Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui anemia merupakan penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih
rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia pada umumnya terjadi
di seluruh dunia, terutama di Negara berkembang (Developing countries) dan
pada kelompok sosio-ekonomi rendah (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2008).
Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
di samping masalah-masalah gizi yang lainnya, yaitu: kurang kalori protein,
defisiensi vitamin A, dan gondok endemik (Arisman, 2007). Anemia pada
wanita masa nifas (pasca persalinan) juga umum terjadi, sekitar 10% dan 22%
terjadi pada wanita post partum dari keluarga miskin (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2008). Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat
besi, asam folat, dan / atau vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada
asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk), dan
kecacingan yang masih tinggi (Arisman, 2007).
Penyebab anemia gizi besi, selain karena adanya pantangan terhadap
makanan hewani faktor ekonomi merupakan penyebab pola konsumsi
masyarakat kurang baik, tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk
hewani dalam sekali makan. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat
besi yang tinggi absorbsinya (Waryana, 2010). Data Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil
di Indonesia adalah 70% mengalami anemia sedangkan di Sumatera Barat
jumlah ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 69% (Dinkes Sumbar,
2008). Dari hasil laporan Dinas Kesehatan Pasaman Barat tahun 2008 kejadian
anemia pada ibu hamil adalah 19,7%, tahun 2009 sebanyak 12,5% dan tahun
2010 sebanyak 9,2%. Ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah kerja
UPTDK 3 Puskesmas Desa Baru tahun 2008 sebanyak 28,5%, tahun 2009
sebanyak 24,3% dan tahun 2010 sebanyak 21,1%.
Sebagian besar anemia di Indonesia selama ini dinyatakan sebagai akibat
kekurangan besi dan perhatian yang kurang terdapat ibu hamil merupakan
perdisposis anemia divisiensi di Indonesia (Saifuddin, 2006 : 281).
Tablet besi sangat diperlukan pada ibu hamil untuk pembentukan
hemoglobin,
sehingga
pemerintah
Indonesia
mengatasinya
dengan
mengadakan pemberian suplemen besi untuk ibu hamil mulai tahun 1974,
namun hasilnya belum memuaskan (Depkes, 2003). Karena Anemia gizi besi
merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok umur dengan prevalensi
paling tinggi pada ibu hamil (70%), dan pekerja yang berpenghasilan rendah
(40%). Sedangkan prevalensi pada anak sekolah sekitar 30% serta pada balita
sekitar 40% (Supariasa, 2002).
Berdasarkan data Rekam Medik RSUD Prof. Margono Soekarjo diperoleh
data mengenai jumlah kasus anemia pada tahun 2008 sebanyak 186 kasus,
2009 sebanyak 320 kasus, 2010 sebanyak 533 kasus dan 2011 sebanyak 467
kasus. Untuk tahun 2012 sejak bulan Januari sampai dengan Mei sebanyak
132 kasus.
Berdasarkan data tersebut diatas, saya tertarik untuk mempelajari lebih
lanjut tentang asuhan keperawatan pasien dengan anemia.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapat pengatahuan dan perjalanan penyakit tentang gangguan system
kardivaskuler pada pasien dengan anemia di ruang Cendana RSUD Prof.
dr. Margono Soekarjo Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan gangguan
system kardiovaskuler pada pasien anemia.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan gangguan
system kardiovaskuler pada pasien anemia.
mampu
melakukan tindakan/implementasi
keperawatan
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan Asuhan Keperawatan
yang tepat pada pasien anemia.
2. Manfaat Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai acuan ataupun referensi dalam pembelajaaran di
kampus.
BAB II
KONSEP TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Anemia
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat
(Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1680). Anemia adalah berkurangnya
hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan volume
packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price.
2006). Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel
darah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
(gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia tidak
merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses
patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan
Medical Bedah Brunner dan Suddarth ; 935).
2. Etiologi
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan dengan perdarahan atau yang menahun seperti
pada penyakit cacingan.
b. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Factor Intrasel
3. Manifestasi Klinis
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan
timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingakat aktivitasnya,
keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum
gejala anemia adalah :
a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositopenia, pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin,
palpitasi, kulit pucat.
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang
buruk (bayi).
e. Sakit kepala, pusing, kunang kunang, peka rangsang.
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyababkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal, 1 mg/dl,
kadar diatas 1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik)
maka
hemoglobin
akan
muncul
dalam
plasma
dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki
cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita
anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak
darah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik
yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas.
Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1 7 ml dari
saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Pada remaja puteri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena
menstruasi.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang.
