Вы находитесь на странице: 1из 7

ABSTRAKSI

Praktikum Dasar-Dasar Genetika acara V ini dilaksanakan kebun percobaan Jurusan Budidaya Pertanian di
daerah Banguntapan, Bantul. Praktikum ini dilakukan untuk menunjukkan proses persilangan pada
tanaman jagung. Adapun bahan yang digunakan adalah populasi tanaman jagung merah dan jagung putih,
serta alat yang diperlukan yaitu: kantong kertas, gunting, label, tali, kuas, dan alat tulis.Dalam mengerjakan
praktikum ini digunakan dengan cara persilangan Tassel bag method, dimana pada metode ini, baik bunga
jantan maupun betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak. Bedanya dengan
metode lain, metode ini adalah serbuk sari/pollen dari bunga jantan langsung ditaburkan di atas permukaan
rambut jagung yang sudah dipangkas, dan dilakukan 2-3 kali (menggunakan polleh dari tetua yang sama)
untuk meyakinkan seluruh putih telah terserbuki. Berdasarkan praktikum ini hasil yang diperoleh adalah
pada persilangan Selfing Merah x Merah dihasilkan biji warna merah sebanyak 237 (100%) . Persilangan
Crossing Merah x Putih dan dihasilkan jumlah biji warna kuning sebanyak 6 (2,90%) dan biji warna merah
sebanyak 199 (97,10%). Pada persilangan Selfing Putih x Putih dihasilkan biji warna putih 222 (88,10%) dan
biji warna kuning 30 (11,90%). Pada persilangan Crossing Putih x Merah dihasilkan biji warna putih
25(13,20%) dan biji warna merah 130 (68,40%) dan biji warna kuning 35 (18,40%) .

I.
A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat
kedua setelah beras. Di samping itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan
baku industri . Jagung yang berkembang di Indonesia saat ini memiliki kelemahan dari
segi nutrisi. Perbaikan kandungan protein pada jagung sangatlah penting untuk daerahdaerah yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok dan bahan untuk ternak.
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi
juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan sendiri
pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi,
padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal. Selain itu, varietas-varietas jagung
yang ada di Indonesia memili-ki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka
proteksi terhadap serangan hama penyakit.

B.

Tujuan

1.

Melatih mahasiswa untuk melakukan persilangan jagung sebagai tanaman model


dalam genetika.

2.

Mempelajari hasil persilangan tersebut.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari
pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat
meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu
polinasi/penyerbukan. Dikenal dua macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan
perkawinan silang (crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan
meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam
satu spesies.Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada
stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika
persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan,
kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari
setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi
juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan sendiri
pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi,
padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnot et. al., 1958).
Banyak sifat pada tanaman,binatang,mikrobia yang diatur oleh suatu gen. Gen-gen dalam
individu diploid berupa pasangan alele dari pasangan gen tadi diwariskan kepada keturunannya
secara genetik disebut Hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang
dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti
mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian
juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih (Crowder, 2006).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kadar protein biji jagung adalah dengan memanfaatkan
efek xenia. Efek xenia itu sendiri dapat diartikan sebagai efek polen dari tetua jantan dari
persilangan jantan dengan betina yang berkembang pada biji. Persilangan buatan dilakukan
dengan cara menyerbuki tongkol tanaman sesuai dengan perlakuan-perlakuan tertentu yang
sudah ditentukan. Kemudian tongkol yang telah diserbuki ditutup dengan kantong khusus untuk
melindungi dari penyerbukan oleh tepung sari bunga lain. Efek xenia berpengaruh terhadap
kadar protein, warna dan bentuk biji tetapi tidak berpengaruh yerhadap karakter biji yang lain.
Hasil persilangan dengan jumlah biji yang banyak merupakan pertanda bahwa kedua tetua
persilangan tersebut mempunyai tingkat kompatibilitas yang baik. Varietas-varietas jagung yang
ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi
terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein
yang rendah karena tidak memiliki opaque-2 yang mengendalikan kadar protein. Kandungan

