Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Volume 4, Nomor 2
Halaman: 83-88
ISSN: 1411-4402
Juli 2003
ABSTRACT
The main purposes of the research were to support taxonomic evidence data in particular of palinology spesies classified in
Myristicaceae family at Java and determine phenetic relationship as an effort of increasing objectivity and repeatability of
classification result. Pollen was collected in Herbarium Bogoriense and Bogor Botanical Garden, and prepared for light and
Scanning Electron Microscope. Acetolysis method was used for light microscopy of the pollen preparation, and coating with
gold was prepared for SEM. Phenetic relationship determined using coefficients of correlation and association.
2003 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Key words: phenetic relationship, pollen morphology, Knema, Horfieldia, and Myristica.
PENDAHULUAN
Kekerabatan dalam sistematik tumbuhan dapat
diartikan sebagai pola hubungan atau total kesamaan
antara kelompok tumbuhan berdasarkan sifat atau ciri
tertentu dari masing-masing kelompok tumbuhan
tersebut. Berdasarkan jenis data yang digunakan
untuk menentukan jauh dekatnya kekerabatan antara
dua kelompok tumbuhan, maka kekerabatan dapat
dibedakan atas kekerabatan fenetik dan kekerabatan
filogenetik (filetik). Kekerabatan fenetik didasarkan
pada persamaan sifat-sifat yang dimiliki masingmasing kelompok tumbuhan tanpa memperhatikan
sejarah keturunannya, sedangkan kekerabatan
filogenetik didasarkan pada asumsi-asumsi evolusi
sebagai acuan utama (Stuessy, 1990).
Dalam prakteknya kekerabatan fenetik lebih sering
digunakan dari pada kekerabatan filogenetik. Hal
tersebut disebabkan karena adanya kesulitan untuk
menemukan bukti-bukti evoluasi pendukung sebagai
penunjang dalam menerapkan klasifikasi secara
filogenetik dan bila cukup banyak bukti yang
dipertimbangkan biasanya kekerabatan fenetik juga
akan dapat menggambarkan kekerabatan filogenetik
(Davis dan Heywood, 1973).
Tujuan utama dari penerapan taksonomi numerik
adalah untuk meningkatkan objektifitas dalam
pengolahan data dan repitabilitas hasil klasifikasi
yang diperoleh. Hal ini penting bagi taksa yang
klasifikasinya masih menjadi perdebatan karena
pebedaan dalam penempatan taksa pada kategori
tertentu. Sebagai contoh anggota suku Myristicaceae
penempatannya pada kategori bangsa masih menjadi
84
3,00
1,00
3,00
6,80
0,80
0,92
4,00
1,98
3,00
2,00
2,00
2,00
1,00
8,80
6,00
4,40
8,40
1,00
13,0
3,00
0,16
0,46
1,00
2,00
0,60
0,16
3,00
1,00
3,00
7,20
0,80
2,40
4,00
1,37
3,00
2,00
2,00
2,00
1,00
9,20
6,80
7,60
8,60
1,00
13,0
3,00
0,52
0,14
1,00
1,00
0,80
0,40
3,00
1,00
3,00
6,00
0,40
0,60
4,00
1,75
1,00
2,00
2,00
2,00
1,00
6,40
5,60
4,00
6,32
1,00
13,0
3,00
0,16
0,20
1,00
2,00
0,88
0,40
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
4,40
3,00
1,27
1,00
1,00
1,00
1,00
2,00
13,6
10,3
10,7
12,9
1,00
12,0
2,00
1,25
0,40
2,00
1,00
2,40
0,80
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
3,43
3,00
1,19
1,00
1,00
1,00
1,00
2,00
13,1
10,1
11,4
13,1
1,00
12,0
2,00
1,84
0,40
2,00
1,00
2,40
1,60
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
2,00
3,00
1,18
1,00
1,00
1,00
1,00
2,00
13,6
11,2
11,5
13,2
1,00
12,0
2,00
1,40
0,26
2,00
1,00
3,20
1,60
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
3,60
3,00
1,03
1,00
1,00
1,00
1,00
2,00
13,2
12,2
12,8
13,2
1,00
12,0
2,00
1,80
0,36
2,00
1,00
2,40
0,80
1,00
1,00
1,00
0,00
0,00
8,00
3,00
1,19
1,00
1,00
1,00
1,00
2,00
16,0
13,0
13,4
15,4
1,00
12,0
2,00
1,98
0,38
2,00
1,00
3,20
0,8
3,00
1,00
3,00
6,00
0,16
0,16
5,00
2,78
1,00
2,00
2,00
2,00
2,00
14,2
5,71
5,14
11,4
1,00
13,0
3,00
0,29
0,44
3,00
1,00
1,60
0,40
3,00
1,00
3,00
4,40
3,20
0,80
5,00
2,25
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
12,0
5,60
5,33
10,1
1,00
13,0
3,00
0,32
0,32
3,00
1,00
1,60
0,40
3,00
1,00
3,00
6,30
0,34
1,14
5,00
2,86
2,00
2,00
2,00
2,00
2,00
11,4
8,57
4,00
9,71
1,00
13,0
3,00
0,40
0,34
3,00
2,00
1,20
0,40
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
0,539
0,539
0,077
0,077
0,077
0,077
0,077
0,346
0,346
0,384
0,500
0,115
0,115
0,115
0,115
0,115
0,423
0,423
0,385
0,115
0,115
0,115
0,115
0,115
0,462
0,423
0,385
0,615
0,654
0,692
0,654
0,192
0,154
0,115
0,654
0,615
0,654
0,192
0,154
0,115
0,692
0,654
0,192
0,154
0,115
0,654
0,192
0,154
0,115
0,192
0,154
0,115
0,576
0,500 0,540
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
0,975
0,977
0,762
0,780
0,779
0,796
0,720
0,939
0,944
0,969
0,949
0,834
0,838
0,842
0,845
0,800
0,919
0,928
0,942
0,716
0,732
0,730
0,734
0,659
0,894
0,903
0,939
0,994
0,995
0,993
0,984
0,819
0,831
0,820
0,996
0,992
0,972
0,851
0,858
0,841
0,997
0,982
0,847
0,857
0,834
0,989
0,859 0,792
0,863 0,799 0,977
0,844 0,786 0,970
0,950
85
86
CASE
Label STO.