Gangguan berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia
dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga system hemotopoetik
(eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).
Aplasia
yang
eritroblastopenia
hanya
(anemia
mengenai
hipoplastik)
system
yang
eritropoetik
disebut
mengenai
system
5. Pathway
Perdrahan
massif
Kehilangan
banyak darah
Eritrosit
premature
Defisiensi besi,
B12, Fe
Unsure eritrosit
pendek akibat
penghancuran sel
darah merah
Kekurangan
bahan baku
pembuat sel
darah merah
Transfuse
darah
Ansietas
Gastrointestinal
Defisiensi sumsum
tulang kongengital
/ akibat obat
obatan
Pembentukan sel
hemopoetik
terhenti /
berkurang
Resti infeksi
Kardiovaskuler
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Kontraksi anteriol
Penurunan BB,
kelemahan
Pengiriman O2 dan nutrisi ke sel
berkurang
Intoleransi
aktivitas
Takikardia, TD , pengisisan
kapiler lambat, ektremitas dingin,
palpitasi, kulit pucat.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostic :
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV
dan MCH menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik
(DB), peningkatan (AP), pansitopenia (aplastik).
2) Jumlah retikulosit
bervariasi :
menurun (AP),
meningkat
(hemolisis).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal /
tinggi (hemolitik).
c.
j.
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut / kronis (DB)
l.
7. Penatalaksanaan
a. Anemia Karena Perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik
diberikan transfuse packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab
perdarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan
cairan infuse apa saja yang tersedia (Keperawatan Medikal Bedah 2).
b. Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah
besi cukup mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferro
sederhana (sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi yang murah
dan memuaskan. Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk
yang efektif dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis tepat,
sementara itu keluarga harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan
konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah
makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang
kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah karena intolerasni
protein susu sapi tercegah (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1692).
Anemia defesiensi
10
11
12
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran :
Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat
kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda tanda vital
TD
100 x/i)
S
RR
: 1,5 x TB lahir
4 tahun
: 2 x TB lahir
6 tahun
: 1,5 x TB setahun
13 tahun
: 3 x TB lahir
Dewasa
5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
perdarahan dibawah kulit.
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
13
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik,
terdapat perdarahan sub conjugtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex
cahaya biasanya tidak ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung,
fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibi pecah
pecah atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih
membesar, tidak ada distensi vena jugularis.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur.
Fremitus yang meninggi, perkusi sonor, suara nafas bias veskuler
atau ronchi, wheezing,. Frekuensi nafas neonates 40 60 x/I, anak
20 30 x/i irama jantung tidak teratur, frekuensi pada anak 60
100 x/i.
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga bias
dibawah normal bias juga meningkat.
14) Genetalia
Laki laki, testis sudah turun kedalam skrotum
Perempuan : labia minora tertutup labia mayora.
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang,
akral dingin.
14
16) Anus
Keadaana anus, posisinya, anus +
17) Neurologis
Refleksi fasiologis + sperti reflex patella, reflex patologis seperti
babinski tanda kerniq dan brunzinski 1 11 = 9. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb turun, pemeriksaan darah : eritrosit dan berdasarkan penyebab.
a. Riwayat Social
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat
tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
pekarangan, pembuangan sampah.
b. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet
yang harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang dugunakan jika
ada. Pola tidur bias terganggu. Mandi dan aktivitas : dapat terganggu
berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi : biasanya terjadi
perubahan frekuensi, konsistensi bisa diare atau konstipasi.
c. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan
bahasa.
d. Data Psikologis
Akibat dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis, dan
terlihat cemas dan takut. Orang tua terhadap penyakit anaknya sangat
bervariasi. Psikologis orang tua yang harus diperhatikan :
1) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
2) Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
3) Prosedur medic yang akan dilakukan
4) Adanya support system
5) Kemampuan koping orangtua
6) Agama, kepercayaan, adat.
7) Pola komunikasi dalam keluarga.
15
11. Intervensi
Dx. Kep
Tujuan
dilakukan
Intervensi
tindakan 1. Kaji
jaringan
berhubungan
diharapakan
perfusi
Indicator
yang
1. Membrane
diperlukan
Awl
untuk pengiriman
mukosa
O2 / nutrisi ke sel
warna merah
sign
jaringan 2. Tinggikan
vital
kepala
Tuj
tempat tidur
sesuai
toleransi
3. Catat
adanya
muda
2. Tidak
ada
keluhan
rasa dingin
sesak
3. Tidak
ada
sianosis
4. Akral hangat
4. Berkolabora
si
dalam
pemberian
transfuse,
Ket :
16
1. Ekstrim
pemeriksaa
2. Berat
n Hb/Ht.
