendatangkan
keburukan dalam rumah tangganya.
Golongan kedua, yaitu golongan pasangan suami istri yang tingkat
ekonominya lemah. Mereka belum mampu untuk memenuhi kewajiban atau
tanggung jawabnya, sehingga menjalani kehidupan rumah tangganya sering terjadi
perselisihan di antara keduanya. Hal lainnya juga disebabkan oleh sangat
rendahnya tingkat pendidikan mereka, di mana mereka juga belum begitu
memahami tentang arti dan tujuan daripada perkawinan, persiapan yang belum
mapan, sehingga bisa menimbulkan perselisihan.
Golongan ketiga, golongan pasangan suami istri yang tingkat ekonominya
menegah ke atas. Mereka pada dasarnya mampu untuk memenuhi kewajiban atau
tanggung jawabnya, akan tetapi sifat egois atau rasa ingin menang sendiri dari
masing-masing pribadi pasangan suami istri yang menyebabkan terjadinya konflik
atau perselisihan di antara keduanya. Selain itu, kasus atau permasalahan yang
15

Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.

93

terjadi dalam golongan ini juga disebabkan oleh perkawinan beda agama yang
karena berbeda keyakinan dan prinsip dalam hidup maka akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya perselisihan dan konflik sehingga menimbulkan kurang
harmonisnya dalam kehidupan berumah tangga.
Di samping tiga golongan di atas ada pula beberapa faktor penghambat
(hambatan atau kendala) lainnya, di antaranya yaitu:16
1. Posisi atau status BP4 terkait dengan bantuan APBN dan APBD belum jelas;
2. Belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi BP4 karena masih lemahnya
SDM serta terbatasnya sarana dan prasarana pendukung;
3. Kemampuan menejerial pengurus BP4 yang belum memadai;
4. Perkembangan globalisasi serta meningkatnya pengaruh teknologi informasi
yang membawa dampak bagi kehidupan masyarakat dan keluarga seperti
meluasnya gaya hidup hedonistik, materialistik, dan konsumerisme yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama;
5. Makin meningkatnya keluarga bermasalah yang memerlukan bantuan
konseling;
6. Faktor SDM tentang pemahaman keagamaan yang harus selalu ditingkatkan;
7. Adanya faktor psikologi klien BP4 Kecamatan Tanah Abang secara umum
yang kurang mampu mengendalikan ego masing-masing;
8. Minimnya dukungan dari pemerintah daerah maupun pusat tentang pendanaan
untuk operasional BP4;
16

Wawancara Pribadi dengan Drs. Maman Taofik Rahman. Jakarta, 22 Juni 2011.

94

9. Masih adanya sebagian dari masyarakat di wilayah Kecamatan Tanah Abang


Jakarta Pusat yang kurang dapat memahami dan mengerti akan fungsi dan
peranan dari BP4 itu yang sebenarnya, sehingga sangatlah sedikit serta
kurangnya masyarakat untuk menggunakan jasa BP4 di wilayah Kecamatan
Tanah Abang Jakarta Pusat secara semaksimal mungkin, karena masih
menganggap BP4 itu sangatlah identik dengan KUA.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran BP4 KUA Tanah Abang dalam membentuk keluarga sakinah di
antaranya adalah: BP4 KUA Tanah Abang sudah mengadakan pembinaan dan
pemupukan sebuah lokasi atau kelurahan untuk dijadikan kelurahan
percontohan bagi keluarga sakinah, mengadakan perlombaan keluarga sakinah
I, II, dan III, berperan dalam mempertinggi dan meningkatkan mutu
perkawinan serta keluarga bahagia sejahtera, memberikan nasehat penerangan
dalam tuntunan kepada yang berkepentingan mengenai masalah-masalah
Nikah, Talak dan Rujuk (NTR), mengadakan upaya-upaya yang dapat
memperkecil perceraian, dan memberikan bantuan moril kepada masyarakat
dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan perkawinan dan kerumah tanggaan
secara umum. Adapun kontribusinya adalah: menjalankan program pra nikah.
BP4 melakukan atau mengadakan penataran atau lebih kita kenal dengan
istilah SUSCATEN (Kursus Calon Pengantin) yang di khususkan bagi para
calon pengantin yang hendak melangsungkan pernikahan dan ini wajib diikuti
oleh mereka. Materi yang disampaikan terdiri dari: Undang-Undang RI
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, fiqih munakahat, fiqih ibadah dan

