Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Editor :
Achsanuddin Hanafie
Hasanul Arifin
Muhammad AR
Dadik Wahyu Wijaya
Andriamuri P Lubis
Cut Meliza Zainumi
Raka Jati Prasetya
Kata Pengantar
KATA SAMBUTAN
Assalamualaikum wr wb
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya
penyusunan Buku Panduan dan Pemantauan Kegiatan Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran USU.
Dengan adanya buku ini diharapkan menjadi pedoman bagi peserta
program pendidikan profesi dokter, dosen maupun yang memiliki
kepentingan untuk terselenggaranya Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran USU.
Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada tim
penyusun atas kerja keras yang telah dilakukan sehingga buku panduan
ini bisa diterbitkan. Semoga buku ini dapat digunakan dengan sebaik
baiknya guna kemajuan pendidikan di Fakultas Kedokteran yang kita cintai
ini.
Ketua Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif
Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif
FK USU
CATATAN KEGIATAN
Tanggal
Kegiatan
Supervisor
/T.Tangan
Daftar Isi
Kata Pengantar
Kata Sambutan
Catatan Kegiatan
Identitas
Daftar isi
Daftar Staf Pengajar Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
Modul 1 Dasar Pengelolaan Pasien Gawat Darurat
Modul 2 Pengelolaan Jalan Nafas 1
Modul 3 Pengelolaan Jalan Nafas 2
Modul 4 Terapi Oksigen
Modul 5 Terapi Cairan 1
Modul 6 Terapi Cairan 2
Modul 7 Transfusi
Modul 8 RJPO
Modul 9 Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial
Modul 10 Syok
Modul 11 Persiapan Pra Anestesi
Modul 12 Nutrisi Enteral
Modul 13 Nutrisi Parenteral
Modul 14 Pengelolaan Nyeri
i
ii
iii
iv
v
vii
1
NAMA STAF
Prof.Dr. A. Hanafie
Sp, An. KIC
1.
NIP
1952082619810210
01
NIP
196007011987021
002
Dr. Hasanul Arifin,
SpAn.KAP.KIC
3.
NIP
195104231979021
003
DR.Dr. Nazaruddin
Umar SpAn.KNA
4.
NIP
195107121981031
002
Dr. Asmin
Lubis,DAF,
SpAn.KAP.KMN
DATA STAF
KETERANGA
N
ALAMA
T
NO. TELP.
Jl. Sei
Musi
No.74/6
8
0811607509
DIKNAS
Jl. Sei
Bengaw
an No.
45
0811638473
DIKNAS
Jl. Sei
Muara
No.30/1
1
0811614633
DIKNAS
Jl. Karya
Baru/
Kemunin
g No. 12
Tanjung
Rejo
0811614984
DIKNAS
Jl.
Laksana
No.15
0811642491
DIKNAS
Jl.
Abdullah
Lubis
0811645211
KEMKES
5.
NIP
195301211979021
001
6.
FOTO
No
49/63
Dr.Yutu Solihat
SpAn.KAKV
7.
NIP
195808111987111
001
Dr. Soeyat
Harto,SpAn
8.
NIP
195505061986111
001
Dr. Muhammad
AR ,SpAn
9.
NIP
195907011987031
003
Dr.Dadik Wahyu
Wijaya, SpAn
10.
0812602743
3
KEMKES
Komp.
Pondok
Surya
Blok II
0811653118
KEMKES
Jl.
Sendok
No.32
Ayahand
a
0816305363
KEMKES
Jl. Beo
No.74 D
0617724091
7
KEMKES
Jl. Bromo
lorong
Sukri No.
10/RS
Badrul
Aini
0617701092
0
KEMKES
Jln Tri
Dharma
No 38
0811630118
DIKNAS
NIP
196809142008011
013
Dr.Mhd Ihsan,SpAn
11.
Jl. Balam
No. 60
Sei
kambing
B
NIP
197504142008011
020
Dr.Guido
Muhammad
Solihin,SpAn
12.
NIP
197807152002121
004
Dr.Chairul M.
Mursin, SpAn
13.
DIKNAS
Jl. Kapt.
Tandean
No. 14
0812604131
7
DIKNAS
Jl. Setia
Jadi No
29
Karakata
u
0812636984
85
KEMKES
Jl.
Tridharm
a No 12
B
0812650205
39
KEMKES
Jln.
Komplek
s TASBIH
Blok I no
66
0812607819
4
DIKNAS
Jln. Sei
Batang
Seranga
n No
20B
0812603751
4
DIKNAS
NIP 130702209
0811642491
NIP 130605510
Dr.A.Sani P. Nst,
SpAn,KIC
14.
Jl. Dolok
Sanggul
No. 2
NIP
197202012001121
003
Dr. Qadri Fauzi
Tanjung, Sp An
KAKV
16
NIP
197111132001121
002
Dr.Andriamuri
Primaputra Lubis
16.
NIP
198111072008011
009
Dr.Cut Meliza
Zainumi
17.
NIP
198304202008012
001
Dr.Raka Jati
Prasetya
18.
NIP
198409092009121
004
Jl. Sei
Muara
No.30/1
1
0813973079
77
10
DIKNAS
Proses pembelajaran:
1. Aplikasi Modul (Bed side teaching)
2. Tugas jaga.
3. Presentasi laporan kasus.
Ujian :
Pretest, laporan kasus, Post test / OSCE.
DAFTAR MODUL :
1. MODUL 1
2. MODUL 2
3. MODUL 3
4. MODUL 4
5. MODUL 5
6. MODUL 6
7. MODUL 7
8. MODUL 8
9. MODUL 9
10. MODUL 10
11. MODUL 11
12. MODUL 12
13. MODUL 13
14. MODUL 14
11
EVALUASI
KELULUSAN:
10
Pre test
Presentasi kasus
Post test OSCE
: 20% = A
: 30% = B
(Borderline Regression Method)
: 50%
= C
Dinyatakan lulus bila nilai kumulatif sama atau lebih dari 70 (tujuh puluh).
Keterangan :
A = 80-100
B = 70-79
C = 60-69
D = 50-59
E = <50
MODUL 1
Dasar Pengelolaan Pasien Gawat Darurat
PENDAHULUAN:
12
Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh suatu sebab (penyakit, trauma,
tindakan anestesi) yang bila tidak segera ditangani akan mengalami cacat, kehilangan
organ tubuh atau meninggal. Dalam menghadapi penderita gawat darurat maka faktor
waktu memegang peranan yang sangat penting. Pada saan memberikan pertolongan
harus diingat hal-hal sebagai berikut :
1. Bagaimana mempertahankan jiwa penderita
2. Bagaimana mengurangi penyulit yang mungkin timbul
3. Cara meringankan penderitaan
4. Melindungi diri penolong terhadap kemungkinan penularan penyakit menular dari
penderita (HIV,Hep B,dsb)
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini mahasiswa diharapkan mampu merencanakan pertolongan pertama
pada pasien gawat darurat secara cepat dan tepat.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan:
Mampu mendiagnosa pasien gawat darurat
Mampu merencanakan kerja tim dalam menangani pasien gawat darurat
Mampu merencanakan fasilitas dan alat untuk menangani pasien gawat
darurat
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Mahasiswa mampu mendiagnosa pasien gawat darurat
2. Dokter muda mampu menjelaskan urutan prioritas penanganan pasien gawat
darurat
3. Dokter muda mampu menjelaskan persiapan dan manajemen transportasi
pasien gawat darurat
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu melakukan anamnesis tentang pasien gawat darurat
2. Dokter muda mampu melakukan pertolongan pertama pada saat kegawat
daruratan
3. Dokter muda mampu melakukan persiapan dan pemantauan transportasi
pasien gawat darurat
Attitude
:
1. Dokter muda mampu menciptakan team work yang baik dalam melakukan
pertolongan pertama
2. Dokter muda mampu melakukan komunikasi dengan keluarga pasien mengenai
kedaruratan pasien yang akan ditangani
3. Dokter muda mampu melakukan komunikasi dengan keluarga pasien mengenai
persiapan dan resiko transportasi pasien gawat darurat
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Praktek dengan pengawasan
5. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD
2. Materi Kasus
3. Manekin
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash
PG,Cullen
BF,Stoelting
RK.Clinical
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
13
Anaesthesia,5 th
3. ATLS, ACLS
4. PTC
Modul 2
Pengelolaan Jalan Nafas 1
PENDAHULUAN:
Tindakan ketrampilan pengelolaan jalan nafas (airway management) pada pasien
merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang harus dikuasai mahasiswa
kedokteran yang sudah melewati P3D Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif.
