Вы находитесь на странице: 1из 65

BUKU PANDUAN & PEMANTAUAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


(P3D)

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI & TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H.ADAM MALIK
Jln.Bunga Lau No.17 Medan Tuntungan-20136
MEDAN
2011

BUKU PANDUAN & PEMANTAUAN


1

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


(P3D)

Editor :
Achsanuddin Hanafie
Hasanul Arifin
Muhammad AR
Dadik Wahyu Wijaya
Andriamuri P Lubis
Cut Meliza Zainumi
Raka Jati Prasetya

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI & TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN USU
MEDAN
2011

Kata Pengantar

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT,dimana Buku Panduan


dan Pemantauan Kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
USU/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP.H.Adam Malik dapat
selesai tepat pada waktunya.
Buku ini merupakan panduan dan pemantauan kegiatan Program
Pendidikan Profesi Dokter yang dilakukan oleh Sarjana kedokteran di
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. Buku ini juga merupakan
pegangan bagi staf pengajar dalam melakukan kegiatan Program
Pendidikan Profesi Dokter sehingga terdapat keseragaman dalam
melakukan kegiatan dan penilaian sehari-hari.
Kami berharap dengan adanya buku panduan dan pemantauan ini
akan dapat membantu kelancaran kegiatan akademik bagi sarjana
kedokteran yang menjalani Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK USU/RSUP.H.Adam Malik.

Medan, 20 Agustus 2010


Koordiantor Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif
FK USU

Dr.Muhammad Abdulrahman ,SpAn

KATA SAMBUTAN
Assalamualaikum wr wb

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya
penyusunan Buku Panduan dan Pemantauan Kegiatan Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran USU.
Dengan adanya buku ini diharapkan menjadi pedoman bagi peserta
program pendidikan profesi dokter, dosen maupun yang memiliki
kepentingan untuk terselenggaranya Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran USU.
Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada tim
penyusun atas kerja keras yang telah dilakukan sehingga buku panduan
ini bisa diterbitkan. Semoga buku ini dapat digunakan dengan sebaik
baiknya guna kemajuan pendidikan di Fakultas Kedokteran yang kita cintai
ini.
Ketua Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif
Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif
FK USU

Prof dr Achsanuddin Hanafie SpAn KIC

CATATAN KEGIATAN
Tanggal

Kegiatan

Supervisor
/T.Tangan

Daftar Isi
Kata Pengantar
Kata Sambutan
Catatan Kegiatan
Identitas
Daftar isi
Daftar Staf Pengajar Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
Modul 1 Dasar Pengelolaan Pasien Gawat Darurat
Modul 2 Pengelolaan Jalan Nafas 1
Modul 3 Pengelolaan Jalan Nafas 2
Modul 4 Terapi Oksigen
Modul 5 Terapi Cairan 1
Modul 6 Terapi Cairan 2
Modul 7 Transfusi
Modul 8 RJPO
Modul 9 Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial
Modul 10 Syok
Modul 11 Persiapan Pra Anestesi
Modul 12 Nutrisi Enteral
Modul 13 Nutrisi Parenteral
Modul 14 Pengelolaan Nyeri

i
ii
iii
iv
v
vii
1

Daftar Staf Pengajar Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif


RSUP H ADAM MALIK - FK USU
NO
.

NAMA STAF

Prof.Dr. A. Hanafie
Sp, An. KIC
1.

NIP
1952082619810210
01

Dr. Akhyar H Nst,


SpAn.KAKV
2.

NIP
196007011987021
002
Dr. Hasanul Arifin,
SpAn.KAP.KIC

3.

NIP
195104231979021
003
DR.Dr. Nazaruddin
Umar SpAn.KNA

4.

NIP
195107121981031
002
Dr. Asmin
Lubis,DAF,
SpAn.KAP.KMN

DATA STAF

KETERANGA
N

ALAMA
T

NO. TELP.

Jl. Sei
Musi
No.74/6
8

0811607509

DIKNAS

Jl. Sei
Bengaw
an No.
45

0811638473

DIKNAS

Jl. Sei
Muara
No.30/1
1

0811614633

DIKNAS

Jl. Karya
Baru/
Kemunin
g No. 12
Tanjung
Rejo

0811614984

DIKNAS

Jl.
Laksana
No.15

0811642491

DIKNAS

Jl.
Abdullah
Lubis

0811645211

KEMKES

5.

NIP
195301211979021
001
6.

Dr. Ade Veronica


H.Y. SpAn.KIC
NIP 140146736

FOTO

No
49/63

Dr.Yutu Solihat
SpAn.KAKV
7.

NIP
195808111987111
001
Dr. Soeyat
Harto,SpAn

8.

NIP
195505061986111
001
Dr. Muhammad
AR ,SpAn

9.

NIP
195907011987031
003
Dr.Dadik Wahyu
Wijaya, SpAn

10.

0812602743
3

KEMKES

Komp.
Pondok
Surya
Blok II

0811653118

KEMKES

Jl.
Sendok
No.32
Ayahand
a

0816305363

KEMKES

Jl. Beo
No.74 D

0617724091
7

KEMKES

Jl. Bromo
lorong
Sukri No.
10/RS
Badrul
Aini

0617701092
0

KEMKES

Jln Tri
Dharma
No 38

0811630118

DIKNAS

NIP
196809142008011
013
Dr.Mhd Ihsan,SpAn

11.

Jl. Balam
No. 60
Sei
kambing
B

NIP
197504142008011
020
Dr.Guido
Muhammad
Solihin,SpAn

12.

NIP
197807152002121
004

Dr.Chairul M.
Mursin, SpAn
13.

DIKNAS

Jl. Kapt.
Tandean
No. 14

0812604131
7

DIKNAS

Jl. Setia
Jadi No
29
Karakata
u

0812636984
85

KEMKES

Jl.
Tridharm
a No 12
B

0812650205
39

KEMKES

Jln.
Komplek
s TASBIH
Blok I no
66

0812607819
4

DIKNAS

Jln. Sei
Batang
Seranga
n No
20B

0812603751
4

DIKNAS

NIP 130702209

Dr. Romi F Nadeak,


Sp An
15.

0811642491

NIP 130605510

Dr.A.Sani P. Nst,
SpAn,KIC
14.

Jl. Dolok
Sanggul
No. 2

NIP
197202012001121
003
Dr. Qadri Fauzi
Tanjung, Sp An
KAKV

16

NIP
197111132001121
002
Dr.Andriamuri
Primaputra Lubis
16.

NIP
198111072008011
009
Dr.Cut Meliza
Zainumi

17.

NIP
198304202008012
001

Dr.Raka Jati
Prasetya
18.

NIP
198409092009121
004

Jl. Sei
Muara
No.30/1
1

0813973079
77

10

DIKNAS

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)


Tujuan :
Mendapatkan kompetensi sebagai dokter umum sesuai dengan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia (SKDI), melalui praktek klinik untuk mencapai pengetahuan (kognitif),
ketrampilan (skill) dan sikap (attitude) di bidang ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Lama Kegiatan :
Empat minggu dengan beban 2 SKS (Satuan Kredit Semester).
Tempat Kegiatan:
RSUP H. Adam Malik Medan :
1.
2.
3.
4.
5.

Ruang operasi (Operating Theater)


ICU (Intensive Care Unit)
Post Anesthesia Care Unit (PACU)
IGD (Instalasi Gawat Darurat)
Poli Anestesi

Proses pembelajaran:
1. Aplikasi Modul (Bed side teaching)
2. Tugas jaga.
3. Presentasi laporan kasus.
Ujian :
Pretest, laporan kasus, Post test / OSCE.
DAFTAR MODUL :
1. MODUL 1
2. MODUL 2
3. MODUL 3
4. MODUL 4
5. MODUL 5
6. MODUL 6
7. MODUL 7
8. MODUL 8
9. MODUL 9
10. MODUL 10
11. MODUL 11
12. MODUL 12
13. MODUL 13
14. MODUL 14

Dasar Pengelolaan Pasien Gawat Darurat


Pengelolaan Jalan Nafas 1
Pengelolaan Jalan Nafas 2
Terapi Oksigen
Terapi Cairan 1
Terapi Cairan 2
Transfusi
RJPO
Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial
Syok
Persiapan Pra-Anestesi
Nutrisi Enteral
Nutrisi Parenteral
Pengelolaan Nyeri

11

EVALUASI

Nilai akhir adalah = A +


B+C

KELULUSAN:

10

Pembobotan dinilai sebagai berikut:

Pre test
Presentasi kasus
Post test OSCE

: 20% = A
: 30% = B
(Borderline Regression Method)
: 50%

= C

Dinyatakan lulus bila nilai kumulatif sama atau lebih dari 70 (tujuh puluh).
Keterangan :
A = 80-100
B = 70-79
C = 60-69
D = 50-59
E = <50

MODUL 1
Dasar Pengelolaan Pasien Gawat Darurat
PENDAHULUAN:

12

Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh suatu sebab (penyakit, trauma,
tindakan anestesi) yang bila tidak segera ditangani akan mengalami cacat, kehilangan
organ tubuh atau meninggal. Dalam menghadapi penderita gawat darurat maka faktor
waktu memegang peranan yang sangat penting. Pada saan memberikan pertolongan
harus diingat hal-hal sebagai berikut :
1. Bagaimana mempertahankan jiwa penderita
2. Bagaimana mengurangi penyulit yang mungkin timbul
3. Cara meringankan penderitaan
4. Melindungi diri penolong terhadap kemungkinan penularan penyakit menular dari
penderita (HIV,Hep B,dsb)
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini mahasiswa diharapkan mampu merencanakan pertolongan pertama
pada pasien gawat darurat secara cepat dan tepat.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan:
Mampu mendiagnosa pasien gawat darurat
Mampu merencanakan kerja tim dalam menangani pasien gawat darurat
Mampu merencanakan fasilitas dan alat untuk menangani pasien gawat
darurat
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Mahasiswa mampu mendiagnosa pasien gawat darurat
2. Dokter muda mampu menjelaskan urutan prioritas penanganan pasien gawat
darurat
3. Dokter muda mampu menjelaskan persiapan dan manajemen transportasi
pasien gawat darurat
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu melakukan anamnesis tentang pasien gawat darurat
2. Dokter muda mampu melakukan pertolongan pertama pada saat kegawat
daruratan
3. Dokter muda mampu melakukan persiapan dan pemantauan transportasi
pasien gawat darurat
Attitude
:
1. Dokter muda mampu menciptakan team work yang baik dalam melakukan
pertolongan pertama
2. Dokter muda mampu melakukan komunikasi dengan keluarga pasien mengenai
kedaruratan pasien yang akan ditangani
3. Dokter muda mampu melakukan komunikasi dengan keluarga pasien mengenai
persiapan dan resiko transportasi pasien gawat darurat
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Praktek dengan pengawasan
5. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD
2. Materi Kasus
3. Manekin
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash
PG,Cullen
BF,Stoelting
RK.Clinical
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006

13

Anaesthesia,5 th

3. ATLS, ACLS
4. PTC

Modul 2
Pengelolaan Jalan Nafas 1

PENDAHULUAN:
Tindakan ketrampilan pengelolaan jalan nafas (airway management) pada pasien
merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang harus dikuasai mahasiswa
kedokteran yang sudah melewati P3D Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif.
Problem jalan nafas pada pasien umumnya disebabkan adanya sumbatan jalan nafas,
kondisi yang harus dikenali dan segera dilakukan pertolongan. Keterlambatan mengatasi
kondisi tersebut dapat berakibat fatal. Ada berbagai macam teknik pembebasan jalan
nafas dengan menggunakan alat bantu dan tanpa menggunakan alat bantu.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu menguasai penatalaksanaan jalan
nafas pada pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menilai gangguan jalan nafas, melakukan penatalaksanaan jalan nafas tanpa alat dan
dengan alat sederhana.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi jalan nafas.
2. Dokter muda mampu menjelaskan
diagnosis sumbatan jalan nafas dan
kegawatan pernafasan yang memerlukan pembebasan jalan nafas
3. Dokter muda mampu menjelaskan teknik pembebasan jalan nafas tanpa alat
bantu dengan metode triple airway maneuver (manuver tripel): head tilt/ angkat
kepala, chin lift/ angkat dagu, jaw thrust / dorong mandibula
4. Dokter muda mampu menjelaskan kontraindikasi pembebasan jalan nafas dengan
metode angkat kepala
5. Dokter muda mampu menjelaskan teknik pembebasan jalan nafas dengan alat
bantu sederhana yaitu orofaring (oropharyngeal airway), pipa nasofaring
(nasopharyngeal airway).
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menilai patensi jalan nafas
2. Dokter muda mampu mengenali tanda-tanda obstruksi jalan nafas
3. Dokter muda mampu membebaskan jalan nafas tanpa alat bantu (manual)
dengan metode maneuver tripel: angkat kepala,angkat dagu, angkat mandibula
4. Dokter muda mampu melakukan identifikasi kontraindikasi pembebasan jalan
nafas dengan metode angkat kepala
5. Dokter muda mampu melakukan pemasangan orofaring (oropharyngeal airway),
pipa nasofaring (nasopharyngeal airway).
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang tujuan
dan manfaat, serta resiko tindakan pembebasan jalan nafas tanpa menggunakan
alat.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri

14

SARANA DAN PRASARANA:


1. Ruang IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
3. Manekin
MATERI ACUAN:
PENGELOLAAN JALAN NAFAS TANPA ALAT
TRIPLE AIRWAY MANEUVER
1. HEAD TILT
Pengertian : Membebaskan jalan nafas dari obstruksi pangkal lidah yang
terjatuh dengan mendorong kening pasien ke arah bawah.
Posisi : Penolong berada pada samping kepala pasien
Tehnik : Telapak tangan menekan kening pasien ke arah bawah (ekstensi)
2. CHIN LIFT
Pengertian : membebaskan jalan nafas dari obstruksi pangkal lidah yang
terjatuh dengan mengangkat dagu (chin)
Posisi : Penolong berada pada samping kepala pasien
Tehnik : Jari telunjuk dan jari tengah mengangkat dagu pasien keatas tegak lurus
3. JAW THRUST :
Pengertian : Membebaskan jalan nafas dari obstruksi pangkal lidah yang
terjatuh dengan mengangkat mandibula (corpus dan angulus mandible)
Posisi : Penolong berada di atas kepala pasien
Tehnik : Dengan dua tangan pada mandible, 2 jari pada angulus mandible (jari
kelingking dan jari manis), 2 jari pada corpus mandible (jari tengah dan telunjuk).
Dan ibu jari pada mentum mandible. Mandible diangkat ke atas melewati molar
pada maxilla.
Head Tilt tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien dengan maupun yang dicurigai
adanya cedera tulang leher.

CHIN LIFT

JAW THRUST

HEAD TILT

PENGELOLAAN JALAN NAFAS DENGAN ALAT SEDERHANA


Prosedur Pemasangan Oropharyngeal tube
1. Cuci tangan, gunakan sarung tangan
2. Pilihlah ukuran tube yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin dilakukan
dengan menempatkan tube di pipi pasien dengan bagian datar di bibir. Ujung dari
tube harus ada di dagu pasien.
3. Masukkan tube dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini. Balik tube
sehingga bagian atasnya menghadap kemuka. Mulai untuk memasukkan tube ke

15

mulut. Sebagaimana tube mendekati dinding posterior Faring dekat lidah


belakang, putar tube pada posisi yang seharusnya (180 ). Gunakan penekan
lidah , gerakkan lidah keluar untuk menghindari terdorong ke belakang masuk
faring posterior. Atau masukkan tube ke dalam posisi yang seharusnya dengan
bagian atas masuk kebawah dan tidak perlu diputar.
4. Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut tube dengan segera dan masukkan
kembali.
5. Fiksasi jalan napas dengan plester dan letakkan di pipi dan melintasi bagian datar
dari tube, pada bibir pasien. Jangan menutupi bagian terbuka dari jalan napas.
Harus berhati- hati untuk menjamin pasien tidak cegukan terhadap tube ketika
direkatkan pada tempatnya. Perekatan dapat mencegah pasien dari dislokasi
jalan napas dan karena itu pasien muntah segera setelah ia sadar kembali.

Prosedur Pemasangan Nasopharyngeal Tube


1. Posisikan kepala in line dengan tubuh
2. Lubang hidung yang akan dipasang nasofaring diberikan KY jelly
3. Ukur nasofaring tube dengan cara mengukur dari lubang hidung sampai ke arah
auricula
4. Masukkan nasofaring melalui lubang hidung sampai batas ujung tube.

REFERENSI
1. Airway Management, Benumoff, 2007
2. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
3. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th ed.Philadelphia:Lippincott
Williams&Wilkins;2006
4. ATLS, ACLS
5. PTC
6. ERC 2010

16

Modul 3
Pengelolaan Jalan Nafas 2
PENDAHULUAN:
Tindakan keterampilan penatalaksanaan jalan nafas (airway management) pada pasien
merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang harus dikuasai dokter muda
kedokteran yang sudah melewati P3D Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif.
Problem jalan nafas pada pasien umumnya disebabkan adanya sumbatan jalan nafas,
kondisi yang harus dikenali dan segera dilakukan pertolongan. Keterlambatan mengatasi
kondisi tersebut dapat berakibat fatal. Ada berbagai macam teknik pembebasan jalan
nafas dengan menggunakan alat bantu dan tanpa menggunakan alat bantu.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:


Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu menguasai penatalaksanaan jalan
nafas pada pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menilai gangguan jalan nafas, melakukan penatalaksanaan jalan nafas dengan alat
bantu.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan teknik pembebasan jalan nafas menggunakan
alat bantu sungkup wajah, pipa sungkup laring (Laringeal Mask Airway/LMA) dan
pipa endotrakeal.
2. Dokter muda mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi, komplikasi pembebasan
jalan nafas dengan menggunakan alat bantu sungkup wajah, pipa sungkup laring
dan pipa endotrakeal.
3. Dokter muda mampu menjelaskan penilaian keberhasilan pembebasan jalan nafas.
4. Dokter muda mampu menjelaskan penilaian trauma dada, hematopneumothorax,
patah tulang iga, tension pneumothorax, kontusio paru.
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu mengidentifikasi indikasi dan kontraindikasi pembebasan
jalan nafas dengan menggunakan alat.
2. Dokter muda mampu melakukan pembebasan jalan nafas menggunakan alat
bantu sungkup wajah pipa sungkup laring dan pipa endotrakeal.
3. Dokter muda mampu menilai keberhasilan pembebasan jalan nafas.
4. Dokter muda mampu melakukan Needle Thoracosintesis pada kasus Tension
Pneumothorax.
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang tujuan
dan manfaat, serta resiko tindakan pembebasan jalan nafas dengan menggunakan
alat.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri

17

SARANA DAN PRASARANA:


1. Ruang IGD, OK, ICU dan Pasca Bedah
2. Materi Kasus
3. Manekin

MATERI ACUAN:
Prosedur Pembebasan Jalan Nafas Dengan Sungkup Wajah
1. Face mask di tahan di wajah dengan menggunakan jari jempol dan telunjuk
2. Jari kelingking, jari manis, tengah menjepit rahang bawah untuk
mempermudah ekstensi
3. Tangan yang lain memegang kantong reservoir

Prosedur Pemasangan Pipa Sungkup Laring Pada Pasien Dewasa


1. Persiapan alat (umumnya LMA no 3 atau 4)
2. Berikan obat premedikasi atau penenang dan opioid (sebaiknya fentanil atau
sufentanil)
3. Lakukan induksi anesthesia
4. Yakinkan pasien sudah tidak sadar. Jaga jalan nafas
5. Masukan LMA dengan kaf kosong atau separuh terisi udara
6. Basahi bagian dorsal atau punggung LMA (yang tidak menghadap laring)
dengan NaCl atau lubrikans/ pelicin untuk memudahkan dan mencegah
trauma pada palatum saat insersi
7. LMA dimasukkan dengan bagian dorsal dengan cara menelusuri palatum
durum sampai bagian kaf LMA mencapai laring. Isi kaf LMA dengan udara
sesuai anjuran (umumnya 30 ml)
8. Kendala saat memasukkan atau insersi LMA adalah terhalang lidah. Dapat
diatasi dengan menarik lidah keluar saat insersi posisi
9. LMA dianggap tepat pada tempatnya bila terasa udara keluar masuk secara
bebas, ada gerakan kembang kempis pada kantong reservoir anestesi
10. Obstruksi setelah insersia biasanya oleh karena epiglottis terlipat kebawah
atau spasme laring ringan
11. Lakukan fiksasi dengan baik
Intubasi orotracheal
1. Laryngoscope di pegang tangan kiri
2. Blade dimasukkan ke sebelah kanan oropharyx
3. Lidah di pingingkan kekiri dan keatas kedalam dasar pharinx
4. Ujung blade dimasukkan ke dalam vallecula(ujung blade lengkung),menutupi
epiglotis(ujung blade lurus)
5. Blade diangkat menjauh dari pasien pada bidang tegak lurus pada rahang bawah
pasien untuk memaparkan pita suara
6. TT diambil dengan tangan kanan dan ujungnya dilewatkan melalui pita suara
yang abduksi. Manset TT harus diletakkan ditrachea atas tetapi melewati larynx.
7. Laryngoscope ditarik
8. Manset dipompa dengan sejumlah udara

18

9. Kemudian dada kanan dan kiri, epigastrium segera diauskultasi untuk menjamin
lokasi intratracheal.
10. Jika ragu,TT dicabut dan memberikan ventilasi kembali
11. Jika sudah pas dapat direkatkan TT dapat direkatkan dengan pita perekat
REFERENSI
1. Airway Management, Benumoff, 2007
2. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
3. Barash
PG,Cullen
BF,Stoelting
RK.Clinical
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
4. ATLS, ACLS
5. PTC
6. ERC 2010

19

Anaesthesia,5 th

Modul 4
Terapi Oksigen
PENDAHULUAN:
Terapi oksigen adalah suatu tindakan medis dengan cara memberikan oksigen lembab
pada pasien dengan tujuan untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan,
sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO 2 lebih dari 90 mmHg atau
SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang didapat unit paru sesuai
dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu melakukan terapi oksigen pada
pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menentukan indikasi,kontraindikasi dan komplikasi dari terapi oksigen.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan tanda klinik gangguan oksigenasi.
2. Dokter muda mampu menjelaskan berbagai jenis teknik terapi oksigen.
3. Dokter muda mampu menjelaskan pemilihan masing-masing teknik terapi.
oksigen.
4. Dokter muda mampu menjelaskan efek samping dalam terapi oksigen.
5. Dokter muda mampu menjelaskan tanda keberhasilan terapi oksigen
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu mendiagnosa gangguan oksigenasi pada pasien.
2. Dokter muda mampu menentukan pemilihan teknik terapi oksigen.
3. Dokter muda mampu melakukan terapi oksigen.
4. Dokter muda mampu menilai efek samping dalam terapi oksigen.
5. Dokter muda mampu memonitoring keberhasilan terapi oksigen
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang tujuan
dan manfaat, serta efek samping terapi oksigen.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD, OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006

Modul 5
20

Terapi Cairan 1
PENDAHULUAN:
Dengan makan dan minum tubuh kita mendapatkan air, elektrolit, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan lain-lainnya. Terapi cairan dibutuhkan apabila tubuh tidak dapat
memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada pasien yang
harus berpuasa lama, karena pembedahan saluran cerna, pendarahan banyak, syok
hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lain. Selain itu
dalam keadaan tertentu, adanya terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk
memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk
menjaga keseimbangan asam basa.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu dalam penatalaksanaan terapi cairan.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan :
Memahami jenis dan volume cairan yang diberikan
Memahami pemberian cairan pada penderita dengan anestesia dan kegawat
daruratan
Memahami cara pencegahan dan cara mengatasi komplikasi terapi cairan.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu melakukan penilaian derajat perdarahan dan terapi cairan
yang akan diberikan.
2. Dokter muda mampu melakukan
3. Dokter muda mampu menjelaskan fisiologi cairan tubuh dan asam basa.
4. Dokter muda mampu menjelaskan macam cairan dan komposisi.
5. Dokter muda mampu menjelaskan penyebab gangguan keseimbangan cairan.
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu melakukan penilaian perfusi, tekanan darah, denyut nadi,
derajat perdarahan.
2. Dokter muda mampu melakukan terapi cairan sesuai dengan derajat perdarahan.
3. Dokter muda mampu melakukan identifikasi perabaan arteri radialis, femoralis,
carotis, pengisian vena jugularis.
4. Dokter muda mampu melakukan pembebatan daerah perdarahan
5. Dokter muda mampu menilai keseimbangan cairan dan elektrolit, asam dan basa
6. Dokter muda mampu menilai perubahan keseimbangan cairan.
7. Dokter muda mampu menilai indikasi/kontra indikasi terapi cairan.
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang
komplikasi terapi cairan serta pencegahan dan cara mengatasi komplikasi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus

21

MATERI ACUAN
PERDARAHAN
Trauma status Giesecke
Clas
s

Lost EBV

Tekanan darah

Nadi

Tanda lain

< 15%

< 100

Agak gelisah
Nafas 14 20

II

15 30%

> 100

Agak gelisah
Nafas 20 30

III

30 40%

Masih normal
Hipotensi postural
Sistolik tetap
Diastolik naik
Tekanan nadi turun
Hipotensi postural
Sistolik turun

> 120

IV

> 40%

Sistolik sangat turun

> 140

CRT lambat
Oligouria
Gelisah/bingung
Nafas 30 40
Kulit dingin keabuabuan
Anuria,
Bingung/lethargy

Kelas perdarahan menurut ATLS


Class I

Class II

Class III

Class IV

BloodLoss[ml]

->750

750-1500

1500-2000

>2000

Blood-loss
[%BV]

->15%

15-30%

30-40%

>40%

Pulse-Rate
[x/min.]

<100

>100

>120

>140

BloodPressure

Normal

Normal

Decreased

Decreased

PulsePressure

N or increased

Decreased

Decreased

Decreased

Respiratory
Rate

14-20

20-30

30-35

>35

22

Urine out-put
[ml/hour]

>30

20-30

5-15

Negligible

Mental
status/CNS

Slightly anxious

Midly anxious

Anxious and
confused

Confused and
lethargic

Penghitungan perkiraan kehilangan darah tubuh


EBV = 70 cc x BB
EBL = derajat perdarahan x EBV
Cara pemberian cairan :
Atasi shock dengan guyur/grojog 20 cc/Kg
Guyur hingga 2 4 x EBL
Bila shock sudah teratasi, langsung ke maintenance
REFERENSI
1. Fluid and Electrolyte Balance H Belding .Scribner 1963
2. Trauma,
emergency
resuscitation,
perioperative
management, vol 1 (William C Wilson, ed), 2007
3. Perioperative fluid therapy (Robert G Hahn, ed), 2007
4. The ICU Book, 3rd ed, (Paul L Marino), 2007
5. ATLS
6. PTC

anesthesia,

surgical

Modul 6
Terapi Cairan 2
PENDAHULUAN:
Pemasangan akses vaskular adalah satu dari masalah yang sering terjadi pada pasien
rumah sakit, unit emergensi, kamar operasi dan ruang perawatan. Walaupun
penggunaan kateter vena sentral menjadi lebih sering, akses intra vena perifer lebih
aman, lebih mudah, dan paling sering untuk jalur vaskular. Akses intra vena perifer dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan langsung pungsi vena perifer dan secara
surgikal (vena secti). Akses vaskular diindikasikan untuk sampel darah, administrasi
cairan intra vena, transfusi komponen darah, dan jalur masuk obat termasuk substitusi
elektrolit dan glukosa/dekstrosa.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu melakukan pemasangan kateter intra
vena perifer (pemasangan infus).
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menentukan indikasi,komplikasi dalam melakukan pemasangan kateter intra vena
perifer (pemasangan infus).
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif :
1. Dokter muda mampu menjelaskan indikasi dan komplikasi pemasangan infus.
2. Dokter muda mampu menjelaskan pemilihan tempat pemasangan infus
3. Dokter muda mampu menjelaskan prosedur pemasangan infus.