95

96

muammalat, program Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan, Pembinaan


dan pendidikan keluarga sakinah, dan lain sebagainya yang berkaitan dan
dianggap perlu.
2. Strategi pembentukan keluarga sakinah yang dilakukan oleh BP4 KUA Tanah
Abang antara lain: Pertama; Terjun langsung di masyarakat dengan cara
mengadakan sosialisasi kemasyarakatan tentang masalah perkawinan dan
keluarga sakinah melalui seminar-seminar, ceramah-ceramah, pengajianpengajian dan majelis talim, Kedua; Mengadakan praktek konsultasi hukum,
penasehatan perkawinan dan keluarga bagi pasangan suami istri yang sedang
dalam konflik rumah tangga. Strategi pembentukan keluarga sakinah BP4
KUA Tanah Abang ini terbantu juga dengan adanya Program Gerakan
Keluarga Sakinah, di antaranya yaitu: pendidikan agama dalam keluarga,
pendidikan agama di masyarakat, peningkatan pendidikan agama melalui
lembaga pendidikan formal, kursus calon pengantin, peningkatan kegiatan
konseling keluarga, pembinaan remaja usia nikah, pemberdayaan ekonomi
keluarga, pembinaan gizi keluarga, pembinaan kesehatan keluarga, sanitasi
lingkungan, penanggulangan penyakit menular seksual (pms) dan hiv/aids,
pembinaan pangan halal, monitoring dan evaluasi, serta yang terahir adalah
pengendalian.
3. Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan di BP4 KUA Tanah Abang,
bahwa faktor pendukung dalam melaksanakan tugas dan perannya adalah

97

sebagai berikut: ditunjangnya sarana dan prasarana yang mendukung untuk


memberikan bimbingan dan penasehatan, tersedianya SDM dari BP4 itu
sendiri yang mempunyai kapabilitas keilmuan yang mumpuni, dan yang
paling utama adalah adanya partisipasi serta kemauan masyarakat itu sendiri.
Adapun yang menjadi faktor penghambat BP4 KUA Tanah Abang dalam
melaksanakan tugas dan perannya, di antaranya adalah: kurangnya dukungan
dari pemerintah daerah maupun pusat tentang pendanaan untuk operasional
penyuluhan, faktor psikologi klien BP4 KUA Tanah Abang yang secara
umum kurang mampu mengendalikan ego masing-masing, perkembangan
globalisasi serta meningkatnya pengaruh teknologi informasi yang membawa
dampak bagi kehidupan masyarakat dan keluarga seperti meluasnya gaya
hidup hedonistik, materialistik, dan konsumerisme yang bertentangan dengan
nilai-nilai agama.
B. Saran
1. Saran Untuk BP4 KUA Kecamatan Tanah Abang:
a. BP4 Kecamatan Tanah Abang harus mempunyai pendekatan pro aktif kepada
masyarakat daripada bersifat reaktif. Artinya, BP4 KUA Kecamatan Tanah
Abang berusaha mencari dan mengamati kasus yang terjadi di masyarakat,
kemudian mengadakan kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung
sifatnya merawat perkawinan dan keluarga. Jadi, berusaha untuk tidak selalu