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
Gangguan
rasa Setelah
nyaman
penyakit
tidakan
berhubungan
dengan
dilakukan
1. Kaji
manajeme
n nyeri
2. Ukur TTV
3. Atur posisi
Indicator
1. Tidak
Awl
ada
Tuj
berikan
posisi
perilaku
yang
distraksi
nyaman
2. Klien
tampak
4. Ajarkan
tentang
rileks
3. Skala
nyeri
berkurang
4. TTV
dalam
batas normal
teknik non
farmakolo
gi
5. Berikan
obat sesuai
Ket.
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
17
indikasi
Ansietas
Setelah
berhubungan
dengan
dilakukan
tindakan
diagnostic
transfuse
Indicator
1. Klien
Awl
1. Catat
penurunan
perilaku
2. Tingatkan
Tuj
perhatian
dengan
tidak
pasien
takut
2. Klien
3. Anjurkan
tampak
keluarga
nyaman
3. Klien
tetap
tidak
menangis saat
bersama
dilakukan
klien
tindakan
4. Jelaskan
saat
tujuan
diberikan obat
pemberian
Ket :
1. Ekstrim
tindakan
2. Berat
pada klien
3. Sedang
dan
4. Ringan
keluarga
5. Berikan
lingkunga
n
yang
tenang dan
istirahat.
Intoleransi
Setelah
aktivitas
kemampuan
berhubungan
Dapat
ADL
dengan
/meningkatkan
ketidakseimbanga
antara
dilakukan
asuhan 1. Kaji
mempertahankan
suplai
ambulasi
pasien.
2. Kaji
kehilangan
oksigen
atau
18
(pengiriman) dan
Indicator
kebutuhan.
1. melaporkan
Awl
Tuj
gangguan
keseimbang
peningkatan
an,
toleransi
jalan
aktivitas
kelemahan
(termasuk
otot
aktivitas
sehari-hari)
2. menunjukka
gaya
dan
3. Observasi
tanda-tanda
vital
n penurunan
sebelum
tanda
dan sesudah
intolerasi
aktivitas.
fisiologis,
4. Berikan
misalnya
lingkungan
nadi,
tenang,
pernapasan,
batasi
dan tekanan
pengunjung
darah masih
dalam
kurangi
rentang
suara
normal.
bising,
dan
pertahankan
Ket :
1. Ekstrim
tirah baring
2. Berat
bila
3. Sedang
indikasikan.
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
di
5. Gunakan
teknik
menghemat
energi,
anjurkan
pasien
19
istirahat
bila terjadi
kelelahan
dan
kelemahan,
anjurkan
pasien
melakukan
aktivitas
semampuny
a
(tanpa
memaksaka
n diri).
Perubahan nutrisi setelah
kurang
dilakukan
kebutuhan
nutrisi
termasuk
berhubungan
makanan
dangan kegagalan
yang
untuk
sukai
atau
ketidak
mampuan
Indicator
awl
1. Menunujukka
Tuj
di
2. Observasi
dan
catat
mencerna
n peningkatan
masukan
makanan /absorpsi
/mempertahan
makanan
nutrient
kan
pasie
yang
berat
diperlukan untuk
badan dengan
pembentukan
nilai
BB
laboratorium
hari.
darah merah
sel
normal.
2. Tidak
mengalami
3. Timbang
setiap
4. Berikan
makanan
sedikit
dan
prekuensi
20
tanda
serin
mal
5. Observasi
nutrisi.
dan
3. Menununjukk
an
catat
kejadian
perilaku,
perubahan
mual
pola
muntah,flatu
hidup
atau
untuk
s dan gejala
meningkatkan
lain
dan
berhubunga
atau
yang
n.
mempertahank
6. Berikan dan
an berat badan
Bantu
yang sesuai.
hygiene
Ket :
1. Ekstrim
mulut yang
2. Berat
baik
3. Sedang
sebelum dan
4. Ringan
sesudah
makan,guna
kan
sikat
gigi
halus
untuk
penyikatan
yang
lembut.berik
an
pencuci
mulut yang
di encerkan
bila mukosa
oral luka.