Problem jalan nafas pada pasien umumnya disebabkan adanya sumbatan jalan nafas,
kondisi yang harus dikenali dan segera dilakukan pertolongan. Keterlambatan mengatasi
kondisi tersebut dapat berakibat fatal. Ada berbagai macam teknik pembebasan jalan
nafas dengan menggunakan alat bantu dan tanpa menggunakan alat bantu.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu menguasai penatalaksanaan jalan
nafas pada pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menilai gangguan jalan nafas, melakukan penatalaksanaan jalan nafas tanpa alat dan
dengan alat sederhana.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi jalan nafas.
2. Dokter muda mampu menjelaskan
diagnosis sumbatan jalan nafas dan
kegawatan pernafasan yang memerlukan pembebasan jalan nafas
3. Dokter muda mampu menjelaskan teknik pembebasan jalan nafas tanpa alat
bantu dengan metode triple airway maneuver (manuver tripel): head tilt/ angkat
kepala, chin lift/ angkat dagu, jaw thrust / dorong mandibula
4. Dokter muda mampu menjelaskan kontraindikasi pembebasan jalan nafas dengan
metode angkat kepala
5. Dokter muda mampu menjelaskan teknik pembebasan jalan nafas dengan alat
bantu sederhana yaitu orofaring (oropharyngeal airway), pipa nasofaring
(nasopharyngeal airway).
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menilai patensi jalan nafas
2. Dokter muda mampu mengenali tanda-tanda obstruksi jalan nafas
3. Dokter muda mampu membebaskan jalan nafas tanpa alat bantu (manual)
dengan metode maneuver tripel: angkat kepala,angkat dagu, angkat mandibula
4. Dokter muda mampu melakukan identifikasi kontraindikasi pembebasan jalan
nafas dengan metode angkat kepala
5. Dokter muda mampu melakukan pemasangan orofaring (oropharyngeal airway),
pipa nasofaring (nasopharyngeal airway).
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang tujuan
dan manfaat, serta resiko tindakan pembebasan jalan nafas tanpa menggunakan
alat.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
14
CHIN LIFT
JAW THRUST
HEAD TILT
15
REFERENSI
1. Airway Management, Benumoff, 2007
2. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
3. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th ed.Philadelphia:Lippincott
Williams&Wilkins;2006
4. ATLS, ACLS
5. PTC
6. ERC 2010
16
Modul 3
Pengelolaan Jalan Nafas 2
PENDAHULUAN:
Tindakan keterampilan penatalaksanaan jalan nafas (airway management) pada pasien
merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang harus dikuasai dokter muda
kedokteran yang sudah melewati P3D Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif.
Problem jalan nafas pada pasien umumnya disebabkan adanya sumbatan jalan nafas,
kondisi yang harus dikenali dan segera dilakukan pertolongan. Keterlambatan mengatasi
kondisi tersebut dapat berakibat fatal. Ada berbagai macam teknik pembebasan jalan
nafas dengan menggunakan alat bantu dan tanpa menggunakan alat bantu.
17
MATERI ACUAN:
Prosedur Pembebasan Jalan Nafas Dengan Sungkup Wajah
1. Face mask di tahan di wajah dengan menggunakan jari jempol dan telunjuk
2. Jari kelingking, jari manis, tengah menjepit rahang bawah untuk
mempermudah ekstensi
3. Tangan yang lain memegang kantong reservoir
18
9. Kemudian dada kanan dan kiri, epigastrium segera diauskultasi untuk menjamin
lokasi intratracheal.
10. Jika ragu,TT dicabut dan memberikan ventilasi kembali
11. Jika sudah pas dapat direkatkan TT dapat direkatkan dengan pita perekat
REFERENSI
1. Airway Management, Benumoff, 2007
2. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
3. Barash
PG,Cullen
BF,Stoelting
RK.Clinical
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
4. ATLS, ACLS
5. PTC
6. ERC 2010
19
Anaesthesia,5 th
Modul 4
Terapi Oksigen
PENDAHULUAN:
Terapi oksigen adalah suatu tindakan medis dengan cara memberikan oksigen lembab
pada pasien dengan tujuan untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan,
sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO 2 lebih dari 90 mmHg atau
SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang didapat unit paru sesuai
dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu melakukan terapi oksigen pada
pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menentukan indikasi,kontraindikasi dan komplikasi dari terapi oksigen.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan tanda klinik gangguan oksigenasi.
2. Dokter muda mampu menjelaskan berbagai jenis teknik terapi oksigen.
3. Dokter muda mampu menjelaskan pemilihan masing-masing teknik terapi.
oksigen.
4. Dokter muda mampu menjelaskan efek samping dalam terapi oksigen.
5. Dokter muda mampu menjelaskan tanda keberhasilan terapi oksigen
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu mendiagnosa gangguan oksigenasi pada pasien.
2. Dokter muda mampu menentukan pemilihan teknik terapi oksigen.
3. Dokter muda mampu melakukan terapi oksigen.
4. Dokter muda mampu menilai efek samping dalam terapi oksigen.
5. Dokter muda mampu memonitoring keberhasilan terapi oksigen
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang tujuan
dan manfaat, serta efek samping terapi oksigen.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD, OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
Modul 5
20
Terapi Cairan 1
PENDAHULUAN:
Dengan makan dan minum tubuh kita mendapatkan air, elektrolit, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan lain-lainnya. Terapi cairan dibutuhkan apabila tubuh tidak dapat
memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada pasien yang
harus berpuasa lama, karena pembedahan saluran cerna, pendarahan banyak, syok
hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lain. Selain itu
dalam keadaan tertentu, adanya terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk
memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk
menjaga keseimbangan asam basa.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu dalam penatalaksanaan terapi cairan.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan :
Memahami jenis dan volume cairan yang diberikan
Memahami pemberian cairan pada penderita dengan anestesia dan kegawat
daruratan
Memahami cara pencegahan dan cara mengatasi komplikasi terapi cairan.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu melakukan penilaian derajat perdarahan dan terapi cairan
yang akan diberikan.