protein terbesar pada biji jagung terdapat pada lapisan aleuron. Lapisan aleuron adalah lapisan
yang membungkus endosperm. Endosperm biji jagung sebagian besar mengandung pati tetapi
pada jagung yang mengandung lebih banyak protein daripada pati akan menyebabkan biji
menjadi lunak. Komposisi dari zat pati dan protein dalam biji jagung ini berbeda-beda sesuai
dengan varietasnya (Wijaya et. al., 2007).
Penelitian Shull dan East di USA, membuktikan sebuah revolusi pada persilangan jagung
dengan hasil yang luar biasa. Persilangan hibrida jagung memberikan kenaikan 15-20%, kadangkadang 50%, lebih tinggi daripada persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani. Petani
umumnya mendapatkan benih hibrida yang segar tiap tahun dari penumbuh, yang menangani
khusus produksi benih. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis jagung yang
melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris untuk induk betina. Dalam
waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian akan dibuahi pollen dari induk jantan.
Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh induk betina (Kent, 1966).
Hubungan antara hasil biji dengan karakter agronomis selain ukuran malai, telah banyak
dilaporkan. Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa hubungan antara hasil biji dengan
tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak adalah nyata pada diameter
batang dan diameter tongkol konstan. Ini berarti bahwa tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur
berbunga, dan umur masak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi (Soebagio, 1990).

Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilkan butir jagung


dengan kadar minyak tinggi. Selain itu efek xenia ini juga dapat digunakan untuk
menigkatkan kadar protein dalam biji jagung. Efek xenia dapat diartikan sebagai
efek pollen dari tetua jantan dari persilangan jantan dengan betina yang
berkembang pada biji (Bullant dan Gallais, 1998).

III.

METODOLOGI

Praktikum Dasar-dasar Genetika acara V , mengenai persilangan jagung dilakukan secara


mandiri. Praktikum mulai dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2011 dan dipanen pada tanggal 17

November 2011. Praktikum persilangan jagung dilakukan di Kebun Banguntapan, Yogyakarta.


Alat dan Bahan yang dibutuhkan antara lain dua tanaman jagung berwarna merah, dua tanaman
jagung berwarna putih, kantong kertas, gunting, label, klip kertas atau tali rafia, dan pensil.
Cara kerja praktikum ini diawali dengan memilih dua tanaman jagung berwarna merah
dan dua tanaman jagung berwarna putih yang bagian tongkolnya belum terserbuki (tapi siap
diserbuki) dan bagian malainya belum pecah. Setelah itu baik bunga jantan maupun betina
dibungkus menggunakan kantong kertas minyak sebelum mekar. Malai (tassel) yang keluar dari
pucuk tanaman dikerodeng menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betina (ear/tongkol),
dikerodong sebelum kepala putik (rambut jagung) keluar. Hari berikutnya tongkol diperiksa
untuk melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah tinggi dipotong
menggunakan gunting setinggi kurang lebih 1-2 centimeter di atas permukaan ujung klobot.
Pemotongan dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol telah keluar. Tongkol yang
seluruh rambutnya telah keluar dari klobot merupakan tongkol yang siap diserbuki. Malai bunga
jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuk sarinya untuk digunakan sebagai tetua jantan.
Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara menaburkan serbuk sari di atas permukaan potongan
rambut jagung. Prosedur ini dapat diulang 2-3 kali untuk meyakinkan seluruh putik telah
terserbuki. Serbuk sari yang melekat pada kantong pembungkus adalah tanda-tanda bahwa bunga
jantan siap diserbukan. Tanaman dipanen setelah melewati masa 3 minggu. Pada percobaan ini
dibuat 4 macam persilangan sebagai berikut:
1. jagung merah x jagung merah selfing
2. jagung putih

x jagung putih selfing

3. jagung merah x jagung putih pembastaran


4. jagung putih

x jagung merah pembastaran resiprok.