Risiko
terhadap
tinggi setelah
dilakukan
asuhan 1. Tingkatkan
21
cuci tangan
berhubungan
dengan
Dengan
adekuatnya
Indicator
pertahanan
1. mengidentifi
yang baik ;
oleh
Awl
Tuj
pemberi
perawatan
sekunder
kasi perilaku
(penurunan
untuk
hemoglobin
mencegah/m
digunakan
enurunkan
secara
risiko infeksi.
propilaktik
leucopenia,
atau
penurunan
granulosit
dan pasie
2. mungkin
2. meningkatka
untuk
(respons inflamasi
menurunkan
tertekan).
penyembuha
kolonisasi
n luka, bebas
atau
drainase
pengobatan
purulen atau
proses
eritema, dan
infeksi local
demam.
untuk
3. Pertahankan
teknik
Ket :
1. Ekstrim
aseptic ketat
2. Berat
pada
3. Sedang
prosedur/per
4. Ringan
awatan luka
4. Berikan
perawatan
kulit,
perianal dan
oral dengan
cermat
5. Motivasi
perubahan
posisi/ambul
22
asi
yang
sering,
latihan
batuk
dan
napas dalam
6. Tingkatkan
masukkan
cairan
adekuat
7. Pantau/batas
i
pengunjung.
Berikan
isolasi
bila
memungkin
kan
8. Pantau suhu
tubuh. Catat
adanya
menggigil
dan
takikardia
dengan atau
tanpa
demam
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan pada Tn. T di Ruang Cendana RSU Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto dengan anemia pada tanggal 18 Februari 2015,
pengkajian dilakukan pada tanggal 18 Februari 2015 di ruang Cendana RSU
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Setelah dilakukan pengkajian
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Identitas diri klien
Pada data biografi didapatkan nama Pasien adalah Tn. T berumur 63
tahun, jenis kelamin laki laki, alamatnya di Majenang. Pasien sudah
menikah, beragama Islam, suku budayanya Jawa/Indonesia, pendidikan
terakhir pasien SD. Pada tanggal 18 Februari 2015 pasien masuk Rumah
Sakit, kemudian dikaji penulis pada tanggal 18 Februari 2015. Sumber
informasi didapat dari pasien, keluarga, dan rekam medik. Yang
bertanggung jawab atas pasen tersebut yaitu Ny. N berumur 40 tahun
sebagai ibu rumah tangga dan hubungan dengan pasien yaitu anaknya,
alamatnya di Majenang.
2. Riwayat Penyakit
Keluhan utama saat pengkajian yaitu Pasien mengatakan lemas. Dan
keluhan tambahannya yaitu pasien mengatakan pusing dan kadang
kadang batuk. Pasien mengatakan rujukan dari rumah sakit majenang dan
datang ke RMS jam 23.30 melalui IGD RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto kemudian dipindah ke ruang Cendana pada tanggal 18
Februari 2015 dengan diagnosa Anemia. Pasien mengatakan dahulu tidak
pernah mengalami penyakit yang sama seperti yang dialami sekarang. Dan
di keluarga juga tidak ada penyakit yang sama maupun yang menurun.
24
25
persepsi diri.
Sebelum
sakit
pasien
mengatakan tidak
4. Pemeriksaan Fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasilnya yaitu keadaan
umumnya baik, kesadaran lemah dengan, Tanda Tanda Vital (TTV)
berupa Tekanan Darah 110/60 mmHg Nadi : 70 x/mnt, RR : 25 x/mnt,
Suhu : 36,80C dengan Berat Badan 50 kg dan Tinggi Badan 160 cm.
Kepala bentuk mesochepal, tidak ada lesi, kotor, rambut terlihat putih,
lurus, matanya terlihat sembab dan lelah, simetris, konjungtiva anemis,
skelra tidak ikterik, terdapat lingkaran hitam disekitar mata, bersih,
26
hidungnya bersih, tidak ada lendir, tidak ada polip, telinganya ada
serumen, bentuk simetris, mukosa bibir kering, pucat, gigi tidak lengkap,
tidak ada perdarahan gusi, di leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
tidak ada pembesaran vena jugularis, thoraks payudara simetris, jantung,
denyut jantung tidak tampak, tidak ada pergeseran ictus curdis, bunyi
redup dan S1 > S2.
Pada pemeriksaan dada dan paru didapatkan, normal chest, tidak ada
lesi, simetris, tidak ada nyeri tekan, redup dan auskultasi vesikuler. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan hasil abdomen simetris, tidak ada luka/
ruam, bissing usus 18x/mnt, timpani dan terdapat nyeri tekan di kw 4.
Pada pemeriksaan genetalia pasien tidak terpasang kateter, bersih.
Punggung tidak ada ruam, bentuk datar.