98

menunggu datangnya masalah serta harus mempunyai program yang sifatnya


mendahulukan pembinaan dengan pendekatan pro aktif;
b. BP4 Kecamatan Tanah Abang diharapkan mampu berperan aktif dengan
melaksanakan secara optimal kegiatan-kegiatan yang sudah diagendakan dan
harus lebih mengintensifkan agenda-agenda yang sudah ditetapkan tersebut,
khususnya penyuluhan kepada masyarakat terutama tentang masalah
perkawinan,

tujuannya

adalah

untuk

memberikan

informasi

kepada

masyarakat akan kesakralan ikatan sebuah perkawinan dan juga memberikan


informasi tentang fungsi dan tugas BP4 yang sebenarnya, agar mereka tidak
lagi menjadikan BP4 hanya sebagai emergency/unit gawat darurat menuju
perceraian;
c. Melihat kondisi SDM, khususnya di kantor BP4 Kecamatan Tanah Abang
Jakarta Pusat, perlu diadakan pembekalan yang lebih dalam dan diadakan
penambahan SDM yang lebih profesional, sehingga dapat terlaksana semua
program yang sudah direncanakan;
d. Pemasyarakatan BP4 agar terus ditingkatkan melalui media cetak dan
elektronik (internet) sehingga masyarakat mengenal fungsi dan tugas BP4;
e. Agar penyelenggaraan dan keikutsertaan SUSCATEN bagi setiap pasang
calon pengantin diwajibkan, serta dijadikan sebagai salah satu syarat dalam
pengajuan proses pernikahan;

99

f. Perlu adanya peningkatan kerjasama antara pihak BP4 Kecamatan Tanah


Abang dengan Pengadilan Agama setempat, dalam hal ini yakni Pengadilan
Agama Jakarta Pusat.
2. Saran Untuk Pasangan Suami-Istri yang Mendatangi BP4 KUA Kecamatan
Tanah Abang dan Masyarakat pada Umumnya:
a. Jangan pernah merasa malu untuk datang berkonsultasi guna memperoleh
nasehat dari para konsultan perkawinan sebagai upaya pencarian jalan keluar
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam sebuah
kehidupan rumah tangga;
b. Penulis juga menyarankan kepada pemuda dan pemudi agar sering membaca
buku-buku atau mengikuti seminar-seminar yang berkenaan dengan
pernikahan dan keluarga sakinah, agar berhati-hati dan waspada dalam
memilih pasangan hidup yang benar-benar untuk kemaslahatan diri dan
keluarga untuk masa yang akan datang;
c. Masalah pernikahan dan keluarga sakinah penulis menyarankan supaya
disosialisasikan dari khatib jumat, buku-buku fiqh, dan masalah tersebut juga
semestinya disosialisasikan di kurikulum Tsanawiyah dan Aliyah.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ahmad Sudirman. Pengantar Pernikahan; Analisa Perbandingan antar


Madzhab, cet.I. Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006.
Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia, cet.I. Jakarta: Sinar Grafika,
2006.
Amidhan, dkk. BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: BP4 Pusat, 1977.
Anwar, Slamet dan Gozali, Ahmad. Kepimimpinan Kepala Kantor Urusan Agama
Kecamatan Yang Efektif (Modul Diklat Peningkatan Kualitas Kepimimpinan
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan. Jakarta: Departemen Agama RI
Badan Litbang Dan Diklat Pusdiklat Tenaga Administrasi, 2006.
Asad, Abdul Muhaimin. Risalah Nikah Penuntun Perkawinan. Surabaya: Bintang
Terang 99, 1993.
Asqalani, Ibnu Hajar al-. Bulughul Maram. Penerjemah A. Hassan, cet.XXIII.
Bandung: CV Diponegoro, 1999.
Aziz, Abdul bin Abdurrahman. Perkawinan dan Masalahnya. Penerjemah Musifin
Asad, dkk, cet.II. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993.
Aziz, Abdul. Perkawinan yang Harmonis, cet.III. Jakarta: CV Firdaus, 1993.
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) DKI Jakarta.
Membina keluarga sakinah. Jakarta: BP4 DKI Jakarta, 2001.
--------------, Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: Badan Penasihatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2009.
--------------, Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: Badan Penasihatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2010.
Basri, Hasan. Membina Keluarga Sakinah, cet.IV. Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
Badan Penasihat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4) Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Pedoman Nasihat Perkawinan. Jakarta: Badan Penasihat
Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4) Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, 1996.
100

101

BP4 Pusat. Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan


Pelestarian Perkawinan (BP4) Kesebelas. Jakarta: BP4 Pusat, 1998.
--------------, Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) ke XIV. Jakarta: BP4 Pusat, 2009.
--------------, Perkawinan dan Keluarga; Muhasabah dibalik Musibah, edisi
457/xxxviii/2010. Jakarta: BP4 Pusat, 2010.
--------------, Petunjuk Pelaksanaan Penasihatan
Jakarta: BP4 Pusat, 1987.

dan Konsultasi Perkawinan.