23

4. Dokter muda mampu menilai derajat dehidrasi dan terapi cairan yang akan
diberikan.
Psikomotor
:
1. Dokter muda mampu menentukan indikasi pemasangan infus.
2. Dokter muda mampu menentukan tempat pemasangan infus
3. Dokter muda mampu melakukan pemasangan infus.
4. Dokter muda mampu melakukan pemasangan infus melalui intraoseus.
5. Dokter muda mampu menilai komplikasi akibat pemasangan infus
6. Dokter muda mampu menilai derajat dehidrasi
7. Dokter muda mampu menentukan pilihan cairan untuk terapi cairan
8. Dokter muda mampu menilai indikasi/kontra indikasi terapi cairan.
Attitude :
1. Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang
tujuan dan manfaat, serta komplikasi pemasangan infuse
2. Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang
derajat dehidrasi dan terapi cairan yang akan diberikan
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD, OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus

MATERI ACUAN
Prosedur Pemasangan Infus (Kanulasi Vena Perifir)
1. Informed consent
2. Menghubungkan cairan infus dengan infus set ( periksa jangan ada udara pada
selang infus)
3. Letakkan pasien pada posisi yang nyaman, sebaiknya lengan pasien disangga
dengan bantal kecil
4. Identifikasi vena yang akan dikanulasi, vena daerah ante-cubital (punggung
tangan) kiri ( v.basilica atau v. cephalica)
5. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan non-steril (non-sterile gloves, CDC 2002)
6. Pasang torniket pada lengan bagian proximal dari daerah vena yang akan
dikanulasi, (nadi arteri radialis harus tetap teraba)
7. Minta pasien untuk buka tutup genggaman tangan ( memperbesar pengisian
vena)
8. Desinfeksi bagian kulit dengan larutan chlorhexidine atau alcohol 70%, biarkan
sampai kering dan jangan raba atau sentuh lagi bagian tersebut.
9. Buka iv-catheter yang sdh dipilih ukurannya, pegang dengan posisi bevel stylet
menghadap keatas
10. Pegang tangan pasien dengan tangan kiri, gunakan ibu jari menekan dan fiksasi
(untuk stabilisasi) distal vena yang akan dikanulasi
11. Pegang iv-catheter sejajar
vena, dan membentuk sudut 10 0-300 dengan
permukaan kulit, lakukan insersi (tusukan). Bila iv-catheter sudah masuk yang
ditandai dengan adanya darah yang masuk kedalam chamber (flash back),
kemudian datarkan iv-catheter untuk mencegah tertusuknya dinding posterior
dari vena, sorong masuk 1 mm.

24

12. Tarik stylet perlahan dan darah harus terlihat masuk kedalam iv-catheter, hal ini
memberi konfirmasi bahwa iv-catheter berada dalam vena.
13. Sorong masuk iv-catheter kedalam vena dengan perlahan, bebaskan torniket,
masukkan stylet kedalam kantong sampah benda tajam.
14. Hubungkan dengan set infus dan lakukan flush iv-catheter untuk memastikan
patensi dan mudahnya aliran tanpa adanya rasa sakit, resistensi, dan timbulnya
pembengkakan
15.Fixasi iv-catheter dengan moisture-permeable transparent dressing ( supaya bila
ada phlebitis atau dislodge dapat terlihat), bila tidak ada dapat digunakan plester
dengan cara fiksasi silang ( bentuk pita)
16.Catat seluruh prosedur ini, termasuk alat-alat, tempat atau lokasi kanulasi,
operator, dan jumlah tusukan yang dilakukan.
Gejala Defisit

Turgor kulit

Derajat Dehidrasi Menurut Pierce


Ringan (3-5%
Sedang (6-8%
BB)
BB)

Berat (>10%
BB)

Berkurang

Menurun

sangat menurun

Lidah

Normal

Lunak

kecil keriput

Mata

Normal

Cowong

sangat cowong

Ubun-ubun

Normal

Cekung

sangat cekung

Rasa haus

++

+++

Nadi

kecil lemah

sangat
kecil

Tensi

tak terukur

Urine

Pekat

Anuria

CONTOH :

Estimasi Kehilangan
Cairan
10% x 30 kg = 3 L =

BB : 30
Kg
Syok

25

Beri 20 cc/kg; 10 20
menit
= 600 cc
Cek Hemodinamik
MEMBAIK

TETAP BURUK
Grojok ulang 20
cc/kg;
10 20 menit

Grojog STOP
Ganti
Maintanance
3000 600 =

MEMBAIK
BURUK

50 %
50%
8 jam

TETAP
Grojok

ulang 20 cc/kg

+ CAIRAN
MAINTANANCE
REFERENSI
1. Trauma, emergency resuscitation, perioperative anesthesia, surgical management,
vol 1 (William C Wilson, ed), 2007
2. Perioperative fluid therapy (Robert G Hahn, ed), 2007
3. The ICU Book, 3rd ed, (Paul L Marino), 2007

Modul 7
Transfusi
PENDAHULUAN:

26

Transfusi sebenarnya bukan satu-satunya cara untuk mengatasi keadaan anemia pada
seorang pasien yang kehilangan darah, baik itu kehilangan akut ataupun kronis.
Kehilangan kronis dapat dengan mudah diatasi dengan terapi Fe (besi) dan perbaikan
nutrisi, kecuali beberapa pasien kelainan sistem hemopoetik. Kehilangan darah akut
dapat diganti dengan volumenya dengan cairan pengganti (larutan elektrolit atau plasma
ekspander). Pada hakekatnya blood is R-E-D, selain merah, R-E-D berarti Rareexpansive-Dangerous (langka, mahal, berbahaya).
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu dalam penatalaksanaan transfusi
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan
memahami indikasi,jenis darah yang diberikan dan memahami komplikasi transfusi
darah
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan fisiologi darah
2. Dokter muda mampu menjelaskan komponen darah
3. Dokter muda mampu menjelaskan komplikasi transfusi
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menilai perubahan fisiologi kehilangan darah
2. Dokter muda mampu melakukan transfusi yang tepat
3. Dokter muda mampu memilih dan menetapkan macam/komponen darah donor
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang indikasi,
cara pencegahan dan mengatasi komplikasi dari transfusi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Pedoman Pelaksanaan Transfusi darah dan Komponen Darah RSUD Dr.Sutomo 19
2. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
3. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006

Modul 8
Resusitasi Jantung Paru Otak
PENDAHULUAN:
Cardiac arrest dan respiratori arrest merupakan suatu keadaan yang dapat terjadi
dimana saja dan memerlukan tindakan segera berupa Resusitasi Jantung Paru Otak.

27

Tindakan Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) bertujuan mengembalikan fungsi jantung
(pompa) dan pernafasan. Bantuan Hidup Dasar (BHD, BLS) merupakan bagian dari RJPO
berupa tindakan pembebasan jalan nafas, memberikan nafas bantu dengan alat maupun
tanpa alat, dan melakukan pijat jantung luar. Keberhasilan tindakan RJPO ini tergantung
dari cepatnya memulai tindakan dan teknik yang benar. Kemampuan ini tidak hanya
dimiliki oleh tenaga medis, para medis tetapi juga non-medis.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda mampu melakukan tindakan RJPO baik perorangan
maupun sebagai tim.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
1. Mampu menjelaskan tanda - tanda henti jantung
2. Mampu menjelaskan bila terjadi keterlambatan pertolongan pada henti jantung.
3. Mampu menjelaskan langkah langkah resusitasi jantung paru
4. Mampu menjelaskan algoritme resusitasi jatung paru (RJPO)
5. Mampu menjelaskan pengelolaan jalan nafas
6. Mampu menjelaskan kompresi jantung luar secara benar (tempat tumpuan,
frekuensi, kekuatan kompressi)
7. Mampu menjelaskan hasil dari RJPO
8. Mampu melakukan keputusan untuk menghentikan RJPO dengan benar
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu mengetahui tanda - tanda henti jantung
2. Dokter muda mampu menjelaskan algoritme resusitasi jantung paru otak (RJPO)
3. Dokter muda mampu menjelaskan hasil dari RJPO
4. Dokter muda mampu melakukan keputusan untuk menghentikan RJPO dengan
benar
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu melakukan pengelolaan jalan nafas
2. Dokter muda mampu melakukan kompresi jantung luar
Attitude
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan bila terjadi keterlambatan pertolongan pada
henti jantung
2. Dokter muda mampu menjelaskan keputusan untuk menghentikan RJPO dengan
benar
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus

MATERI ACUAN

Urutan Tindakan BLS

28

1. Menentukan pasien sadar atau tidak, jika pasien tidak sadar segera meminta
bantuan.

2. Melakukan Triple airway manuever

3. Menilai jalan napas bebas atau tidak dengan melihat adanya gerakan dada,
terasa ada hembusan nafas, mendengar suara nafas. (Look, Listen and Feel)

29

4. Melakukan penilaian pasien henti jantung dengan meraba Arteri Carotis


tergantung posisi penolong
5. Menentukan lokasi titik tumpu kompresi jantung (pertengahan sternum)
6. Melakukan tindakan RJP dengan perbandingan kompresi jantung dan pemberian
nafas 30 : 2
Melakukan kompressi jantung luar dengan kedua tangan saling bertumpu dengan
frekwensi 100 kali permenit ( dicapai dengan kompresi luar 30 kali dalam waktu
18 detik)
Kedalaman pijatan jantung luar , 4-5 cm
Memberikan nafas buatan 2 kali dengan alat maupun tanpa alat.

REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
3. Millers Aneshesia 6thed 2005
4. ERC 2010

30

MODUL 9
Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial
PENDAHULUAN:
Isi tengkorak terdiri dari jaringan otak (86%), darah(4%) dan cairan serebrospinal (10%).
Tekanan intrakranial normal 5-15 mmHg. Tekanan ini tidak selalu konstan bergantung
pada pulsasi arteri, respirasi, dan batuk. Peningkatan volume salah satu komponen (otak,
darah atau cairan serebrospinal) akan dikompensasi dengan penurunan volume
komponen lainnya. Volume intrakranial selalu konstan. Bila volume bertambah misalnya
karena adanya hematom, untuk mengurangi volume, cairan serebrospinal dan darah

31

juga akan berkurang, keluar dari ruangan intakranial sehingga tekanan intrakranial akan
tetap normal. Bila batas kompensasi dilewati, tekanan intrakranial akan meningkat.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu melakukan pencegahan peningkatan
tekanan intrakranial
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan menilai
kasus yang berisiko untuk terjadinya peninggian tekanan intrakranial dan menjelaskan
tindakan dan obat-obatan yang dapat mencetuskan peningkatan tekanan intrakranial
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan cara penilaian GCS yang tepat
2. Dokter muda mampu menjelaskan cara identifikasi peningkatan tekanan
intrakranial
3. Dokter muda mampu menjelaskan kasus yang berisiko untuk terjadinya
peninggian tekanan intrakranial
4. Dokter muda mampu menjelaskan tindakan dan obat-obatan
yang dapat
mencetuskan peningkatan tekanan intrakranial
5. Dokter muda mampu menjelaskan cara melakukan pencegahan peningkatan
tekanan intrakranial
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menilai GCS yang tepat
2. Dokter muda mampu menentukan peningkatan tekanan intrakranial
3. Dokter muda mampu melakukan pencegahan peningkatan tekanan intrakranial
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tujuan
pencegahan peningkatan tekanan intrakranial dan resiko kegagalan pencegahan.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus

MATERI ACUAN
Glasgow Coma Scale merupakan skala yang paling penting dan paling banyak
digunakan di seluruh dunia karena validitas dan realibilitasnya baik serta cara
penilaiannya sederhana. Pada dasarnya skala ini diaplikasikan untuk penderita
craniocerebral trauma, tetapi dapat juga digunakan pada penderita penurunan
kesadaran oleh karena penyebab yang lain.
Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale)
Eye-opening
Spontaneous

Best verbal response

Best motor response

Oriented

Obeying

32

To speech
To pain
None

3
2
1

Menilai
eye
opening
penderita (range skor 4-1)
Perhatikan
penderita :
-

apakah

Buka mata spontan


Buka
mata
jika
dipanggil,
disuruh
atau dibangunkan
Buka mata jika diberi
rangsang
nyeri
(dengan
menekan
ujung
kuku
jari
tangan)
Tidak ada respon

Confused
Inappropiate
Incomprehensible
None

Menilai
best
verbal
response penderita (range
skor 5-1)

6
Localizing
5
Withdrawal Flexion
4
Abnormal Flexion
3
Extending
2
None
1
Menilai
best
motor
response penderita(range
skor 6-1)

Perhatikan
penderita :

Perhatikan
penderita :

4
3

apakah

Orientasi baik
Bingung
(dijumpai
disorientasi)
Dapat mengucapkan
kata2 namun tidak
berupa kalimat
Mengerang
(mengucapkan
kata
yang
tidak
jelas
artinya).
Tidak ada reaksi

apakah

Melakukan
gerakan
sesuai perintah
Dapat
mengetahui
lokasi rangsang nyeri
Menghindar terhadap
rangsang
nyeri
Fleksi
Abnormal
(decorticated)
Ekstensi
abnormal
(decerebrated)
Tidak

ada

reaksi

Range skor : 3-15 (semakin rendah skor yang diperoleh, semakin jelek kesadarannya)
Head injury severity scale :
Mild
: 14-15
Moderate
: 9-13
Severe
:<8
PENILAIAN AVPU
Menggunakan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Cottrell JE,Smith DS.Anesthesia and neurosurgery,4th ed.St Louis:mosby;2001
3. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
4. ATLS
5. PTC

Modul 10
Syok
PENDAHULUAN:
Syok adalah setiap keadaan yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan oksigen
jarigan, baik karena suplainya yang kurang atau kebutuhannya yang meningkat,
sehingga menimbulkan tanda-tanda syok. Diagnosis syok harus didasarkan pada data-

33

data klinis atau laboratorium yang jelas. Syok mempengaruhi kerja organ-organ vital dan
penanganannya memerlukan pemahaman tentang patofisiologi syok.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu menjelaskan patofisiologi syok dan
penanganannya
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan:
Memahami definisi dan patofisiologi syok
Mampu memahami macam-macam penyebab syok
Mengenal tanda dan gejala syok
Merencanakan terapi syok
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan patofisiologi syok
2. Dokter muda mampu menjelaskan pembagian syok
3. Dokter muda mampu mendiagnosis syok
4. Dokter muda mampu menjelaskan terapi syok dan irreversible shock
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menjelaskan definisi syok dan pembagian syok
2. Dokter muda mampu mengenal gejala klinik syok dan melakukan pemantauan
klinik pada pada kasus syok
3. Dokter muda mampu menghitung cara pemberian cairan pada pasien syok
4. Dokter muda mampu memilih dan menetapkan kombinasi obat yang
dipergunakan dalam mengatasi syok.
5. Dokter muda mampu melakukan pencegahan syok
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang gejala
klinik, cara pencegahan serta penanganan syok
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK,ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
3. Millers Aneshesia 6thed 2005

Modul 11
Persiapan Pra-Anestesia
PENDAHULUAN:
Komponen psikologis merupakan hal yang penting pada tindakan pembedahan sehingga
kunjungan pra bedah menentukan keadaan pasien apakah layak untuk dilakukan
tindakan anestesi dan operasi dan masih banyak lagi manfaatnya untuk pemilihan obat

34

anestesi, obat premedikasi, teknik anestesi, meramalkan penyulit yang mungkin terjadi
sehingga dapat menyiapkan hal-hal yang dapat mengatasi penyulit.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui
modul ini dokter muda diharapkan mampu memiliki pengetahuan dan
ketrampilan melakukan evaluasi, mempersiapkan anestesia, melakukan asuhan pasca
bedah untuk pasien ASA 1 dan 2 yang dilakukan pembedahan untuk mengurangi
morbiditas bedah, meningkatkan kualitas asuhan perioperatif dan menghemat biaya.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan:
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pra analgesia atau anestesia
Mengidentifikasi adanya kelainan sistemik pada pemeriksaan laboratorium pra
analgesia atau anestesia
Menentukan penyulit pra analgesia atau anestesia dan menetapkan faktor resiko
anestesia berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik dan laboratorium
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu memahami arti kedokteran peri operatif
2. Dokter muda mampu menjelaskan indikasi dan menilai hasil pemeriksaan
laboratorium hematologi, fungsi ginjal, fungsi hati dan endokrin
3. Dokter muda Mampu menjelaskan indikasi dan hasil pemeriksaan foto thoraks
dan EKG
4. Dokter muda mampu melakukan identifikasi riwayat penyakit atau kelainan peri
operatif yang mempengaruhi jalannya anestesia.
5. Dokter muda mampu menentukan dengan benar status fisik pasien berdasarkan
klasifikasi ASA
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu melakukan pencatatan hal-hal penting yang terkait dengan
tindakan anestesia umum dalam rekam medis peri operatif
2. Dokter muda mampu melakukan pencatatan rekam medis anestesia secara benar
pada tindakan yang dilakukan .
Attitude
:
Dokter muda mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien
tentang kondisi peri operatif pasien dan langkah-langkah tindakan anestesia
yang akan dilakukan serta resiko yang bisa terjadi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang Bangsal,IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
MATERI ACUAN
Pemeriksaan Pre Operative Sebelum Tindakan Anestesi
B1 (Breath) : penilaian fungsi paru (airway (clear/unclear), laju nafas, suara
pernafasan, dan lain lain)
B2 (Blood)
: penilaian hemodinamik (akral, tekanan darah, nadi, da lain lain)
B3 (Brain)
: penilaian fungsi SSP (kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial)
B4 (Bladder) : penilaian sistem urogenital (urine output, faal ginjal, dan lain lain)
B5 (Bowel)
: penilaian sistem gastrointestinal (mual muntah, peristaltik, dan lain
lain)
B6 (Bone)
: penilaian sistem muskuloskletal (edema pretibial, kelainan kongenital)