Pada pemeriksaan ektremitas atas tangan kiri terpasang infuse NaCl
dan transfuse darah, dan tangan kanan terdapat bekas pengambilan darah.
Ekstremitas bawah tidak terdapat edema.
5. Pemeriksaan Penunjang
Lab. Pemeriksaan darah lengkap tanggal 18 Februari 2015
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Hasil
Satuan
Nilai Normal
L 2,5
g/dL
14.0 18.0
L 1700
/uL
4.800 10.800
42 52
L7
Eritrosit
L 1.0
10 6/uL
4.7 6.1
MCV
L 73.9
fL
79.0 99.0
MCH
L 25.0
pg
27.0 31.0
RDW
H 26.5
11.5 14.5
MPV
fL
7.2 11.1
Basofil
H 1.5
0.0 1.0
Basinofil
H 6.2
2.0 4.0
Segmen
L 13.8
40.0 70.0
Limfosit
H 57.7
25.0 40.0
27
H 18.5
2.0 8.0
SGOT
L 11
u/L
15 37
SGPT
L9
u/L
30 65
Monosit
Data
Etiologi
Problem
Penurunan
Ketidakefektif
pusing.
konsentrasi Hb
dan darah
an
perfusi
jaringan
perifer.
TD 110/60mmHg,
konjungtiva anemis.
2.
Anoreksia
Resiko
ketidakseimba
ngan
kurang
muntah.
kebutuhan
Do : A : lingkar lengan 20
cm, lingkar perut 72 cm.
28
tubuh
nutrisi
dari
Kelemahan
Intoleransi
umum
Aktivitas
Status kesehatan
Ancietas
ketika melakukan
aktivitas
Do : pasien terlihat lelah saat
setiap kali melakukan
aktivitas, dan pola
aktivitas dibantu oleh
keluarga pasien.
4.
Ds : pasien mengatakan
cemas terhadap rasa
sakitnya.
Do : pasien terlihat gelisah
dan tidak mau bicara
dengan keluarganya,
insomnia, berfokus pada
diri sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sesuai prioritas yaitu :
1. Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
berhubungan dengan
29
dan jika makan selalu muntah. A : lingkar lengan 20 cm, lingkar perut
72 cm. B : Hb 2.5, leukosit 1700, eritrosit 1.0, SGOT 11, SGPT 9. C :
terlihat pucat, lemas. D : Nasi biasa.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai
dengan pasien mengatakan lelah ketika melakukan aktivitas, pasien
terlihat lelah saat setiap kali melakukan aktivitas, dan pola aktivitas
dibantu oleh keluarga pasien.
4. Ancietas berhubungan dengan status kesehatan ditandai dengan pasien
mengatakan cemas terhadap rasa sakitnya. Pasien terlihat gelisah dan
tidak mau bicara dengan keluarganya, insomnia, berfokus pada diri
sendiri.
Awal
Tuj
4. Akral hangat
Keterangan:
1. Keluhan ekstra
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan
30
INTERVENSI
1. Monitor adanya paretese
2. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
3. Monitor kemampuan BAB
4. Kolaborasikan pemberian analgetik
2) Diagnosa Keperawatan 2 (reisko ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Tn. T
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator
Awal
Tuj
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
INTERVENSI
1. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
5. Monitor mual dan muntah
6. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva.
31
Awal
Tuj
Awal
Tuj
32
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan.
INTERVENSI
1. Jelaskan tujuan pemberian tindakan pada klien dan keluarga
2. Anjurkan keluarga tetap bersama klien
3. Anjurkan untuk istirahat
4. Berikan lingkungan yang tenang.
b. Implementasi keperawatan
Rabu, 18 Februari 2015
Diagnosa 1 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
23.30
Respon
: melakukan TTV
Respon
Respon
: Ds : pasien kooperatif
Do : telah masuk terapi injeksi rantin 2 x 2ml, dexa
2x10mg via IV.
33
Respon
Respon
Diagnosa 4 ancietas
18.00
Respon
34
c. Evaluasi
Jumat, 20 Februari 2015
a. Diagnosa Keperawatan 1 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan darah
S : klien mengatakan, lemas dan pusing
O : pasien tampak pucat, akral masih dingin, Hb masih 2,5 dan masih
terpasang transfuse darah 1 kolf. TD 120/80mmHg.
A : masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi.