--------------, Problema Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan dan Pembinaan


Keluarga. Jakarta: BP4 Pusat, 1977.
--------------, Perkawinan & Keluarga. Menuju Nomor Satu Keluarga Sakinah
Teladan dan KUA Percontohan 2008, majalah no.431/xxxvi/2008. Jakarta:
BP4 Pusat, (2008): h.10.
--------------, Pedoman Penasehatan Perkawinan. Jakarta: BP4 Pusat, 1985.
Danuri. pertambahan penduduk dan kehidupan keluarga. Yogyakarta: LPPK IKIP,
1976.
Departemen Agama RI. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Jakarta: Departemen
Agama RI, 2004.
--------------, Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: Departemen Agama RI Ditjen
Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam,
2005.
--------------, Modul Fasilitator Kursus Calon Pengantin. Jakarta: Departemen Agama
RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan
Kehidupan Keluarga Sakinah. 2002.
--------------, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah (Untuk Pelatihan Pembina
Kelompok Keluarga Sakinah). Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek
Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001.

102

--------------, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah. Jakarta: Departemen Agama RI


Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji
Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2000.
--------------, Modul TOT Kursus Calon Pengantin. Jakarta: Departemen Agama RI
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan
Keluarga Sakinah, 2001.
--------------, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah. Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelengaraan Haji
Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001.
--------------, Pegangan Calon Pengantin. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek
Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2001.
--------------, Pembinaan Keluarga Pra Sakinah dan Sakinah I. Jakarta: Departemen
Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah
Jakarta, 2001.
--------------, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Geraakan Keluarga Sakinah.
Bandung: Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat Bidang
Urusan Agama Islam, 2001.
--------------, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah. Jakarta:
Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji
Direktorat Urusan Agama Islam, 2005.
--------------, Tanya Jawab Seputar Kepenghuluan. Jakarta: Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
2003.
--------------, Tuntunan Keluarga Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah Seri Kesehatan.
Jakarta: Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji
Direktorat Urusan Agama Islam, 2005.
--------------, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta Kompilasi Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004.

103

--------------, Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam, edisi 2004. Jakarta:


Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, 2004.
--------------, Ilmu Fiqih, Jilid II, cet.II. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984/1985.
--------------, al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: CV. Indah Press, 1995.
Departemen Agama Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama
Islam. Himpunan Peraturan Perundang- undangan Produk Halal. Bandung:
Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, 2003.
Djaelani, Abdul Qadir. Keluarga Sakinah, cet.I. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995.
Djalil, A. Basiq. Tebaran Pemikiran Keislaman di Tanah Gayo. Jakarta: Qalbun
Salim, t.t.
Faiz, Ahmad. Cita Keluarga Islam Pendekatan Tafsir Tematik, cet.II. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2002.
Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat, cet.III. Jakarta: Prenada Media Group,
2008.
Glasse, Cyril. Ensiklopedia Islam. Penerjemah Ghuron A. Masadi, cet.II. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1991.
Hadisubroto, Ahmad Subino. dkk. Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993.
Hakal, Abduttawab. Rahasia perkawinan Rasulullah SAW, Poligami Dalam Islam vs
Monogami Barat, cet.I. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993.
Hawari, Dadang. Forbidden Love (Cinta Terlarang). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2005.
Ilyas, Hj. Ny. Nurdin. Pernikahan yang Suci Berlandaskan Tuntutan Agama, cet.I.
Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2000.
Ismail, Thoriq. Mata Kuliah Menjelang Pernikahan. Surabaya: Pustaka Progressif,
1994.