2. Dokter muda mampu melakukan
3. Dokter muda mampu menjelaskan fisiologi cairan tubuh dan asam basa.
4. Dokter muda mampu menjelaskan macam cairan dan komposisi.
5. Dokter muda mampu menjelaskan penyebab gangguan keseimbangan cairan.
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu melakukan penilaian perfusi, tekanan darah, denyut nadi,
derajat perdarahan.
2. Dokter muda mampu melakukan terapi cairan sesuai dengan derajat perdarahan.
3. Dokter muda mampu melakukan identifikasi perabaan arteri radialis, femoralis,
carotis, pengisian vena jugularis.
4. Dokter muda mampu melakukan pembebatan daerah perdarahan
5. Dokter muda mampu menilai keseimbangan cairan dan elektrolit, asam dan basa
6. Dokter muda mampu menilai perubahan keseimbangan cairan.
7. Dokter muda mampu menilai indikasi/kontra indikasi terapi cairan.
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang
komplikasi terapi cairan serta pencegahan dan cara mengatasi komplikasi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
21
MATERI ACUAN
PERDARAHAN
Trauma status Giesecke
Clas
s
Lost EBV
Tekanan darah
Nadi
Tanda lain
< 15%
< 100
Agak gelisah
Nafas 14 20
II
15 30%
> 100
Agak gelisah
Nafas 20 30
III
30 40%
Masih normal
Hipotensi postural
Sistolik tetap
Diastolik naik
Tekanan nadi turun
Hipotensi postural
Sistolik turun
> 120
IV
> 40%
> 140
CRT lambat
Oligouria
Gelisah/bingung
Nafas 30 40
Kulit dingin keabuabuan
Anuria,
Bingung/lethargy
Class II
Class III
Class IV
BloodLoss[ml]
->750
750-1500
1500-2000
>2000
Blood-loss
[%BV]
->15%
15-30%
30-40%
>40%
Pulse-Rate
[x/min.]
<100
>100
>120
>140
BloodPressure
Normal
Normal
Decreased
Decreased
PulsePressure
N or increased
Decreased
Decreased
Decreased
Respiratory
Rate
14-20
20-30
30-35
>35
22
Urine out-put
[ml/hour]
>30
20-30
5-15
Negligible
Mental
status/CNS
Slightly anxious
Midly anxious
Anxious and
confused
Confused and
lethargic
anesthesia,
surgical
Modul 6
Terapi Cairan 2
PENDAHULUAN:
Pemasangan akses vaskular adalah satu dari masalah yang sering terjadi pada pasien
rumah sakit, unit emergensi, kamar operasi dan ruang perawatan. Walaupun
penggunaan kateter vena sentral menjadi lebih sering, akses intra vena perifer lebih
aman, lebih mudah, dan paling sering untuk jalur vaskular. Akses intra vena perifer dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan langsung pungsi vena perifer dan secara
surgikal (vena secti). Akses vaskular diindikasikan untuk sampel darah, administrasi
cairan intra vena, transfusi komponen darah, dan jalur masuk obat termasuk substitusi
elektrolit dan glukosa/dekstrosa.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu melakukan pemasangan kateter intra
vena perifer (pemasangan infus).
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan untuk
menentukan indikasi,komplikasi dalam melakukan pemasangan kateter intra vena
perifer (pemasangan infus).
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif :
1. Dokter muda mampu menjelaskan indikasi dan komplikasi pemasangan infus.
2. Dokter muda mampu menjelaskan pemilihan tempat pemasangan infus
3. Dokter muda mampu menjelaskan prosedur pemasangan infus.
23
4. Dokter muda mampu menilai derajat dehidrasi dan terapi cairan yang akan
diberikan.
Psikomotor
:
1. Dokter muda mampu menentukan indikasi pemasangan infus.
2. Dokter muda mampu menentukan tempat pemasangan infus
3. Dokter muda mampu melakukan pemasangan infus.
4. Dokter muda mampu melakukan pemasangan infus melalui intraoseus.
5. Dokter muda mampu menilai komplikasi akibat pemasangan infus
6. Dokter muda mampu menilai derajat dehidrasi
7. Dokter muda mampu menentukan pilihan cairan untuk terapi cairan
8. Dokter muda mampu menilai indikasi/kontra indikasi terapi cairan.
Attitude :
1. Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang
tujuan dan manfaat, serta komplikasi pemasangan infuse
2. Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang
derajat dehidrasi dan terapi cairan yang akan diberikan
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD, OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
MATERI ACUAN
Prosedur Pemasangan Infus (Kanulasi Vena Perifir)
1. Informed consent
2. Menghubungkan cairan infus dengan infus set ( periksa jangan ada udara pada
selang infus)
3. Letakkan pasien pada posisi yang nyaman, sebaiknya lengan pasien disangga
dengan bantal kecil
4. Identifikasi vena yang akan dikanulasi, vena daerah ante-cubital (punggung
tangan) kiri ( v.basilica atau v. cephalica)
5. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan non-steril (non-sterile gloves, CDC 2002)
6. Pasang torniket pada lengan bagian proximal dari daerah vena yang akan
dikanulasi, (nadi arteri radialis harus tetap teraba)
7. Minta pasien untuk buka tutup genggaman tangan ( memperbesar pengisian
vena)
8. Desinfeksi bagian kulit dengan larutan chlorhexidine atau alcohol 70%, biarkan
sampai kering dan jangan raba atau sentuh lagi bagian tersebut.
9. Buka iv-catheter yang sdh dipilih ukurannya, pegang dengan posisi bevel stylet
menghadap keatas
10. Pegang tangan pasien dengan tangan kiri, gunakan ibu jari menekan dan fiksasi
(untuk stabilisasi) distal vena yang akan dikanulasi
11. Pegang iv-catheter sejajar
vena, dan membentuk sudut 10 0-300 dengan
permukaan kulit, lakukan insersi (tusukan). Bila iv-catheter sudah masuk yang
ditandai dengan adanya darah yang masuk kedalam chamber (flash back),
kemudian datarkan iv-catheter untuk mencegah tertusuknya dinding posterior
dari vena, sorong masuk 1 mm.
24
12. Tarik stylet perlahan dan darah harus terlihat masuk kedalam iv-catheter, hal ini
memberi konfirmasi bahwa iv-catheter berada dalam vena.
13. Sorong masuk iv-catheter kedalam vena dengan perlahan, bebaskan torniket,
masukkan stylet kedalam kantong sampah benda tajam.
14. Hubungkan dengan set infus dan lakukan flush iv-catheter untuk memastikan
patensi dan mudahnya aliran tanpa adanya rasa sakit, resistensi, dan timbulnya
pembengkakan
15.Fixasi iv-catheter dengan moisture-permeable transparent dressing ( supaya bila
ada phlebitis atau dislodge dapat terlihat), bila tidak ada dapat digunakan plester
dengan cara fiksasi silang ( bentuk pita)
16.Catat seluruh prosedur ini, termasuk alat-alat, tempat atau lokasi kanulasi,
operator, dan jumlah tusukan yang dilakukan.