F
6
G
10
11
0,70
0,60
0,50
0,40
0,20
0,10
0,00
Gambar 1. Dendrogram hasil pengelompokan masing-masing STO berdasarkan data pada matriks koefisien asosiasi.
CASE
Label STO
F
6
G
10
11
1,00
0,95
0,90
0,85
0,80
0,75
0.70
Gambar 2. Dendrogram hasil pengelompokan masing-masing STO berdasarkan data pada matriks koefisien korelasi.
Keterangan: A = Horsfieldia iryaghedi (Gaertn.) Warb., B = Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb., C = Horsfieldia glabra (Bl.)
Warb., D = Myristica fatua Houtt., E = Myristica gautterifolia DC., F = Myristica fragrans Houtt., G = Myristica iner Bl., H =
Myristica teysmanni Miq., I = Knema laurina (Bl.) Warb., J = Knema cineria (Poir.) Warb. var. sumatrana (Miq.), dan K =
Knema intermedia (Bl.) Warb.
Pengukuran kemiripan koefisien asosiasi dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1.
Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk matriks
koefisien asosiasi seperti terdapat pada Tabel 2.
Berdasarkan matriks data koefisien asosiasi yang
terdapat pada Tabel 2, selanjutnya dapat ditentukan
pola pengelompokan setiap satuan taksonomi
operasional. Pola hasil pengelompokan dapat dilihat
pada dendrogram Gambar 1. Pengukuran kemiripan
berdasarkan koefisien korelasi dilakukan terhadap
semua pasangan STO juga berdasarkan data pada
Tabel 1. Hasil perhitungan selanjutnya disajikan
dalam bentuk matriks pada Tabel 3.
Berdasarkan matriks data koefisien asosiasi yang
terdapat pada Tabel 2, selanjutnya dapat ditentukan
pola pengelompokan setiap satuan taksonomi
operasional. Pola hasil pengelompokan dapat dilihat
pada dendrogram Gambar 2.
87
88
Pemisahan jenis pada marga Myristica berdasarkan sifat morfologi serbuk sari juga dapat dilakukan.
M. teysmanni. dapat dipisahkan dengan empat jenis
lainnya berdasarkan aksis terpanjangnya, diameter
porus, dan diameter luminanya. Sedangkan jenis M.
fragrans dan M. gautterifolia juga dapat dipisahkan
dengan M. iners dan M. fatua berdasarkan tebal
endeksinnya.
Pada marga Horsfieldia pemisahan jenis H. irya
(Gaertn) Warb. dengan dua jenis lainnya dapat
dilakukan berdasarkan sifat muri, diameter lumina,
serta penebalan pada bagian pinggir kolpus. Untuk
jenis H. iryaghedi juga dapat dibedakan dengan jenis
H. glabra berdasarkan sifat diameter lumina, tebal
muri, diameter porus, aksis terpanjang, tebal ektensin
dan endeksin.
Anggota marga Knema juga dapat dibedakan
berdasarkan bukti morfologi serbuk sari. Jenis K.
intermedia dapat dibedakan dari kedua jenis lainnya
berdasarkan sifat murinya. Sedangkan jenis K.
laurina dapat dibedakan dengan jenis K. cinerea var
sumatrana
berdasarkan
sifat
kolpus,
aksis
terpanjang, diameter lumina, diameter porus, dan
tebal murinya. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Kupriyanova dan Alyoshina (1972) yang
menyimpulkan bahwa bukti morfologi serbuk sari
dapat dijadikan dasar untuk memisahkan jenis-jenis
yang tergolong suku Cornaceae.
KESIMPULAN
Kekerabatan fenetik anggota marga Myristica,
Horsfieldia, dan Knema dapat dijadikan dasar untuk
membedakan atau mengelompokkan marga-marga
yang tergolong suku Myristicaceae yang terdapat di
Jawa, bahkan dengan menggunakan bukti morfologi
serbuk sari dapat dibedakan semua jenis pada
masing-masing marga yang diteliti.
Klasifikasi anggota suku Myristicaceae di Jawa
yang disusun berdasarkan pola pengelompokan pada
dendrogram sifat morfologi serbuk sari terdiri atas tiga
kelompok yang dikategorikan sebagai marga
Myristica, Horsfieldia, dan Knema.
Klasifikasi anggota suku Myristicaceae yang
terdapat di Jawa yang disusun berdasarkan bukti
morfologi serbuk sari memiliki kesesuaian dengan