104

Junaedi, Dedi. Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut alQuran dan as-Sunnah, edisi pertama. Jakarta: Akademika Pressindo, 2002.
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tanah Abang. Laporan Kerja Tahunan.
Jakarta: KUA Tanah Abang, 2009.
--------------, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta
Pusat. Jakarta: KUA Tanah Abang, 2006.
Kartubi, Mashuri. Baiti Jannati Memasuki Pintu-pintu Surga dalam Rumah Tangga.
Jakarta: Yayasan Fajar Islam Indonesia, 2007.
Mubarok, Achmad. Nasehat Perkawinan dan Konsep Hidup Berkeluarga. Jakarta:
Jatibangsa, 2006.
Muchtar, Kamal. Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan
Bintang, t.th.
Muthahhari, Murtadha. Etika Seksual dalam Islam. Penerjemah M. Hashem, cet.V.
Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996.
Narboko, Cholid dan Achmadi, Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Pustaka,
1997.
Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, cet.III. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998.
Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1986.
Sopyan, Yayan. Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
Jakarta: Fakutas Syariah dan Hukum, 2009.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya, 2006.
Summa, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Lampiran III.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

105

Sutarmadi, Achmad dan Mesraini. Administrasi Pernikahan dan Manajemen


Keluarga. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2006.
Sutarmadi, Achmad. Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020.
BP4 Bekerjasama Dengan BKM Provinsi Jawa Timur, 1997.
Thalib, Sayuti. Hukum Keluarga Indonesia, cet.V. Jakarta: Universitas Indonesia,
1986.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, cet.I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1988.
--------------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.I. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka, 2002.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Surabaya: Arkola, t.th.

Wawancara Pribadi
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fatemi. Jakarta. 29 Juli 2011.
Wawancara Pribadi dengan Hj. Maspuah. Jakarta. 23 Juli 2011.
Wawancara Pribadi dengan Maman Taofik Rahman. Jakarta. 22 Juni 2011.
Wawancara Pribadi dengan Sri Rahayu. Jakarta. 01 Agustus 2011.

Sumber Hukum Tertulis


Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) XI.
Hasil Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) ke XIV.

106

Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor:
D/7/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah.
Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 1b.3/1/1/1966 tanggal 12 Agustus 1966
Tentang Pembentukan Kota Administrasi Kecamatan dan Kelurahan dalam
Wilayah DKI Jakarta.
Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 517 Tahun 2001 Tentang Penataan
Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.
Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 373 Tahun 2002 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi dan Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya.
Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 85 tahun 1961 Tentang Penetapan
BP4.
Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Putusan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pernikahan.

Situs Internet
Artikel diakses pada 23 April 2011 dari http//www.antaranews.com//mencarikeluarga-sakinah-di-tengah-maraknya-perceraian.
Artikel

diakses
pada
23
April
2011
dari
http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/peran-bp4-dalam-menurunkanangka-perceraian/.

Artikel diakses pada 6 Juli 2011 dari http://rifka-annisa.or.id/go/revitalisasi-peranbp4/.


Artikel

diakses
pada
Rabu,
6
Juli
2011
dari
http://kawanlama95.wordpress.com/2009/08/31/daftar-alamat-kua-jakarta/.

107

Sururudin. Peranan BP4 dalam Menurunkan Angka Perceraian. Artikel diakses


pada 6 Juli 2011 dari http://sururudin.wordpress.com/2010/09/19/perananbp4-dalam-menurunkan-angka-perceraian/.
Taufik, Sejak Dulu BP4 sudah Menangani Perselisihan Rumah Tangga. Artikel
diakses pada 6 Juli 2011 dari http://kua-terentang.blogspot.com/2010/06/kmamendukung-bp4-menjadi-lembaga.html.
Wordpress. Konsep Membina Keluarga Sakinah. Artikel diakses pada 23 April
2011
dari
http://ridoens.wordpress.com/2009/08/13/konsep-membinakeluarga-sakinah/.
Wordpress.
Artikel
diakses
pada
23
April
http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/keluarga.pdf.

2011

dari

Вам также может понравиться