Gejala Defisit
Turgor kulit
Berat (>10%
BB)
Berkurang
Menurun
sangat menurun
Lidah
Normal
Lunak
kecil keriput
Mata
Normal
Cowong
sangat cowong
Ubun-ubun
Normal
Cekung
sangat cekung
Rasa haus
++
+++
Nadi
kecil lemah
sangat
kecil
Tensi
tak terukur
Urine
Pekat
Anuria
CONTOH :
Estimasi Kehilangan
Cairan
10% x 30 kg = 3 L =
BB : 30
Kg
Syok
25
Beri 20 cc/kg; 10 20
menit
= 600 cc
Cek Hemodinamik
MEMBAIK
TETAP BURUK
Grojok ulang 20
cc/kg;
10 20 menit
Grojog STOP
Ganti
Maintanance
3000 600 =
MEMBAIK
BURUK
50 %
50%
8 jam
TETAP
Grojok
ulang 20 cc/kg
+ CAIRAN
MAINTANANCE
REFERENSI
1. Trauma, emergency resuscitation, perioperative anesthesia, surgical management,
vol 1 (William C Wilson, ed), 2007
2. Perioperative fluid therapy (Robert G Hahn, ed), 2007
3. The ICU Book, 3rd ed, (Paul L Marino), 2007
Modul 7
Transfusi
PENDAHULUAN:
26
Transfusi sebenarnya bukan satu-satunya cara untuk mengatasi keadaan anemia pada
seorang pasien yang kehilangan darah, baik itu kehilangan akut ataupun kronis.
Kehilangan kronis dapat dengan mudah diatasi dengan terapi Fe (besi) dan perbaikan
nutrisi, kecuali beberapa pasien kelainan sistem hemopoetik. Kehilangan darah akut
dapat diganti dengan volumenya dengan cairan pengganti (larutan elektrolit atau plasma
ekspander). Pada hakekatnya blood is R-E-D, selain merah, R-E-D berarti Rareexpansive-Dangerous (langka, mahal, berbahaya).
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu dalam penatalaksanaan transfusi
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan
memahami indikasi,jenis darah yang diberikan dan memahami komplikasi transfusi
darah
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan fisiologi darah
2. Dokter muda mampu menjelaskan komponen darah
3. Dokter muda mampu menjelaskan komplikasi transfusi
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menilai perubahan fisiologi kehilangan darah
2. Dokter muda mampu melakukan transfusi yang tepat
3. Dokter muda mampu memilih dan menetapkan macam/komponen darah donor
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang indikasi,
cara pencegahan dan mengatasi komplikasi dari transfusi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Pedoman Pelaksanaan Transfusi darah dan Komponen Darah RSUD Dr.Sutomo 19
2. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
3. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
Modul 8
Resusitasi Jantung Paru Otak
PENDAHULUAN:
Cardiac arrest dan respiratori arrest merupakan suatu keadaan yang dapat terjadi
dimana saja dan memerlukan tindakan segera berupa Resusitasi Jantung Paru Otak.
27
Tindakan Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO) bertujuan mengembalikan fungsi jantung
(pompa) dan pernafasan. Bantuan Hidup Dasar (BHD, BLS) merupakan bagian dari RJPO
berupa tindakan pembebasan jalan nafas, memberikan nafas bantu dengan alat maupun
tanpa alat, dan melakukan pijat jantung luar. Keberhasilan tindakan RJPO ini tergantung
dari cepatnya memulai tindakan dan teknik yang benar. Kemampuan ini tidak hanya
dimiliki oleh tenaga medis, para medis tetapi juga non-medis.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda mampu melakukan tindakan RJPO baik perorangan
maupun sebagai tim.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
1. Mampu menjelaskan tanda - tanda henti jantung
2. Mampu menjelaskan bila terjadi keterlambatan pertolongan pada henti jantung.
3. Mampu menjelaskan langkah langkah resusitasi jantung paru
4. Mampu menjelaskan algoritme resusitasi jatung paru (RJPO)
5. Mampu menjelaskan pengelolaan jalan nafas
6. Mampu menjelaskan kompresi jantung luar secara benar (tempat tumpuan,
frekuensi, kekuatan kompressi)
7. Mampu menjelaskan hasil dari RJPO
8. Mampu melakukan keputusan untuk menghentikan RJPO dengan benar
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu mengetahui tanda - tanda henti jantung
2. Dokter muda mampu menjelaskan algoritme resusitasi jantung paru otak (RJPO)
3. Dokter muda mampu menjelaskan hasil dari RJPO
4. Dokter muda mampu melakukan keputusan untuk menghentikan RJPO dengan
benar
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu melakukan pengelolaan jalan nafas
2. Dokter muda mampu melakukan kompresi jantung luar
Attitude
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan bila terjadi keterlambatan pertolongan pada
henti jantung
2. Dokter muda mampu menjelaskan keputusan untuk menghentikan RJPO dengan
benar
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
MATERI ACUAN
28
1. Menentukan pasien sadar atau tidak, jika pasien tidak sadar segera meminta
bantuan.
3. Menilai jalan napas bebas atau tidak dengan melihat adanya gerakan dada,
terasa ada hembusan nafas, mendengar suara nafas. (Look, Listen and Feel)
29
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
3. Millers Aneshesia 6thed 2005
4. ERC 2010
30
MODUL 9
Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial
PENDAHULUAN:
Isi tengkorak terdiri dari jaringan otak (86%), darah(4%) dan cairan serebrospinal (10%).
Tekanan intrakranial normal 5-15 mmHg. Tekanan ini tidak selalu konstan bergantung
pada pulsasi arteri, respirasi, dan batuk. Peningkatan volume salah satu komponen (otak,
darah atau cairan serebrospinal) akan dikompensasi dengan penurunan volume
komponen lainnya. Volume intrakranial selalu konstan. Bila volume bertambah misalnya
karena adanya hematom, untuk mengurangi volume, cairan serebrospinal dan darah
31
juga akan berkurang, keluar dari ruangan intakranial sehingga tekanan intrakranial akan
tetap normal. Bila batas kompensasi dilewati, tekanan intrakranial akan meningkat.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu melakukan pencegahan peningkatan
tekanan intrakranial
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan menilai
kasus yang berisiko untuk terjadinya peninggian tekanan intrakranial dan menjelaskan
tindakan dan obat-obatan yang dapat mencetuskan peningkatan tekanan intrakranial
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan cara penilaian GCS yang tepat
2. Dokter muda mampu menjelaskan cara identifikasi peningkatan tekanan
intrakranial
3. Dokter muda mampu menjelaskan kasus yang berisiko untuk terjadinya
peninggian tekanan intrakranial
4. Dokter muda mampu menjelaskan tindakan dan obat-obatan
yang dapat
mencetuskan peningkatan tekanan intrakranial
5. Dokter muda mampu menjelaskan cara melakukan pencegahan peningkatan
tekanan intrakranial
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menilai GCS yang tepat
2. Dokter muda mampu menentukan peningkatan tekanan intrakranial
3. Dokter muda mampu melakukan pencegahan peningkatan tekanan intrakranial
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tujuan
pencegahan peningkatan tekanan intrakranial dan resiko kegagalan pencegahan.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
MATERI ACUAN
Glasgow Coma Scale merupakan skala yang paling penting dan paling banyak
digunakan di seluruh dunia karena validitas dan realibilitasnya baik serta cara
penilaiannya sederhana. Pada dasarnya skala ini diaplikasikan untuk penderita
craniocerebral trauma, tetapi dapat juga digunakan pada penderita penurunan
kesadaran oleh karena penyebab yang lain.
Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale)
Eye-opening
Spontaneous
Oriented
Obeying
32
To speech
To pain
None
3
2
1
Menilai
eye
opening
penderita (range skor 4-1)
Perhatikan
penderita :
-
apakah
Confused
Inappropiate
Incomprehensible
None
Menilai
best
verbal
response penderita (range
skor 5-1)
6
Localizing
5
Withdrawal Flexion
4
Abnormal Flexion
3
Extending
2
None
1
Menilai
best
motor
response penderita(range
skor 6-1)
Perhatikan
penderita :
Perhatikan
penderita :
4
3
apakah
Orientasi baik
Bingung
(dijumpai
disorientasi)
Dapat mengucapkan
kata2 namun tidak
berupa kalimat
Mengerang
(mengucapkan
kata
yang
tidak
jelas
artinya).
Tidak ada reaksi
apakah
Melakukan
gerakan
sesuai perintah
Dapat
mengetahui
lokasi rangsang nyeri
Menghindar terhadap
rangsang
nyeri
Fleksi
Abnormal
(decorticated)
Ekstensi
abnormal
(decerebrated)
Tidak
ada
reaksi
Range skor : 3-15 (semakin rendah skor yang diperoleh, semakin jelek kesadarannya)
Head injury severity scale :
Mild
: 14-15
Moderate
: 9-13
Severe
:<8
PENILAIAN AVPU
Menggunakan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Cottrell JE,Smith DS.Anesthesia and neurosurgery,4th ed.St Louis:mosby;2001
3. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
4. ATLS
5. PTC
Modul 10
Syok
PENDAHULUAN:
Syok adalah setiap keadaan yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan oksigen
jarigan, baik karena suplainya yang kurang atau kebutuhannya yang meningkat,
sehingga menimbulkan tanda-tanda syok. Diagnosis syok harus didasarkan pada data-
33
data klinis atau laboratorium yang jelas. Syok mempengaruhi kerja organ-organ vital dan
penanganannya memerlukan pemahaman tentang patofisiologi syok.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu menjelaskan patofisiologi syok dan
penanganannya
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan:
Memahami definisi dan patofisiologi syok
Mampu memahami macam-macam penyebab syok
Mengenal tanda dan gejala syok
Merencanakan terapi syok
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan patofisiologi syok
2. Dokter muda mampu menjelaskan pembagian syok
3. Dokter muda mampu mendiagnosis syok
4. Dokter muda mampu menjelaskan terapi syok dan irreversible shock
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menjelaskan definisi syok dan pembagian syok
2. Dokter muda mampu mengenal gejala klinik syok dan melakukan pemantauan
klinik pada pada kasus syok
3. Dokter muda mampu menghitung cara pemberian cairan pada pasien syok
4. Dokter muda mampu memilih dan menetapkan kombinasi obat yang
dipergunakan dalam mengatasi syok.
5. Dokter muda mampu melakukan pencegahan syok
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang gejala
klinik, cara pencegahan serta penanganan syok
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang IGD,OK,ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
3. Millers Aneshesia 6thed 2005
Modul 11
Persiapan Pra-Anestesia
PENDAHULUAN:
Komponen psikologis merupakan hal yang penting pada tindakan pembedahan sehingga
kunjungan pra bedah menentukan keadaan pasien apakah layak untuk dilakukan
tindakan anestesi dan operasi dan masih banyak lagi manfaatnya untuk pemilihan obat
34
anestesi, obat premedikasi, teknik anestesi, meramalkan penyulit yang mungkin terjadi
sehingga dapat menyiapkan hal-hal yang dapat mengatasi penyulit.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui
modul ini dokter muda diharapkan mampu memiliki pengetahuan dan
ketrampilan melakukan evaluasi, mempersiapkan anestesia, melakukan asuhan pasca
bedah untuk pasien ASA 1 dan 2 yang dilakukan pembedahan untuk mengurangi
morbiditas bedah, meningkatkan kualitas asuhan perioperatif dan menghemat biaya.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan:
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pra analgesia atau anestesia
Mengidentifikasi adanya kelainan sistemik pada pemeriksaan laboratorium pra
analgesia atau anestesia
Menentukan penyulit pra analgesia atau anestesia dan menetapkan faktor resiko
anestesia berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik dan laboratorium
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu memahami arti kedokteran peri operatif
2. Dokter muda mampu menjelaskan indikasi dan menilai hasil pemeriksaan
laboratorium hematologi, fungsi ginjal, fungsi hati dan endokrin
3. Dokter muda Mampu menjelaskan indikasi dan hasil pemeriksaan foto thoraks
dan EKG
4. Dokter muda mampu melakukan identifikasi riwayat penyakit atau kelainan peri
operatif yang mempengaruhi jalannya anestesia.
5. Dokter muda mampu menentukan dengan benar status fisik pasien berdasarkan
klasifikasi ASA
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu melakukan pencatatan hal-hal penting yang terkait dengan
tindakan anestesia umum dalam rekam medis peri operatif
2. Dokter muda mampu melakukan pencatatan rekam medis anestesia secara benar
pada tindakan yang dilakukan .
Attitude
:
Dokter muda mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien
tentang kondisi peri operatif pasien dan langkah-langkah tindakan anestesia
yang akan dilakukan serta resiko yang bisa terjadi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang Bangsal,IGD,OK, ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
MATERI ACUAN
Pemeriksaan Pre Operative Sebelum Tindakan Anestesi
B1 (Breath) : penilaian fungsi paru (airway (clear/unclear), laju nafas, suara
pernafasan, dan lain lain)
B2 (Blood)
: penilaian hemodinamik (akral, tekanan darah, nadi, da lain lain)
B3 (Brain)
: penilaian fungsi SSP (kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial)
B4 (Bladder) : penilaian sistem urogenital (urine output, faal ginjal, dan lain lain)
B5 (Bowel)
: penilaian sistem gastrointestinal (mual muntah, peristaltik, dan lain
lain)
B6 (Bone)
: penilaian sistem muskuloskletal (edema pretibial, kelainan kongenital)
35
Modul 12
Nutrisi Enteral
PENDAHULUAN:
Ada berbagai metode perhitungan energi, namun pada pasien sakit kritis umumnya
cukup diberikan 20-30 kcal/kg per hari dengan pertimbangan karena mengalami
gangguan metabolisme sel; glukosa dan asam lemak tidak dapat dioksidasi secara
sempurna.
Kebutuhan
energi
tersebut
terpenuhi
dengan
komposisi
: karbohidrat 30-70 %, protein 15-20% (1-2 gr/kg/hr), dan lemak 20-50%. Pemberian
nutrisi dapat dilakukan secara enteral maupun parenteral bergantung pada kondisi
36
pasien. Nutrisi Enteral adalah cara pemberian nutrisi melalui selang menuju saluran
cerna.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui
modul ini dokter muda diharapkan mampu memiliki pengetahuan dan
ketrampilan dalam menentukan status nutrisi pasien dan melakukan pengelolaan nutrisi
enteral pasien.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan:
Menentukan indikasi,kontraindikasi,komplikasi terapi nutrisi enteral yang tepat
pada pasien sesuai kondisi fisiologis tubuh.