Indicator
1. Membrane mukosa warna merah muda
35
Awl
Tuj
Akhr
4. Akral hangat
P : lanjutkan intervensi
1. Berikan transfuse darah
2. Batasi pada gerakan kepala, leher dan punggung
b. Diagnosa Keperawatan 2 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
S : klien mengatakan nafsu makan berkurang dan jika makan selalu
muntah
O : pasien tampak pucat, konjungtiva anemis dan BB menurun (50
menjadi 48 kg).
A : masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi.
Indicator
Awl
Tuj
Akhr
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor mual dan muntah
2. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan Ht.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
c. Diagnosa keperawatan 3 intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum
S:
36
Indicator
Awl
Tuj
Akhr
Awl
Tuj
Akhr
cemas
3. Klien tampak nyaman
P : lanjutkan intervensi
1. Anjurkan untuk istirahat
2. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan Ht.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
37
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis membahas kesenjangan yang ada pada teori dengan
kasus nyata yang ada pada Tn. T dengan anemia di ruang Cendana RSU Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
Penulis melakukan pengelolaan kasus selama 3 hari, mulai tanggal 18 sanpai
dengan 20 Februari 2015. Penulis melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi.
Dalam pembahasan penulis mencoba mengkaitkan antara sumber sumber
tentang pasien dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
hematopoesis : anemia.
A. Pengkajian
Pengkajian yaitu pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenai masalah masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, social dan lingkungan.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan format pengkajian pola
Gordon, alasan penulis menggunakan format pengkajian tersebut karena
penulis menganggap bahwa format pengkajian pola fungsional Gordon dapat
menjawab semua data data yang dibutuhkan penulis dalam menjalankan
proses keperawatan dimana sesuai teori pengkajian pada pasien dengan
anemia meliputi riwayat kesehatan, pasien masuk Rumah Sakit tanggal 18
Februari 2015 dengan keluhan lemas. Pada saat pengkajian ditemukan keluhan
lemas dan pusing. Riwayat penyakit dahulu pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit seperti sekarang ini. Pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit,
jika pasien sakit pasien hanya periksa ke klinik dekat rumahnya. Dalam
keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti hipertensi,
dan tidak ada yang menderita cacat.
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 18 Februari 2015 dengan
menggunakan metode wawancara, pengamatan dan pemeriksaan fisik serta
38
dokumentasi, selain itu juga mempelajari rekam medic pasien atau buku status
catatan keperawatan pasien.
Pengkajian yang muncul pada pasien anemia menurut Boedihartono 1994
adalah sebagai berikut :
1. Makanan / Cairan
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual, muntah
pasien tampak lemas, pucat, berbaring ditempat tidur, BB mengalami
penurunan 50 kg menjadi 48 kg, minum hanya 3 gelas belimbing selama
sakit. Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut
Boedihartono 1994 adalah penurunan masukan diet, masukan diet protein
hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB), nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/muntah, dyspepsia, anoreksia,
adanya penurunan berat badan.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas
menurut Boedihartono ditemukan perbedaan yaitu nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring) dan dyspepsia.
Dyspepsia menurut Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia terjadi
disfungsi motalitas gastrointestinal, yang disebabkan karena ostipasi
sehingga peristaltic usus menurun dan aliran darah ke gastrointestinal juga
menurun, yang merangsang system saraf simpatis dan terjadi hipoksia sel
dan jaringan yang mengakibatkan kebutuhan O2 tidak terpenuhi sehingga
transportasi O2 menurun dan terjadi dyspepsia.
2. Eliminasi
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian
ditemukan data pasien mengatakan belum BAB selama 3 hari selama sakit.
Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono
1994 adalah distensi abdomen.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas
menurut Boedihartono ditemukan perbedaan yaitu distensi abdomen.
39
40
41
8.
kebutuhan menurut Maslow. Selain dari pasien, data juga diperoleh dari
keluarga, perawat dan catatan medic. Semua data yang diperoleh tersebut
digunakan dalam usaha mengelola masalah Tn. T. dari data itu muncul
beberapa masalah yang merupakan gambaran respon pasien terhadap
keadaan. Gambaran respon tersebut dinamakan diagnosa keperwatan.
Dalam pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan karena pasien dan
keluarga kooperatif.
42
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu diagnosa yang dibuat oleh perawat
professional, menggambarkan tanda tanda dan gejala yang menunjukkan
masalah kesehatan yang dirasakan pasien dimana perawat berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya dapat dan mampu menolongnya (Gordon).