35

Menentukan Status Fisik Pasien


Menurut ASA
ASA 1
: Bila tdk didptkan kel.organik maupun sistemik selain yg akan di operasi.
ASA 2
: Bila didptkan kel. Sistemik ringan & sedang
ASA 3 : Kelainan sistemik berat tapi belum mengancam jiwa
ASA 4 : Kelainan sistemik berat yg mengancam jiwa
ASA 5
: Moribound
Bila operasi dilakukan pada saat emergensi maka ditambahkan E contoh : 2E
REFERENSI
1. Pre Anesthetic Consoltation and Choice of Anesthesia in Introduction to
Anesthesia the Principle of Safe practice Vandom 1982
2. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
3. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
4. Millers Aneshesia 6thed 2005

Modul 12
Nutrisi Enteral
PENDAHULUAN:
Ada berbagai metode perhitungan energi, namun pada pasien sakit kritis umumnya
cukup diberikan 20-30 kcal/kg per hari dengan pertimbangan karena mengalami
gangguan metabolisme sel; glukosa dan asam lemak tidak dapat dioksidasi secara
sempurna.
Kebutuhan
energi
tersebut
terpenuhi
dengan
komposisi
: karbohidrat 30-70 %, protein 15-20% (1-2 gr/kg/hr), dan lemak 20-50%. Pemberian
nutrisi dapat dilakukan secara enteral maupun parenteral bergantung pada kondisi

36

pasien. Nutrisi Enteral adalah cara pemberian nutrisi melalui selang menuju saluran
cerna.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui
modul ini dokter muda diharapkan mampu memiliki pengetahuan dan
ketrampilan dalam menentukan status nutrisi pasien dan melakukan pengelolaan nutrisi
enteral pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan:
Menentukan indikasi,kontraindikasi,komplikasi terapi nutrisi enteral yang tepat
pada pasien sesuai kondisi fisiologis tubuh.
Menentukan jenis dan cara pemberian terapi nutrisi enteral yang tepat pada
pasien sesuai kondisi fisiologis tubuh
Menentukan monitoring setelah pemberian terapi nutrisi enteral pada pasien
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menghitung kebutuhan nutrisi pasien
2. Dokter muda mampu menjelaskan jenis-jenis terapi nutrisi
3. Dokter muda mampu menyusun atau memilih terapi nutrisi enteral yang cocok
dengan kondisi penyakit pasien
Psikomotor:
1. Dokter muda mampu melakukan anamnesis tentang status nutrisi pasien
2. Dokter muda mampu melakukan terapi nutrisi enteral dengan benar
Attitude
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien jenis
terapi nutrisi enteral yang akan diberikan dan manfaatnya bagi pasien
2. Dokter muda mampu memotivasi keluarga pasien untuk mendukung pasien
dalam menjalankan terapi nutrisi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Simulasi kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006

Modul 13
Nutrisi Parenteral
PENDAHULUAN:
Parenteral nutrisi adalah total atau parsial nutrisi yang jalur pemberiannya melalui
intravena.Jalur pemberiannya bisa melalui vena sentral maupun melalui vena
perifer.Parenteral nutrisi diberikan apabila gastrointestinal track tidak berfungsi,tidak
memungkinkan atau perlu diistirahatkan akibat manipulasi pembedahan.Total parenteral
nutrisi bertujuan menyediakan nutrisis secara lengkap yaitu kalori,protein dan lemak
termasuk unsur-unsur penunjang nutrisi elektrolit,vitamin dan trace element.

37

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:


Melalui
modul ini dokter muda diharapkan mampu memiliki pengetahuan dan
ketrampilan dalam mengelola parenteral nutrisi pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan:
Menentukan indikasi,kontraindikasi,komplikasi terapi nutrisi parenteral yang tepat
pada pasien sesuai kondisi fisiologis tubuh.
Menentukan jenis dan cara pemberian terapi nutrisi parenteral yang tepat pada
pasien sesuai kondisi fisiologis tubuh
Menentukan monitoring setelah pemberian terapi nutrisi parenteral pada pasien
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menghitung kebutuhan nutrisi pasien
2. Dokter muda mampu menjelaskan jenis dan cara pemberian terapi nutrisi
parenteral
3. Dokter muda mampu menyusun atau memilih terapi nutrisi parenteral yang cocok
dengan kondisi penyakit pasien
Psikomotor:
1. Dokter muda mampu menghitung kebutuhan nutrisi pasien
2. Dokter muda mampu melakukan terapi nutrisi parenteral dengan benar
Attitude
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien jenis
terapi nutrisi parenteral yang akan diberikan dan manfaatnya bagi pasien
2. Dokter muda mampu memotivasi keluarga pasien untuk mendukung pasien
dalam menjalankan terapi nutrisi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006

Modul 14
Pengelolaan Nyeri
PENDAHULUAN:
Nyeri adalah suatu rasa (sensasi) yang unik. Keunikannya oleh karena berat ringan nyeri
yang dirasakan tidak ditentukan hanya oleh intensitas stimulus tetapi juga oleh perasaan
dan emosi pada saat itu.
Pada dasarnya nyeri dalah reaksi fisiologis karena merupakan reaksi protektif untuk
menghindari stimulus yang membahayakan tubuh. Tetapi bila nyeri tetap berlangsung
walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah terjadi perubahan
patofisiologis yang justru dapat merugikan tubuh, Sebagai contoh, nyeri karena
pembedahan, masih tetap dirasakan pada masa pasca bedah ketika pembedahan sudah

38

selesai. Nyeri semacam ini tidak saja menimbulkan perasaan menderita, tetapi juga
reaksi stress yaitu serangkaian reaksi fisik maupun biologis yang dapat menghambat
proses penyembuhan. Nyeri patologis atau nyeri klinik ini yang memerlukan terapi.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu menilai skor nyeri/VAS dan mampu
melakukan penatalaksanaan nyeri.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan
menjelaskan pendekatan farmakologis dan non farmakologis yang dipergunakan dalam
penatalaksanaan nyeri.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan cara penilaian skor nyeri/VAS yang tepat
2. Dokter muda mampu menjelaskan kasus yang berisiko timbulnya nyeri berat
3. Dokter muda mampu menjelaskan obat-obatan yang dapat mencegah nyeri
4. Dokter muda mampu menjelaskan cara melakukan pencegahan nyeri
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menilai Skor nyeri/VAS yang tepat
2. Dokter muda mampu menentukan kasus yang berisiko timbulnya nyeri berat
3. Dokter muda mampu memilih dan menetapkan kombinasi obat yang
dipergunakan dalam mencegah nyeri
4. Dokter muda mampu melakukan pencegahan nyeri
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tujuan
pencegahan nyeri dan resiko kegagalan pencegahan.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus

MATERI ACUAN
Visual Analog Score/Scale

REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Basic&Clinical Pharmacology Katzung BG 9th ed 2004

39

3. Millers Anesthesia RD 6th ed 2005

LEMBAR PENGESAHAN KEGIATAN HARIAN P3D


DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI
INTENSIF
MINGGU I, Tanggal :
Hari
Senin

Selasa

Jam
09.00
10.00
10.00
12.00
06.30

s/d
Jenis Kegiatan

Melapor masuk bagian

Pengarahan Sie.
Pend/Kabag/Konsulen
Morning report

40

SKS
Administr
asi
Sie.Pend
[1,5x1]:

Paraf
Konsultan

08.00

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

08.30
10.00

Pre test

10.00
15.00
06.30
08.00

Modul 1

Morning report

09.00
14.00
06.30
08.00

Modul 2

Morning report

09.00
14.00
06.30
08.00

Modul 3

Morning report

09.00
14.00
06.30
08.00

Modul 4

Morning report

09.00
13.00

Seminar Ilmiah

13.00
15.00

Latihan RJPO

90 =
0.016
[1,5x1] :
90 =
0.016
[5x1] : 90
= 0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] : 90
= 0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] : 90
= 0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] : 90
= 0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[4x1] :
90 =
0.044
[1x1] : 90
= 0.011

MINGGU II, Tanggal :


Hari
Senin

Jam

s/d
Jenis Kegiatan

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 5

SKS
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055

41

Paraf
Konsultan

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 6

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 7

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 8

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 9

06.30
08.00

Morning report

09.00
13.00

Seminar Ilmiah

13.00
14.00

Latihan RJPO

[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[4x1] :
90 =
0.044
[1x1] :
90 =
0.011

42

MINGGU III, Tanggal :


Hari
Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

Jam

s/d
Jenis Kegiatan

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 10

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 11

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 12

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 13

06.30
08.00

Morning report

09.00
12.00

Laporan kasus

13.00
15.00
06.30
08.00

Ujian RJPO

Morning report

09.00
13.00

Laporan kasus

13.00
14.00

Ujian RJPO

SKS
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
3x1] :
90 =
0.033
[1,5x1]:
90 =
0.016
[4x1] :
90 =
0.044
[1x1] :
90 =
0.011

43

Paraf
Konsultan

MINGGU IV, Tanggal :