Menentukan jenis dan cara pemberian terapi nutrisi enteral yang tepat pada
pasien sesuai kondisi fisiologis tubuh
Menentukan monitoring setelah pemberian terapi nutrisi enteral pada pasien
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menghitung kebutuhan nutrisi pasien
2. Dokter muda mampu menjelaskan jenis-jenis terapi nutrisi
3. Dokter muda mampu menyusun atau memilih terapi nutrisi enteral yang cocok
dengan kondisi penyakit pasien
Psikomotor:
1. Dokter muda mampu melakukan anamnesis tentang status nutrisi pasien
2. Dokter muda mampu melakukan terapi nutrisi enteral dengan benar
Attitude
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien jenis
terapi nutrisi enteral yang akan diberikan dan manfaatnya bagi pasien
2. Dokter muda mampu memotivasi keluarga pasien untuk mendukung pasien
dalam menjalankan terapi nutrisi.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Simulasi kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Barash PG,Cullen BF,Stoelting RK.Clinical Anaesthesia,5 th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins;2006
Modul 13
Nutrisi Parenteral
PENDAHULUAN:
Parenteral nutrisi adalah total atau parsial nutrisi yang jalur pemberiannya melalui
intravena.Jalur pemberiannya bisa melalui vena sentral maupun melalui vena
perifer.Parenteral nutrisi diberikan apabila gastrointestinal track tidak berfungsi,tidak
memungkinkan atau perlu diistirahatkan akibat manipulasi pembedahan.Total parenteral
nutrisi bertujuan menyediakan nutrisis secara lengkap yaitu kalori,protein dan lemak
termasuk unsur-unsur penunjang nutrisi elektrolit,vitamin dan trace element.
37
Modul 14
Pengelolaan Nyeri
PENDAHULUAN:
Nyeri adalah suatu rasa (sensasi) yang unik. Keunikannya oleh karena berat ringan nyeri
yang dirasakan tidak ditentukan hanya oleh intensitas stimulus tetapi juga oleh perasaan
dan emosi pada saat itu.
Pada dasarnya nyeri dalah reaksi fisiologis karena merupakan reaksi protektif untuk
menghindari stimulus yang membahayakan tubuh. Tetapi bila nyeri tetap berlangsung
walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada, berarti telah terjadi perubahan
patofisiologis yang justru dapat merugikan tubuh, Sebagai contoh, nyeri karena
pembedahan, masih tetap dirasakan pada masa pasca bedah ketika pembedahan sudah
38
selesai. Nyeri semacam ini tidak saja menimbulkan perasaan menderita, tetapi juga
reaksi stress yaitu serangkaian reaksi fisik maupun biologis yang dapat menghambat
proses penyembuhan. Nyeri patologis atau nyeri klinik ini yang memerlukan terapi.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:
Melalui modul ini dokter muda diharapkan mampu menilai skor nyeri/VAS dan mampu
melakukan penatalaksanaan nyeri.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Setelah menyelesaikan modul ini dokter muda diharapkan memiliki kemampuan
menjelaskan pendekatan farmakologis dan non farmakologis yang dipergunakan dalam
penatalaksanaan nyeri.
SASARAN PEMBELAJARAN:
Kognitif
:
1. Dokter muda mampu menjelaskan cara penilaian skor nyeri/VAS yang tepat
2. Dokter muda mampu menjelaskan kasus yang berisiko timbulnya nyeri berat
3. Dokter muda mampu menjelaskan obat-obatan yang dapat mencegah nyeri
4. Dokter muda mampu menjelaskan cara melakukan pencegahan nyeri
Psikomotor :
1. Dokter muda mampu menilai Skor nyeri/VAS yang tepat
2. Dokter muda mampu menentukan kasus yang berisiko timbulnya nyeri berat
3. Dokter muda mampu memilih dan menetapkan kombinasi obat yang
dipergunakan dalam mencegah nyeri
4. Dokter muda mampu melakukan pencegahan nyeri
Attitude
:
Dokter muda dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tujuan
pencegahan nyeri dan resiko kegagalan pencegahan.
METODE PEMBELAJARAN:
1. Kuliah (Preview Modul)
2. Skenario kasus
3. Bedside teaching
4. Diskusi Kelompok
5. Praktek dengan pengawasan
6. Praktek mandiri
SARANA DAN PRASARANA:
1. Ruang ICU dan pasca bedah
2. Materi Kasus
MATERI ACUAN
Visual Analog Score/Scale
REFERENSI
1. Clinical Anesthesiology GE Morgan, Jr. 4th ed 2006
2. Basic&Clinical Pharmacology Katzung BG 9th ed 2004
39
Selasa
Jam
09.00
10.00
10.00
12.00
06.30
s/d
Jenis Kegiatan
Pengarahan Sie.
Pend/Kabag/Konsulen
Morning report
40
SKS
Administr
asi
Sie.Pend
[1,5x1]:
Paraf
Konsultan
08.00
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
08.30
10.00
Pre test
10.00
15.00
06.30
08.00
Modul 1
Morning report
09.00
14.00
06.30
08.00
Modul 2
Morning report
09.00
14.00
06.30
08.00
Modul 3
Morning report
09.00
14.00
06.30
08.00
Modul 4
Morning report
09.00
13.00
Seminar Ilmiah
13.00
15.00
Latihan RJPO
90 =
0.016
[1,5x1] :
90 =
0.016
[5x1] : 90
= 0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] : 90
= 0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] : 90
= 0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] : 90
= 0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[4x1] :
90 =
0.044
[1x1] : 90
= 0.011
Jam
s/d
Jenis Kegiatan
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 5
SKS
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
41
Paraf
Konsultan
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 6
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 7
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 8
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 9
06.30
08.00
Morning report
09.00
13.00
Seminar Ilmiah
13.00
14.00
Latihan RJPO
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[4x1] :
90 =
0.044
[1x1] :
90 =
0.011
42
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Jam
s/d
Jenis Kegiatan
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 10
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 11
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 12
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 13
06.30
08.00
Morning report
09.00
12.00
Laporan kasus
13.00
15.00
06.30
08.00
Ujian RJPO
Morning report
09.00
13.00
Laporan kasus
13.00
14.00
Ujian RJPO
SKS
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
3x1] :
90 =
0.033
[1,5x1]:
90 =
0.016
[4x1] :
90 =
0.044
[1x1] :
90 =
0.011
43
Paraf
Konsultan
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Jam
s/d
Jenis Kegiatan
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Modul 14
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Review Modul
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Review Modul
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.00
Post Test+OSCE
06.30
08.00
Morning report
09.00
12.00
06.30
08.00
Morning report
09.00
14.30
Post Test+OSCE
14.30
15.00
Lapor
keluar
Dept.Anestesiologi
44
SKS
P3D
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
[5x1] :
90 =
0.055
[1,5x1]:
90 =
0.016
3x1] :
90 =
0.033
[1,5x1]:
90 =
0.016
[4x1] :
90 =
0.044
-
Paraf
Konsultan
DAFTAR JAGA
MINGGU I
Senin
Selas
a
Rabu
Kamis
Jum'a
t
Sabtu
Mingg
u
Senin
Selas
a
Rabu
Kamis
Jum'a
t
Sabtu
Mingg
u
Wajib Hadir