IV.
No.
Tongkol

HASIL PENGAMATAN

Tipe Persilangan
x

Jumlah Biji
Merah

Putih

Persentase Jumlah Biji


Kuning

Merah

Putih

Kuning

Selfing Merah x Merah

237

100%

0%

0%

Crossing Merah x Putih

199

97,10%

0%

2,90%

Selfing Putih x Putih

222

30

0%

88,10%

11,90%

Crossing Putih x Merah

130

25

35

68,40%

13,20%

18,40%

V.

PEMBAHASAN

Persilangan tanaman merupakan salah satu cara yang digunakan untuk


memperoleh keturunan yang bervariasi. Persilangan tanaman bisa dibedakan menjadi
persilangan sendiri (selfing) dan pembastaran (crossing).Selfing adalah persilangan
yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri. Artinya, tidak ada perbedaan antara
genotipe kedua tanaman yang disilangkan. Sedangkan crossing atau pembastaran
adalah persilangan antara dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya. Tujuan
melakukan persilangan adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu
genotipe baru, memperluas keragaman genetic, dan menguji potensi tetua (uji turunan).
Pada praktikum ini dilakukan persilangan pada tanaman jagung (Zea mays). Tanaman
jagung dipilih karena penyerbukan buatan yang dapat dilakukan relative mudah. Selain
itu periode tumbuh atau masa tanam jagung juga tidak terlalu lama, sekitar dua bulan.
Ketika menyilangkan tanaman ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti pemilihan tetua
dalam hubungannya dengan tujuan dilakukannya persilangan, pengetahuan tentang morfologi
dan metode reproduksi tanaman, waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga),
dan keadaan cuaca saat penyerbukan. Tetua dipilih sesuai dengan persilangan yang akan
dilakukan. Pemilihan bunga dalam persilangan tanaman juga penting. Bunga yang akan berperan
sebagai betina maupun jantan harus sudah mencapai tahap siap kawin (siap dilakukan
penyerbukan) pada saat yang bersamaan. Bunga betina yang akan diserbuki harus belum
terkontaminasi oleh serbuk sari yang lain (masih steril). Pada tanaman jagung yang akan
digunakan untuk persilangan, bunga betina si bungkus menggunakan kantong kertas untuk
mencegah tongkol terkontaminasi (terserbuki) oleh serbuk sari malai lain. Begitu juga dengan
malai atau bunga jantan yang belum pecah dibungkus menggunakan kantong kertas agar
nantinya ketika malai sudah siap menyerbuki, serbuk sarinya dapat tertampung di kantong kertas
tersebut. Keadaan cuaca saat penyerbukan juga penting, apabila penyerbukan dilakukan pada
saat kecepatan angin cukup kencang maka dimungkinkan akan banyak serbuk sari yang hilang
terbawa angin, sehingga penyerbukan tidak terjadi secara maksimal.
Berdasarkan praktikum ini hasil yang diperoleh adalah pada persilangan Selfing Merah x Merah
dihasilkan biji warna merah sebanyak 237 (100%) . Persilangan Crossing Merah x Putih dan
dihasilkan jumlah biji warna kuning sebanyak 6 (2,90%) dan biji warna merah sebanyak 199
(97,10%). Pada persilangan Selfing Putih x Putih dihasilkan biji warna putih 222 ( 88,10%) dan biji
warna kuning 30 (11,90%). Pada persilangan Crossing Putih x Merah dihasilkan biji warna putih
25(13,20%) dan biji warna merah 130 (68,40%) dan biji warna kuning 35 (18,40%) .
Pada persilangan jagung Selfing Merah x Merah didapat hasil 100% merah. Hasil persilangan ini
menunjukkan bahwa persilangan tersebut berhasil karena betina tidak terbuahi oleh serbuk sari