Menurut (Doengoes ; 2000) menyebutkan, diagnosa yang mungkin muncul
pada masalah anemia ada enam diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus
ini ditemukan empat diagnosa keperawatan yang sesuai dengan terori, namun
dari teori ada yang tidak muncul pada kasus ini. Untuk itu penulis akan
menjelaskan mengapa hal ini terjadi dan diagnosa tersebut disoroti,
diidentifikasi sebagai masalah yang perlu dipecahkan diantaranya yaitu :
1. Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori, tetapi tidak muncul dalam
kasus.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Gangguan rasa nyaman nyeri adalah merasa kurang senang, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social
(NANDA 2013), didukung dengan batasan karakteristik : menangis,
iritabilitas, merintih, melaporkan rasa lapar, melaporkan rasa gatal dan
berkeluh kesah. Tetapi dalam pengakajian padan Tn. T tidak ditemukan
batasan karakteristik dari gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan proses penyakit. Hal ini dikarenakan perhatian dan keaktifan
dari keluarga maupun orang lain dalam pemenuhan kebutuhan ADL
pasien sehari hari dan juga diperlihatkan dengan banyaknya saudara
dan tetangga yang menjenguk.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat.
Resiko tinggi infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserang
organisme patogenik (NANDA 2013), didukung dengan factor resiko :
penyakit kronis, pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari
pemajanan pathogen, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat,
ketidak adekuatan pertahanan sekunder, vaksinasi tidak adekuat,
43
pemajanan terhadap
pathogen lingkungan
meningkat,
prosedur
invasive, dan mal nutrisi. Tetapi dalam pengakajian padan Tn. T tidak
ditemukan factor factor resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan sekunder tidak adekuat. Hal ini dikarenakan tidak ada tanda
tanda terjadinya peningkatan pada leukosit.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul sesuai tinjauan teori.
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan
sangat
ketidakefektifan
mendukung
perfusi
untuk
jaringan
dimunculkannya
perifer
karena
diagnosa
adanya
hasil
44
sangat
mendukung
untuk
munculnya
diagnosa
resiko
45
gelisah,
insomnia,
kontak
mata
yang
buruk,
ancietas
tidak
ditangani
maka
akan
memperlambat
kesembuhan pasien.
C. Intervensi
Perencanaan atau focus intervensi adalah petunjuk tertulis yang
menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan
terhadap
pasien
sesuai
dengan
kebutuhannya
berdasarkan
diagnosa
keperawatan.
Disini penulis akan membahas apakah perencanaan telah disusun menurut
prioritas masalah, bagaimana menemukan intervensi keperawatan dan
penulisan instruksi keperawatan / dokumentasi, serta bagaimana mengatur
agar sesuai rencana tindakan ini dengan teori dan kondisi pasien serta fasilitas
yang ada. Penulis menggunakan intervensi dari NANDA untuk menyelesaikan
beberapa masalah keperawatan yang muncul dan disertakan pula rasional dari
masing masing intervensi.
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi Hb dan darah
46
Tujuan dan criteria hasil yang diharapkan penulis pada pasien adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi, membrane mukosa warna
merah muda, tidak ada sesak, tidak ada sianosis dan akral hangat.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis membuat intervensi pada
tanggal 18 Februari 2015 adalah monitor adanya paretese rasionalnya
mengetahui adanya takikardi dan hipotensi karena gangguan fungsi ginjal
dan gangguan produksi hormone eritropoentin yang menyebabkan
stimulus pembentukan sel darah merah disumsum tulang belakang
menurun dan produksi eritrosit menurun, batasi gerakan pada kepala, leher
dan punggung rasionalnya untuk meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler karena terjadi
penumpukan asam laktat pada jaringan pada metabolisme anaerob akibat
hipoksia sel dan jaringan, monitor kemampuan BAB agar mengetahui
kelancaran saat defekasi rasionalnya mengetahui kandungan nutrisi yang
ada pada asupan nutrisi pasien seperti B12, Fe, asam folat agar tidak
terjadi kehilangan komponen pembentuk eritrosit dan defekasi bisa lancar,
kolaborasikan pemberian analgetik rasionalnya agar tidak terjadi
peningkatan isi lambung, peristaltic menurun karena aliran darah ke
gastrointestinal menurun terjadi ostipasi dan menyebabkan masalah pada
gastrointestinal.
47
48
D. Implementasi
Implementasi yaitu suatu tahap dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap
ini penulis akan membahas antara lain adalah tentang mengkomunikasikan
dan mengorganisasikan antara staf yang bekerja dalam satu tim dalam
melaksanakan rencana keperawatan kepada pasien. Selain itu dibahas tentang
manajemen patient care terhadap pasien yang meliputi apakah semua rencana
tindakan dapat diimplementasikan seluruh rencana tindakan yang dibuat oleh
49
3.