06.30 - 15.00
Siang
15.00 - 20.00
Malam
20.00 - 06.30
MINGGU II
Wajib Hadir
06.30 - 15.00
Siang
15.00 - 20.00
Malam
20.00 - 06.30
MINGGU III
45
Senin
Selas
a
Senin
Selas
a
Rabu
Kamis
Jum'a
t
Kamis
Jum'a
t
Sabtu
Mingg
u
Sabtu
Mingg
u
Wajib Hadir
06.30 - 15.00
Siang
15.00 - 20.00
Malam
20.00 - 06.30
MINGGU IV
Rabu
Wajib Hadir
06.30 - 15.00
Siang
15.00 - 20.00
Malam
20.00 - 06.30
Keterangan:
Minggu I
Minggu III
Minggu IV
46
Minggu I
Lapor Masuk
Senin
Selasa
Minggu II
Minggu III
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Modul 5
Modul 10
Modul 14
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Pre test
Modul 6
Modul 11
Review
Modul
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Modul 2
Modul 7
Modul 12
Review
Modul
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Pengarahan
Modul 1
Rabu
Kamis
Minggu IV
47
Jumat
Modul 3
Modul 8
Modul 13
Post Test
+OSCE
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Modul 4
Modul 9
Laporan
Kasus
Post Test
+OSCE
Ujian RJPO
Sabtu
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Morning
Report
Latihan RJPO
Latihan RJPO
Laporan
Kasus
Post Test
+OSCE
Ujian RJPO
Minggu
48
NIM
Tanggal
Judul
:
YANG
80
70
60
50
40
Suara pengucapan
Sangat
terang
Terang
Cukup
tidak
terdengar
Menganalisa kasus
Sempurna
Baik
Cukup
Kadangkadang
tak
terdengar
Kacau
Komunikasi
dengan hadirin
Jelas
sekali
Jelas
Cukup
jelas
Masih
dimengert
i
Alat peraga:
Jelas
sekali
Isi jelas
Isi
cukup
jelas
Penguasaan kasus
Sangat
tegas
Tegas
Cukup
tegas
Terlalu
banyak,
susah
dimengert
i
Ragu-ragu
Sikap
Sangat
baik
Baik
Cukup
DINILAI
Slide
Transparansi
Kurang
:_________________
:_________________
NB :
Nilai ini diserahkan setelah presentasi kasus pada hari itu juga
49
Tidak
dapat
Tidak
dapat
dimengert
i
Tidak
dapat
diikuti
Tidak tahu
Kurang
sekali
Tanggal
MR/Nama/Diagnosis
Keteranga
n
Paraf
Konsulen
Tanggal
MR/Nama/Diagnosis
50
Keteranga
n
Paraf
Konsulen
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
51
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
Keteran
gan
52
Paraf
Konsulen
Modul 7 : Transfusi
(5 kasus)
N
o
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Modul 8 : RJPO
(5 kasus)
N
o
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
53
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Modul 10 : Syok
(5 kasus)
N
o
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
54
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
55
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Keteran
gan
Paraf
Konsulen
Tangg
al
MR/Nama/Diagnosis
56
LAMPIRAN 1
PERATURAN dan
DOKTER (P3D)
TATA
TERTIB
PESERTA
PROGRAM
PENDIDIKAN
PROFESI
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intesif Fakultas Kedokteran USU/ instalasi Anestesi
dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan.
Umum:
1. Melapor ke P3D Departemen Anestesi dan Terapi Intensif FK USU/RS H. Adam
Malik Medan pada hari Senin selambat-lambatnya pukul 11.00 wib dengan
membawa surat tugas dari koordinator P3D FK USU.
2. Peserta P3D terdiri dari satu grup atau lebih dimana satu grup terdiri dari 5 (lima)
orang, melapor ke bagian administrasi dan Koordinator P3D Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif setelah sebelumnya melapor ke diklat RSUP. H.
Adam Malik Medan, pada Senin pagi
3. Bila jumlah dokter muda yang masuk tidak mencapai 5(lima) orang tiap minggu,
maka jadwal jaga diatur dan disesuaikan dengan jumlah dokter muda yang ada
oleh P3D Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif.
4. Mematuhi semua peraturan dan tata tertib Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.
5. Harus hadir setiap hari kerja mulai pukul 06.30 sampai pukul 15.00 WIB.
6. Harus hadir tugas jaga sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
7. Berbusana sopan, bersih dan memakai baju jas laboratorium lengan panjang/
pendek sampai lutut.
8. Dilarang berbusana celana jeans, kaus oblong dan bersandal.
9. Rambut harus terawat rapi. Bagi pria tidak boleh berambut gondrong, kumis dan
jenggot harus terawat rapi.
10. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan RS H. Adam Malik Medan.
11. Menjaga dan memelihara semua peralatan Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK-USU/Instalasi Anestesiologi dan terapi Intensif RS H. Adam Malik
Medan.
12. Membawa peralatan pribadi unutk kepentingan praktik klinik seperti stetoskop,
reflex hammer, senter, dan termometer.
13. Menjaga kebersihan dan kerapihan kamar jaga dan kamar mandi dokter muda.
14. Harus menghadiri kegiatan ilmiah/pendidikan yang dilaksanakan Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU/ Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif
RS H. Adam Malik Medan sesuai dengan jadwal .
15. Wajib mengikuti kegiatan pendidikan bagi peserta Program Profesi Pendidikan
Dokter di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU/ Instalasi
Anestesiologi dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan sesuai dengan jadwal
seperti bed side teaching, laporan kasus, tutorial, rjpo, ujian tulis dan ujian
praktik.
16. Apabila berhalangan hadir karena sesuatu urusan seperti kemalangan, sakit, halhal khusus lainnya harus memberi tahu secara tertulis disertai surat keterangan
sakit dan surat lainnya.
17. Apabila ingin permisi di dalam tugas sehari-hari/ tugas jaga harus memberi tahu
dan mendapat izin dari supervisor/ residen di tempat tugas.
18. Harus berlaku sopan dan santun terhadap supervisor, residen, sesama
mahasiswa, perawat, dan siswa lainnya yang bertugas di RS H. Adam Malik.
19. Harus berlaku sopan dan santun terhadap pasien dan keluarga pasien yang
dirawat di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU/ Instalasi Anestesi
dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan.
57
Sanksi:
1. Tidak hadir selama Program Pendidikan Profesi harus diganti sebanyak hari
absen.
2. Tidak hadir lebih dari 1 minggu harus mengulang kepaniteraan klinik dari awal.
3. Tidak hadir dalam tugas jaga harus mengganti sebanyak absen tugas jaga.
4. Tidak hadir dalam kegiatan akademik seperti bed side teaching laporan kasus,
diskusi kasus, tutorial, ujian akan mempengaruhi nilai akhir.
5. Teguran bisa berupa peringatan lisan, peringatan tertulis akan mempunyai
dampak terhadap penilaian sikap (attitude).
6. Pre-test, post-test (OSCE) dilaksanakan pada kurun waktu menjalani P3D
7. Bila seorang mahasiswa kalah post-test, maka mahasiswa tersebut wajib
mengulang P3D selama 2 (dua) minggu sebelum mengulang post-test, dan
dilaksanakan pada akhir siklus semester XI-XII, atau waktu lain sesuai dengan
ketentuan umum Departemen/ Fakultas.
8. Pelanggaran terhadap peraturan yang menyangkut kesopanan, keributan, dan
keonaran di lingkungan Departemen Anestesiologi dan Terapi intensif FK-USU/
Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan dapat
dikeluarkan dari Program Pendidikan Profesi Dokter.