Hari
Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

Jam

s/d
Jenis Kegiatan

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Modul 14

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Review Modul

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Review Modul

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.00

Post Test+OSCE

06.30
08.00

Morning report

09.00
12.00

Post Test +OSCE

06.30
08.00

Morning report

09.00
14.30

Post Test+OSCE

14.30
15.00

Lapor
keluar
Dept.Anestesiologi

44

SKS

P3D

[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
3x1] :
90 =
0.033
[1,5x1]:
90 =
0.016
[4x1] :
90 =
0.044
-

Paraf
Konsultan

DAFTAR JAGA
MINGGU I
Senin

Selas
a

Rabu

Kamis

Jum'a
t

Sabtu

Mingg
u

Senin

Selas
a

Rabu

Kamis

Jum'a
t

Sabtu

Mingg
u

Wajib Hadir
06.30 - 15.00
Siang
15.00 - 20.00
Malam
20.00 - 06.30
MINGGU II

Wajib Hadir
06.30 - 15.00
Siang
15.00 - 20.00
Malam
20.00 - 06.30
MINGGU III
45

Senin

Selas
a

Senin

Selas
a

Rabu

Kamis

Jum'a
t

Kamis

Jum'a
t

Sabtu

Mingg
u

Sabtu

Mingg
u

Wajib Hadir
06.30 - 15.00
Siang
15.00 - 20.00
Malam
20.00 - 06.30

MINGGU IV
Rabu

Wajib Hadir
06.30 - 15.00
Siang
15.00 - 20.00
Malam
20.00 - 06.30

Keterangan:

Minggu I

Jaga Siang = 3 kali

Jaga Malam = 3 kali


Minggu II

Jaga Siang = 3 kali


Jaga Malam = 2 kali

Minggu III

Jaga Siang = 2 kali


Jaga Malam = 2 kali

Minggu IV

Jaga Siang = 1 kali


Jaga Malam = 1 kali

46

BAGAN REKAPITULASI KEGIATAN P3D


DEPARTEMEN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF FK
USU
4 Minggu (2 SKS)
DOKTER
MUDA

Minggu I
Lapor Masuk

Senin

Selasa

Minggu II

Minggu III

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Modul 5

Modul 10

Modul 14

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Pre test

Modul 6

Modul 11

Review
Modul

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Modul 2

Modul 7

Modul 12

Review
Modul

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Pengarahan

Modul 1

Rabu

Kamis

Minggu IV

47

Jumat

Modul 3

Modul 8

Modul 13

Post Test
+OSCE

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Modul 4

Modul 9

Laporan
Kasus

Post Test
+OSCE

Ujian RJPO

Sabtu

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Morning
Report

Latihan RJPO

Latihan RJPO

Laporan
Kasus

Post Test
+OSCE

Ujian RJPO
Minggu

48

PENILAIAN LAPORAN KASUS


Nama

NIM

Tanggal

Judul

:
YANG

80

70

60

50

40

Suara pengucapan

Sangat
terang

Terang

Cukup

tidak
terdengar

Menganalisa kasus

Sempurna

Baik

Cukup

Kadangkadang
tak
terdengar
Kacau

Komunikasi
dengan hadirin

Jelas
sekali

Jelas

Cukup
jelas

Masih
dimengert
i

Alat peraga:

Jelas
sekali

Isi jelas

Isi
cukup
jelas

Penguasaan kasus

Sangat
tegas

Tegas

Cukup
tegas

Terlalu
banyak,
susah
dimengert
i
Ragu-ragu

Sikap

Sangat
baik

Baik

Cukup

DINILAI

Slide
Transparansi

Kurang

Nilai saran pembimbing/ supervisor:


Angka
Bilangan

:_________________
:_________________

NB :
Nilai ini diserahkan setelah presentasi kasus pada hari itu juga

49

Tidak
dapat
Tidak
dapat
dimengert
i
Tidak
dapat
diikuti
Tidak tahu
Kurang
sekali

Lembar Pencapaian Modul


Modul 1 : Primary Survey
(5 kasus)
N
o

Tanggal

MR/Nama/Diagnosis

Keteranga
n

Paraf
Konsulen

Modul 2 : Pengeloaan Jalan Nafas 1 (Triple Airway Maneuver,


oro/naso faringeal tube)
(3 kasus)
N
o

Tanggal

MR/Nama/Diagnosis

50

Keteranga
n

Paraf
Konsulen

Modul 3 : Pengelolaan Jalan Nafas 2 (Sungkup wajah,LMA dan


pipa endotrakea)
(3 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Modul 4 : Terapi Oksigen


(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

51

Modul 5 : Terapi Cairan 1 (Trauma Status Giesecke/ATLS)


(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Modul 6 : Terapi cairan 2 (Kanulasi vena perifer)


(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

Keteran
gan

52

Paraf
Konsulen

Modul 7 : Transfusi
(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Modul 8 : RJPO
(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

53

Modul 9 : Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial


(Penilaian GCS, Collar Brace)
(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Modul 10 : Syok
(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

54

Modul 11 : Persiapan Pra-Anestesia


(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Modul 12 : Nutrisi Enteral


(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

55

Modul 13 : Nutrisi Parenteral


(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Keteran
gan

Paraf
Konsulen

Modul 14 : Pengelolaan Nyeri (Evaluasi VAS)


(5 kasus)
N
o

Tangg
al

MR/Nama/Diagnosis

56

LAMPIRAN 1
PERATURAN dan
DOKTER (P3D)

TATA

TERTIB

PESERTA

PROGRAM

PENDIDIKAN

PROFESI

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intesif Fakultas Kedokteran USU/ instalasi Anestesi
dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan.
Umum:
1. Melapor ke P3D Departemen Anestesi dan Terapi Intensif FK USU/RS H. Adam
Malik Medan pada hari Senin selambat-lambatnya pukul 11.00 wib dengan
membawa surat tugas dari koordinator P3D FK USU.
2. Peserta P3D terdiri dari satu grup atau lebih dimana satu grup terdiri dari 5 (lima)
orang, melapor ke bagian administrasi dan Koordinator P3D Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif setelah sebelumnya melapor ke diklat RSUP. H.
Adam Malik Medan, pada Senin pagi
3. Bila jumlah dokter muda yang masuk tidak mencapai 5(lima) orang tiap minggu,
maka jadwal jaga diatur dan disesuaikan dengan jumlah dokter muda yang ada
oleh P3D Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif.
4. Mematuhi semua peraturan dan tata tertib Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.
5. Harus hadir setiap hari kerja mulai pukul 06.30 sampai pukul 15.00 WIB.
6. Harus hadir tugas jaga sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
7. Berbusana sopan, bersih dan memakai baju jas laboratorium lengan panjang/
pendek sampai lutut.
8. Dilarang berbusana celana jeans, kaus oblong dan bersandal.
9. Rambut harus terawat rapi. Bagi pria tidak boleh berambut gondrong, kumis dan
jenggot harus terawat rapi.
10. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan RS H. Adam Malik Medan.
11. Menjaga dan memelihara semua peralatan Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK-USU/Instalasi Anestesiologi dan terapi Intensif RS H. Adam Malik
Medan.
12. Membawa peralatan pribadi unutk kepentingan praktik klinik seperti stetoskop,
reflex hammer, senter, dan termometer.
13. Menjaga kebersihan dan kerapihan kamar jaga dan kamar mandi dokter muda.
14. Harus menghadiri kegiatan ilmiah/pendidikan yang dilaksanakan Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU/ Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif
RS H. Adam Malik Medan sesuai dengan jadwal .
15. Wajib mengikuti kegiatan pendidikan bagi peserta Program Profesi Pendidikan
Dokter di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU/ Instalasi
Anestesiologi dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan sesuai dengan jadwal
seperti bed side teaching, laporan kasus, tutorial, rjpo, ujian tulis dan ujian
praktik.
16. Apabila berhalangan hadir karena sesuatu urusan seperti kemalangan, sakit, halhal khusus lainnya harus memberi tahu secara tertulis disertai surat keterangan
sakit dan surat lainnya.
17. Apabila ingin permisi di dalam tugas sehari-hari/ tugas jaga harus memberi tahu
dan mendapat izin dari supervisor/ residen di tempat tugas.
18. Harus berlaku sopan dan santun terhadap supervisor, residen, sesama
mahasiswa, perawat, dan siswa lainnya yang bertugas di RS H. Adam Malik.
19. Harus berlaku sopan dan santun terhadap pasien dan keluarga pasien yang
dirawat di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU/ Instalasi Anestesi
dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan.

57

20. Tidak dibenarkan memberikan keterangan mengenai kondisi/ penyakit pasien


kepada keluarga atau orang lain tanpa izin supervisor/ residen di tempat
bertugas.
21. Dilarang melakukan mendiskusikan kondisi/penyakit pasien di depan pasien/
keluarga pasien, kecuali pada saat bed side di bawah bimbingan supervisor.
22. Dilarang melakukan keributan, keonaran, dan demonstrasi.
23. Dilarang melakukan tindakan asusila, pelecehan seksual, pornografi, pornoaksi,
judi, kriminal lainnya serta penggunaan minuman keras dan narkoba.