dari jagung lain. Persilangan ini sesuai dengan teori Mendel yaitu Complete Dominance, dimana
keturunan 100% seperti induk.
Dari hasil persilangan crossing didapatkan hasil yang hampir sama, dimana biji warna merah
lebih mendominasi daripada warna biji warna putih dan kuning . Pada persilangan persilangan
Crossing Putih x Merah , hasilnya telah sesuai dengan teori, dimana tetua jantan (merah)
memberikan pengaruh lebih dominan daripada tetua betina (putih), sehingga menghasilkan biji
warna merah lebih banyak dibandingkan biji warna putih. Persilangan Crossing Merah x
Putih hasil yang didapat lebih banyak warna merah, tetapi hasil didapat pada persilangan
crossing terdapat biji dengan warna yang setengah putih dan setengah merah atau warna kuning,
hal ini diakibatkan selama waktu berlangsungnya praktikum, terlalu sering berganti-ganti
sungkup/kantong kertas sehingga dapat mengakibatkan adanya kontaminasi dari jagung
berwarna putih. Hal tersebut juga terjadi pada persilangan Selfing Putih x Putih
Pada percobaan ini dilakukan penyerbukan jagung yang dilakukan oleh manusia, di alam pada
umumnya dibantu oleh angin. Jagung termasuk tanaman berputik tunggal, dimana benang sari
dan putik berada dalam satu tanaman namun berbeda bunga. Faktor utama yang berpengaruh
terhadap keberhasilan persilangan adalah waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu
yang optimal untuk melakukan proses penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari
yaitu antara pukul 07.00 hingga pukul 09.00 WIB. Faktor lainnya adalah proses penyerbukan,
setelah serbuk sari jagung hibrida kuning diserbukkan ke jagung manis harus segera ditutup rapat
dengan sungkup untuk melindungi jagung betina agar serbuk sari dari tanaman jagung lain tidak
dapat mengenai putik jagung betina tersebut. Selain itu untuk menghindari adanya kemungkinan
pencucian Faktor biji kerut selain disebabkan oleh faktor genetik, kemungkinan besar bisa saja
terjadi bila jagung terlalu lama dipanen.adapun beberapa gangguan dari faktor luar seperti
adanya serangga vektor penyakit, ulat yang memakan biji jagung sehingga tongkol kosong.
Dalam praktikum ini, hasil yang didapat menunjukkan keberhasilan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya prosentase jumlah biji jagung yang dihasilkan. Keberhasilan ini dapat ditunjang
dengan adanya cuaca yang tidak banyak hujan, walau ditengah-tengah masa setelah penyerbukan
terjadi hujan lebat, tetapi hasil yang didapat dapat sesuai dengan harapan. Dan apabila terjadi
kegagalan, hal ini dapat diakibatkan adanya hujan yang terlalu lebat yang mengakibatkan
suasana menjadi lembab dan seringnya terserang hama dan penyakit sehingga mudah busuk.
Selain itu, pada saat penyerbukan tanpa diketahui praktikan, tongkol yang akan diserbuki sudah
diserbuki terdahulu oleh serbuk sari dari jantan lain melalui perantara angin. Dan juga adanya
kematangan yang tidak bersamaan antara malai dan tongkol pada satu pohon jagung, sehingga
waktu penyerbukan menjadi lama tertunda.

VI.
a.

KESIMPULAN

Jagung adalah sebuah komoditas pangan yang sangat strategis posisinya setelah
kebutuhan akan beras.

b.

Selfing adalah persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri

c.

crossing atau pembastaran adalah persilangan antara dua individu yang berbeda
karakter atau genotipnya.

d.

Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan persilangan adalah waktu dan
proses penyerbukan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Bullant, C. dan Gallais. 1998. Xenia effects in maize whit normal endosperm : I Importance dan Stability.
Crop Sci.39:1517-1525.
Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kent, N.L. 1966. Technology of Cereals. Pergamon Press, New York.
Sandra,

E. 2008. Teknik Persilangan. <http://eshaflora.com/index.


&task=view&id=63&Itemid=61> . Diakses 30 November 2011.

php?option=com

content

Sinnot, E.W., L.C. Dunn, and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics. McGraw-Hill Book
Company Inc., New York.
Soebagio, H. 1990. Analisis korelasi parsial antara hasil dengan karakter-karakter tanaman jagung. Riset
Hasil Penelitian Tanaman Pangan: 135-138.
Wijaya, A., R. Fasti, dan F. Zulvica. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan jagung
Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus 2: 199-203.

Вам также может понравиться