9. Pelanggaran terhadap ad 21, tidak dibenarkan mengikuti P3D.
58
Lampiran 2
Permasalahan yang dihadapi peserta selama mengikuti P3D:
Permasalahan dan keluhan yang dihadapi peserta P3D selama mengikuti program P3D
yang berhubungan dengan kegiatan akademik, praktik klinik, fasilitas yang disediakan,
pelanggaran terhadap peraturan yang ditentukan dapat disampaikan:
1. Secara lisan kepada supervisor.
2. Secara lisan atau tertulis kepada Koordinator P3D.
3. Secara lisan atau tertulis kepada Kepala Departemen Anestesi dan Terapi Intensif
FK-USU/ Instalasi Anestesi dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan.
Permasalahan atau keluhan yang dihadapi akan diselesaikan pada tingkat:
1. Di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU/ Instalasi Anestesiologi
dan Terapi Intensif RS H. Adam Malik Medan.
2. Di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.
3. Di Fakultas Kedokteran USU Medan.
59
Lampiran 3
Kompetensi Dokter:
Standar Kompetensi Dokter ini merupakan satu kesatuan dengan Standar Pendidikan
Profesi Dokter. Standar Kompetensi Dokter adalah standar output atau keluaran dari
program studi dokter.
Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Elemen-elemen kompetensi terdiri dari:
a. Landasan kepribadian
b. Penguasaan ilmu dan keterampilan
c. Kemampuan berkarya
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu
dan keterampilan yang dikuasai
e. Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam
berkarya
Dari beberapa pengertian di atas, tampak bahwa pengertian kompetensi dokter lebih
luas dari tujuan instruksional yang dibagi menjadi tiga ranah pendidikan, yaitu
pengetahuan, psikomotor, dan afektif. Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh
seorang profesi dokter, maka yang bersangkutan akan mampu:
- Mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya.
- Mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan.
- Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang
berbeda dengan rencana semula.
- Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang
profesinya.
- Melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda.
Manfaat dari Standar Kompetensi Dokter bagi mahasiswa Kedokteran dapat digunakan
oleh mahasiswa untuk mengarahkan proses belajarnya, karena mahasiswa mengetahui
sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di akhir pendidikan. Dengan demikian proses
pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER
A. Area Kompetensi:
1. Komunikasi efektif
2. Keterangan klinis
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan
5. Pengelolaan Infarmasi
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Kesehatan Pasien
60
B. Komponen Kompetensi
Area Komunikasi Efektif
1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
2. Berkomunikasi dengan sejawat
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
4. Berkomunikasi dengan profesi lain
Area Keterampilan Klinis
1. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang
pasien dan keluarganya.
2. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium.
3. Melakukan prosedur kedaruratan klinis.
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
1. Mengharapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik,
perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan
kesehatan tingkat primer
2. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji
laboratorium dan prosedur yang sesuai.
3. Menentukan efektivitas suatu tindakan
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
1. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu
yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat
2. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit
3. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit
4.Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan
derajat
kesehatan.
5.Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara
efektif dan efisien
dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
Area Pengelolaan Informasi
1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu
penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi
kesehatan serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien
2. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi
3. Memanfaatkan informasi kesehatan
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
1. Menerapkan mawas diri
2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
3. Mengembangkan pengetahuan baru
Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
1. Memiliki Sikap profesional
2. Berperilaku profesional dalam bekerja sama
3. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional
4. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia
5. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran
6. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran
Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan dokter
Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini
ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini,
dan tahu bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan
overview level. Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga
penyakitnya, dokter segera merujuk.
61
Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang
relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
3b.
Mampu membuat diagnosis klinik berdasaran pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahulian, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu
secara mandiri hingga tuntas.
Tingkat Kemampuan menurut Piramid Miller
Tingkat kemampuan 1
Mengetahui dan menjelaskan
Tingkat Kemampuan 2
Pernah Melihat atau pernah didemonstrasikan
Tingkat Kemampuan 3
Pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah supervisi
Tingkat Kemampuan 4
Mampu melakukan secara mandiri
62
2.
Level of expected
ability
Accident and emergency
first aid
assessment of consciousness by means of
Glasgow coma scale
external cardiac massage
mouth-to-mouth/ nose resuscitation
mask ventilation
Intubation
assessment and care external injuries (wounds,
dislocation, fractures)
stop bleeding (direct pressure, pressure point,
pressure bandage)
transport of casualty
Heimlich manoeuvre
apply a bandage
fluid rescucitation
Therapeutic skills
pre-operative preparation of operative field for
minor surgery,
asepsis, antisepsis, local anaesthesia
preparation to watch/to assist in theatre scrub-up,
gown up, put on sterile gloves etc)
infiltration anaesthesia
local nerve block
nasogastric suction
nasogastric insertion
urethral catheterization in male
urethral catheterization in female
venous cannulation
administration of analgesics
63
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2.
3.
Level of expected
ability
Pain
Nyeri Nosiseptif
3A
3B
Nyeri neuropatik
3A
3B
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
1
1
1
1
1
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3B
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3A
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
4
4
4
4
4
4
4
64
4
4
4
4
4
Lampiran 4
Contoh soal :
1. Seorang laki-laki usia 38 tahun datang dihantar keluarga ke IGD rumah sakit dengan
keluhan utama penurunan kesadaran disertai dengan cedera kepala dialami sejak 3
jam yang lalu karena kecelakaan lalu lintas. Dari pasien dijumpai mengorok, laju
nafas 28 x/menit, pola nafas tidak teratur. Akral hangat merah kering, tekanan darah
150/80mmHg, pada pasien masih dijumpai respon nyeri dengan mata terbuka, suara
mengerang, dan pasien menarik tangannya bila diberi rangsang nyeri.
2. Seorang perempuan 40 tahun, BB 50 kg, datang ke IGD dengan keluhan nyeri di
seluruh lapangan perut, dimana sebelumnya diawali dengan nyeri di perut kanan
bawah. Pada pemeriksaan dijumpai kesadaran kompos mentis, laju nafas 30 x/i, laju
nadi 110 x/i, regular, T/V : lemah / kurang, TD 100/60, jumlah urine 50 cc/jam dengan
warna kuning pekat.
3. Seorang laki laki berumur 27 tahun datang ke IGD dengan keluhan penurunan
kesadaran. Dari pemeriksaan fisik dijumpai tekanan darah tidak terukur, nadi tidak
teraba, nafas tidak dijumpai. Dari monitor dijumpai EKG lead II gelombang a systole.
4. Seorang laki laki berusia 30 tahun di rawat di paska bedah RS, sebelumnya
dilakukan operasi kraniotomi atas indikasi SDH. Berat badan pasien 50 kg. Kesadaran
GCS 11, laju nafas 18 x/i, tekanan darah 130/90, nadi 88 x/i. Pasien tersebut masih
dirawat untuk observasi. Bagaimanakah manajemen nutrisi pada pasien tersebut
selama di rawat di paska bedah.
5. Seorang laki laki berusia 40 tahun di rawat di paska bedah RS, sebelumnya
dialkukan operasi reseksi ileum d/t trauma tumpul abdomen. Berat badan pasien 50
kg. Kesadaran pasien kompos mentis, laju nafas 24 x/i, tekanan darah 110/70, nadi
90 x/i. pasien tersebut masih dirawat untuk manajemen nyeri dan perawatan
intensive lainnya.bagaimanakah manajemen nutrisi pada pasien tersebut selama
dirawat di paska bedah.
65