4.
50
Yang
kedua
factor
penghambat
dalam
melaksanakan
E. Evaluasi
Tahap penilaian dan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan pasien.
Dari empat permasalahan yang ditemui oleh penulis saat pengkajian,
kemudian disusun perencanaan tindakan untuk menyelesaikan maslaah
tersebut, selanjutnya diimplementasikan secara langsung kepada pasien. Pada
tahap ini penulis akan membahas tentang apakah tujuan dan criteria hasil
asuahan keperawatan yang telah dicapai, dan bila ternyata pencapaian tidak
sesuai dengan yang diharapkan maka kemungkinannya adalah mengakaji
ulang rencana asuhan keperawtan dan memodifikasi asuhan keperawatan
tersebut dengan melihat situasi dan kondisi psaien.
Untuk mengetahui apakah tujuan dan criteria hasil asuhan keperawatan
yang telah tercapai, evaluasinya adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
Hb dan darah.
Evaluasi pada tanggal 20 Februari 2015 adalah sebagai berikut
ditemukan data subjektif pasien mengatakan pusing dan masih lemas, data
objektif Hb 2.8g/dl (sebelum tranfusi 2.5g/dl), TD 110/60 mmHg dan
51
konjungtiva
anemis.
Maka
penulis
menyimpulkan
masalah
darah
pasien,
yaitu
talasemia
mayor.
Sehingga
penulis
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
52
tampak gelisah dan menarik diri, mata sembab, terdapat lingkar hitam
disekitar mata dan konjungtiva anemis, tidur hanya 3 jam. Dari data yang
sudah ada maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masalah ancietas
belum teratasi, karena pasien belum bisa tidur secara nyaman dan karena
factor kurang tidur yang berpengaruh pada hormone eritopoentin yang
bekerja pada waktu tidur, sedangkan tidur pasien hanya 3 jam sehingga
mengakibatkan produksi hormone tersebut tidak bekerja maksimal, hal ini
menjadi salah satu penghambat produksi Hb. Penulis mendelegasikan
kepada perawat untuk mengkondusifkan lingkungan yang tenang agar
pasien dapat istirahat dengan nyaman.
Dari data diatas penulis menyimpulkan bahwa evaluasi dari pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan belum sesuai dengan tujuan dan criteria hasil
yang diharapkan.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan pengkajian sejak tanggal 18 Februari 2015
di ruang Cendana RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo pada Tn. T dengan
anemia.
Proses
menentukan
pelaksanaan
masalah
meliputi pengkajian,
(diagnose
keperawatan),
menganalisa
membuat
data,
perencanaan
54
55
menurun, dan terjadi hipoksia sel dan jaringan dan terjadi penumpukan
asam laktat pada jaringan, sehingga terjadi kelemahan dan terjadi
intoleransi aktivitas lanjutkan intervensi bantu pasien / keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas, bantu klien untuk
mendintifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. Ancietas berhubungan
dengan status kesehatan belum teratasi, karena kurangnya pengetahuan
yang menyebabkan kecemasan terhadap pasien, lanjutkan intervensi
instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi, jelaskan semua
prosedur dan apa yang akan dirasakan selama prosedur, tingkatkan
istirahat.
6. Dalam pendokumentasian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Tn. T penulis mencatat pengkajian pada format pengkajian, menyusun
setiap intervensi keperawatan, dan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dalam catatan medis atau catatan keperawatan Tn. T.
Keberhasilan dari asuhan keperawatan tergantung pada pemberi asuhan
keperawtan, sarana dan prasarana yang tersedia serta keadaan pasien, karena
pada dasarnya pemberian asuhan keperawatan meliputi hubungan antara
perawat, psien dan anggota keluarga pasien.
B. Saran
Dari penulis akan mengungkapkan beberapa masukan yang diharapkan
dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan dan tercapainya mutu
keperawatan yang baik dimasa yang akan datang diantaranya :
1. Bagi perawat
a. Berikan informasi tentang anemia meliputi: kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan yang akurat kepada pasien dan keluarga pasien.
b. Didalam melakukan kegiatan keperawatan diperlukan pendekatan
dengan keluarga pasien sehingga terjalin kerjasama yang baik.
c. Dalam berkomunikasi perawat tidak hanya memperhatikan komunikasi
verbal yang dilakukan melalui kata-kata dan ucapan. Diharapkan untuk
para perawat memperhatikan penggunaan alat perlindungan diri seperti
56
57
DAFTAR PUSTAKA
58
59