Sanksi:
1. Tidak hadir selama Program Pendidikan Profesi harus diganti sebanyak hari
absen.
2. Tidak hadir lebih dari 1 minggu harus mengulang kepaniteraan klinik dari awal.
3. Tidak hadir dalam tugas jaga harus mengganti sebanyak absen tugas jaga.
4. Tidak hadir dalam kegiatan akademik seperti bed side teaching laporan kasus,
diskusi kasus, tutorial, ujian akan mempengaruhi nilai akhir.
5. Teguran bisa berupa peringatan lisan, peringatan tertulis akan mempunyai
dampak terhadap penilaian sikap (attitude).
6. Pre-test, post-test (OSCE) dilaksanakan pada kurun waktu menjalani P3D
7. Bila seorang mahasiswa kalah post-test, maka mahasiswa tersebut wajib
mengulang P3D selama 2 (dua) minggu sebelum mengulang post-test, dan
dilaksanakan pada akhir siklus semester XI-XII, atau waktu lain sesuai dengan
ketentuan umum Departemen/ Fakultas.
8. Pelanggaran terhadap peraturan yang menyangkut kesopanan, keributan, dan
keonaran di lingkungan Departemen Anestesiologi dan Terapi intensif FK-USU/
Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan dapat
dikeluarkan dari Program Pendidikan Profesi Dokter.
9. Pelanggaran terhadap ad 21, tidak dibenarkan mengikuti P3D.

58

Lampiran 2
Permasalahan yang dihadapi peserta selama mengikuti P3D:
Permasalahan dan keluhan yang dihadapi peserta P3D selama mengikuti program P3D
yang berhubungan dengan kegiatan akademik, praktik klinik, fasilitas yang disediakan,
pelanggaran terhadap peraturan yang ditentukan dapat disampaikan:
1. Secara lisan kepada supervisor.
2. Secara lisan atau tertulis kepada Koordinator P3D.
3. Secara lisan atau tertulis kepada Kepala Departemen Anestesi dan Terapi Intensif
FK-USU/ Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan.
Permasalahan atau keluhan yang dihadapi akan diselesaikan pada tingkat:
1. Di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU/ Instalasi Anestesiologi
dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan.
2. Di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.
3. Di Fakultas Kedokteran USU Medan.

59

Lampiran 3
Kompetensi Dokter:
Standar Kompetensi Dokter ini merupakan satu kesatuan dengan Standar Pendidikan
Profesi Dokter. Standar Kompetensi Dokter adalah standar output atau keluaran dari
program studi dokter.
Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Elemen-elemen kompetensi terdiri dari:
a. Landasan kepribadian
b. Penguasaan ilmu dan keterampilan
c. Kemampuan berkarya
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu
dan keterampilan yang dikuasai
e. Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam
berkarya
Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa pengertian kompetensi dokter lebih
luas dari tujuan instruksional yang dibagi menjadi tiga ranah pendidikan, yaitu
pengetahuan, psikomotor, dan afektif. Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh
seorang profesi dokter, maka yang bersangkutan akan mampu:
- Mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya.
- Mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan.
- Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang
berbeda dengan rencana semula.
- Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang
profesinya.
- Melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda.
Manfaat dari Standar Kompetensi Dokter bagi mahasiswa Kedokteran dapat digunakan
oleh mahasiswa untuk mengarahkan proses belajarnya, karena mahasiswa mengetahui
sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di akhir pendidikan. Dengan demikian proses
pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER
A. Area Kompetensi:
1. Komunikasi efektif
2. Keterangan klinis
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan
5. Pengelolaan Infarmasi
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Kesehatan Pasien

60

B. Komponen Kompetensi
Area Komunikasi Efektif
1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
2. Berkomunikasi dengan sejawat
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
4. Berkomunikasi dengan profesi lain
Area Keterampilan Klinis
1. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang
pasien dan keluarganya.
2. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium.
3. Melakukan prosedur kedaruratan klinis.
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
1. Mengharapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik,
perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan
kesehatan tingkat primer
2. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji
laboratorium dan prosedur yang sesuai.
3. Menentukan efektivitas suatu tindakan
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
1. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu
yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat
2. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit
3. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit
4.Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan
derajat
kesehatan.
5.Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara
efektif dan efisien
dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
Area Pengelolaan Informasi
1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi
kesehatan serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien
2. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi
3. Memanfaatkan informasi kesehatan
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
1. Menerapkan mawas diri
2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
3. Mengembangkan pengetahuan baru
Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
1. Memiliki Sikap profesional
2. Berperilaku profesional dalam bekerja sama
3. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional
4. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia
5. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran
6. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran
Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan dokter
Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini
ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini,
dan tahu bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan
overview level. Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga
penyakitnya, dokter segera merujuk.

61

Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang
relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
3b.

Mampu membuat diagnosis klinik berdasaran pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahulian, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu
secara mandiri hingga tuntas.
Tingkat Kemampuan menurut Piramid Miller
Tingkat kemampuan 1
Mengetahui dan menjelaskan
Tingkat Kemampuan 2
Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan
Tingkat Kemampuan 3
Pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah supervisi
Tingkat Kemampuan 4
Mampu melakukan secara mandiri

62

Daftar Ketrampilan Klinis Dan Tingkat Kemampuan Yang


Diharapkan
N
o.
1.

2.

Level of expected
ability
Accident and emergency
first aid
assessment of consciousness by means of
Glasgow coma scale
external cardiac massage
mouth-to-mouth/ nose resuscitation
mask ventilation
Intubation
assessment and care external injuries (wounds,
dislocation, fractures)
stop bleeding (direct pressure, pressure point,
pressure bandage)
transport of casualty
Heimlich manoeuvre
apply a bandage
fluid rescucitation
Therapeutic skills
pre-operative preparation of operative field for
minor surgery,
asepsis, antisepsis, local anaesthesia
preparation to watch/to assist in theatre scrub-up,
gown up, put on sterile gloves etc)
infiltration anaesthesia
local nerve block
nasogastric suction
nasogastric insertion
urethral catheterization in male
urethral catheterization in female
venous cannulation
administration of analgesics

63

1
1
1
1
1

2
2
2
2
2

3
3
3
3
3

4
4
4
4
4

1
1
1
1

2
2
2
2

3
3
3
3

4
4
4
4

1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3

4
4
4
4
4
4
4
4
4

Daftar Penyakit Dan Tingkat Kemampuan Yang


Diharapkan
N
o.
1.

2.

3.

Level of expected
ability
Pain
Nyeri Nosiseptif

3A

3B

Nyeri neuropatik

3A

3B

1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2

3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4

1
1
1
1
1

3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A

3A

3B

1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2

3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A

3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B

4
4
4
4
4
4
4

Trauma (Tergantung ringan sampai


berat)
Drowning
Head injury
Burning
Poisoning
Suffocation
Bleeding
Hypovolemic shock
Pneumothorax
Hemothorax
Injury to specific internal organs, such as
liver, kidney, lung, etc
Accidents and emergency neurology
Head injuries
Diffuse brain damage
Cerebral concussion and contusion
Brain death
Extradural hemorrhage
Subdural hemorrhage
Basilar fracture scalp

64

4
4
4
4
4

Lampiran 4

Contoh soal :
1. Seorang laki-laki usia 38 tahun datang dihantar keluarga ke IGD rumah sakit dengan
keluhan utama penurunan kesadaran disertai dengan cedera kepala dialami sejak 3
jam yang lalu karena kecelakaan lalu lintas. Dari pasien dijumpai mengorok, laju
nafas 28 x/menit, pola nafas tidak teratur. Akral hangat merah kering, tekanan darah
150/80mmHg, pada pasien masih dijumpai respon nyeri dengan mata terbuka, suara
mengerang, dan pasien menarik tangannya bila diberi rangsang nyeri.
2. Seorang perempuan 40 tahun, BB 50 kg, datang ke IGD dengan keluhan nyeri di
seluruh lapangan perut, dimana sebelumnya diawali dengan nyeri di perut kanan
bawah. Pada pemeriksaan dijumpai kesadaran kompos mentis, laju nafas 30 x/i, laju
nadi 110 x/i, regular, T/V : lemah / kurang, TD 100/60, jumlah urine 50 cc/jam dengan
warna kuning pekat.
3. Seorang laki laki berumur 27 tahun datang ke IGD dengan keluhan penurunan
kesadaran. Dari pemeriksaan fisik dijumpai tekanan darah tidak terukur, nadi tidak
teraba, nafas tidak dijumpai. Dari monitor dijumpai EKG lead II gelombang a systole.
4. Seorang laki laki berusia 30 tahun di rawat di paska bedah RS, sebelumnya
dilakukan operasi kraniotomi atas indikasi SDH. Berat badan pasien 50 kg. Kesadaran
GCS 11, laju nafas 18 x/i, tekanan darah 130/90, nadi 88 x/i. Pasien tersebut masih
dirawat untuk observasi. Bagaimanakah manajemen nutrisi pada pasien tersebut
selama di rawat di paska bedah.
5. Seorang laki laki berusia 40 tahun di rawat di paska bedah RS, sebelumnya
dialkukan operasi reseksi ileum d/t trauma tumpul abdomen. Berat badan pasien 50
kg. Kesadaran pasien kompos mentis, laju nafas 24 x/i, tekanan darah 110/70, nadi
90 x/i. pasien tersebut masih dirawat untuk manajemen nyeri dan perawatan
intensive lainnya.bagaimanakah manajemen nutrisi pada pasien tersebut selama
dirawat di paska bedah.

65

Вам также может понравиться